Senin, 30 Oktober 2023

TBM Lentera Pustaka Jadi Tempat Launching Buku Pilpres "Republik Anak Muda"

Sebagai realisasi menulis untuk jurnalistik, mahasiswa Semester 7 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unindra siap meluncurkan buku pilpres berjudul “Republik Anak Muda”. Pesannya, memilih pemimpin itu sibuk mencari jalan untuk memperbaiki diri bukan berdebat atau mengeluhkan keadaan. Rencananya, buku ini akan diluncurkan di Festival Literasi Gunung Salak #6 TBM Lentera Pustaka, Minggu 19 Nov 2023.

 

Ternyata, buku ini pun mengungkap. Ada 60% kaum milenial dan Gen Z belum tentukan pilihan, siapa capres-cawapres yang akan dicoblos. Di mata anak muda, hiruk pikuk capres-cawapres hanya komoditas politik semata. Belum mewakili aspirasi generasi muda untuk bangsa Indonesia yang lebih baik.

 

Buku kumpulan jurnalisme data dengan 71 mahasiswa yang “bertugas” jadi wartawan ini merupakan hasil liputan dan wawancara tentang pandangan anak-anak muda terkait pilpres- capres cawapres yang ada. Diterbitkan oleh Lovrinz Publishing, buku pilpres ini setidaknya memberi pesan pentingnya keterampilan menulis, di samping kemampuan investigatif kalangan muda.

 

Selain menyajikan data dan realitas jelanb Pilpres 2024, buku ini jadi bukti mahasiswa harus memahami cara kerja jurnalistik, di samping menjadikan jurnalistik dan media sebagai proses, keterampilan, dan profesi di masa depan. Mahasiswa harus mampu menjadikan jurnalistik sebagai media untuk berbagi peristiwa atas dasar data dan fakta, di samping menyajikan informasi yang layak. Di balik buku ini, mahasiswa belajar jurnalistik sambil menuliskan dan mempublikasikannya.

 


Anak-anak muda pun bersikap. Hiruk-pikuk pilpres 2024 sudah menggema, tiga pasang capres-cawapres pun sudah berkobar. Euforia pilpres hanya komoditas politik semata. Terkadang, tidak masalah pencitraan baik di depan kamera tapi kelakuan busuk di hadapan rakyat. Sementara politisi tidak percaya atas ucapannya sendiri, kenapa rakyat begitu memercayainya. Maka di kalangan anak muda, kaum millenial dan Gen Z, politik dan pilpres bukan soal penguasa berikutnya. Tapi soal generasi berikutnya untuk republik anak muda. Apa dan bagaimana pilihan anak muda di pilpres 2024?

 

Buku ini, mempertemukan antara teori dan praktik dalam jurnalistik, seperti dikatakan dalam buku “Jurnalistik Terapan” karya Syarifudin Yunus sekaligus dosen pengampu mata kuliah Jurnalistik para mahasiswa yang menulis di buku ini. Sebuah sinergi teori dan praktik yang berujung pada karya jurnalistik. Harapannya, buku jurnalisme data “Republik Anak Muda” ini bermanfaat dan memberi inspirasi yang positif bagi pembacanya. Salam Jurnalistik!#RepublikAnakMuda #KuliahKurnalistik #TBMLenteraPustaka #MahasiswaUnindra

Anak Itu Belajar dari Perilaku bukan Nasihat

 

Seorang Anak Itu Tidak Belajar dari Nasihat tapi Perilakumu

 

Setiap orang tua pastinya ingin agar kehidupan anak-anaknya lebih baik. Lebih baik dari orang tuanya. Agar anaknya tumbuh menjadi pribadi yang positif dan bermanfaat. Syukur-syukur bila jadi anak yang berhasil untuk masa depannya, hingga mampu mengangkat derajat keluarganya. Betul nggak Bapak Ibu?

 

Tapi sayangnya, banyak orang tua belum paham. Bahwa baik tidaknya anak, tidak ditentukan dari nasihat orang tuanya. Tapi dari perilaku apa yang dicontohkan orang tua. Seorang anak tidak belajar dari nasihat tapi dari perilaku orang tuanya. Pelajaran yang baik itu bukan dari omongan tapi dari Tindakan. Apalagi anak, pasti akan mengikuti contoh dan perilaku orang tuanya. Orang tuanya tidak sholat ya anaknya pun tidak sholat. Bapaknya tidak membaca buku maka anaknya pun tidak suka membaca. Ibunya donyannya ngobrol dan ngelayap, maka anaknya pun senang ngobrol dan ngelayap. Bila itu yang terjadi, apa mau menyalahkan pendidikan dan sekolah?

 

 

Anak-anak, di mana pun, pasti punya cara tersendiri untuk belajar, untuk menjadi lebih baik. Bisa dari orang tua dengan perilakunya, bisa juga dari lingkungan sosialnya. Tapi yang pasti, seorang anak tidak belajar dari nasihat orang tuanya. Tapi dari perilaku dan contoh yang dilakukan orang tuanya. Karena itu, pendidikan untuk anak yang paling sederhana adalah 1) berikan contoh perilaku yang baik kepada anak, 2) mulailah dari perilaku sederhana yang dibiasakan seperti membaca buku, sholat, dan bicara yang baik tanpa melotot, 3) mengerjakan sesuatu yang menyenangkan anak sambil melatih kebiasaaan baik, dan 4) ajak anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baik seperti taman bacaan atau madrasah.

 

Semua orang tua pasti paham. Selain keluarga, lingkungan sosial ikut berperan besar damam membentuk kebiasaaan baik anak-anak. Seperti datang datang dan membaca buku di taman bacaan, mengaji, atau belajar bersama teman. Agar anak-anak terhindar dari pengaruh lingkungan yang negatif, seperti nongkrong, menonton TV, dan bermain gawai. Maka lingkungan sosial yang positif harus diciptakan untuk anak-anak.

 


Atas dasar menjadi bagian pendidikan anak dan menciptakan lingkungan anak yang positif itulah Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka didirikan. Agar anak-anak terbiasa membaca buku, di samping terbiasa berada di lingkungan yang baik. Sehingga terbentuk karakter dan mentalitas anak yang positif dan mampu ber-adaptasi dengan masa depan. Apalagi bagi orang tua yang kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak, maka taman bacaan adalah pilihan yang tepat. Tapi sayang, tidak banyak orang tua yang bersedia dan mau menyuruh anaknya rajin membaca buku. Itulah persoalan sosial yang dihadapi anak-anak di Indonesia. Terlalu terbuai dengan dinamika peradaban zaman dan bersikap cuke terhadap perilaku membaca anak-anak. Terus bila sudah terlanjur anaknya susah diatur susah dinasihati, mau apa lagi?

 

Maka sadarilah, seorang anak itu tidak belajar dari nasihat tapi dari perilaku orang tuanya. Bila kita tidak mampu, maka cari tempat dan sarana untuk menjadikan anak-anak kita lebih baik untuk masa depannya sendiri. Dan tidak kalah penting, anak-anak tidak usah diharapkan jadi orang sukses, tapi cukup jadi orang yang bermanfaat saja. Salam literasi! #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Minggu, 29 Oktober 2023

Taman Bacaan di Bogor Bikin Fose Membaca Buku di Pinggir Jalan, Kok Bisa?

Jalanan biasanya dipakai untuk nongkrong. Duduk santai di jalanan sambil memandangi orang lewat. Bahkan ada yang menjadikan jalanan sebagai tempat untuk mengintip laju orang lain. Tanpa pernah berbuat apapun. Beda halnya dengan anak-anak Taman Bacaan Masyarakat (TBM) lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Justru jalanan dijadikan sarana untuk membaca buku. Jalanan sebagai tempat membaca.

 

Karena sejatinya, membaca bisa di mana saja dan kapan saja. Membaca di jalanan sekaligus mensosialisasikan akan pentingnya anak-anak usia sekolah untuk lebih dekat dengan buku bacaan, bukan dekat dengan handphone. Membaca di pinggir jalan pun untuk melatih keberanian bersikap dan bertindak. Bila membaca perbuatan baik, kenapa tidak diberitahukan kepada orang lain? Membaca di pinggir jalan bukan sekadar peristiwa. Tapi telah menjadi gaya hidup anak-anak TBM Lentera Pustaka.

 

Membaca di pinggir jalan pun memberi pesan untuk anak-anak taman bacaan. Bahwa anak-anak yang membaca buku harus menghormati langkah yang dibuatnya sendiri. Untuk selalu dekat dengan buku, sekaligus melatih diri untuk berbicara secukupnya. Lebih baik membaca buku daripada banyak omong. Karena hari ini, di luar sana, banyak orang berlomba banyak bicara. Sehingga merasa paling tahu, paling benar sendiri. Punya hati tapi tidak hati-hati.

 

Saat membaca buku, siapapun bila sudah menemukan jalannya sendiri. Maka cukup dikerjakan sepenuh hati. Tidak perlu takut apalagi kecewa. Karena semuanya adalah anugerah dan karunia Tuhan untuk menunjukkan jalan kepada kita. Membaca di pinggir jalan, terkadang untuk menemukan yang dicari tidak harus melakukan perjalanan jauh. Tapi cukup menikmati yang ada dan dimiliki. Persisi seperti buku-buku yang menjadi koleksi taman bacaan.

 




Untuk diketahui, TBM Lentera Pustaka saat ini dikenal sebagai taman bacaan yang komprehensif di Indonesia. Taman bacaan yang telah beroperasi 6 tahun ini menjalankan 15 program literasi seperti: TABA (Taman Bacaan) dengan 100-an anak dari 4 desa, GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 40 anak usia prasekolah, YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, Koperasi SImpan Pinjam dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, DonBuk (Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), dan MOBAKE (MOtor BAca KEliling). Tidak kurang 200 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka yang didukung oleh 12 wali baca dan relawan.

 

Dan yang terpenting, membaca di pinggir jalan memberi pesan. Bahwa “jangan mau jadi katak dalam tempurung yang ketakutan dan tidak mau menunjukkan dirinya". Bila membaca itu baik, kenapa tidak di-ekspose? Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka




 

Sabtu, 28 Oktober 2023

Pagi di Taman Bacaan, Ada yang Optimis Ada yang Pesimis

Pagi ini, matahari terbit masih seperti kemarin. Awan cerah pun menggelayut seperti biasanya. Namun dari atas Rooftop Baca TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, ada dua wajah yang berbeda. Ada dua jiwa yang berlainan menemani pagi.

 

Di satu rumah, ada yang kita lalui dengan kebahagiaan. Tapi di rumah lain, ada yang dilalui dengan kesedihan. Di satu rumah, ada yang menjalani dengan kemudahan. Tapi di rumah yang lain, ada yang menjalaninya dengan kesusahan.

 

Dalam diri seseorang, ada yang bersikap optimis di setiap pagi. Tapi pada orang yang lain, ada yang menyikapinya dengan pesimis. Di satu jiwa, ada pagi yang dianggap kebenaran. Tapi di satu jiwa yang lain, tidak sedikit yang memandang pagi sebagai kesalahan. Selalu ada yang positif, ada yang negatif.


Begitulah sebuah takdir bekerja. Selalu ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Selalu ada yang berdiam diri atau ber-ikhtiar sekuat tenaga. Ada yang meremehkan apapun, ada yang memuliakan apapun. Ada yang membaca kehidupan, ada pula yang hanya tertidur pulas dalam kehidupan.  

 

Pagi ini, siapapun bisa memasuki pagi dengan tawa. Tapi esok pagi, kita mungkin memasuki pagi dengan air mata. Hari ini, mungkin kita menyambut pagi dengan berbagai nikmat-Nya. Tapi esok hari, sangat mungkin kita menyambut pagi dengan musibah-Nya. Itulah dunia yang fana, sahabat.

 

Hidup siapapun, memang tidak selamanya akan berada di tempat yang sama. Tidak satupun manusia yang punya keadaan sama. Semuanya akan pasang-surut, sesuai teakdir-Nya. Selalu ada tawa ada air mata. Ada suka ada duka. Ada sakit ada sehat, ada mudah ada sulit. Tidak apa-apa sahabat, biarlah semuanya terjadi dengan sendirinya. Tanpa rekayasa dari manusia. Hanya Allah SWT yang berkehendak semuanya terjadi.

 


Maka ada yang terpenting dalam hidup. Saat kemarin itu kita beriman, maka hari ini pun kita tetap beriman. Kemarin kita beramal sholeh, maka hari ini pun tetap beramal sholeh. Kemarin kita berbuat baik, maka hari ini pun tetap berbuat baik. Kemarin bermanfaat, hari ini pun tetap bermanfaat. Dan jika kemarin kita "terpaksa" penuh dosa, semoga hari ini menjadi jalan taubat untuk kita.

 

The show must go on, sahabat. Hidup akan terus berjalan selagi masih dalam genggamannya. Asalkan kita mau berubah lebih baik dan mendekat sepenuhnya kepada Allah SWT. Tetap mau berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Sekalipun hanya di taman bacaan masyarakat, mengajak anak-anak membaca. Maka semua akan menjadi indah dan bermakna.

 

Ketahuilah sahabat. Bahwa keadaan seseorang itu tergantung bagaimana akhirnya. Dan setiap amalan itu juga tergantung pada akhirnya. Maka jangan terlena dengan masa lalu, tetaplah optimis dan bertindak baik di hari ini dan esok. Akhir kita bukan terletak pada omongan. Tapi perbuatan baik yang ditebarkan di mana pun.

 

Maka tiada daya dan kekuatan, selain kita memohon taufik dan hidayah kepada-Nya. Selalu memperbaiki niat dan ikhtiar yang baik. Selebihnya, serahkan segalanya kepada Allah SWT. Itulah sikap literat di setiap pagi. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Yatim dan Jompo Binaan TBM Lentera Pustaka, Seperti Apa?

Bila ada taman bacaan yang selalu menggelar pengajian yatim dan jompo binaan secara rutin setiap bulan, salah satunya adalah Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sejak berdiri tahun 2017, taman bacaan yang didirikan Syarifudin Yunus, Dosen FBS Unindra dan Direktur Eksekutif Asosasi DPLK ini selalu menyantuni anak-anak yatim binaan melalui program YAtim BInaan (YABI). Bahkan 4 anak yatim diantaranya dibeasiswai agar tetap dapat melanjutkan sekolah. Sedangkan program JOMBI (JOMpo BInaan) dimulai tahun 2019. Saat ini TBM Lentera menaungi 15 anak yatim binaan dan 12 kaum jompo yang setiap bulan disantuni melalui pengajian bulanan.

 

Seperti yang dilakukan pada Sabtu (28/10/2023) sore, pengajian bulanan yatim dan jompo binaan digelar sebagai bentuk kepedulian sosial taman bacaan kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan, di samping memberi nasihat kebaikan sebagai pengganti ”sosok ayah” dari anak-anak yatim. Setelah mengaji, tahlil, dan berdoa, setiap anak yatim dan ibu jompo diberikan santunan bulanan yang berasal dari Pendiri TBM Lentera Pustaka secara personal dan titipan sedekah 3-4 kawan baiknya setiap bulan. Setidaknya, setiap anak yatim dan jompo mendapat Rp. 100.000 per orang plus beasiswa setiap bulannya.

 

“Alhamdulillah, saya di TBM Lentera Pustaka selalu mengaji dan menyantuni anak-anak yatim dan jompo bahkan jandanya. Selain menjadi aksi nyata kepedulian terhadap kaum yang membutuhkan, pengajian yatim-jompo binaan pun menjadi cara menggapai berkah aktivitas sosial TBM Lentera Pustaka. Kita sudah ikhtiar, selebihanya memohon pertolongan Allah SWT” ujar Syarifudin Yunus seusai memimpin pengajian bulanan di Bogor.

 

Tradisi pengajian bulanan yatim dan jompo binaan TBM Lentera Pustaka selalu digelar. Selain untuk menggapai ridho Allah SWT, menyantuni anak yatim-jompo memberikan keuatamaan diantaranya: 1) menolah bahaya dan malapetaka, 2) mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, 3) terhindar dari siksaan di akhirat, 4) sebagai amal untuk bekal di akhirat, 5) melembutkan hati, 6) mendapatkan kebaikan yang berlimpah, dan 7) selalu diberkahi Allah SWT. Maka percaya tidak percaya, berkah dan berbagai kemudahan selalu dialami TBM Lentera Pustaka. Mulai dari sponsor CSR korporasi setiap tahunnya, bantuan dan donasi dari berbagai pihak, dan kunjungan berbagai komunitas ke TBM Lentera Pustaka. Sehingga biaya operasional taman bacaan, seperti honor wali baca, listrik-wifi, biaya event bulanan dan jajajan kampung gratis tidak menjadi masalah. Karena selalu ada “orang-orang baik” di TBM Lentera Pustaka.

 


TBM Lentera Pustaka meyakini santunan yatim-jompo binaan adalah cara untuk menyenangkan Allah SWT. Sebagai sayart untuk disenangkan Allah SWT. Karena itu, TBM Lentera Pustaka selalu komitmen dan istikomah dalam meggelar pengajian bulanan dan santunan kepada anak-anak yatim dan jompo binaannya. Karena dekat dan akrab dengan anak-anak yatim dan kaum jompo, segala sesuatu di TBM Lentera Pustaka selalu dimudahkan-Nya.

 

Maka jangan abaikan kekuatan doa anak-anak yatim dan kaum jompo, di mana pun dan kapan pun. Bila ingin sehat, dimudahkan rezeki, dan lancar segala urusan cukup santuni anak-anak yatim dan kaum jompo sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena TBM Lentera Pustaka sudah mengalami dan menjalaninya melalui program YAtim BInaan (YAABI) dan JOMpo BInaan (JOMBI).

 

Dan mereka bertanya kepadamu mengenai anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.” (QS Al-Baqarah: 220). Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

 


Jumat, 27 Oktober 2023

Sebelum Semuanya Berakhir, Membaca Tidak Akan Pernah Berakhir

Perjalanan membaca buku memang tidak akan berjalan mulus. Selalu ada godaan waktu dan gangguan situasi. Tapi membaca buku pasti tidak akan pernah berakhir. Hanya komitmen dan konsistensi berliterasi yang jadi kata kunci proses membaca. Apapun alasannya, membaca pasti tidak akan pernah berakhir. Hingga akhir hayat.

 

Membaca, tentu boleh atas sebab apapun, Hanya untuk mengisi waktu. Atau hanya ingin tahu isi buku. Ada pula yang ingin menambah wawasan atau pengetahuan. Bahkan membaca karena kesal pada seseorang pun tidak masalah. Asal tetap membaca dan memegang buku. Karena membaca adalah perbuatan, bukan pelajaran. Membaca di mana pun praktik, bukan teori.   

 

Mungkin ada yang belum tahu. Membaca sama sekali tidak butuh latar belakang pendidikan. Apalagi status sosial, pangkat dan jabatan. Karena siapapun saat membaca, tidak akan pernah ditanya kerjanya apa? Selain mau dan berani membaca, tidak ada aturan yang mengikat dalam membaca buku. Bisa kok membaca karena ingin menambah teman, atau mengeksplor hal-hal baru. Membaca juga boleh untuk menjauh dari aktivitas yang sia-sia atau tidak bermanfaat.

 

Maka jangan persoalkan orang-orang yang membaca. Jangan gubris taman bacaan atau literasi. Bila Anda tergolong orang-orang yang tidak mau membaca. Tidak peduli terhadap buku dan anak-anak yang membaca. Tidak perlu terlalu heboh diskusi dan seminar tentang membaca bila membaca sebagai proses atau praktik baik buru-buru ditinggalkan. Karena membaca bukan slogan atau motto. Tapi membaca adalah keberanian, bukan ketakutan. Apalagi di tengah gempuran era digital.

 

Karena membaca tidak akan pernah berakhir. Maka teruslah ikhtiar untuk membaca buku, selagi masih ada waktu. Tidak masalah usia sudah uzur, fisik sudah melemah. Hafalan sering lupa atau kaki sudah tidak kuat melangkah. Jangan berkecil hati untuk membaca. Jangan surut semangat untuk mendekati buku. Karena saat membaca, ada kemuliaan hati ada keberkahan hidup.  

 


Petuah Arab menyebut, “belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu dan belajar di waktu besar bagai mengukir di atas air”. Membaca pun begitu. Anak kecil boleh membaca, orang tua pun bagus bila mau membaca. Karena membaca tidak akan pernah berakhir. Seperti kata buku “The Neverending Story” karya Jerman Michael Ende, buku tidak pernah berakhir selama penggemarnya mampu menambahkan lebih banyak teks.

 

Membaca itu praktik. Maka jalani dan nikmati prosesnya. Di dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Tidak ada yang mustahil ketika mau bersungguh-sungguh. Tetap ikhlas dalam berbuat baik dan beramal. Seperti orang yang membaca buku dan tetap belajar sepanjang waktu. Pasti Allah SWT akan memberikan pertolongan, bantuan, dan taufik-Nya. Sebab “Sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan” (Al-Ankabut: 128).

 

Seperti kisah cinta sejati, membaca pun tidak akan pernah berakhir. Semakin Anda tahu kesalahan seseorang justru semakin mencintainya karena membaca. Hanya orang-orang yang tidak pernah membaca yang menghujat atau membahas kesalahan orang lain tanpa mau membantu memperbaikinya. Karena membaca tidak akan pernah berakhir, sebelum semuanya berakhir. Yuk terus membaca. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #TamanBacaan

Kamis, 26 Oktober 2023

Inilah Manfaat Taman Bacaan, Rasakan Sentuhannya

Suatu kali seorang kawan bertanya. Kenapa sih elo rajin ke taman bacaan? Saya pun menjawab santai. Selain jadi ladang amal semua orang, taman bacaan juga jadi sarana untuk membersihkan hati. Ya, membersihkan hati. Karena siapapun saat di taman bacaan pasti membaca buku. Ada nasihat dari buku, ada motivasi dari pengelola taman bacaan. Semua itu cara untuk membersihkan hati.

 

Hari ini banyak orang doyan ngobrol. Senang berkumpul di tempat-tempat yang gagal menambah amal. Bahkan hanya berceloteh di grup WA tanpa aksi nyata sekalipun alasannya silaturahim. Jangan lupa, siapapun saat doyan ngobrol. Maka di situ, akan kehilangan rasa empati. Tidak peduli lagi pada orang lain. Bahkan persfektifnya hanya berkutat di titik itu saja. Hanya sebatas obrolan, titik.

 

Bila banyak ngobrol sama dengan banyak omong. Sangat berpotensi untuk membahas hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Jadi sarana gibah alias ngomongin orang lain yang tidak ada di forum obrolan. Doyan ngobrol pun bisa menimbulkan kesalahpahaman, bahkan menyakiti lawan ngobrolnya. Lalu membuat orang tidak nyaman dan bertengkar. Banyak ngobrol, bisa jadi membuang waktu sia-sia. Omongannya bagus tapi tanpa aksi nyata. Itulah alasan, kenapa saya dan mereka berada di taman bacaan.

 

Berbeda dengan mereka yang ada di taman bacaan. Minimal membaca buku dan melatih diri untuk diam. Tidak banyak omong. Jika ada obrolan pun, isinya nasihat atau petuah kebaikan. Di taman bacaan, berarti tidak main tidak nongkrong.  Mampu memanfaatkan waktu untuk aktivitas yang positif. Menambah rasa empati sekaligus jadi saran untuk membersihkan hati. Bahwa masih banyak ladang amal yang bisa dikerjakan, masih ada aksi nyata yang baik dan bermanfaat untuk orang lain.

 

Seperti yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Saat berada di taman bacaan ini, bisa membimbing anak-anak yang terancam putus sekolah untuk membaca buku. Memberi nasihat dan motivasi baik. Bisa mengajar ibu-ibu buta aksara, mengajar calistung anak-anak kelas prasekolah. Menjadi “driver” motor baca keliling atau bersedkah ke anak-anak yatim atau jompo binaan TBM Lentera Pustaka. Bahkan lebih dari itu, di TBM Lentera Pustaka, tidak sedikit komunitas, mahasiswa, perusahaan, atau personal yang berbakti sosial atau CSR. Menggelar aktivitas yang positif dan bermanfaat untuk 100-an anak-anak pembaca aktif dan warga pengguna layanan taman bacaan. Bahkan bagi anak-anak dan warga taman bacaan, jadi tahu diri kapan harus membaca, kapan belajar, kapan pegang handphone atau kapan main? Dilatih untuk bisa membagi waktu dengan baik dan bisa membedakan aktivitas bermanfaat dan tidak bermanfaat!

 


Di taman bacaan, siapapun seolah bercermin di kaca yang bersih. Jadi tahu diri, jadi sadar bahwa hidup di dunia itu hanya sementara. Maka apalagi yang dikerjakan selain kebaikan dan manfaat untuk orang lain. Sedangkan banyak ngobrol, seolah sedang bercermin di kaca yang kotor. Jadi ngomongin orang, berprasangka bahkan hilang rasa empatinya kepada orang lain. Jadi lupa, seindah apapun kondisi seseorang sama seklai tidak akan tampak keindahannya bila dilihat dari cermin yang kotor. Akibat terlalu banyak omong, banyak ngobrol yang tidak berguna.

 

Banyak omong, sering ngobrol malah membuat seseorang tidak seindah “warna aslinya”. Gagal mengubah niat baik jadi aksi nyata. Terbuai dengan obrolan sehingga tidak melakukan apapun. Sebatas omongan tanpa ada Tindakan. Bahaya sekali dampak ngobrol yang berlebihan. Karena lebih banyak mudaratnya daripada maslahatnya. Berbeda dengan di taman bacaan, hampur semua hembusan nafas digunakan untuk sesuatu yang baik dan bermanfaat. Masih nggak percaya? Silakan saja datang ke taman bacaan di mana pun. Rasakan sentuhannya, jalani aktivitasnya, dan nikmati dampaknya. Jadi lebih tenang, lebih tahu diri. Untuk apa sebenarnya hidup di dunia?

 

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk-bentuk (badan) dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat ke dalam kalbu dan amalan kalian” (HR. Muslim). Maka di taman bacaan, sejatinya siapapun sedang melembutkan hati dan memperbanyak amalan. Tentu, sambil membersihkan hati dari hal-hal yang kotor dan godaan perbuatan yang tidak bermanfaat.

 

Di taman bacaan, Insya Allah siapapun jadi tidak banyak ngobrol tidak banyak omong. Hanya melatih diri untuk berbicara atas hal-hal yang bermanfaat, dan kapan harus diam. Siapapun yang ada di taman bacaan, mereka adalah bukan kaum yang gundah dan gelisah. Tapi kaum yang selalu bersabar dan bersyukur atas segala keadaan. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Kenapa Pekerja Penting Siapkan Dana Pensiun?

 

Tahun 2045 bukan hanya menuju Indonesia Emas. Tapi jumlah kaum pensiunan atau lansia pun makin banyak. Sudahkah diantisipasi?

 

Pensiunan di Indonesia akan terus meningkat. BPS menyebut proporsi dan jumlah kaum pensiunan atau lansia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dari hanya 4,5% pada tahun 1971 menjadi 10.48% pada tahun 2022 dan angka tersebut diproyeksikan mencapai 20% di 2045. Artinya, pada tahun 2045, Indonesia akan kebanjiran pensiunan. Bisa mencapai 50 jutaan orang. Tapi sayangnya hari ini, 70% pensiunan mengalami masalah keuangan alias kesulitan ekonomi. Sedangka 20% terpaksa bekerja lagi danhanya 10% yang benar-benar pensiun dengan sejahtera.

 

Maka sangat penting bagi pekerja yang diperkirakan akan menjadi “kaum pensiunan” di tahun 2045-an untuk menyiapkan dana pensiun dari sejak dini. Karena dana pensiun dapat memastikan ketersediaan uang untuk biaya hidup di hari tua. Agar tidak merana di masa pensiun. Pentingnya mempersiapkan dana pensiun, setidaknya dilandasi oleh 3 (tiga) hal, yaitu:

1.    Usia Pensiun sekarang ditetapkan paling rendah 55 tahun. Artinya, siapapun bila masih sanggup bekerja maka “terpaksa” harus pensiun di usia 55 tahun. Sudahkah kita siap untuk menjalani aktivitas hari-hari setelah pensiun tanpa gaji/penghasilan lagi?

2.    Usia harapan hidup orang Indonesia sat ini mencapai 72 tahun. Artinya, sejak pensiun di 55 tahun, masih ada masa kehidupan selama 17 tahun. Masalahnya, kita sudah tidak bekerja lagi dan tidak punya penghasilan. Kondisi ini tentu harus diantisipasi sejak dini.

3.    Dari waktu ke waktu, biaya hidup pasti meningkat. Minimal mengikuti laju inflasi, ditambah masa hidup yang panjang pasti membutuhkan biaya yang besar. Dari mana dananya tersedia? Apa mau bergantung kepada anak-anak saja?



Sebagai antisipasi ledakan kaum pensiunan, di samping untuk antisipasi kehidupan di hari tua maka dana pensiun menjadi sangat penting dimiliki setiap pekerja. Salah satunya dapat dilakukan melalui DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), sebagai “kendaraan” yang paling pas untuk menyiapkan masa pensiun atau hari tua yang sejahtera. Caranya dengan menabung dari sebagian gaji sat masih bekerja untuk dana pensiun. Agar lebih siap secara finansial di masa pensiun. Karena hari ini faktanya, 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali tidak siap pensiun. Akibat tidak adanya dana yang cukup untuk hari tua atau saat berhenti bekerja.

 

Kenapa DPLK? Karena DPLK memang didedikasi untuk masa pensiun. Kelebihan DPLK adalah 1) tersedia dana yang pasti di masa pensiun, 2) ada hasil investasi yang optimal selama jadi peserta, dan 3) mendapat insentif perpajakan saat manfaat pensiun dibayarkan. Bahkan DPLK mampu menjadi sarana untuk “sedia payung sebelum hujan”, menabung sedikit saat bekerja untuk sejahtera di masa pensiun.

 

Jadi, yuk siapkan pensiun sejak dini. Karena kalu bukan kita, mau siapa lagi) Kalau bukan sekarang, mau kapan lagi? Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #DanaPensiun

 

Rabu, 25 Oktober 2023

Seperti Gibran, Apa Ada Kesetiaan di TBM?

Gara-gara “dipinang” jadi cawapres Prabowo Subianto, kesetiaan Gibran Rakabuming Raka (putra Jokowi) terhadap PDIP sedang diuji. Sangat berpotensi, Gibran keluar dari PDIP atau PDIP yang “memecatnya”. Gibran dianggap tidak setia terhadap partai yang mengusungnya menjadi Walikota Solo. Gibran tidak setia, begitu kata para netizen.

 

Baru jalan tiga tahun jadi Walikota, berani-beraninya Gibran “melompat” dan meninggalkan PDIP. Ajaran siapa itu? Bapaknya atau lingkungannya? Nafsu berkuasa dan Gibran dianggap tidak setia. Salahkah Gibran? Sangat relatif. Tapi kita harus tahu, perbuatan paling gampang itu “menyalahkan orang lain” tanpa tahu sebabnya apa?

 

Gibran tidak setia, pasti ada sebabnya. Tidak mungkin tanpa sebab. Persis seperti orang pacaran, cowoknya tidak setia karena ceweknya bawel dan tukang ngelayap. Suami yang selingkuh pun bukan tanpa sebab. Pasti ada sebabnya, karena si istri tidak menghargainya atau gagal menjaga amanah suaminya, sekecil apapun. Jadi, kesetiaan itu bukan segalanya, apalagi dalam politik.

 

Karena dianggap tidak setia, kamu marah pada Gibran? Ya, silakan saja. Hanya Gibran yang tahu, kenapa dia tidak setia ke PDIP. Lah terus, kamu memangnya setia? Apa sih setia menurut kamu, coba katakan? Orang setia itu harus selalu bersama kami atau orang bersedia melakukan apa saja untuk kamu?

 

Sejatinya, kesetiaan pada manusia itu semu. Setia itu hanya sementara, tidak ada yang kekal. Jadi tidak usah berdebat tentang kesetiaan. Bayangan kamu saja, pada akhirnya akan meninggalkan ragamu saat tidak lagi berpijak di bumi. Setia itu hidayah, butuh petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT. Maka kesetiaan tidak akan kekal. Tapi cukup diikhtiarkan oleh siapapun.

 


Seperti pegiat literasi di taman bacaan pun begitu. Bisa setia bisa tidak setia. Setia bila didukung komitmen dan konsistensi sepenuh hati. Tanpa komitmen, pasti tidak akan ada kesetiaan di taman bacaan. Taman bacaan yang kadang buka kadang tidak. Taman bacaan yang sepi dan “angin-anginan” karena kesetiaan di taman bacaan terganggu. Bila tidak setia di taman bacaan, kenapa berani mendirikannya? Maka komitmen setia itulah yang dijaga oleh Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat, khususnya di daerah yang selama ini jauh dari akses bacaan.

 

Prinsipnya, setialah pada pengabdian dan kemanfaatan. Jadikan taman bacaan dan apapun yang dilakukan sebagai ladang amal. Untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat kepada siapapun walau hanya melalui taman bacaan.

 

Kesetiaan di taman bacaan atau TBM adalah berani mengabdi. Setia berliterasi setia menghidupkan aktivitas TBM. Karena setia di TBM bukan sekadar omongan di ruang diskusi. Tapi harus dibuktikan dengan aksi. Seperti kata bijak, kerjakan yang baik dengan kesetiaan. Maka kita akan memperoleh kepercayaan dan keberkahan. Sebab perhiasan terindah bagi taman bacaan adalah kesetiaan untuk meramaikannya. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

 

Semarakkan Bulan Inklusi Keuangan, Asosiasi DPLK Salurkan Bantuan Operasional ke Taman Bacaan Lentera Pustaka

Setelah bekerjasama sebagai laboratorium edukasi dana pensiun, Asosasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) memberikan bantuan operasional ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor (24/10/2023). Bantuan senilai Rp. 35 juta diserahkan langsung oleh Nur Hasan Kurniawan (Ketua Umum Asosiasi DPLK) kepada Syarifudin Yunus (Pendiri TBM Lentera Pustaka) disaksikan 50 anak pembaca aktif di acara Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2023. Ikut hadir di acara ini Widhi Setyanto (Deputi Direktur LJK 4 dan Perizinan OJK Regional 2 Jabar) dan Novandri Yudha Iskandar (VP Consumer Banking CIMB Niaga Syariah).

 

Bertemakan “Edukasi Dana pesniun Sejak Dini”, Asosiasi DPLK juga mensosialisasikan pentingnya anak-anak dan warga Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Bogor tentang persiapan masa pensiun, di samping tips untuk hidup Sejahtera di hari tua saat tidak bekerja lagi. Sekaligus untuk meningkatkan tingkat literasi dan inklusi dana pensiun di Indonesia, khususnya di kalangan anak-anak usia sekolah. Bantuan yang diberikan Asosiasi DPLK juga menjadi bukti kepedulian sosial industri DPLK di Indonesia terhadap gerakan literasi dan aktivitas taman bacaan. Agar anak-anak usia sekolah tetap mau membaca buku di tengah gempuran era digital.

 

“Sesuai tagline industri dana pensiun di Indonesia #YukSiapkanPensiun, kami berkomitmen mengkampanyekan pentingnya dana pensiun sejak dini. Di samping menyaalurkan bantuan operasional Taman Bacaan Lentera Pustaka di Bogor ini. Kami pun sudah menjadikan taman bacaan ini sebagai laboratorium edukasi dana pensiun melalui CSR korporasi. Intinya, dana pensiun harus diperkenalkan sejak dini” ujar Nur Hasan Kurniawan, ketua Umum Asosiasi DPLK Saat penyerahan bantuan yang ditandai salam komando.

 

Melalui edukasi dana pensiun sejak dini, harapannya anak-anak usia sekolah lebih mengenal produk dan layanan dana pensiun. Sehingga nantinya saat bekerja, mereka memiliki program dana pensiun untuk kehidupan yang lebih baik di masa pensiun.. Anak-anak TBM Lentera Pustaka pun menyambut antusias bantuan dari Asosiasi DPLK, di samping menunjukkan kreasi marawisan dan semangat membaca buku. Seusai edukasi keuangan ini, setiap anak pun mendapat bingkisan buku dan alat belajar sebagai motivasi untuk selalu membaca buku di taman bacaan.

 


"Mewakili TBM Lentera Pustaka, saya ucapkan terima kasih kepada Asosiasi DPLK atas bantuan operasional yang diberikan. Sangat bermanfaat bagi pengembangan aktivitas taman bacaan kami ke depan. Komitmen Asosiasi DPLK terhadap gerakan literasi dan taman bacaan patut diacungi jempol. Semoga industri DPLK ke depan daoat tumbuh lebih pesat lagi" kata Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di sela acara.

 

Patut diketahui, Asosiasi DPLK setiap tahun ikut mendukung aktivitas TBM Lentera Pustaka melalui CSR korporasi. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Apalagi setelah enam tahun beroperasi, TBM Lentera Pustaka berkembang pesat dan telah menjalankan 15 program literasi diantaranya: TABA (Taman Bacaan) dengan 100-an anak dari 4 desa, GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 40 anak usia prasekolah, YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, Koperasi SImpan Pinjam dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, DonBuk (Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), dan MOBAKE (MOtor BAca KEliling). Tidak kurang 200 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka yang didukung oleh 12 wali baca dan relawan.

 

Selaian mudahnya akses dana pensiun, Asosiasi DPLK memandang edukasi dana pensiun menjadi faktor penting untuk memajukan bisnis DPLK di Indonesia. Salam literasi #AsosiasiDPLK #BulanInklusiKeuangan #TBMLenteraPustaka

 

Selasa, 24 Oktober 2023

Dukung Gerakan Literasi, CIMB Niaga Syariah Salurkan Donasi ke Taman Bacaan Lentera Pustaka Bogor

Sebagai realisasi kepedulian sosial dan dukungan terhadap aktivitas literasi, Bank CIMB Niaga Syariah menyalurkan donasi buku bacaan dan perlengkapan belajar ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor (24/10/2023). Donasi senilai Rp. 25 juta diserahkan langsung oleh Novandri Yudha Iskandar (VP Consumer Banking CIMB Niaga Syariah) kepada Syarifudin Yunus (Pendiri TBM Lentera Pustaka) disaksikan 50 anak pembaca aktif yang berasal dari keluarga tidak mampu. Acara ini dihadiri pula oleh Widhi Setyanto (Deputi Direktur LJK 4 dan Perizinan OJK Regional 2 Jabar) dan Nur Hasan Kurniawan (Ketua Umum Asosiasi DPLK) dalam rangka Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2023 sesuia arahan OJK.

 

Bertajuk “Meraih Mimpi Masa Depan”, anak-anak dan warga Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Bogor juga diberikan edukasi tentang fungsi bank dan pentingnya menabung untuk masa depan. Sekaligus untuk meningkatkan indeks inklusi keuangan Masyarakat Jawa Barat. Sebagai lembaga perbankan yang melayani produk keuangan berbasis syariah, donasi Bank CIMB Niaga Syariah ke taman bacaan ini menjadi realisasi dukungan terhadap gerakan literasi dan aktivitas taman bacaan. Agar anak-anak usia sekolah tetap mau membaca buku di tengah gempuran era digital.

 

“Sesuai tagline Bank CIMB Niaga #KejarMimpi, kami salurkan donasi untuk membantu aktivitas Taman Bacaan Lentera Pustaka di Bogor. Semoga dapat dimanfaatkan untuk menyemangati kegiatan membaca buku anak-anak usia sekolah sebagai aset masa depan bangsa. Tetap semanagt belajar dan jangan lupa menabung” ujar Novandri Yudha Iskandar, VP Consumer Banking CIMB Niaga Syariah dalam sambutannya.

 


Melalui aktivitas CSR ini, harapannya anak-anak usia sekolah lebih mengenal produk dan layanan bank. Sehingga dapat mengurangi jumlah masyarakat unbanked atau yang belum memiliki rekening bank atau tabungan. Anak-anak TBM Lentera Pustaka pun menyambut antusias donasi dari Bank CIMB Niaga Syariah, di samping menunjukkan kreasi marawisan dan semangat membaca buku. Seusai edukasi keuangan ini, setiap anak pun mendapat bingkisan buku dan alat belajar sebagai motivasi untuk selalu membaca buku di taman bacaan.

 

"Secara khusus, saya mengucapkan terima kasih kepada Bank CIMB Niaga Syariah atas donasi buku bacaan dan perlengkapan belajar. Bantuan ini sangat berguna untuk mendukung aktivitas taman bacaan yang kini jadi tempat baca dan belajar 130 anak-anak dari empat desa di Kecamatan Tamansari Bogor. Selain membeli bukum donasi ini untuk membeli papan presentasi, printer, dan lainnya. Semoga Bank CIMB Niaga Syariah semakin berkah dan maju bisnisnya" kata Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka.

 

Setelah enam tahun beroperasi, saat ini TBM Lentera Pustaka menjalankan 15 program literasi diantaranya: TABA (Taman Bacaan) dengan 100-an anak dari 4 desa, GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 40 anak usia prasekolah, YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, Koperasi SImpan Pinjam dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, DonBuk (Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), dan MOBAKE (MOtor BAca KEliling). Tidak kurang 200 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka yang didukung oleh 12 wali baca dan relawan. Salam literasi #BankCIMBNiagaSyariah #BulanInklusiKeuangan #TBMLenteraPustaka