Senin, 28 Februari 2022

TBM Lentera Pustaka Gandeng 3 Perusahaan Swasta Sebagai Sponsor CSR Tahun 2022

 

Dengan penuh syukur dan memuji kebesaran Allah SWT, TBM Lentera Pustaka mengumumkan secara resmi SPONSOR CSR KORPORASI Tahun 2022 yaitu (sesuai urutan konfirmasi):

1. Bank Sinarmas

2. Pertalife Insurance

3. Perkumpulan DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan)

 

Sebagai kontraprestasi, maka LOGO ketiga korporasi tersebut akan menghiasi "dinding sponsor" TBM Lentera Pustaka selama tahun 2022, di samping otomatis dapat memanfaatkan taman bacaan sebagai "tempat ber-CSR" kegiatan apa pun. Dengan sponsor CSR ini pula, TBM Lentera Pustaka dipastikan hanya menjalani program aktivitas literasi yang sudah dijadwalkan secara profesional dan berhasil guna. Agar dapat memberi manfaat kepada anak-anak dan masyarakat sekitar. Karena saat ini, tidak kurang dari 250 orang mendapat layanan literasi dari TBM Lentera Pustaka, dari 13 program literasi seperti taman bacaan, berantas buta aksara, kelas prasekolah, ramah difabel, koperasi simpan pinjam, yatim binaan, jompo binaan, donasi buku, rajin menabung, literasi digital, literasi finansial, literasi adab, dan motor baca keliling. Seluruh biaya operasional dan kegiatan TBM Lentera Pustaka selama tahun 2022 telah tersedia dari partisipasi sponsor CSR korporasi ini, alhamdulillah.

 


Sponsor CSR korporasi di TBM Lentera Pustaka pun jadi bukti adanya kolaborasi dan sinergi yang luar biasa antara pegiat literasi di taman bacaan dengan perusahaan swasta yang peduli terhadap gerakan literasi dan taman bacaan. Insya Allah, amanah dan kepercayaan CSR korporasi ini menjadikan TBM Lentera Pustaka lebih giat dan semangat dalam menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat di sebuah kampung kecil di kaki Gunung Salak Bogor.

 

Jangan pernah berhenti ikhtiar baik di taman bacaan. Syukurilah apa yang telah ada dan berjalan, Karena itu semua sudah pantas untuk taman bacaan yang kita kelola. Salam literasi #CSRKorporasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #SponsorTahun2022

 


Minggu, 27 Februari 2022

Taman Bacaan Hindari Banyak Omong

Makin canggih zaman, makin banyak orang yang doyan ngomong. Orang-orang yang jadi tukang ngomong. Lebih banyak bicara daripada kerja. Lebih banyak cari alasan daripada lakukan perbuatan. Bahkan cenderung jadi fitnah, gibah, dan gosip. Tukang ngomong, terlalu banyak omong.

 

Tukang ngomong, biasanya hanya mencari sensasi dari esensi. Lihat saja di TV-TV, di seminar-seminar bahkan di kampung-kampung, ada banyak tukang ngomong. Segala hal boleh diomongkan. Walau tidak tahu banyak atau tidak punya ilmunya. Apalagi ditambah gaya dan mimic ngomongnya, wow kesannya luar biasa. Sambil mencibir, sambil matanya melotot. Begitulah ciri tukang ngomong. Sehari-harinya dihabiskan untuk ngomong walau sia-sia.

 

Tukang ngomong itu artinya “jago ngomong”. Kerjaannya hanya bicara. Tidak punya kerjaan lain. Persis seperti jago bola, jago lukis. Sayangnya, tukang ngomong hanya jago ngomong doang. Tidak jago kerja, tidak jago berbuat. Dan akhirnya, segala rupa diomongin. Jadilah, omong kosong.

 

Tukang ngomong itu selalu merasa benar. Sementara orang lain selalu salah. Negara harusnya begini, pandemi Covid-19 semestinga begini. Presiden harusnya begini. DPR disuruh begini. Semuanya harus begini, harus begitu. Begitu kata tukang ngomong. Terlalu banyak omong, jadi seolah semuanya bisa kelar karena omongan. Maklum, tukang ngomong.

 

Namanya tukang ngomong, Hanya bisa bicara tanpa bisa berbuat. Banyak alasan tanpa ada tindakan. Semunya hanya omong kosong. Tukang ngomong sering lupa, bahwa mulutmu harimaumu. Penuh keluhan, sumpah-serapah, hingga menyalahkan orang lain. Hingga tinggal tunggu waktunya, jadi bumerang untuk diri sendirinya.

 


Sudahlah, jangan banyak omong. Tapi perbanyaklah perbuatan baik. Atau minimal diam. Bila ada masalah yang beri solusi atau kerjakan saja. Karena apa pun, tidak ada yang bisa kelar bila hanya diomongkan. Ngomong memang gampang. Tapi lebih gampang menjaga lisan, sedikitkan ucapan. Karena di situ, ada keselamatan ada keberkahan.

 

Maka spirit itulah yang dibangun TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Mengajarkan anak-anak untuk banyak membaca buku, bukan banyak omong. Agar tidak mudah ngomong yang tidak ada ilmunya. Apalagi berkeluh-kesah dan berkoar-koar seperti orang benar. Agar terwujud anak-anak dan masyarakat yang literat. Mampu memahami realitas dan fokus pada perbuatan bukan omongan. Karena sejatinya, lebih baik membaca buku atau diam daripada banyak omong dan berkata-kata tanpa makna.

 

Jadi tukang ngomong itu boleh. Asal diikuti perbuatan. Bukan malah diperdebatkan. Lalu jadi viral dan menambah kisruh. Tukang ngomong lupa akibat dari omongannya. Hanya jago ngomong tanpa jago berbuat. Harusnya apa yang diomong sama dengan apa yang diperbuat. Maka berhati-hatilah. Jangan banyak omong. Karena biasanya, tukang ngomong itu orang frsutrasi. Banyak ngomong karena mereka sedang memperjuangkan mimpi-mimpi mereka yang tidak tercapai.

 

Jangan banyak omong, banyaklah berbuat. Karena hadist Nabi Muhammad SAW menyebut “yang paling aku takuti atas kamu sesudah aku tiada adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah." Terlalu banyak omong, salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

 


Sabtu, 26 Februari 2022

Cara Pegiat Literasi Menjaga Prasangka Baik di Taman Bacaan?

Cerita ini, nyata terjadi dalam hidup. Ada di taman bacaan. Pegiat literasi pun sering dirundung prasangka buruk. Taman bacaan pun jadi bahan gibah atau fitnah. Semua itu tidak masalah, karena memang hidup itu selalu ada yang benci ada yang suka. Ada yang iri, ada yang memuji. Penuh prasangka itu wajar. Sebabnya karena orang-orang yang berprasangka itu banyak tidak tahu atau berlimpah curiga.

 

Prasangka itu ada, pikiran negatif itu nyata. Karena siapa pun pasti tidak mampu menyenangkan semua orang. Dan tidak perlu pula menghibur semua orang, apalagi orang-orang yang tidak bermanfaat dan penuh prasangka. Jadi sulit dibantah. Selalu ada segudang prasangka di balik perbuata baik sekalipun.

 

Katanya sakit tapi kok keluyuran. Mungkin dia terpaksa keluar rumah sekalipun sakit karena anaknya butuh makan dan tidak ada yang bisa diminta bantuan untuk membelikannya.

 

Katanya sibuk tapi kok online. Mungkin dia terpaksa sedang membalas chat yang penting dari anaknya yang di luar kota atau orangtuanya yang lagi kangen.

 

Katanya tidak punya uang tapi kok bisa liburan. Mungkin dia diajak saudaranya untuk ikut liburan  karena selalu bersikap baik pada sudaranya.

 

Katanya ibadah menyantuni anak yatim tapi kok pamer. Mungkin ada banyak sahabat dunia maya yang terinspirasi untuk melakukan  hal yang sama setelah membacanya.

 

Anaknya juara kelas tapi pamer di medsos. Beli motor baru posting di medsos. Atau makan enak di restoran mahal sambil update status. Tidak masalah, itu semua dilakukan karena dia sekedar ingin berbagi kebahagiaan. Atau berbagi kabar gembira kepada teman-temannya di jagat maya.

 


Begitu pula di taman bacaan. Ada anak yang dilarang membaca buku karena tidak suka pada taman bacaan. Ada yang kerjanya gibah padahal tidak pernah membantu apa pun. Donasi buku tidak, kasih uang tidak. Tapi saat ngomong seperti orang paling berjasa di taman bacaan. Ya itu semua bisa terjadi di taman bacaan, bisa dialami pegiat literasi.

 

Pesan moralnya, biarkanlah berbagai prasangka itu bertebaran. Karena tugas orang lain adalah membenci, sementara tugas kita berbuat untuk menjadi lebih baik. Maka sediakan ruang yang lebuh luas dalam hati untuk tetap berprasangka baik kepada siapa pun. Karena ada berjuta-juta alasan untuk  berprasangka baik kepada sesama.

 

Tetaplah rawat prasangka baik dalam diri sendiri. Hati-hati dengan prasangka buruk sekecil apa pun. Bila perlu hilangkan semua prasangka buruk karena itu bisa jadi sebab sakit yang kamu ciptakan sendiri. Dan ketahuilah, prasangka itu alasan yang sederhana bagi orang-orang bodoh. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Pendiri TBM Lentera Pustaka Diliput Jadi Sosok Profil Pegiat Literasi Tim Energia Pertamina

Tradisi baca dan gerakan literasi harus terus didengungkan di bumi Indonesia. Apalagi di tengah derasnya era digital dan gawai, kegiatan membaca buku bisa jadi kian terpinggirkan. Karena itu, peran berbagai pihak termasuk korporasi dalam menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat menjadi penting dikedepankan. Sebagai ikhtiar menuju masyarakat Indonesia yang literat.

 

Berbekal sprit itulah, tim Majalah dan TV ENERGIA Pertamina melakukan liputan langsung ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor (26/02/2022). Selain perjuangan membangun tradisi baca di daerah prasejahtera, tim Eenergia mengangkat rubrik Profil dengan narasumber Syarifudin Yunus selaku Pendiri TBM Lentera Pustaka. Sebuah kisah perjuangan membangun kebiasaan membaca buku di daerah yang sebelumnya tidak memiliki akses bacaan, apalagi membacanya.

 

Terdiri dari Hari maulana (Reporter), Restu Prabowo (Videografer), Trisno Ardi (Fotografer), dan didampingi Kuntoro (Corporate Communications Pertalife Insurance) menyambangi taman bacaan yang kini menjadi pusat literasi dengan 13 layanan program literasi, mulai dari taman bacaan, kelas prasekolah, TBM ramah difabel, koperasi, yatim binaan, dan jompo binaan.

 

Berbagai sesi liputan pun dilakukan tim Energia Pertamina, mulai dari wawancara tentang latar belakang berdirinya TBM Lentera Pustaka termasuk tantangan dan harapannya, aktivitas membaca anak-anak, salam literasi, seputar kebun baca, dan operasi motor baca keliling. Sekitar 20-anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka pun ikut hadir dalam liputan ini.

 


“TBM Lentera Pustaka sangat mendukung aktivitas liputan tim Energia Pertamina sebagai bagian untuk mensosialisaikan akan pentingnya peran membaca buku di kalangan anak-anak. Apalagi di tengah gempuran era digital. Karena itu kolaborasi antara taman bacaan, tim liputan Eenrgia dan Pertalife Insurance sebagai sponspor CSR sangat dibutuhkan pegiat literasi” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka.

 

Dalam kesempatan ini, Pertalife Insurance pun mengkonfirmasi sebagai perusahaan asuransi jiwa yang mensponsori CSR di TBM Lentera Pustaka untuk periode tahun 2022. Dengan demikian, Pertalife Insurance menjadi perusahaan asuransi jiwa pertama mensponsori TBM Lentera Pustaka selama 5 tahun berturut-turut. Sebagai bukti kepedulian sosial terhadap taman bacaan dan Gerakan literasi di Indonesia.

 

Pertalife Insurance berkomitmen besar untuk terus mendukung aktivitas TBM Lentera Pustaka dan program literasi yang dijalankan. Agar anak-anak Indonesia memiliki waktu khusus untuk membaca buku, di samping dapat menatap masa depan dengan penuh optimis.

 

Melalui liputan tim Energia Pertamina di TBM Lentera Pustaka, jelas menjadi bukti kolaborasi antara pihak korporasi dan taman bacaan dalam membangun budaya literasi masyarakat. Sekaligus menengok langsung dampak positif taman bacaan terhadap masyarakat sekitar. Salam literasi #EnergiaPertamina #PertalifeInsurance #TBMLenteraPustaka

Jumat, 25 Februari 2022

Untuk Apa Berbuat Baik di Taman Bacaan?

Fakta hari ini. Banyak orang sadar membaca buku itu penting. Tapi sedikit yang mau membaca buku. Banyak orang sadar berbuat baik itu bagus. Tapi sedikit yang mau berperilaku baik. Bahkan banyak orang sadar membenci itu dilarang. Tapi tidak sedikit yang hidupnya dalam kebencian. Sadar tapi tidak sadar.

 

Sadar. Kita harus sekolah dan belajar dulu untuk meraih cita-cita. Kita juga harus bekerja keras untuk mencapai apa yang diinginkan. Sadar, berkiprah di taman bacaan atau jadi pegiat literasi itu penuh tantangan dan cobaan. Sekalipun bersifat sosial, mengelola taman bacaan pun butuh perjuangan keras. Agar tetap sadar untuk berjuang. Agar tetap tegak tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.

 

Sadar itu kata yang gampang diucapkan, Tapi tidak mudah dilakukan.

Sudah tahu korupsi salah, kok baru sadar setelah dipenjara. Sudah tahu menyebar hoaks itu salah, kok baru sadar sudah ditahan. Sudah tahu virus Covid-19 itu mematikan, kok baru sadar protokol kesehatan itu penting. Sadar itu di depan, bukan di belakang.

 

Sadar itu berarti tahu diri, lalu mengerti. Untuk memperbaiki diri, memperbaiki keadaan. Dari yang belum baik menjadi lebih baik. Maka sadar butuh kesadaran dari orangnya. Tetap mawas diri atau aware terhadap keadaan. Sadar untuk bersahabat dengan realitas, bukan melulu mengeluh atau hidup dalam buaian mimpi.

 

Entah kenapa? Bertindak sadar, justru jarang disadari. Sadar bahwa manusia itu bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa. Sadar, hidup itu bukan menuntut dihargai tanpa mau menghormati. Menuntut hak tanpa mau menjalakna kewajiban. Kegagalan itu bukan untuk disesali melainkan untuk disadari sebagai bahan introspeksi. Sadar, hidup untuk menebar kebaikan dan manfaat kepada orang lain bukan baik dan manfaat untuk diri sendiri. Maka sadar, untuk lebih banyak introspeksi diri daripada menghakimi orang lain. Memang, percaya diri itu penting. Tapi yang lebih penting itu sadar diri.

 


Banyak orang tidak sadar. Bahwa dunia yang mereka tinggali saat ini sangat menyenangkan. Tapi karena mereka sibuk dengan rutinitas. Akhirnya merasa hidupnya datar dan biasa-biasa saja. Jadi tidak punya waktu untuk menyadari. Bahwa dunia ini punya nilai dan makna yang lebih dari sekadar yang mereka pikirkan. Sadar bersyukur, sadar berbuat baik, dann sadar berjuang memberi manfaat kepada orang lain.

 

Seperti pegiat literasi di taman bacaan pun harus sadar. Bahwa selalu saja ada “kerikil” di jalan pengabdian yang harus dilalui. Kadang menyakitkan di kaki walau tidak jadi sebab untuk berhenti melangkah. Selalu saja ada “angin yang menerpa” sehingga menghambat gerak langkah untuk lebih cepat. Selalu saja ada hambatan dan tantangan. Karena memang hidup di taman bacaan, bukan jalan dan panggung popularitas. Sadar, taman bacaan itu hanya jalan sunyi yang tidak banyak dilewati orang. Sadar, taman bacaan hanya jalan sepi di era digital.

 

Dalam kitab “Nashaihul Ibad”, sadar itu harus ada pada setiap diri. Siapa pun, di mana pun. Sadar akan 3 hal agar tetap ada dalam diri. Sadar yang isinya; 1) RUH agar berpegang pada Allah, 2) AMAL agar terus ditegakkan, dan 3) JASAD yang akan habis ditelan bumi.

 

Maka sadar, seharusnya terletak di depan, bukan di belakang. Sadar bahwa sesuatu yang baik itu butuh perjuangan, bukan hanya pengorbanan. Bila sudah sadar, maka perbanyaklah sabar. Sadar untuk tetap rendah hati dan menjauhkan diri dari tinggi hati. Sadar pun ada di taman bacaan. Salam literasi #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan 

 

Kamis, 24 Februari 2022

4 Sebab Pegiat Literasi Terpenjara Pikiran Sendiri

Mungkin di dunia ini, penjara yang paling sulit untuk bebas adalah penjara pikiran. Terlalu sering takut, terlalu khawatir yang berlebihan. Sehingga tidak mampu berbuat dan melakukan apa pun. Belum mencoba sudah pesimis duluan. Belum memulai sudah diakhiri sendiri. Punya potensi dan kesempatan tapi tidak dimanfaatkan secara optimal. Akibat terpenjara pikiran sendiri.

 

Baru punya masalah sedikit, bisanya hanya berkeluh-kesah. Baru dimusuhi orang seperti jadi korban yang paling menderita. Baru tidak punya uang, gayanya seperti orang paling miskin sedunia. Lupa bahwa masalah dan tantangan itu dihadirkan untuk menempa diri. Agar memiliki jiwa yang kuat sekaligus meningkatkan iman dan takwa. Akibat terpenjara pikiran sendiri, jadi lupa bersyukur. Bahwa apa yang dialami dan dianugerahi kepada siapa pun, sejatinya sudah pantas untuknya.

 

Seperti pegiat literasi di taman bacaan pun sering terpenjara pikiran sendiri. Koleksi bukunya sedikit sudah frustrasi. Anak-anak yang membaca sedikit sudah kecewa. Taman bacaannya begitu-begitu saja, sudah berpikir tidak mau diteruskan. Belum berjuang optimal, belum berkreasi yang maksimal di taman bacaan sudah gampang menyerah. Maka tidak ada kata lain, pegiat literasi “dikarang” terpenjara pikiran sendiri. Harus selalu berpokir positif dan optimis dalam ber-literasi. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat ke depan.

 

Jangan biarkan terpenjara pikiran sendiri.

Banyak orang menyangka gajah jalannya pelan. Padahal gajah, bila sudah ngamuk, dampaknya sangat dahsyat. Gajah itu mampu berjalan lebih dari 40 km per hari, bahkan bisa merusak satu kampung dan merobohkan pohon sebesar apa pun. Tapi gajah seliar apa pun, tidak akan mampu berbuat apa-apa bila kakinya sudah diikat, dirantai kuar seperti penjara. Gajah tidak bebas bergerak sekalipun hanya diikat seutas tali kecil. Saat diikat di tiang kecil, gajah pun tidak bisa berbuat apa-apa. Begitulah analogi, orang yang terpenjara pikiran sendiri.



 

Terpenjara pikiran sendiri. Ketika siapa pun termasuk pegiat literasi di taman bacaan terlalu pesimis dalam hidup, Pikirannya negatif dan sering mematahkan pikiran baiknya sendiri. Dan yang paling kentara, orang yang terpenjara pikiran sendiri sering berkata-kata empat hal ini:

1.      Tidak mungkin, saat segala sesuatu impian besar dianggap sulit bisa dicapai, Taman bacaan punya banyak buku, banyak anak yang membaca, dan banyak sponsor CSR dianggap tidak mungkin. Kok bisa?

2.      Tidak bisa, saat cita-cita yang diharapkan dianggap tidak bisa diraih karena keterbatasan. Taman bacaan punya aktivitas rutin dan menarik dianggap hal yang sulit dilakukan, tidak bisa dijalankan.

3.      Tidak mau, saat segala rencana yang dicanangkan tidak mau di-eksekusi. Mentalitas dan ikhtiar untuk menjadi lebih baik diabaikan. Taman bacaan pengen maju tapi tidak ada yang dilakukan. Sesuatu yang baik, kenapa tidak mau?

4.      Tidak berani, saat segala yang baik tidak berani dijalankan. Merasa terlalu banyak kendala sehingga tidak berani untuk mencoba lagi, tidak berani memulai dengan cara yang berbeda. Taman bacaan ingin menambah koleksi buku tapi tidak berani bertanya atau membuat proposal ke lembaga yang berpotesni memberinya?

Terpenjara pikiran sendiri sehingga sering bilang "tidak mungkin tidak bisa, tidak mau, tidak berani". Seperti banyak orang, pegiat literasi di taman bacaan sering terpenjara pikiran sendiri. Maka sejatinya, musuh taman bacaan atau pegiat literasi itu bukan ada di luar. Bukan orang lain yang tidak suka, melainkan diri sendiri. Akibat pikirannya pesimis, negatif, dan terlalu sering bilang “tidak mungkin”. Akhirnya ya begitu-begitu saja atau begini-begini saja. Jadi frustrasi sendiri.

 

Sekadar berbagi pengalaman, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor sejak didirikan pada November 2017 pun hanya punya 14 anak yang bergabung. Bukunya pun hanya 600 buku bacaan. Tidak punya relawan dan tidak satu pun anak yang terbiasa membaca buku sebelumnya. Tapi kini setelah 5 tahun berjalan dan dengan mengembangkan model “TBM Edutainment”, TBM Lentera Pustaka kini sudah menjalankan 13 program literasi, yaitu: 1) TAman BAcaan (TABA) dengan 140 anak pembaca aktif usia sekolah yang berasal dari 3 desa, setiap anak pun mampu membaca 3-8 buku per minggu per anak, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai sekolah, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 33 ibu-ibu anggota, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng) melalui celengan, 10) LITDIG (LITerasi DIGital) seminggu sekali, 11) LITFIN (LITerasi FINansial) sebagai edukasi keuangan, dan 12) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan akhlak dan kesantunan, serta 13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling) yang beroperasi seminggu 2 kali. Dari tadinya tidak punya relawan, kini ada 18 relawan yang membantu. Tidak kurang dari 250 orang menjadi pengguna layanan literasi di TBM Lentera Pustaka setiap minggunya. TBM Lentera Pustaka boleh dibilang taman bacaan paling komprehensif di Indonesia, selain paling aktif dalam menggelar aktivitas literasi secara rutin. Semua itu terjadi karena selalu optimis, berpikir positif, dan selalu kreatif mencari cara untuk mengembangkan taman bacaan.

 

Alhadil,pada tahun 2021, TBM Lentera Pustaka pun meraih berbagai penghargaan, diantaranya: 1) Terpilih “Jagoan 2021” dari RTV (Des 2021), 2) Sosok Inspiratif Spiritual Journey dari PLN (Okt 2021), 3) Terpilih "31 Wonderful People 2021" dari Guardian Indonesia (24 Sept 2021), 4) Terpilih "Ramadhan Heroes" dari Tonight Show NET TV (6 Mei 2021), dan 5) Terpilih program "Kampung Literasi 2021" dari Dit. PMPK Kemdikbud RI (14 Nov 2021).

 

Jadi siapa pun dan pegiat literasi, sudah sepantasnya menjauh dari terpenjara pikiran sendiri. Jangan terlalu membatasi diri sendiri apalagi bertindak pesimis. Niatkan yang baik dan ikhtiar yang optimal untuk mencapai tujuan. Bila sudah, percayalah ada kekuatan “langit dan Ilahi” yang siap bekerka untuk kebaikan di taman bacaan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

 

Jawa Pos TV Liput Aksi Berantas Buta Aksara di TBM Lentera Pustaka

Mungkin tidak banyak orang percaya, masih ada kaum buta aksara di era serbba digital. Tapi nyatanya, begitulah yang dijalani Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Seminggu dua kali, taman bacaan ini secara konsisten tetap membuka kelas pembelajaran berantas buta aksara kepada 9 kaum ibu. Mulai dari menulis nama, membuat tanda tangan, mengeja suku kata, membaca kata hingga menuliskannya di buku tulis.

 

Tertarik pengabdian dan aksi sosial yang dilakukan TBM Lentera Pustaka, Jawa Pos TV (JPM TV) pun melakukan liputan khusus tentang “Berantas Buta Aksara di Taman Bacaan” yang dilakukan Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka bersama pegiat literasi dalam binaannya di kaki Gunung Salak Bogor (24/2/2022). Syarif, begitu panggilannya, tetap komitmen mengabdi tiada henti untuk memberantas buta aksara di sekitar TBM Lentera Pustaka. Setiap weekend, Syarif sengaja datang dari Jakarta ke Bogor untuk mengajar dan membimbing aktivitas taman bacaan. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat di era digital

     

Saat ditanya, apa yang membedakan TBM Lentera Pustaka dengan taman bacaan lainnya? Syarif menegaskan TBM Lentera Pustaka merupakan taman bacaan dengan layanan yang paling komprehensif di Indonesia. Mulai dari taman bacaan, beranytas buta aksara, kelas prasekolah/PAUD, yatim binaan, jompo binaan, TBM ramah difabel, koperasi simpan pinja, literasi digital, literasi finansial, litrerasi adab, menabung, dan motor baca keliling. Tidak kurang 250 orang per minggu menerima layanan dari TBM Lentera Pustaka.

 

“TBM Lentera Pustaka ini bukan hanya tempat baca. Tapi sentra pemberdayaan masyarakat. Jadi ladang amal dan tempat aksi nyata dalam menebar kepedulian sosial yang bermanfaat. Zaman sudah serba digital begini, jangan ada lagi anak putus sekolah dan kaum buta aksara. Maka saya mengabdi di taman bacaan ini” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka yang terpilih "Jagoan 2021" dari RTV.

 

Dikomandoi Dimas (Reporter) dan Seto (Kameramen, crew Jawa Pos TV meyambangi TBM Lentera Pustaka untuk meliput langsung aktivitas Gerakan berantas buta aksara, kelas parsekolah, dan motor baca keliling. Mulai dari mengajar buta aksara, melatih baca dan tulis, serta membagikan hadiah kepada ibu-ibu buta aksara yang ikut belajar sebagai motivasi. Liputan Jawa Pos TV di TBM Lentera Pustaka ini jadi momen pentingnya membangun kepedulian sosial media dan masyarakat untuk lebih peduli terhadap akltivitas literasi dan taman bacaan di tengah gempuran era digital.

 


Patut diketahui, Taman Bacaan Lentera Pustaka yang didirikan Syarifudin Yunus, kini menjalankan 13 program literasi  yang terdiri dari: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 160 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) dengan waktu baca 3 kali seminggu, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar buta huruf agar terbebas dari belenggu buta aksara, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 33 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 2) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke anak-anak seperti memberi salam, cium tangan, berkata santun, budaya antre, dan 13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling). Dengan koleksi lebih dari 10.000 buku serta didukung 5 wali baca dan 18 relawan, TBM Lentera Pustaka dikenal taman bacaan paling aktif dan kreatif saat ini.

 

Liputan Jawa Pos TV ini pun melengkapi torehan prestasi TBM Lentera Pustaka di tahun 2021, seperti 1) terpilih 1 dari 30 TBM di Indonesia yang menggelar program “Kampung Literasi” dari Direktorat PMPK Kemdikbudristek RI, 2) terpilih "31 Wonderful People tahun 2021" kategori pegiat literasi dan pendiri taman bacaan dari Guardian Indonesia (September 2021), 3) Sosok Inspiratif Spiritual Journey PLN tahun 2021, 4) Ramadhan Heroes dari Tonight Show NET TV (Mei 2021), dan terakhir 5) terpilih sebagai “Jagoan 2021” dari RTV (Des 2021)..

 

"TBM Lentara Pustaka saya dirikan sebagai warisan kepada umat. Agar anak-anak mendapat akses bacaan dan mau tersu sekolah. Karena di daerah ini, 81% tingkat pendidikannya hanya SD. Bersama wali baca dan relawan, saya berbuat secara konkret untuk membangun masyarakat yang lebih baik melalui taman bacaan” ujar Syarifudin Yunus yang berprofesi sebagai Dosen FBS Unindra dan kandidat doktor taman bacaan dari Pascasarjana Unpak.

 

Melalui liputan Jawa Pos TV, TBM Lentera Pustaka mengajak masyarakat untuk lebih peduli kepada taman bacaan. Bila tidak mampu mendirikan taman bacaan, bantulah aktivitas literasi di taman bacaan. Ubah niat baik jadi aksi nyata. Salam literasi #LiputanJawaPosTV #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu

Rabu, 23 Februari 2022

Beda Belajar di Taman Bacaan dan di Sekolah?

Belajar, kata banyak orang, agar lebih pintar atau sukses. Belajar selalu identik dengan keberhasilan personal. Maka orang yang pintar, sukses, dan kaya pasti dianggap berhasil belajar. Belajar pun selalu dianggap ada di sekolah formal. Seakan-akan tidak ada tempat lain yang mampu dijadikan “tempat belajar”. Begitu pandemi Covid-19 datang, maka belajar di sekolah formal pun kocar-kacir. Itu fakta yang terjadi.

 

Belajar itu tidak harus pintar. Belajar pun bukan untuk kaya. Untuk apa pintar dan kaya bila tidak bermanfaat untuk orang lain. Katanya, sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Lalu bila pintar dan kaya namun tidak bermanfaat untuk orang lain, apa itu hasil dari belajar yang berhasil?

 

Maka faktanya, perilaku belajar selalu mendengarkan guru. Belajar pun harus bisa menjawab soal. Belajar katanya harus mengerjakan tugas. Dan akhirnya belajar hanya bersandar pada nilai. Angka-angka tinggi yang menentukan keberhasilan belajar seorang anak. Nilai pun dijadikan tolok ukur orang yang belajar. Maka wajar, setelah bekerja mereka mengukur sukses itu hanya dari kekayaan, dari kepintaran. Salah besar bila belajar seperti itu.

 

Belajar itu bukan untuk pintar, apalagi agar kaya. Sejatinya, belajar itu untuk memperbaiki diri. Belajar pun untuk bertahan hidup. Maka seharusnya, belajar tidak melulu soal pelajaran sains dan pengetahuan. Tapi belajar untuk membentuk sikap dan perilaku untuk memahami kehidupan. Belajar menjadi manusia yang lebih baik. Belajar tentang akhlak, tentang etika dalam hidup. Dan yang penting, belajar itu harus asyik dan menyenangkan.

 

Konsep belajar untuk membentuk sikap dan perilaku itulah yang dijalankan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sebuah taman bacaan yang menjadikan membaca buku tidak hanya untuk menambah pengetahuan. Tapi membaca untuk bersikap agar tidak putus sekolah. Membaca buku sebagai kebiasaan mengisi waktu daripada main gawai, nongkrong atau menonton TV. Di taman bacaan, belajar tidak lagi terbatas pada ruang kelas atau doktrin seorang guru. Belajar harus asyik dan menyenangkan. Bila perlu belajar sambil bermain.  

 


Berbekal model “TBM Edutainment”, TBM Lentera Pustaka pun menjadikan aktivitas literasi dan kegiatan membaca buku sebagai edukasi dan entertainment. Ada nilai-nilai pendidikan dan hiburan yang disajikan. Seperti kewajiban untuk mengucapkan salam, cium tangan, antre, dan membaca bersuara. Ada salam literasi, doa literasi, dan senam literasi. Belajar di taman bacaan, bisa dilakukan di mana saja. Belajar di kebun, di sungai, bahkan di jalanan. Agar anak-anak dapat melihat realitas kehidupan secara langsung. Lalu dijelaskan, kenapa begitu?

 

Jujur di Desa Sukaluyu lokasi TBM Lentera Pustaka yang sebagian besar masyarakatnya prasejahtera dan tingkat putus sekolah tinggi, memang belajar untuk sukses seperti apa yang diharapkan? Belajar untuk bertahan tetap sekolah saja sulit. Apalagi belajar untuk kaya atau sukses. Maka TBM Lentera Pustaka hanya menjadikan belajar untuk membangun kesadaran sekaligus tetap berdaya sekalipun dalam keadaan terbatas, akibat ekonomi lemah dan pendidikan terbatas.

 

Lagi-lagi, belajar itu bukan untuk pintar atau sukses. Sehingga kehilangan akhlak dan hati nurani. Hanya orang pintar dan sukses yang kerjanya berani mencari-cari kesalahan orang lain. Cara berpikirnya ribet tapi perilaku baiknya nol besar. Semua hal dipertanyakan, bahkan bukan bidang keahliannya pun dikomentarin. Akhirnya, bertabur kebencian dan memperbesar perbedaan. Lalu menganggap dirinya sendiri yang benar dan semua orang lain sala. Apalagi orang-orang yang tidak sepaham dengannya.’

 

Maka jelas, beda orientasi belajar di sekolah dan belajar di taman bacaan. Di sekolah, orang belajar untuk pintar. Sementara di taman bacaan, belajar untuk memperbaiki diri, Di sekolah belajar untuk sukses atau kaya, Sementara di taman bacaan, belajar untuk bertahan hidup secara realitas. Dan di sekolah, bisa jadi belajar untuk mengabaikan akhlak dan hati nurani. Tapi di taman bacaan, belajar cukup untuk berpegang pada akhlak dan etika. Belajar dalam kesederhanaan tindakan, bukan kemewahan pikiran.

 

Belajar di taman bacaan. Agar di saat lapar, tahu cara bikin kenyang dirinya sendiri semampunya. Bukan teriak-teriak lapar ke mana-mana. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Selasa, 22 Februari 2022

Kapan Taman Bacaan Dianggap Maju?

Siapa sih orang yang tidak ingin maju?

Siapa pun pasti ingin maju, ingin sukses. Jangankan manusia, taman bacaan dan pegiat literasi di mana pun ingin kok maju. Punya progres dalam berliterasi dari waktu ke waktu. Pengen sukses dan bermanfaat dalam menegakkan tradisi baca dan budaya literasi. Kemarin seperti apa dan hari ini bagaimana? Mari bicara tentang progress, siapa pun dan apa pun. Apa yang sudah dilakukan dan dicapai? Progres, tentang kemajuan apa pun termasuk aktivitas di taman bacaan.

 

Progres, memang gampang dibicarakan. Tapi sulit direalisasikan. Progres pun tidak mungkin terjadi tanpa dimulai. Tidak akan pernah ada progres tanpa dikerjakan. Karena itu, siapa pun dan untuk urusan apa pun fokuslah pada progres. Ikhtiar untuk maju dari waktu ke waktu. Perubahan ke arah yang lebih baik. Karena memang, tidak ada pekerjaan besar yang bisa tuntas tanpa progres yang menyertainya. Seperti kata orang bijak, “pekerjaan-pekerjaan kecil yang selesai dilakukan itu lebih baik daripada rencana-rencana besar yang hanya didiskusikan.” Itulah progres.

 

Hidup itu penuh perubahan. Siapa pun harus mampu menyesuaikan, tanpa terkecuali. Jangan puas dengan begini-begini saja. Atau begitu-begitu saja. Apalagi tanpa menebar manfaat kepada orang lain. Maka progress atau kemajuan jadi kata kunci. Dari hari ke hari, harus ada yang dikerjakan dan menjadi lebih baik. Entah, pengetahuan yang bertambah, sikap yang lebih matang atau perilaku yang lebih baik. Asal ada progres-nya. Jangan hanya bisa bicara masa lalu dan tidak pernah bisa move on. Aneh, hidup di zaman digital tapi sikap tidak berubah.

 

Berbekal spirit progres dan harus berbuat itulah, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak terus berproses. Agar bisa mencapai progress yang diharapkan. Tentu, sesuai dengan cita-cita taman bacaan dan pegiat literasi.  Di tahun 2022 ini, TBM Lentera Pustaka pun telah menorehkan progres yang luar biasa, diantaranya:

1.      Pembangunan Roooftop Baca Lantai Dua sebagai perluasan area baca taman bacaan seluas 50 meter persegi dan persi menghadap ke Gunung Salak. Agar membaca jadi kegiatan asyik dan menyenangkan. Sepenuhnya dibiayai CSR dari Bank Sinarmas dan insya Allah rampung pertengahan Maret 2022.

2.      Peluncuran MOBAKE (Motor Baca KEliling) pada 20 Feb 2022 sebagai ikhtiar mendekatkan buku bacaan ke kampung-kampung yang selama ini tidak ada akses bacaan, di samping tingkat angka putus sekolahnya tinggi. Seminggu dua kali, MOBAKE akan mengunjungin kampung-kampung yang perlu buku-buku bacaan.

3.      Sponsor CSR korporasi sepanjang tahun 2022, TBM Lentera Pustaka menggandeng Bank Sinarmas, PertaLife Insurance, dan satu lagi dalam proses. CSR korporasi inilah yang membiayai seluruh operasional dan aktivitas taman bacaan selama setahun.

4.      Kerjasama pengabdian masyarakat bersama BEM Faperta IPB untuk menjalankan program literasi dan keilmuan fakultas pertanian selama setahun ini.

5.      Liputan Jawa Pos TV terkait aktivitas berantas buta aksara, kelas prasekolah dan MOBAKE serta RTV untuk program Safar Ramadhan tahun 2022, termasuk bermitra dengan BogorKita.com.

6.      Dan masih banyak lagi progres yang berjalan, seperti riset tim dosen UNJ untuk pengembangan Kawasan Wisata Literasi, bakti sosial komunitas, dan event bulanan dengan pengisi acara yang berbeda-beda.

 

Intinya, progres harus terjadi di taman bacaan. Dan patut diketahui, semua kemajuan di taman bacaan pasti butuh bantuan, kerja sama, dan dukungan dari orang lain atau pihak lain. Karena progres adalah buah dari kolaborasi dan sinergi.

 


Maka untuk mengukur progress taman bacaan di mana pun, setidaknya ada 5 (lima) indikator yang jadi acuan yaitu: 1) berapa anak pembaca yang bertambah? 2) berapa koleksi buku yang bertambah? 3) Seberapa rutin aktivitas literasidijalankan taman bacaan? 4) Berapa relawan yang terlibat dan bertambah?, dan 5) apa prestasi atau kinerja yang diraih dibandingkan tahun sebelumnya?

 

Sebagai contoh TBM Lentera Pustaka, saat didirikan tahun 2017 lalu, hanya jadi tempat baca 14 anak, kini ada 130 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari. Sukajaya). Koleksi buku yang tadinya hanya 600 buku, kini berubah jadi lebih dari 10.000 buku. Dari tidak punya relawan, kini menjadi tempat pengabdian 18 relawan. Berbekal spirit progres dan mengembangkan model “TBM Edutainment”,  di usianya yang ke-5 tahun ini, TBM Lentera Pustaka pun telah menjalankan 13 program literasi seperti: 1) TAman BAcaan (TABA) dengan 130 anak pembaca aktif usia sekolah yang berasal dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) dan terbiasa membaca 3-8 buku per minggu per anak, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai sekolah/kuliah, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 33 ibu-ibu anggota, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng) melalui celengan, 10) LITDIG (LITerasi DIGital) seminggu sekali, 11) LITFIN (LITerasi FINansial) sebagai edukasi keuangan, 12) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan akhlak dan kesantunan dan 13) MOBAKE (Motor Baca KEliling) seminggu 2 kali untuk sediakan akses bacaan. Kini tidak kurang dari 250 orang menjadi pengguna layanan literasi TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.

 

Seiring itu pula, pada tahun 2021 lalu, TBM Lentera Pustaka pun mencatat prestasi seperti:  1) Terpilih "Jagoan 2021" dari RTV (tayang 29 Des 2021), 2) Sosok Inspiratif Spiritual Journey dari PLN (Okt 2021), 3) Terpilih "31 Wonderful People 2021" dari Guardian Indonesia (24 Sept 2021), 4) Terpilih "Ramadhan Heroes" dari Tonight Show NET TV (6 Mei 2021), dan 5) Terpilih program "Kampung Literasi 2021" dari Dit. PMPK Kemdikbud RI (14 Nov 2021).

 

Mari kita bicara progres, apa yang sudah dicapai dan apa yang akan dilakukan lagi? Agar tercapai kemajuan dan kemanfaatan. Taman bacaan pun harus punya progres, pegiat literasi pun harus lebih maju dari kemarin. Karena siapa pun harus ikhtiar untuk maju, bukan untuk sempurna. Maka keluarlah dari zona nyaman, perkuatlah jiwa militansi untuk maju.

 

Dan paling penting, tidak akan pernah ada kemajuan tanpa perjuangan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka