Selasa, 21 Agustus 2018

Pegiat Literasi Harus Militan untuk Taman Bacaan


Pegiat Literasi harus militan. Bila tidak, terlindar saman.

JANGAN KASIH KENDOR, JEBRET. Pertempuran verbal kaum militant kian marak.
Jangan kasih kendor, itu bisa diartikan “bikin tegang terus”. Kayak semangat laskar Indonesia membungkam Hongkong 3-1. Gak dikasih kendor, gempur terus biar menang. Jadi, jangan kasih kendor itu sikap dan jiwa MILITAN.

Jangan kasih kendor. Begitu kata, orang-orang militan. Mereka yang bersemangat tinggi; penuh gairah; berhaluan keras. Dalam membela maupun menjatuhkan. Apalagi di media sosial. Sangat berlimpah kaum militan. Apapun event-nya, apapun aksinya. Siap untuk dihujat, siap untuk dipuji. Jangan kasih kendot, jebret.


Kenapa gak dikasih kendor, kenapa militan?
Militan karena TIDAK SUKA. Namanya gak suka, ya apapun yang diperbuat musuhnya pasti dilihat dari sisi yang negatif. Asal musuhnya, pasti salah. Gak penting manfaat, gak penting nama baik bangsa. Asal udah gak suka, apapun perbuatan musuh. Sudah pasti gak ada yang benar. Dasarnya sederhana, tidak suka. Orang yang tidak suka kan sedang memperjuangkan mimpi-mimpi mereka agar menjadi nyata. Jangan kasih kendor, jebret.

Ada lagi yang militan karena SUKA. Kayak orang lagi pacaran, kalo udah suka gak boleh diganggu, gak boleh dilarang. Namanya orang suka, apapun yang dilakukan idolanya semuanya pasti keren, pasti benar. Gak ada yang salah. Apalagi kalo idola-nya dihujat, dibenci. Orang-orang yang suka pasti akan bela habis-habisan. Idolanya gak boleh salah, gitu kata orang suka. Dasarnya sederhana, orang-orang suka udah terlalu cinta, terlalu merasa idolanya sudah bekerja lebih baik dari yang sebelumnya. Jangan kasih kendor, jebret.

Militan itu sikap. Tinggal landasannya aja, tidak suka atau suka. Karena orang militan, selalu memandang setiap aktivitas adalah “arena” pertempuran verbal yang agresif. Persis seperti yang terjadi di media sosial.

Cuma sayang, harusnya kalo mau militan itu ya membahas kehebatan dan keunggulan idola-nya masing-masing. Gak usah ngintipin lawan atau musuh. Bakal capek sendiri. Ungkap dan nyatakan yang hebat dari yang kita idolanya. Jangan benci dan hujat orang lain. Itu baru orang MILITAN yang ELEGAN.

Pegiat literasi harus militan.
Seperti hal-nya saya. Pun militan buat Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Apapun saya lakukan buat TBM Lentera Pustaka yang saya dirikan dan kelola. Alasannya sederhana, demi tegaknya tradisi baca dan budaya baca di kalangan anak-anak usia sekolah di Desa Sukaluyu Kaki Gn. Salak Bogor. Kenapa begitu? Sederhana, agar angka putus sekolah SD yang 81% dan SMP 9% bisa di stop. Anak-anak harus sekolah, minimal sampai SMA apapun alasannya. Dan untuk itu, saya mengubahnya dengan cara membaca. Anak-anak yang membaca maka mereka akan tambah pengetahuan, tambah ilmu. Hanya anak yang membaca yang “militan” alias ngotot mau sekolah.

Militansi saya ke TBM Lentera Pustaka, tentu bukan tanpa alasan. Dulu sebelum ada TBM, anak-anak itu gak ada yang baca, gak punya akses bacaan. Tapi sekarang, mereka sudah bisa menghabiskan 8 buku per minggu per anak. Koleksi bukunya pun ada 2.800 buku yang semuanya diperoleh dari sumbangan rekan-rekan. Tiap bulan selalu ada event bulanan yang menghadirkan “tamu dari luar” untuk sharing dan bersosial dengan anak-anak TBM plus anugerah “Pembaca Terbaik”. Plus biaya operasional bulanan untuk honor 2 petugas dan program kreatif-inovatif yang didonasi dari 4 perusahaan yang menjadi sponsor. Makin militan, karena apa yang dijalankan oleh TBM Lentera Pustaka sudah terlihat hasilnya bagi 50-an anak-anak pembaca aktif. Seperti yang liannya, saya juga jangan kasih kendor buat TBM Lentera Pustaka. Jebret.

Jadi, jangan kasih kendor. Teruskan militansi yang udah ada. Bertempurlah dengan elegan, dan sedikit objektif. Ngotot boleh asal tetap realistis. Karena “jangan sampai kita menghabiskan waktu untuk memukuli dinding lalu berharap bisa mengubahnya menjadi pintu”… jangan kasih kendor, jebrett…. #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen




Minggu, 19 Agustus 2018

Baca 8 Buku Per Minggu, TBM Lentera Pustaka Gelar Lomba Agustusan Serba Buku


Dalam rangka memperingati HUT ke-73 Republik Indonesia, TBM Lentera Pustaka menggelar acara “Lomba Agustusan Serba Buku”, lomba-lomba yang semuanya menggunakan buku bacaan sebagai aksesori. Diikuti sekitar 50 anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka dan puluhan ibu-ibu, antusiasme dan semangat juang yang tinggi ditunjukkan anak-anak TBM Lentera Pustaka sebagai perwujudan rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia. Dan kini, mereka pun telah merdeka dari belenggu “ketiadaan buku”. Karena secara rutin, mereka telah aktif membaca seminggu 3 kali di TBM Lentera Pustaka.

Lomba Agustusan Serba Buku. Seluruh lomba “mengharuskan” anak-anak TBM Lentera Pustaka membawa buku. Karena buku adalah ciri terpenting anak-anak yang tergabung dalam Taman Bacaan Masyarakat ini. Adapun keterampilan yang diperlombakan, antara lain: senam literasi grup, senam literasi perorangan, makan kerupuk sambil memegang buku, bawa kelereng dengan buku, masukin paku ke botol dengan buku, lomba joget balon, dan lomba kepit singkong. Tidak kurang dari 6o hadiah berupa souvenir dari AIA Financial, Generali Indonesia, Tugu Mandiri, CIMB Niaga Syariah Bandung, Perkumpulan DPLK, dan sahabat TBM Lentera Pustaka habis dibagikan, termasuk 150 buku tulis. Acara yang didahului dengan Upacara Bendera ala TBM Lentera Pustaka ini dimulai pukul 08.00 s.d. 14.00 WIB di halaman TBM Lentera Pustaka Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kaki Gn. Salak Bogor.  Penuh antusias dan animo yang luar biasa.

“Di samping untuk mengenang jasa pahlawan dan nilai kemerdekaan bangsa Indonesia, acara ini digelar sebagai apresiasi dan motivasi kepada anak-anak yang rajin membaca. Karena sebelum ada TBM mereka tidak pernah baca. Tapi kini, mereka rata-rata menghabiskan 8 buku per minggu yang tuntas dibaca” ujar Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka di sela acara hari ini.


Antusiasime dan semangat ini pun ditunjukkan oleh para warga sekitar TBM Lentera Pustaka, baik bapak-bapak yang menyiapkan kelengkapan dan ibu-ibu yang hiruk pikuk mengikuti lomba. Ke depan, Lomba Agustusan Serba Buku ini akan dijadikan tradisi tahunan TBM Lentera Pustaka tiap memperingati Hari Kemerdekaan RI.

Secara istiqomah dan penuh komitmen, TBM Lentera Pustaka bertekad  untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak kampus yang selama ini jauh dari akses buku. Sehingga nantinya, akan terbentuk peradaban baik dan budaya pengetahuan yang melekat dalam diri anak-anak TBM Lentera Pustaka. Karena di tengah era digital sekarang, upaya mengembalikan anak-anak untuk tetap membaca bukan sesuatu yang mudah.

“Di samping untuk mengurangi angka putus sekolah, TBM Lentera Pustaka mengambil peran aktif untuk membiasakan anak-anak untuk tetap membaca dalam situasi apapun. Di samping untuk membangun peradaban baik di kalangan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa” tambah Syarifudin Yunus, yang sehari-hari bekerja sebagai Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.


Patut diketahui, saat ini indeks membaca anak-anak TBM Lentera Pustaka mencapai 8 minggu per minggu. Itu berarti, sekitar 32 buku bacaan telah dibaca anak-anak TBM dalam satu bulan. Angka indeks ini sangat membanggakan. Karena sebelumnya, anak-anak TBM Lentera Pustaka tidak punya akses bacaan dan tergolong rendah diri dalam ber-ekspresi atau berkomunikasi. Namun setelah bergabung dengan TBM Lentera Pustaka, mereka sangat ekspresif, berani bicara dan yang terpenting rajin membaca.

Saat ini TBM Lentera Pustaka memiliki koleksi 2.800 buku bacaan yang selalu siap dibaca anak-anak seminggu 3 kali. Dengan fasilitasi 2 petugas jam baca, TBM Lentera Pustaka terus berjuang untuk menegakkan budaya baca yang lebih baik lagi di kalangan anak-anak. Sejalan dengan itu, TBM Lentera Pustaka pun tengah menjalankan program 1.000 tanaman polybag yang akan dipajang di pinggir jalan menuju TBM Lentera Pustaka, termasuk menyiapkan “Lukisan 3D Baca di Jalanan” untuk spot foto menarik bagi pengunjung dan anak-anak.

Bagi TBM Lentera Pustaka, anak-anak yang mau dan gemar membaca itu suidah cukup. Agar mereka tidak putus sekolah dan punya kegiatan positif di rumah melalui buku bacaan. Untuk itu, dukungan masyarakat dan korporasi untuk tegaknya budaya baca anak-anak sangat diperlukan.

Karena hidup sangat sederhana. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, terutama anak-anak sebagai penerus bangsa. Dan untuk itu, TBM Lentera Pustaka selalu siap untuk mendampingi anak-anak dalam membaca …. #LombaAgustusanSerbaBuku #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen


Kamis, 16 Agustus 2018

Catatan HUT Ke-73 RI; Cintailah Bangsa Sendiri


Dirgahayu ke-73 Republik Indonesia, I Love Indonesia.
Tolong katakan kalimat itu dengan lantang dan penuh bangga.

Karena belakangan ini, kita terlalu sering dijejali “narasi” media sosial yang mengupas tuntas bobroknya bangsa ini, hingga menguliti lemahnya pemimpin sendiri. Kok seolah-olah, negeri ini negeri paling korupsi sejagat, pemerintahannya paling gak becus, hukumnya paling tumpul, miskinnya paling melarat. Sangat jelas itu semua salah. Karena kita hanya mampu mengulas sisi negatif bangsa sendiri. Salahnya, terletak pada pikiran kita sendiri.

Sahabat merah putih yang hebat.
Cintailah bangsa ini. Jangan benci bangsa sendiri. Kadang, kita ini terlalu fokus membenci negeri sendir. Mencerca rupa nusantara yang indah ini. Mengkritik mati pemimpin sendiri. Menghujat sana-sini. Apakah benar, bangsa ini paling-paling jelek dalam segala hal? Kita sering gak sadar, menjelekkan bangsa sendiri itu berarti menjelekkan diri kita sendiri. Bangsa ini adalah cermin diri kita sendiri. Sementara kita adalah penghuni bangsa ini. Maka, tidak akan pernah ada orang lain atau bangsa lain yang dapat kita andalkan untuk “berkata baik” tentang bangsa Indonesia.

Sahabat merah putih, kita boleh berbeda. Beda pilihan politik, beda idola pemimpin. Beda partai, beda koalisi dan beda-beda yang lainnya. Tapi di saat yang sama, kita harus tetap gentle untuk bilang “kita sama sebangsa, setanah air”. Kita lahir, hidup, dan akan mati di bangsa yang megah lagi kaya. Yaitu bumi pertiwi Indonesia. Jadi cintai bangsa sendiri tanpa rasa benci …


73th Indonesia, cintai tanpa benci.
Asian Games “Energy of Asia” ada di sini. Sidang tahunan IMF-World Bank ada di Bali sebentar lagi. Pelari juara dunia yunior ada di bumi pertiwi. Bahkan orang-orang pintar di media sosial sangat melimpah di negeri ini. Kita patut bangga, patut bersyukur ada di Indonesia. Jangan bully bangsa sendiri. Ambil posisi untuk melakukan aksi yang esensi, bukan sensasi.

Bangsa Indonesia, kenapa kita harus cinta tanpa benci?
Karena gak ada negeri yang membentang begitu luas sepanjang garis khatulistiwa. Gak ada negeri yang punya ribuan pula dengan ribuan bahasa. Itu semua hanya ada di Indonesia. Itulah alasan kita berbeda-beda. Tapi kita tetap satu Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”.

Bangsa ini boleh jadi disebut miskin uang. Tapi bangsa ini tetap kaya budaya. Silakan kita pergi ke bangsa lain di luar sana. Kita sulit temukan sikap ramah-tamah, sikap kekeluargaan, sikap tolransi, bahkan sikap gotong-royong. Hanya di Indonesia, orang yang meninggal dunia “diantar” teman dan kerabat hingga ke liang lahat.

 

73th Indonesia, cintai tanpa benci.
Sungguh, tidak mudah mengatur bangsa dengan jumlah penduduk 270 juta jiwa. Termasuk jumlah terbanyak di dunia. Tapi itu semua, bukan masalah buat bangsa ini. Sementara bangsa lain berteman sebatas hubungan bisnis. Kita di sini, berteman atas ikatan emosional, hubungan kekeluargaan. Maka, jangan terlalu ”membabi buta” mendambakan bangsa lain. Memuja bangsa lain lebih hebat daripada bangsa Indonesia, bisa jadi omong kosong. Justru, bangsa kita jauh lebih baik dari bangsa mereka. Hanya saying, kita sudah terlalu pikun dan naif membenci, membombardir “pikiran negative” kepada bangsa sendiri.

73th Indonesia, cintai tanpa benci.
Sepanjang perjalanan ini. Sungguh, bukan negara yang salah. Namun kita yang perlu untuk mengoreksi diri sendiri. Agar lebih banyak cinta, bukan banyak benci kepada bangsa sendiri. Kita, kadang kurang satu hal saja. Berpikir positif terhadap bangsanya sendiri.

Bila Sebagian orang bilang, bangsa ini punya hutang itu benar.
Tapi ketahuilah, bangsa lain bahkan negara super power pun punya hutang lebih besar dari bangsa Indonesia. Tidak ada satu negara di belahan bumi ini yang tidak punya hutang. Semua punya hutang karena memang di antara bangsa-bangsa itu saling membutuhkan satu sama lain.


Apakah karena hutang, kita miskin?
Sama sekali tidak. Hutang itu yang membuat kita selalu berpikir dan bergerak untuk bisa lebih berdaya. Agar bangsa ini tetap bekerja untuk bisa lebih sejahtera dari hari ini. Kita boleh miskin. Tapi kita tidak pernah menangis, kita tidak pernah miskin hati. Hanya di bangsa ini, ketika bangsanya berulang tahun. Kita masih bisa menikmati, lomba tarik tambang, lomba makan kerupuk, lomba bakiak, lomba panjat pinang bukan dipinang baru dipanjat.

 73th Indonesia, cintai tanpa benci.
Bersyukurlah jadi bangsa Indonesia. Karena kita masih bisa beribadah dengan aman dan tenang. Masih bisa bermedia sosial tanpa perasaan takut. Masih bisa berpendapat sesuka pikiran kita. Sementara di luar sana, suara bom menghantui rakyatnya, kepulan asap roket dihidup rakyatnya, suara senjata ada di tanah lapang, hingga di rumah pun bisa meregang nyawa.

Jadi, bangunlah narasi positif tentang bangsa sendiri.
Jangan terhipnotis oleh perbedaan, jangan terbuai oleh pilihan politik. Karena kita harus tetap menjaga bangsa kita sendiri. Nasionalisme kita ada di pundak kita sendiri.

Sahabat merah putih.
Sungguh, tidak ada ada tempat terbaik untuk kita selain bumi pertiwi. Kita lahir, tumbuh, dan akan menutup mata di sini. Mari cintai bangsa Indonsia tanpa rasa benci …. Dirgahayu Ke-73 Indonesia, MERDEKA. Salam ciamikk … #HUTRIKe-73 #DirgahayuIndonesia


Selasa, 14 Agustus 2018

Unik, Lomba Agustusan “Serba Buku” ala TBM Lentera Pustaka


Selalu ada cara unik dan kreatif dalam merayakan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sebagai wujud rasa syukur dan nasionalisme, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka menggelar Lomba Agustusan “Serba Buku” seperti 1) Senam Literasi Grup pakai buku, 2) Makan Kerupuk sambil pegang buku, 3) Bawa Kelereng mengepit buku, dan 4) Masukan paku ke botol sambil baca buku. Acara lomba “serba buku” ini digelar pada Minggu, 19 Agustus 2018 pukul 07.00 s.d. 12.00 WIB setelah upacara bendera peringatan 73 Tahun Kemerdekaan RI. Uniknya lagi, seusai acara pun disediakan “jajanan kampung” yang biasa keliling kampung, seperti cilok atau bakso untuk 100-an anak-anak peserta lomba seklaigus anggota TBM Lentera Pustaka.


Kenapa Lomba Serba Buku?
Karena lomba ini diselenggarakan oleh Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Maka buku menjadi identitas lomba sebagai bagian untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak di Desa Sukaluyu. Sekali lagi unik, karena semua lomba harus berkaitan dengan buku sebagai simbol taman bacaan masyarakat.

“Melalui lomba Agustusan Serba Buku, diharapkan anak-anak makin cinta membaca buku. Di samping sebagai sarana edukasi agar anak-anak terbiasa berkompetisi dengan cara-cara yang sehat. Karena zaman now, makin banyak orang yang egois. Tanpa mau bersikap realistis” ujar Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka.

Satu hal yang pasti. TBM Lentera Pustaka ingin semangat juang anak-anak TBM tetap tumbuh dan bersemi. Agar mereka terbiasa melakukan yang terbaik sekarang. Apapun dan kapanpun. Semangat kemerdekaan 45 mengajarkan kepada semua orang. Bahwa penting berbuat yang terbaik hari ini, tidak perlu menyesali yang sudah berlalu dan mengkhawatirkan yang akan datang.
Lomba Agustusan “Serba Buku” pun menjadi momentum sederhana kepedulian beberapa korporasi, khususnya dalam CSR program dalam menyedaikan hadiah-hadiah untuk para juara. Beberapa korporasi yang membantu untuk memberi souvenir untuk hadiah , antara lain: Ausransi Jiwa Generali balon tepuk, ballpoint, tempat minum, kipas tangan, goodie bag), AIA Financial (tas selempang), Bank CIMB Niaga Syariah Bandung (mug), Perkumpulan DPLK (mug).
“Saya ucapkan terima kasih kepada korporasi yang telah peduli kepada TBM Lentera Pustaka. Lomba ini menjadi sinergi kepedulian antara TBM Lentera Pustaka dengan korporasi yang sangat baik dan patut menjadi contoh” tambah Syarifudin Yunus.



Patut diketahui, saat ini TBM Lentera Pustaka memiliki lebih dari 2.650 koleksi buku bacaan yang dimanfaatkan oleh lebih dari 60 anak pembaca aktif pada “jam baca” yang disediakan yaitu Rabu-Jumat-Minggu yang difasilitasi 2 orang petugas. Setiap bulan, TBM Lentera Pustaka selalu menghadirkan “tamu dari luar” untuk berbagi kisah motivasi dalam event bulanan, termasuk anugerah pembaca terbaik. Tiap hari Minggu, digelar “Laboratorium Baca” yang dipimpin langsung Kepala Program TBM Lentera Pustaka untuk mengajak anak-anak ‘membaca di alam sambil belajar memaknai bacaan”. Senam literasi, doa literasi dan peradaban menjadi ciri utama TBM Lentera Pustaka sebagai TBM satu-satunya di Kecamatan Tamansari Kab. Bogor.

Ke depan, TBM Lentera Pustaka tidak akan pernah berhenti berkreasi. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah. Karena tanpa bacaan dan pengetahuan, dipastikan anak-anak akan terlindas zaman dan menjadi “penonton” pada setaip kompetisi kehidupan yang kian ketat dan dinamis.

Melalui aktivitas yang dilakukannya, TBM Lentera Pustaka hanya ingin mengajak anak-anak “hidup dan berada” di dunia yang seharusnya; dunia membaca dunia belajar. Sederhana saja, bila anak-anak punya keinginan membaca maka mereka harus memulainya, setelah itu mereka harus berani untuk menyelesaikan bacaannya, bukan hanya mengakhirinya. Dan semua itu ada di buku …. #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen


TBM Lentera Pustaka Hidupkan Jiwa Pramuka


Selamat Hari Pramuka ya kakak-kakak.
Apa kabar nih kakak Pramuka cowok atau cewek? Dari penggalang, penegak, dan pandega. Salam dari aku ya, Pramuka Siaga.

Kakak, masih ingat gak?
Itu lho, DASA DHARMA PRAMUKA. Tentang 10 hal kebaikan yang harus dipegang teguh oleh pramuka dalam perilaku sehari-hari. Karena  itu janji atawa sumpah Pramuka seantero nusantara.

Kakak, apa sih jiwa Pramuka itu? Bisa kasih tahu gak kak?
Katanya sekarang zaman milenial. Tapi kenapa sih "jiwa" Pramuka itu udah makin langka aja? Mungkin, udah hampir hilang kali ya Kak. Kayaknya, kita cuma bangga kalo pakai seragam pramuka deh. 


Praja Muda Kirana gitu lho. Tapi "jiwa" Pramuka yang katanya tangguh, pantang menyerah, dan tidak cengeng kok kayaknya lama-lama udah lenyap ditelan bumi ya.
Padahal PRAMUKA itu keren lho Kak.

Karena dari sejak SIAGA diajarin gak boleh cengeng. Gak boleh baperan, gak boleh gak tangguh. Makanya Pramuka sering kemah, kemping atawa jambore. 

Pramuka mah dilarang "pengen menang sambil ngalahin orang lain". Pramuka juga gak boleh "pengen berkuasa tapi harus menguasai orang lain". Pengen kuat tapi melemahkan yang lain. Pramuka kan gak gitu ya kak?

Setahu aku, Pramuka itu harus berjiwa besar. Harus mau dan mampu menerima realitas. Bahwa kita beda, kita gak sama. Itu realitas kan ya Kak. Jadi inget Kakak, dulu pernah bilang "PRAMUKA itu gak boleh gampang kagum, gak boleh cepat heran". Apalagi kepo dan benci ya Kak.

Makasih ya buat Kakak Pramuka.
Kakak udah ajarin aku. Bahwa Pramuka itu harus punya jati diri dan mandiri. Alias mandi sendiri di sungai. Kakak yang bilang, kalo Pramuka harus berpikir rasional tapi tetap realistis. Pramuka itu biar hidup di zaman merdeka tapi bukan bebas-sebebasnya, bukan semau-maunya. Hidup di zaman milenial, bukan segombal-gombalnya.
Kakak-kakak lupa ya...

Pramuka itu gak bisa apa-apa kalo sendirian. Pramuka harus ada di tengah lingkungannya. Biar bermanfaat buat orang lain, buat masyarakat dan buat bangsanya. Dulu kan, Pramuka diajarin bikin "tandu" buat nolong orang lain. Terus, kalo tandu-nya udah diisi orang, siapa yang mau ngangkatin dong?. Mana, jiwa Pramuka itu Kak ?

Pramuka, dari dulu sampe sekarang. Gak bakal berubah Kak. Tetap gemar berbuat dan membangun "kemaslahatan" umat. Bukan sebaliknya... Udah gitu aja ya kak. Salam pramuka nan ciamikk kak.

Berangkat dari realitas itulah, TBM Lentera Pustaka tetap menghidupkan "jiwa pramuka" di anak-anak pembaca usia sekolah. Salah satunya, sikap rajin dan tekun dalam membaca. Agar terbebas dari kebodohan, terbebas dari belenggu ketidaktahuan. Hanya dengan "buku", kita bisa hidupkan jiwa pramuka ....
#SelamatHariPramuka #Pramuka


Senin, 06 Agustus 2018

Lukisan 3D TBM Lentera Pustaka; Alternatif Wisata Edukatif di Kaki Gunung Salak


Sungguh gak gampang megelola taman bacaan masyarakat (TBM).
Maka wajar, berapa banyak taman bacaan masyarakat yang akhirnya tutup. Atau paling tidak, seperti “mati suri” karena sedikitnya anak-anak yang mau datang dan membaca. Belum lagi, semangat dan motivasi pengelola TBM yang akhirnya pudar. Maka punahlah TBM sebagai sarana untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi.
Lagi-lagi, betapa banyak TBM yang kini akhirnya “tinggal kenangan”?

Berangkat dari realitas itulah, TBM Lentera Pustaka di Kaki Gn. Salak Bogor tidak ingin “tinggal cerita” di masa datang. Untuk itu, TBM Lentera Pustaka selalu ikhtiar untuk memacu kreativitas dan inovasi dalam tata kelola taman bacaan masyarakat.

Salah satu upaya yang dilakukan TBM Lentera Pustaka adalah dengan menghadirkan "Lukisan 3D Tematik" di jalan sekitar TBM. Lukisan 3D di jalan dibuat agar bisa dimanfaatkan oleh anak-anak, warga maupun tamu TBM Lentera Pustaka untuk berfoto ria dengan nuansa seperti “gambar hidup”. Lukisan 3D di jalan sekitar TBM Lentera Pustaka diharapkan dapat menjadi wisata alternatif yang edukatif, di samping bisa menjadi rekreasi literasi yang lebih bermakna bagi siapapun.

“Kami hadirkan lukisan 3D tematik di jalanan sekitar TBM Lentera Pustaka agar menarik anak-anak untuk rajin membaca. Hal ini menjadi bagian untuk menghidupkan taman bacaan masyarakat yang sekarang ini hampir punah akibat gempuran era digital. Karena, TBM Lentera Pustaka tidak akan berhenti berkreasi dan inovasi” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka.


Sore itu seperti biasa, mendung seringkali menggelayut di Kaki Gunung Salak Bogor.
Jam baca pun siap digelar untuk anak-anak anggota TBM Lentera Pustaka. Tidak kurang dari 50 anak telah menjadi pembaca aktf di TBM ini pada tiap hari Rabu-Jumat-Minggu selama 2,5 jam. Dengan koleksi lebih dari 2.650 buku bacaan, saat ini TBM Lentera Pustaka bertekad meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor.

Lukisan 3D Tematik di TBM Lentera Pustaka pun melengkapi inovasi yang dijalankan TBM satu-satunya di Kec. Tamansari Bogor ini yang sedang berjalan yaitu program Zona Baca Hijau 1.000 tanaman polybag, di samping program kawasan Wisata Literasi Lentera Pustaka yang saat ini masih dalam rencana dan mencari sponsor untuk pembangunan wisata literasi. Saat ini, TBM Lentera Pustaka pun “bersinergi” dengan penobatan RW 12 Kp. Warung Loa sebagai Kampung Ramah Lingkungan (KRL) yang fokus pada 1) penanganan sampah yang terstruktur melalui sistem bank sampah, 2) sistem sanitasi melalui pembuatan biopori, dan 3) konservasi atau penghijauan di setiap rumah penduduk hingga fasilitas umum.

Dengan dukungan dan sinergi dari para warga, tokoh masyarakat dan aparatur desa, TBM Lentera Pustaka mengajak masyarakat dan korporasi untuk berkunjung ke Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor untuk berinteraksi dengan anak-anak pembaca yang selalu antusias dalam membaca. Interaksi, kontribusi, bahkan berbagi pengetahuan kepada anak-anak di kampung sangat diharapkan TBM Lentera Pustaka. Demi tegaknya tradisi baca di kalangan anak-anak usia sekolah.

“Saya mengundang masyarakat dan korporasi untuk berkunjung ke TBM Lentera Pustaka sebagai wujud kepedulian sosial terhadap gerakan literasi. Inilah aset sosial yang harus jadi perhatian semua pihak di era milenial seperti sekarang. Agar anak-anak tetap rajin membaca untuk peradaban yang lebih baik” tambah Syarifudin Yunus.

Tetap kreatif dan inovatif, itulah spirit TBM Lentera Pustaka.
Untuk selalu bergerak dan berkontribusi dalam pproses perubahan lingkungan dan masyarakat ke arah yang lebih baik, yang lebih berdaya guna…..

Karena manusia yang baik adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya … salam literasi nan ciamikk #3DLenteraPustaka #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen

Minggu, 05 Agustus 2018

Senam Literasi TBM Lentera Pustaka, Memacu Semangat Baca Anak


Sama sekali tidak mudah, memacu anak-anak Indonesia hari ini untuk membaca. Apalagi gempuran era digital dan smartphone yang kian menggila. Maka penting, membangun kesadaran bersama untuk menegakkan tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak era milenial kini.
Di sisi lain, gerakan sosial seperti Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di banyak daerah pun seperti “mati suri”. Karena animo dan antusiasme anak-anak yang kian terperosok “hanyut” terbawa peradaban zaman. Anak-anak Indonesia yang malas membaca, manja, bahkan segalanya ingin serba instan. Maka wajar, buku bacaan dan TBM makin lama makin ditinggalkan.

Berangkat dari realitas itu, TBM Lentera Pustaka Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor tidak ingin “mati suri”. Sejak diresmikan pada 5 November 2017 lalu, TBM Lentera Pustaka tidak pernah berhenti memacu kreativitas dan inovasi untuk mempertahankan tradisi baca dan budaya literasi sekitar 60 anak yang menjadi anggota pembaca aktif.

Salah satu cara yang ditempuh oleh TBM Lentera Pustaka adalah melakukan “Senam Literasi” setiap kali memulai jam baca. Dengan iringan music lagu “Maumere”, anak-anak TBM Lentera Pustaka bersenam ria selama 5 menit sebelum membaca buku. Tradisi ini dipertahankan dan bahakn dijadikan nilai-nilai yang melekat di TBM Lentera Pustaka. Selain senam literasi, TBM Lentera Pustaka juga memiliki “Salam Literasi - #BacaBukanMaen”, Doa Literasi, dan membiasakan peradaban baik anak-anak yaitu mengucap salam, mencium tangan, berdoa, dan antre. Bahkan hal yang paling unik dijalankan TBM Lentera Pustaka adalah setiap bulan sekali selalu digelar “Event Bulanan” dengan menghadirkan “tamu dari luar” untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan ke anak-anak TBM Lentera Pustaka, di samping untuk melatih anak-anak TBM dengan orang lain secara baik.

“Kami di TBM Lentera Pustaka selalu menjalankan senam literasi sebelum membaca. Tujuannya, agar anak-anak tetap semangat membaca dan selalu bergerak agar dinamis hidupnya” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka.


Senam literasi TBM Lentera Pustaka juga dimaksudkan untuk ‘mengusir” rasa bosan dan malas anak-anak di saat membaca. Maklum, anak-anak TBM Lentera Pustaka sebelumnya sama sekali tidak dekat dengan buku. Karena memang tidak ada TBM di wilayah ini sebelumnya. Memang tidak mudah, tapi berkat komitmen dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya hingga kini tradisi “Senam Literasi” di TBM Lentera Pustaka selalu terselenggara dan mampu memacu semangat baca anak-anak.

Sekali lagi, memang tidak mudah menegakkan tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak. Namun dengan kreativitas dan inovasi yang selalu dibangun di TBM Lentera Pustaka, hingga kini anak-anak TBM selalu bersemangat dan antusias.

Ke depan, senam literasi di TBM Lentera Pustaka pun akan dijadikan “ritual penyambutan tamu” bila ada tamu-tamu dari luar yang berkunjung ke TBM Lentera Pustaka. Baik untuk melakukan kegiatan CSR, bakti sosial, atau mengisi acara event bulanan di TBM Lentera Pustaka.

Bila Anda penasaran, berkunjunglah ke TBM Lentera Pustaka pada saat jam baca di hari Rabu dan Jumat atau saat laboratorium baca di hari Minggu.

Budaya literasi, tentu tidak boleh kalah dari gaya hidup modern yang serba instan. Maka jangan jauhkan anak-anak dari buku, akrabkan anak-anak dengan kegiatan membaca dan menulis. Oleh karena itu, TBM Lentera Pustaka akan terus mengkampanyekan akan pentingnya membaca bagi anak-anak melalui motto “BacaBukanMaen.

“Hari ini, tradisi baca di anak-anak sudah hilang. Maka, kita harus membangun kembali kebiasaan membaca di kalangan anak-anak. Agar mereka dapat mengenal dirinya sendiri dan menambah pengetahuan lewat bacaan. Inilah saatnya kita turun tangan dan terjun langsung membangun budaya membaca anak-anak kita. Jika tidak, hidup mereka ke depan akan semakin sulit” tambah Syarifudin Yunus.

Siapapun kita, siapapun Anda harus ikut andil dalam menyebarkan virus membaca kepada anak-anak di dekat kita. Karena membaca, adalah jendela dunia, lentera bagi kehidupan anak-anak di masa depan…. #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen

=======
Jadilah RELAWAN & DONATUR TBM LENTERA PUSTAKA untuk membangun tradisi baca bagi anak-anak/remaja usia sekolah yang sangat membutuhkan, di samping memberi edukasi akan pentingnya peradaban dan etika.
Untuk informasi lebih lanjut dan partisipasi/donasi dapat menghubungi:
TBM Lentera Pustaka
Jl. Masjid Jami Kp. Warung Loa No. 77 RT 01/12 Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Kab. Bogor 16610
Telp:  0812 8568 3535 atau Email: lentera.pustaka77@gmail.com
Rekening Bank BNI Cabang Jkt. Sampoerna Strategic (a.n. Syarifudin Yunus)
No. Rek. 028-826-1601

Mari wujudkan mimpi anak-anak di masa depan melalui buku …
#BUKUadalahTELADAN #TBMLenteraPustaka

Rabu, 01 Agustus 2018

TBM Lentera Pustaka Realisasikan "Zona Baca Hijau 1.000 Tanaman Polybag"


Dalam upaya memperluas akses bacaan anak-anak, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka mewujudkan program “zona baca hijau 1.000 tanaman polybag” yang ditempatkan di jalan desa sepanjang 300 meter. Melalui program ini, 50 anak pembaca aktif usia sekolah di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Bogor harus menanam pohon buah/bunga di 20 polybag. Anak-anak bertanggung jawab terhadap tanamannya, mulai dari mengisi tanah di polybag, menyemai bibit hingga memelihara tanaman hingga tumbuh dan siap ditaruh di pinggir jalan zona baca hijau.

Program 1.000 tanaman polybag diselenggarakan TBM Lentera Pustaka sebagai pembelajaran anak-anak untuk menumbuhkan rasa cinta kepada alam dan tanaman. Nantinya, di zona baca hijau, setiap anak dapat membaca di bangku-bangku bambu di pinggir jalan sambil menikmati pemandangan tanaman hijau.

“Zona baca hijau 1.000 tanaman polybag kami wujudkan agar anak-anak makin gemar membaca di manapun. Ini program sederhana untuk melatih anak-anak agar bisa menjaga alam. Sehingga alam pun mau menjaga mereka” ujar Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka.


Realisasi “zona baca hijau 1.000 tanaman polybag” TBM Lentera Pustaka ini pun sejalan dengan konsep kampung ramah lingkungan (KRL) Jabon yang sedang berjalan di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu. KRL Jabon yang memgemban program pelestarian lingkungan masyarakat melalui 1) penanganan sampah melalui sistem bank sampah, 2) sistem sanitasi melalui pembuatan biopori, dan 3) konservasi atau penghijauan di setiap rumah penduduk hingga fasilitas umum.

Zona baca hijau 1.000 tanaman polybag diperkiraka akan dapat dilihat hasilnya dalam 6 bulan ke depan. Tentu berkat bantuan RT/RW dan tokoh masyarakat Kp. Warung Loa. Setelah program ini, TBM Lentera Pustaka pun tengah merancang pembuatan “Wisata 3 Dimensi Tematik di Jalanan”, di samping mempelopori berdirinya “Wisata Literasi Lentera Pustaka”; sebuah wisata perjalanan di alam sambil membaca buku. Tujuannya, untuk mengakrabkan anak-anak dengan "kebiasaan membaca" yang menyenangkan, membaca di sungai, di kebun, di alam terbuka sambil menikmati spot-spot foto yang instagramable.


Saat ini, TBM Lentera Pustaka dikenal sebagai taman bacaan masyarakat yang kreatif dan inovatif sebagai sarana untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah, dari SD-SMP-SMA. Kreatif karena selalu melakukan event bulanan dan aktivitas literasi secara rutin. Inovatif, karena selalu mengajak anak-anak untuk berkreasi dalam membaca. Dengan mengusung motto #BacaBukanMaen, TBM Lentera Pustaka berkomitmen untuk menyadarkan anak-anak akan pentingnya membaca dan pengetahuan. Saat ini TBM Lentera Pustaka telah memiliki koleksi lebih dari 2.650 buku bacaan dengan, jam baca pada tiap hari Rabu-Jumat-Minggu.

“Ke depan, kami bertekad TBM Lentera Pustaka dapat menjadi pelopor wisata berbasis membaca buku, wisata literasi. Agar anak-anak dan masyarakat tidak terlalu mudah meninggalkan buku akibat dinamika zaman milenial” tambah Syarifudin Yunus.

Untuk itu, TBM Lentera Pustaka mengajak korporasi dan masyarakat yang peduli untuk mewujdukan “Wisata literasi Lentera Pustaka”, yang nantinya akan menjadi kawasan wisata berbasis buku bacaan pertama di Indonesia. Wisata literasi  yang pantas menjadi alternatif bagi anak-anak dan keluarga untuk tetap dapat menikmati liburan namun tidak meninggalkan tradisi membaca... #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #1000TanamanPolybag