KAUM BELUM BERKUKU HENDAK MENCUBIT …
Itu hanya ungkapan. Untuk orang-orang
yang belum sadar. Bahwa dirinya bukan apa-apa dan bukan pula siapa-siapa. Belum
berbuat apa-apa tapi sudah banyak bicara tentang apa pun. Hanya tahu sedikit tapi
lagkanya tahu segalanya. Orang-orang yang gemar ngurus hidup orang lain. Lalu
abai memperbaiki dirinya sendiri.
Peribahasa nenek moyang, “belum berkuku
hendak mencubit”. Belum tentu benar tapi mudah menyalahkan orang lain. Belum bisa
apa-apa tapi seperti sudah melakukan segalanya. Hanya bisa memlihat keburukan
tanpa bisa berbuat kebaikan. Belum punya kuku tapi maunya mencubit.
Itulah realitas yang terjadi di grup-grup
WA, di komunitas tukang gibah. Tiap kebaikan yang dilakukan pemimpin atau orang
lain selalu dicari salahnya. Lebih senang menghakimi dan bergunjing yang tidak
ada manfaatnya. Omong banyak tapi kerjanya kosong. Persis seperti orang-orang
frustrasi. Karena mimpi dan harapannya tidak tercapai. Jadi bisanya hanya
mencari kesalahan orang lain.
Di taman bacaan pun ada saja orang-orang
yang “belum berkuku hendak mencubit”. Bantu tidak peduli tidak. Bahkan injak
kaki ke taman bacaan pun tidak. Tapi giliran omong taman bacaan seolah tahu
segalanya. Orang-orang yang memaksa pikiran dan perilaku keliru seolah-olah benar.
Tidak suka melihat taman bacaan maju, tidak senang pada orang-orang yang ada di
taman bacaan. Hidup di dunia nyata tapi tidur dengan takhayul. Isinya kebencian
dan ketakutan. Gagal melihat kebaikan di dekatnya sendiri. Boro-boro mau jadi
agen kebaikan untuk umat.
Belum berkuku hendak mencubit. Persis
seperti pepatah “tidak pandai menari dikatakan lantai yang terjungkat”. Maka
jadilah “gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak”. Dia
yang tidak lakukan apa-apa, dia yang punya salah. Tapi seolah semua yang
dilakukan orang lain salah. Sama sekali tidak literat!
Manusia literat, tentu tidak usah
khawatir. Atas apa yang dikatakan orang lain, atas apa yang dipikirkan orang
yang tidak berguna. Karena memang, mereka hanya bisa bicara tanpa bisa
mengerjakan kebaikan apa pun. Cukup hati-hati saja. Karena di mana pun, selalu
ada mana kawan mana lawan. Selalu ada orang yan tidak suka atas perbuatn baik
yang kita lakukan.
Tetaplah lakukan yang terbaik dalam hidup.
Mumpung masih ada waktu, mumpung ajal belum tiba. Di dunia literasi dan taman
bacaan, tidak cukup punya pikiran yang bagus bila tidak mampu menggunakannya
dengan baik.
Belum berkuku hendak mencubit. Terkadang
dalam hidup, ada saja orang yang gagal “bermain” di antara naluri dan akal.
Sehingga terjebak pada hawa nafsu dan kebobrokan. Salam literasi #PegiatLiterasi
#TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar