Entah kenapa, di zaman begini, banyak orang merasa penting banget dikagumi orang lain. Kesana-kemari mengejar citra diri agar dipuji atau dikasihani orang lain. Hingga terlupa, bahwa yang dilakukannya justru mengumbar aib diri sendiri atau orang lain. Saat ditanya pengen apa setelah meninggal dunia? Katanya ingin masuk surga. Tapi sayang, selama di dunia justru melanggar hal-hal yang dilarang agamanya sendiri.
Seperti di taman bacaan. Ada orang-orang yang ingin dibilang benar. Tapi
kerjanya menyalahkan orang lain. Ada pula orang yang paham taman bacaan sebagai
tempat perbuatan baik. Tapi kerjanya memusuhi bahkan membenci taman bacaan
hingga kini. Jadi di mana hubungannya? Orang-orang itu pengen masuk surga saat matin
anti. Tapi yang dikerjakannya justru memelihara permusuhan dan kebencian. Itulah
cara pandang yang salah.
Ini sekadar contoh yang terjadi di taman bacaan. Sebut saja si P, orang
yang hidupnya biasa saja. Ekonomi pas-pasan. Ibadahnya jarang. Pendidikannya pun
tidak tinggi. Sayangnya, akhlak-nya pun tidak baik. Maka wajar, pergaulan
sosialnya pun terbatas. Bila kelihatan-lah, siapa teman-temannya? Rekreasi
jarang, apalgi berkecimpung dalam kebaikan. Taman bacaan sebagai ladang amal saja
justru dijadikan musuh.
Sangat memprihatinkan sih. Di zaman begini, jadi orang baik saja belum
tentu masuk surga. Akibat masih banyak aib dan kesalahan yang ditutupi Allah
SWT. Sementara perbuatan baik sebagai penggugur
dosa dan aktivitas penambah pahala malah dijauhi. Lalu pertanyaannya, mau
seperti apa keadaannya saat kematian tiba?
Maka mumpung masih ada waktu. Taman bacaan mengajak siapa pun untuk
segera mengubah pandangan hidup. Tidak usah menuntut orang lain berubah. Tapi
ubahlah diri sendiri. Agar lebih berpihak kepada pikiran dan perilaku yang lebih
baik. Sekali lagi, berubah baik itu ikhtiar bukan pengen jadi malaikat. Bukankah
dunia dihadirkan sebagai ladang amal dan tempat untuk manusia memperaiki diri?
Maka, tidak usah kesana kemari untuk dikagumi orang. Apalagi dengan cara
menjelek-jelekkan orang lain. Reputasi baik seseorang itu bukan dibangun dari omongan.
Tapi dari pikiran dan perbuatan baik secara nyata. Apa kebaikan yang sudah
dilakukan? Maka pegiat literasi di taman bacaan mengimbau untuk kerjakan saja
hal-hal baik sepenuh hati, Tidak perlu diumbar kesana kemari. Biarkan waktu
yang akan membuktikannya. Karena baik dan buruk itu tidak akan pernah tertukar,
hingga kapan pun dan dengan cara apa pun.
Mumpung masih ada waktu. Ubahlah cara pandang dalam hidup. Berpikir dan
bersikap yang baik kepada siapa pun. Lakukan perbuatan baik dan positif untuk
menebar manfaat kepada orang lain. Bukan sebaliknya, malah menjauh dari
perbuatan baik sambil menyalahkan orang lain. Kelakukan seperti itu kok mau
dikagumi orang lain, dari mana alasannya? Tanyalh pada diri sendiri.
Bagaimana cara mengubah cara pandang kita? Sederhanan saja, seperti yang
dilakukan pegiat literasi di taman bacaan. Beberapa cara pandang yang diubah,
antara lain:
1. Jauhi gibah atau bergunjing
karena itu perbuatan yang tidak berguna sama sekali dan bahkan menghabiskan
pahala yang kita miliki.
2. Ikutlah dalam kegiatan
yang baik dan positif, di mana pun dan kapan pun. Bila kita tidak mampu
membangun masjid maka cukup dengan iabdah di masjid pun jadi perbuatan baik. Kebaikan
itu sesuai porsi dan waktunya, maka kerjakan saja sepenuh hati.
3. Perbanyak sedekah,
sekalipun hanya senyum dan kebaikan yang diperbuat. Syukur-syukur bisa membantu
anak-anak yati, kaum jompo atau orang lain yang butuh uluran tangan kita.
4. Tidak usah
berlebih-lebihan dalam urusan apa pun, baik harta maupun omongan. Karena apa
pun yang terjadi pada manusia sudah sesuai dengan kehendak Allah SWT. Tinggal
manusianya, mau atau tidak memperbaiki niat dan ikhtiar baik sambil berdoa.
5. Apa pun yang terjadi
cukup hadapi dengan sabar dan sholat. Karena “malam yang gelap pasti berganti
dengan pagi yang cerah”. Tidak perlu kepo atau mengumbar apa pun. Apalagi
menyalahkan orang lain. Cukup kerjakan yang baik dan selebihnya biarkan Allah
SWT yang bekerja untuk kita.
Apa yang terjadi kemudian? Allah SWT memang maha berkehendak.
Si P yang jadi contoh di atas, sekitar 4 bulan lalu terdengar mengalami sakit,
Dan belum lama ini meninggal dunia. Dalam keadaan sedang memusuhi dan membenci.
Sementara pikiran dan perilaku baiknya belum sempat dilakukan. Itulah hikmah,
bahwa siapa pun diminta untuk mempersiapkan kematian. Jangan sampai mati dalam
keadan tidak punya bekal cukup di pengadilan-Nya nanti.
Ketahuilah, amal dan kebaikan itu “jalan dua arah”. Siapa pun bila ingin
diperlakukan baik maka berbuat baiklah kepada orang lain. Bila ingin dihargai maka
hargai pula orag lain. Sambi tetap merenung dan bertanya dalam hati, “selama
ini kita ada di dunia sebenarnya untuk apa?”. Salam lietarsi #TamanBacaan
#PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar