Minggu, 31 Juli 2022

Gunung Salak Literation Week, Ajang Catwalk Zebra Cross Wajib Bawa Buku

Di tengah mabuk Citayam Fashion Week (CFW) atau SBD di Kawasan Dukuh Atas Jakarta, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak meluncurkan “Gunung Salak Literation Week – GSLW” sebagai ajang ekspresi dan catwalk di zebra cross dengan aksesori wajib membawa buku. GSLW ini dibuat meniru CFW, hanya bedanya saat menyeberang zebra cross wajib membawa buku sebagai kepedulian terhadap taman taman bacaan dan gerakan literasi.

 

Dihadiri 120 anak dan orang tau, Gunung Salak Literation Week yang digagas Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka ditujukan untuk meningkatkan kegemaran membaca anak-anak dan masyarakat dengan cara yang menarik dan kreatif. Jangan hanya catwalk atau bergaya tapi lupa membaca buku. Maka setiap orang yang mau catwalk diwajibkan membaca buku yang tersedia di taman bacaan.

 

“Gunung Salak Literation Week ini cara saya mendekatkan buku dengan anak-anak dan siapa pun. Zebra cross saya yang cat dan bikin, agar taman bacaan bisa jadi tempat yang asyuk dan menyenangkan. Ayo bergaya catwalk di taman bacaan saja, tidak usah ke Dukuh Atas. Agar literasi tetap tegak di kampung-kampung” ujar Syarifudin Yunus, penggagas Gunung Salak Literation Week di Bogor.

 


Daripada pergi jauh-jauh ke Jakarta, Gunung Salak Literation Week bisa jadi pilihan ABG atau remaja di Bogor, Bojong Gede, Citayam bila ingin ber-catwal ria atau bergaya di jalanan. Hanya bedanya, gayanya sambil memegang buku bacaan. Ekpresi oke, kreativitas yes tapi buku jangan dilupakan. Apa pun yang dilakukan ABG atau remaja tidak masalah asal tetap ingat untuk membaca buku.

 

GSLW pun menjadi sarana untuk menggerakkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah dan masyarakat. Sekaligus bisa merasakan langsung “catwalk di zebra cross” karena selama ini masyarakat hanya menonton di TV. Inilah cara sederhana taman bacaan dalam mensosialisasikan pentingnya membaca buku.

 

Untuk itu, TBM Lentera Pustaka mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap aktivitas membaca anak. Agar tidak melulu hanya main atau nongkrong yang tidak manfaat, di samping tidak terlindas gawai yang kian memperdayakan anak-anak. Melalui GSLW, buku bacaan dapat menjadi energi untuk mencetak generasi muda yang berkualitas. Hingga tercipta manusia yang literat, manusia yang memahami realitas kehidupan secara objektif.

 

Dengan adanya GSLW, setiap tamu dan masyarakat yang datang ke TBM Lentera Pustaka pun dapat bergaya catwalk di atas zebra cross yang lebih menarik daripada yang di Dukuh Atas. Salam literasi #GunungSalakLiterationWeek #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka



Kamis, 28 Juli 2022

TBM Lentera Pustaka Ajak Ubah 5 Pandangan Hidup Ini

Entah kenapa, di zaman begini, banyak orang merasa penting banget dikagumi orang lain. Kesana-kemari mengejar citra diri agar dipuji atau dikasihani orang lain. Hingga terlupa, bahwa yang dilakukannya justru mengumbar aib diri sendiri atau orang lain. Saat ditanya pengen apa setelah meninggal dunia? Katanya ingin masuk surga. Tapi sayang, selama di dunia justru melanggar hal-hal yang dilarang agamanya sendiri.

 

Seperti di taman bacaan. Ada orang-orang yang ingin dibilang benar. Tapi kerjanya menyalahkan orang lain. Ada pula orang yang paham taman bacaan sebagai tempat perbuatan baik. Tapi kerjanya memusuhi bahkan membenci taman bacaan hingga kini. Jadi di mana hubungannya? Orang-orang itu pengen masuk surga saat matin anti. Tapi yang dikerjakannya justru memelihara permusuhan dan kebencian. Itulah cara pandang yang salah.

 

Ini sekadar contoh yang terjadi di taman bacaan. Sebut saja si P, orang yang hidupnya biasa saja. Ekonomi pas-pasan. Ibadahnya jarang. Pendidikannya pun tidak tinggi. Sayangnya, akhlak-nya pun tidak baik. Maka wajar, pergaulan sosialnya pun terbatas. Bila kelihatan-lah, siapa teman-temannya? Rekreasi jarang, apalgi berkecimpung dalam kebaikan. Taman bacaan sebagai ladang amal saja justru dijadikan musuh.

 

Sangat memprihatinkan sih. Di zaman begini, jadi orang baik saja belum tentu masuk surga. Akibat masih banyak aib dan kesalahan yang ditutupi Allah SWT.  Sementara perbuatan baik sebagai penggugur dosa dan aktivitas penambah pahala malah dijauhi. Lalu pertanyaannya, mau seperti apa keadaannya saat kematian tiba?

 

Maka mumpung masih ada waktu. Taman bacaan mengajak siapa pun untuk segera mengubah pandangan hidup. Tidak usah menuntut orang lain berubah. Tapi ubahlah diri sendiri. Agar lebih berpihak kepada pikiran dan perilaku yang lebih baik. Sekali lagi, berubah baik itu ikhtiar bukan pengen jadi malaikat. Bukankah dunia dihadirkan sebagai ladang amal dan tempat untuk manusia memperaiki diri?

 


Maka, tidak usah kesana kemari untuk dikagumi orang. Apalagi dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Reputasi baik seseorang itu bukan dibangun dari omongan. Tapi dari pikiran dan perbuatan baik secara nyata. Apa kebaikan yang sudah dilakukan? Maka pegiat literasi di taman bacaan mengimbau untuk kerjakan saja hal-hal baik sepenuh hati, Tidak perlu diumbar kesana kemari. Biarkan waktu yang akan membuktikannya. Karena baik dan buruk itu tidak akan pernah tertukar, hingga kapan pun dan dengan cara apa pun.

 

Mumpung masih ada waktu. Ubahlah cara pandang dalam hidup. Berpikir dan bersikap yang baik kepada siapa pun. Lakukan perbuatan baik dan positif untuk menebar manfaat kepada orang lain. Bukan sebaliknya, malah menjauh dari perbuatan baik sambil menyalahkan orang lain. Kelakukan seperti itu kok mau dikagumi orang lain, dari mana alasannya? Tanyalh pada diri sendiri.

 

Bagaimana cara mengubah cara pandang kita? Sederhanan saja, seperti yang dilakukan pegiat literasi di taman bacaan. Beberapa cara pandang yang diubah, antara lain:

1.      Jauhi gibah atau bergunjing karena itu perbuatan yang tidak berguna sama sekali dan bahkan menghabiskan pahala yang kita miliki.

2.      Ikutlah dalam kegiatan yang baik dan positif, di mana pun dan kapan pun. Bila kita tidak mampu membangun masjid maka cukup dengan iabdah di masjid pun jadi perbuatan baik. Kebaikan itu sesuai porsi dan waktunya, maka kerjakan saja sepenuh hati.

3.      Perbanyak sedekah, sekalipun hanya senyum dan kebaikan yang diperbuat. Syukur-syukur bisa membantu anak-anak yati, kaum jompo atau orang lain yang butuh uluran tangan kita.

4.      Tidak usah berlebih-lebihan dalam urusan apa pun, baik harta maupun omongan. Karena apa pun yang terjadi pada manusia sudah sesuai dengan kehendak Allah SWT. Tinggal manusianya, mau atau tidak memperbaiki niat dan ikhtiar baik sambil berdoa.

5.      Apa pun yang terjadi cukup hadapi dengan sabar dan sholat. Karena “malam yang gelap pasti berganti dengan pagi yang cerah”. Tidak perlu kepo atau mengumbar apa pun. Apalagi menyalahkan orang lain. Cukup kerjakan yang baik dan selebihnya biarkan Allah SWT yang bekerja untuk kita.

 

Apa yang terjadi kemudian? Allah SWT memang maha berkehendak. Si P yang jadi contoh di atas, sekitar 4 bulan lalu terdengar mengalami sakit, Dan belum lama ini meninggal dunia. Dalam keadaan sedang memusuhi dan membenci. Sementara pikiran dan perilaku baiknya belum sempat dilakukan. Itulah hikmah, bahwa siapa pun diminta untuk mempersiapkan kematian. Jangan sampai mati dalam keadan tidak punya bekal cukup di pengadilan-Nya nanti.

 

Ketahuilah, amal dan kebaikan itu “jalan dua arah”. Siapa pun bila ingin diperlakukan baik maka berbuat baiklah kepada orang lain. Bila ingin dihargai maka hargai pula orag lain. Sambi tetap merenung dan bertanya dalam hati, “selama ini kita ada di dunia sebenarnya untuk apa?”. Salam lietarsi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Rabu, 27 Juli 2022

TBM Lentera Pustaka Ingatkan Pentingnya Anak Membaca Buku

Jujur di zaman begini, tidak banyak anak-anak yang gemar membaca buku. Karena godaan handphone yang melanda, enaknya bermain yang tidak bermanfaat. Bahkan main game yang menghabiskan waktu hingga tontonan TV yang tidak edukatif. Apalagi cueknya orang tua terhadap anak-anak. Lalu, apa nasihat baik untuk anak-anak?

 

Nak, jadikan baca duluan handphone belakangan.

Maka tetaplah dekat dengan buku. Rajinlah ke taman bacaan. Biasakan selalu akrab dengan buku, jadikan buku sebagai pemandangan mata. Karena buku membuat kita tersadar. Bahwa masa depan memang harus dipersiapkan. Tidak ada orang sukses tanpa buku. Tidak ada pula masa depan yang cerah bila menjauh dari buku. Maka berjuanglah untuk hidup melalui buku. Karena siapa pun tidak harus menyenangkan orang lain.

 

Siapa pun yang membaca buku. Pasti mengorbankan mainnya, membiarkan handphone-nya. Bahkan mematikan TV-nya. Membaca buku di taman bacaan memang melelahkan. Harus berjalan kaki, harus sediakan waktu, lalu menggunakan mata dan mulut untuk membaca isi bacaan. Tapi membaca itu tidak ada yang salah. Justru membaca akan mampu menolong kita di masa depan.

 

Nak, jadikan baca duluan handphone belakangan.

Karena sasa depan adalah misteri. Masa depan itu sesuatu yang tidak pasti. Tapi yakinlah, masa depan adalah milik mereka yang mau mempersiapkan diri. Mau membaca, mau belajar, mau sekolah, dan mau meluangkan waktu untuk kegiatan yang positif. Karena pada akhirnya di masa depan, hanya ada dua pilihan. Jadi lebih baik atau tidak baik, jadi mudah atau susah. Jadi sukses atau merana.

 

Kalian harus tahu Nak. Di luar sana, ada banyak orang yang meminta kepada Tuhannya setangkai bunga indah. Tapi yang diterima hanya kaktus berduri. Ada banyak orang yang berharap kepada Tuhan diberi seekor kupu-kupu indah. Tapi yang datang justru ulat menjijikkan. Kenapa hal itu terjadi? Karena antara harapan dan kenyataannya tidak sama. Karena impian yang diharapkan berbeda jauh dengan ikhtiar baik yang dilakukan.

 


Maka tetaplah membaca di taman bacaan Nak. Agar harapan dan doa baik kamu akan didengar Tuhan. Sehingga semua yang kamu mau di masa depan akan diberikan Tuhan untukmu. Harapan dan kenyataan yang kamu lakukan itu sama. Niat baik, ikhtiar baik, maka kamu berhak atas hasil di masa depan yang baik pula.

 

Katanya Nak, “hari esok harus lebih baik dari hari ini dan hari ini harus lebih baik dari hari kemain”. Itu berarti, siapa pun harus berubah dan ikhtiar menjadi lebih baik. Bila hari ini sama dengan hari kemarin, maka ituilah orang-orang yang merugi. Karena tidak mau berubah, tidak mau membaca buku.

 

Nak, hari ini kamu boleh miskin. Hari ini boleh susah. Bahkan hari ini kamu harus bekerja keras tanpa lelah. Justru itulah kekuatan terbesar yang kamu miliki untuk masa depan yang lebih baik. Masa depan yang cerah itusangat merindukan orang-orang yang mau berusaha dua sampai tiga kali lipat lebih keras dari orang-orang lainnya.

 

Jadikan baca duluan handphone belakangan Nak. Karena mau membaca dari sekarang untuk masa depan yang terang. Ketahuilah Nak, di bumi ini. Tidak ada orang yang hebat tanpa mau berbuat. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka



Praktik Baik Ajarkan Akhlak di Taman Bacaan Lentera Pustaka, Seperti Apa?

Banyak orang tahunya taman bacaan hanya tempat membaca. Gudangnya buku dan sarana untuk meningkatkan kegemaran membaca. Justru yang paling pas, taman bacaan adalah tempat sediakan akses bacaan. Karena faktanya hari ini, banyak daerah tidak punya akses bacaan. Tidak ada perpustakaan atau taman bacaan. Minat dan kegemaran membaca itu hanya bisa dicapai bila ada akses bacaannya.

 

Tapi lebih dari itu, taman bacaan pun bisa menjadi tempat pembelajaran akhlak atau adab. Karena akhlak sejatinya di atas ilmu pengetahuan. Untuk apa ilmunya tinggi bila tidak punya akhlak. Maka akhlak menjadi kata kunci majunya peradaban manusia atau suatu bangsa sekalipun.

 

Maka misi pembelajaran akhlak itulah yang diemban TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Setiap hari Minggu, selalu ada pelajaran akhlak yang diberikan ke 130-an pembaca aktif. Mulai dari mengucapkan salam, antre, cium tangan, bahkan sopan santun.Sebagai penguatan karakter dan mental yang baik di tengah dinamika kehidupan yang mulai mengabaikan akhlak. Selain sediakan akses bacaan, taman bacaan pun jadi sentra pembelajaran akhlak.

 

Kenapa akhlak? Karena hari ini banyak orang begitu antusias mengumbar aib atau mencari keburukan orang lain. ibadah ritualnya bagus. Tapi sayang akhlaknya tidak baik. Contohnya, orang-orang kepo yang mau tahu urusan orang lain. Atas nama kepedulian pengen tahu apa yang dilakukan dan terjadi pada orang lain. Orang-orang yang lupa. Bahwa Allah SWT sangat membenci 3 perkara dalam hidup, yaitu: 1) bergosip atau membahas sesuatu yang belum jelas, 2) banyak bertanya, dan 3) menyia-nyiakan harta (HR Bukhari Muslim).

 


Orang soleh itu rajin ibadah. Tapi belum tentu punya akhlak yang baik. Seperti anak kyai di Jombang yang mencabuli santriwati. Itu hanya contoh akhlak yang buruk, tentu masih banyak contoh lainnya. Ketika banyak orang “kehilangan peran” kebaikan di tengah masyarakat, maka taman bacaan harus mengusung pembelajaran akhlak. Untuk membangun generasi Ihsan. Generasi yang gemar berbuat baik. Berani untuk melakukan perbuatan yang baik dan mampu menahan diri dari dosa.

 

Sudah pasti di dunia ini, tidak satupun manusia yang tidak punya aib apalagi kesalahan. Maka hanya manusia ber-akhlak yang membedakannya. Bila akhlaknya baik maka bersikap menutupi aib saudaranya. Bila akhlaknya buruk, maka jadilah pengumbar aib dan gemar bergosip. Sholat iya, sedekah iya tapi sayang akhlaknya tidak dijaga. Maka hilanglah amalannya.

 

Di taman bacaan, perbuatan baik adalah spirit utama. Karena literasi sejatinya adalah “jalan dua arah”. Mau menghargai orang lain sebelum menuntut dihargai. Di situlah pentingnya belajar dan taman bacaan.

 

Karena taman bacaan itu tempat belajar akhlak yang baik. Sekalipun orang-orang di sekitarnya bertindak buruk kepadanya. Literat itu soal akhlak, bukan hanya baca. Salam literasi… #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

 

Selasa, 26 Juli 2022

Tentang Literasi Digital di Taman Bacaan Lentera Pustaka

Literasi digital tidak harus jadi pandai berdigital. Karena pandai digital belum tentu bijak dalam berdigital. Sehingga kepandaian menggunakan perangkat digital dan internet justru jadi kontraproduktif. Untuk apa pandai digital bila dipakai untuk hal-hal yang tidak bermanfaat? Apalagi digital hanya untuk eksis di media sosial, buat apa? Bukan itu literasi digital.

 

Maka di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, literasi digital bukan untuk pandai digital. Tiap hari Minggu, anak-anak TBM Lentera Pustaka belajar literasi digital. Tujuannya untuk megenal dan mengoperasikan perangkat komputer atau laptop secara baik. Misalnya untuk mencari dan memanfaatkan informasi yang ada di internet atau belajar, selain Latihan mengetik teks. Hingga nantinya, terbentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam menggunakan komputer atau laptop.

 

Dibimbing oleh relawan TBM Lentera Pustaka, aktivitas literasi digital dilakukan secara praktik. Sambil dijelaskan fungsi dan manfaat komputer serta keguanaannya.  Sehingga setiap anak memiliki kemampuan individu. Untuk menuliskan buku-buku yang telah dibaca atau membuat ringkasan buku bacaan. Dengan begitu, nantinya anak-anak TBM Lentera Pustaka pun jadi terbiasa memadukan kata-kata dan merangkai kalimat untuk menulis.

 


Dengan dukungan 3 perangkat komputer dan 2 laptop hibah dari Bank Sinarmas dan PLN, pembelajaran literasi digital di TBM Lentera Pustaka diarahkan untuk mengenal mampu mengoperasikan komputer/laptop. Setelah itu, diajarkan bagaimana mengakses internet dan menggunakan media digital atau media sosial secara bijak. Agar nantinya, anak-anak TBM Lentera Pustaka lebih cakap digital, punya etika digital, dan berbudaya digital sesuai keperluan.

 

Jadi, literasi digital bukan untuk pandai berdigital. Tapi untuk menggunakan hati dan akal sehat dalam berdigital agar tidak salah pakai. Salam literasi #LiterasiDigital #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

 

Senin, 25 Juli 2022

Tantangan Taman Bacaan, Melawan Kaum Belum Berkuku Tapi Hendak Mencubit

KAUM BELUM BERKUKU HENDAK MENCUBIT …

Itu hanya ungkapan. Untuk orang-orang yang belum sadar. Bahwa dirinya bukan apa-apa dan bukan pula siapa-siapa. Belum berbuat apa-apa tapi sudah banyak bicara tentang apa pun. Hanya tahu sedikit tapi lagkanya tahu segalanya. Orang-orang yang gemar ngurus hidup orang lain. Lalu abai memperbaiki dirinya sendiri.

 

Peribahasa nenek moyang, “belum berkuku hendak mencubit”. Belum tentu benar tapi mudah menyalahkan orang lain. Belum bisa apa-apa tapi seperti sudah melakukan segalanya. Hanya bisa memlihat keburukan tanpa bisa berbuat kebaikan. Belum punya kuku tapi maunya mencubit.

 

Itulah realitas yang terjadi di grup-grup WA, di komunitas tukang gibah. Tiap kebaikan yang dilakukan pemimpin atau orang lain selalu dicari salahnya. Lebih senang menghakimi dan bergunjing yang tidak ada manfaatnya. Omong banyak tapi kerjanya kosong. Persis seperti orang-orang frustrasi. Karena mimpi dan harapannya tidak tercapai. Jadi bisanya hanya mencari kesalahan orang lain.

 

Di taman bacaan pun ada saja orang-orang yang “belum berkuku hendak mencubit”. Bantu tidak peduli tidak. Bahkan injak kaki ke taman bacaan pun tidak. Tapi giliran omong taman bacaan seolah tahu segalanya. Orang-orang yang memaksa pikiran dan perilaku keliru seolah-olah benar. Tidak suka melihat taman bacaan maju, tidak senang pada orang-orang yang ada di taman bacaan. Hidup di dunia nyata tapi tidur dengan takhayul. Isinya kebencian dan ketakutan. Gagal melihat kebaikan di dekatnya sendiri. Boro-boro mau jadi agen kebaikan untuk umat.

 


Belum berkuku hendak mencubit. Persis seperti pepatah “tidak pandai menari dikatakan lantai yang terjungkat”. Maka jadilah “gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak”. Dia yang tidak lakukan apa-apa, dia yang punya salah. Tapi seolah semua yang dilakukan orang lain salah. Sama sekali tidak literat!

 

Manusia literat, tentu tidak usah khawatir. Atas apa yang dikatakan orang lain, atas apa yang dipikirkan orang yang tidak berguna. Karena memang, mereka hanya bisa bicara tanpa bisa mengerjakan kebaikan apa pun. Cukup hati-hati saja. Karena di mana pun, selalu ada mana kawan mana lawan. Selalu ada orang yan tidak suka atas perbuatn baik yang kita lakukan.

 

Tetaplah lakukan yang terbaik dalam hidup. Mumpung masih ada waktu, mumpung ajal belum tiba. Di dunia literasi dan taman bacaan, tidak cukup punya pikiran yang bagus bila tidak mampu menggunakannya dengan baik.

 

Belum berkuku hendak mencubit. Terkadang dalam hidup, ada saja orang yang gagal “bermain” di antara naluri dan akal. Sehingga terjebak pada hawa nafsu dan kebobrokan. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Minggu, 24 Juli 2022

In Memoriam Pak Soenarko dan Ibu Zulfahnur, Dua Guru Saya di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ

Innaalillaahi wa innaa ilaihi roojiuun. Hari ini, 24 Juli 2022, telah berpulang ke rahmatullah guru saya yang terhormat, Bapak Drs. H. Soenarko, mantan Kajur Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FPBS IKIP Jakarta (kini: FBS UNJ) di tahun 1990-an. Beliau memang sudah terbaring sakit cukup lama. Kepergian beliau menyusul guru saya lainnya yang telah mendahului pula, Ibu Hj. Zulfahnur Zakaria pada 20 Juni 2021 di RS Persahabatan Jakarta. Untuk almarhum Pak Soenarko dan almarhumah Ibu Zulfahnur, teriring doa semoga Allah SWT menerima semua amalnya, mengampuni dosanya dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, amiin.

 

Selamat jalan Pak Narko dan Ibu Zulfah, begitu saya memanggilnya.

Sengaja saya menuliskan ini, in memoriam Pak Soenarko dan Ibu Zulfahnur. Mengenang sosok sang guru di masa kuliah. Karena buat saya, beliau-beliau adalah guru sekaligus orang tua yang saya hormati. Saat saya kuliah di PBSI FPBS IKIP Jakarta, Pak Narko adalah ketua jurusan dan Ibu Zulfah sebagai sekretaris jurusan (1989-1992). Setelah itu, Ibu Zulfah menjabat ketua jurusan di era 1992-1994-an saat saya menyelesaikan studi S-1. Jadi di masa itu, Pak Narko dan Ibu Zulfah adalah guru yang spesial buat saya. Karena tanpa tanda tangan beliau berdua, apalah arti KRS (Kartu Rencana Studi) mahasiswa di setiap semester-nya.

 

Pak Narko, dari sosok beliau saya belajar tentang kesederhanaan. Sebagai Kajur, beliau berkantor di Lt. 2 Gedung D Kampus IKIP Rawamangun (mungkin gedungnya sudah tidak ada sekarang). Kajur yang sederhana dan kalem. Bicara secukupnya saja. Berkemeja lengan pendek, beliau sering memanggil saya untuk berkoordinasi terkait kegiatan kemahasiswaan di PBSI. Kebetulan di era beliau pula, saya menjadi ketua HIMA (Himpunan Mahasiswa) jurusan PBSI. Mengajar mata kuliah Linguistik Umum, Pak Narko memang dikenal sosok dosen yang bersahaja lagi ramah. Sikap ramah yang paling kentara, bila beliau ingin pulang di sore hari, saat melewati mahasiswa yang nongkrong di depan pintu Gedung D selalu berucap, “ayo pulang ..”. Sambil bergegas menuju mobilnya carry warna biru muda yang terparkir di depan.

 

Seingat saya, Pak Narko juga pernah mengikuti perjalanan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ke Universitas Mataram di Lombok dan ke IKIP Surabaya dan IKIP Malang (kala itu). Ngobrol sepanjang perjalanan di dalam bus, semakin terlihat sikap sederhana dan kelembutan beliau sebagai seorang ayah. Sayangnya setelah lulus kuliah, saya tidak lagi mendapat update terkait beliau. Kapan pensiun dan bagaimana keadaannya. Hingga suatu kali di tahun 2014, ada kabar beliau mengalami stroke. Dan bersyukur saya bersama Ibu Zulfah, Ibu Sabarti, Pak Bustaman, Ibu Sinto dan Ibu Lia sempat menjenguk ke rumahnya di daerah Jatinegara. Beliau terkulai di tempat tidur, kami pun berdialog untuk menyemangati beliau sambil tetap berdoa untuk kesembuhannya. Tapi apa mau dikata, Allah SWT telah memilihkan jalan terbaik untuk Pak Narko.  Pada Minggu, 24 Juli 2022 ini, beliau telah berpulang ke rahmatullah. Guru yang saya hormati dan tempat belajar tentang kesederhanaan yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.

 


Begitu pula sosok Ibu Zulfah. Saya mengenal beliau saat masih jadi sekjur PBSI lalu jadi Kajur PBSI saat Gedung kuliah berpindah ke Unit 3 di belakang. Beliau mengajar Teori Sastra dan Kajian Prosa Fiksi. Dari Ibu Zulfah, saya merasakan aroma keibuan yang kental pada pribadinya. Selalu bertegur sapa sambil bertanya tentang keadaan mahasiswa. Bahkan tidak jarang beliau pun memberi nasihat. Pernah suatu pagi pukul 06.00 WIB, maklum karena saya dan sahabat saya Alm Eman Sulaeman memang tinggal dan menginap di kampus (tepatnya di Ruang Senat Mahasiswa FPBS) seusai mandi di lantai bawah berpapasan dengan Ibu Zulfah (yang selalu datang pagi banget dengan mobil sedan berwrana merah maroon). Langsung beliau menegur dan menasihati, katanya, “Kalau mandi harus sudah beres sebelum Ibu datang ya…”. Saking malu dan patuh, saya pun menjawab lantang, “Iyaa Bu, maaf”.

 

Saat saya lulus kuliah tahun 1994, Ibu Zulfah seingat saya masih menjadi Kajur PBSI. Lagi-lagi sayang, setelah lulus kuliah pun saya tidak mendapat lagi update beliau. Namun sejak IKA BINDO (Ikatan Alumni Pendidikann Bahasa dan Sastra Indoensia) FBS UNJ terbentuk di tahun 2009, Ibu Zulfah tergolong rajin hadir bila ada acara IKA BINDO. Mulai dari OBSOR (Obrolan Sore), Reuni, dan Halal Bihalal. Bahkan hingga tahun 2020 lalu pun, kontak dan silaturahim dengan Ibu Zulfah tetap berlangsung. Termasuk saat menjenguk Pak Narko ke rumahnya. Tapi apa mau dikata, bak petir di siang bolong, tiba-tiba pada 20 Juni 2021, saya pun mendapat kabar Ibu Zulfa wafat. Dari sosok Ibu Zulfah, saya belajar tentang sikap keibuan yang tulus dan selalu rajin bertegur sapa walau sekadar menanyakan keadaan.

 

In Memoriam Pak Soenarko dan Ibu Zulfahnur, dengan tegas saya ingin menyatakan beliau berdua adalah orang-orang yang baik. Sosok guru yang sangat dihormati dan sangat mengayomi mahasiswanya. Pak Narko dan Ibu Zulfah adalah bagian dari saksi perjalanan masa kuliah saya di IKIP Jakarta (UNJ). Dari keduanya, saya bukan hanya mendapat ilmu. Tapi belajar tentang “kehormatan adalah jalan dua arah; siapa pun yang ingin mendapatkannya maka harus memberikannya”. Selamat jalan Pak Narko dan Ibu Zulfah.

 

Sekali lagi, in momeriam Pak Narko dan Ibu Zulfah ini saya buat. Bila suatu kali saya ditanya anak, tentang diapa guru saya saat kuliah? Maka saya akan sebutkan diantaranya adlaah Pak Narko dan Ibu Zulfa dan tinggal saya search di “mbah google” sebagai rekam jejak tulisan seorang murid untuk mengenang gurunya.

 

Tentu, kawan-kawan saya di era 90-an, baik adik kelas maupun kakak kelas punya kenangan tersendiri dengan Pak Narko dan Ibu Zulfah. Tulisan ini hanya pemantik untuk sedikti mengenang guru-guru kita yang bergitu berjasa di masa belajar, di masa kuliah. Untuk itu, para alumni dan siapa pun yang membaca tulisan ini, mari kita kirimkan doa dan surat Al Fatihah untuk Alm Pak Soenarko dan Alhm Ibu Zulfahnur. Agar ilmu yang telah beliau ajarkan menjadi amal ibadah dan segala kesalahannya diampuni Allah SWT. Teriring doa agar beliau berdua mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.

 

Beginilah cara sederhana, seoarang murid menghormati gurunya. Menuliskan tentang kebaikan sang guru di masa-masa belajar dengannya. Maka saya bersaksi, bahwa Alm Pak Soenarko dan Almh Ibu Zulfahnur adalah orang baik. Dengan penuh ikhlas, saya berucap “Selamat Jalan Pak Narko dan Ibu Zulfah, kami bersyukur pernah menjadi murid Bapak dan Ibu. Hanya Allah SWT yang akan membalas kebaikan Pak Narko dan Ibu Zulfah”. Alfatihah … #IKABINDOUNJ #SelamatJalanPakNarko #SelamatJalanIbuZulfah

 

TBM Lentera Pustaka dan BEM Faperta IPB Gelar Peringatan Hari Anak Nasional

Memperingati Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2022, BEM Faperta IPB bersama TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak menggelar acara “Mari Mewarnai dan Penyuluhan Serangga” diikuti 70 anak-anak pembaca aktif (24/7/2022). Dengan mewarnai, anak-anak dilating untuk meningkatkan fungsi otak, baik menggerakkan kreativitas dan memengaruhi pemikiran logis-nya. Karena saat mewarnai, anak-anak dituntut untuk berimajinasi menggunakan warna sebagai cerminan kreativitas dan tetap fokus pada gambar sebagai cerminan logika. 

 

Dipimpin Ferry serta 14 pengurus BEM Faperta IPB, penyuluhan tentang hewan serang dan bahayanya pun diperkenalkan kepada anak-anak TBM Lentera Pustaka. Kegiatan periangatan Hari Anak Nasional yang berlangsung di kebun baca ini pun diikuti para ibu yang mengantar anaknya membaca tiap hari Minggu, di samping para wali baca dan relawan TBM Lentera Pustaka.

 

Selain menjadi program kerha BEM Faperta IPB, kegiatan ini juga menjadi cerminan social control mahasiswa dengan kepedulian sosial yang sangat tinggi dan dapat menjadi panutan di lingkungan masyarakat. Berbekal pendidikan dan pengetahuan, para mahasiswa berinteraksi langsung dengan anak-anak pembaca aktif dan masyarakat. Sebuah kepedulian sosial mahasiswa yang patut diacungi jempol.

 

“TBM Lentera Pustaka senang dapat berkolaborasi dengan BEM Faperta IPB yang sudah berjalan 4 tahun. Anak-anak begitu antusias dalam mewarnai gambar dan mengikuti penyuluhan serangga. Salam dari Pendiri TBM Lentera Pustaka yang tidak bisa hadir pada hari ini. Inilah persembahan Hari Anak Nasional dari taman bacaan di kaki Gunung Salak Bogor” ujar Susilawati, Wali Baca TBM Lentera Pustaka di sela acara.

 


Seusai acara pun seperti biasa, TBM Lentera Pustaka pun tetap menyelenggarakan kegiatn belajar literasi digital untuk mengenalkan computer, di samping edukasi tentang pentingnya berliterasi digital dengan bijak, utaman di media sosial. Setelah itu, aktivitas belajar GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) pun tetap berlangsung yang diajar oleh relawan TBM Lentera Pustaka.

 

Selain mengemban amanat pendidikan nonformal, taman bacaan memang harus terua aktif berkiprah dalam menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Sabtu, 23 Juli 2022

Taman Bacaan Lentera Pustaka Program Literasinya Tidak Lazim, Apa Itu?

Tidak lazim itu berarti tidak biasa. Artinya tidak umum terjadi. Bisa karena langka atau karena tempatnya. Seperti orang yang sedang berada di dalam masjid. Tapi bukan untuk ibadah melainkan numpang nyolok charger handphone. Tidak lazim itu bisa terjadi pada pikiran, sikap, atau perilaku.

 

Nah, salah satu yang tidak lazim pun terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Taman bacaan yang dikenal aktif dan komprehensif ini, tadinya hanya menjalankan program TAman Bacaan (TABA). Tapi kini setelah 5 tahun berjalan, memiliki 14 program literasi. Diantaranya program yang tidak lazim, yaitu 1) YAtim BInaan (YABI) dan 2) JOMpo BInaan (JOMBI). Kedua program (YABI dan JOMBI) dilakukan sebagai bentuk kepedulian sosial taman bacaan kepada anak-anak yatim dan kaum jompo. Selain menjadi tempat membaca buku, TBM Lentera Pustaka pun “tidak lazim” menjalani aktivitas literasi di taman bacaan. Karena taman bacaan, memang bukan panti yatim atau panti jompo.

 

Apa yang dilakukan kepada anak-anak yatim binaan dan jompo binaan?

Alhamdulillah, hingga kini TBM Lentera Pustaka tetap istikomah menyantuni anak-anak yatim dan jompo binaan. Santunan diberikan minimal sebulan sekali melalui pengajian bulanan YABI dan JOMBI. Biasanya tiap Sabtu sore di akhir bulan. Saat ini ada 12 anak yatim dan 10 jompo binaan yang disantuni. Bahkan 4 anak yatim diantaranya pun mendapat beasiswa belajar: 2 anak yatim SMP dan 2 anak yatim kuliah. Besaran santunan yang diberikan antara Rp. 50.000 s.d. Rp. 100.000 setiap bulannya + beasiswa anak yatim yang berikan setiap bulan. Uang santunan pun diperoleh dari sedekah Pendiri TBM Lentera Pustaka dan rekan-rekannya yang rutin bersedkah setiap bulan untuk anak yatim dan jompo binaan.

 


Mengapa taman bacaan melakukan santunan anak-anak yatim dan jompo binaan? Jawabnya sederhana, untuk berbuat baik kepada anak-anak yatim dan kaum jompo. Di samping untuk menyisihkan “sedikit rezeki” untuk kaum yang membutuhkan bantuan. Asal rutin dan konsisten. Sehingga ada secercah harapan dan senyum di kalangan anak-ana yatim dan kaum jompo sekitar TBM Lentera Pustaka.

 

Allah SWT berfirman, “Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah memperbaiki keadaan mereka adalah baik,” (QS. 2:220). Atas ajaran itulah, TBM Lentera Pustaka sebisa mungkin ikhtiar untuk memuliakan anak yatim dan kaum jompo. Sebagi bentuk perhatian dan kepedulian, di samping memberikannasihat baik kepada anak-anak yatim dan kaum jompo.

 

Ada anak-anak yatim dan kaum jompo di taman bacaan memang tidak lazim. Tapi justru program itulah yang menjadikan taman bacaan lebih berkah dan lebih bermanfaat. Karena siapa pun yang berbuat baik kepada anak-anak yatim dan kaum jompo, maka dapat menghilangkan kesengsaraan dan penderitaan dan mengangkat martabat.

 

Dari program YABI dan JOMBI, TBM Lentera Pustaka pun belajar. Bahwa barang siapa kepeduliannya hanya pada apa yang masuk ke dalam perutnya maka nilai orang itu pun tidak lebih dari apa yang keluar dari perutnya. Untuk itu, berhentilah membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain tapi syukurilah apa yang kamu miliki.

 

Karena hidup, sejatinya bukan untuk sukses dan kaya. Tapi untuk bernilai dan bermanfaat untuk orang lain. Salam literasi #YatimBinaan #JompoBinaan #TBMLenteraPustaka

 


Jumat, 22 Juli 2022

Anak-anak Taman Bacaan Cuma Mau Bilang Ini ke Orang Tua di Hari Anak Nasional

Mumpung di Hari Anak Nasional, tanggal 23 Juli, anak-anak vuma mau bilang ini ke orang dewasa?

Ayah, Ibu, Om dan Tante. Aku ini bukan fotokopi ayah. Bukan pula pengen jadi seperti yang Ibu mau. Tolong ayah jangan lagi ceritakan kesalahan aku ke orang lain. Tapi bicarakan saja tentang kesalahan-kesalahannya ayah sebelum bercerita kesalahan aku. Ibu juga tidak perlu keluh-kesah atas ketidak-bisaan aku sebelum Ibu mampu menguari ketidak-bisaan ibu sendiri.

 

Ayah Ibu Om dan Tante, tidak usah khawatir pada diriku. Orang dewasa tidak perlu was-was pada anaknya. Karena aku pun tidak pernah khawatir kepada Ayah Ibu yang ternyata lebih peduli gadget daripada aku. Bila Ayah Ibu bilang, tidak mudah mendidik anak. Itu artinya, tidak mudah pula jadi orang tua kan? Maka begitu pula sulitnya seorang anak yang “dipaksa” mengikuti kemauan dan skenario orang tua.

 

Kan Ayah Ibu yang sering bilang. Urusan orang tua banyak, orang tua itu capek. Sama seperti aku, urusan anak juga banyak. Jadi anak-anak juga capek. Sekolah, belajar, disuruh membaca buku, dinasehatin ayah ibu tiap malam. Bahkan dipaksa berpikir seperti orang dewasa, disuruh seperti ayah ibu. Terus, kapan dong ayah ibu tersenyum saat berada di sebelahku. Atau kapan ayah ibu memeluk bangga aku sebagai anaknya. Ayah ibu lupa ya, untuk apa menceritakan kehebatan anak orang lain ke aku? Kan kata ayah ibu, setiap anak itu beda-beda. Ya sudah, pahami saja perbedaaan itu.

 


Lagian, kenapa sih ayah ibu pengen aku jadi orang kaya, jadi orang sukses?

Sudahlah ayah ibu, aku tahu kok mana yang baik mana yang tidak baik. Jadi tidak usah paksa aku begini begitu. Aku itu pengen jadi seperti aku sendiri. Bukan pengen kaya atau sukses. Karena hidup itu urusan Allah SWT. Aku hanya ikhtiar dan berdoa saja. Lagi pula, aku itu lebih ingin menghargai “nilai” daripada “harga”. Jadi bukan kaya atau sukses ukurannya. Tapi untuk apa kaya dan sukses bila tidak bernilai seperti ayah dan ibu.

 

“Ayo belajar, kalau nggak nanti ditangkap polisi lho”. Ayah ibu masih ingat kalimat itu nggak? Sering banget diucapkan sewaktu aku kecil. Kenapa sih ayah ibu sering membohongi aku atas nama kebaikan. Ayah ibu sudah lupa ya. Anak itu hanya butuh contoh yang baik, bukan omongan atau nasihat melulu.  Aku itu butuh saran yang cocok untukku, bukan cocok untuk orang tuaku.

 

Ayah ibu harus tahu. Masalah anak itu bukan soal sepele. Tapi kenapa ayah ibu mengurusi aku dengan cara sepele. Maka esok ayah ibu, jangan lagi memaksa aku seperti yang ayah ibu mau. Nanti aku malah pura-putra mau atau terpaksa mau.

 

Jadi, tolong biarkan aku tumbuh apa adanya. Seperti diriku sendiri, bukan seperti anak orang lain yang ayah ibu mau. SELAMAT HARI ANAK NASIONAL #AnakIndonesia #HariAnakNasional #TBMLenteraPustaka