Kamis, 29 Februari 2024

Bersikap Realistis dan Apa Adanya di Taman Bacaan

Padi yang dipanen hari ini aja, tidak mungkin ditanam kemarin sore. Begitu pula anak-anak yang membaca buku hari ini pun tidak mungkin besok jadi insinyur atau dokter.

 

Padi yang sudah ditanam dan tumbuh aja, masih diserang hama. Apalagi anak-anak yang membaca buku di era digital, pasti "hama"-nya juga banyak, gangguan akan selalu ada.

 

Padi yang dibajak pakai traktor pun masih bisa gagal panen. Apalagi anak-anak yang membaca buku, pasti mudah dipengaruhi untuk tidak membaca lagi, sehingga gagal dan tidak punya masa depan.  

 

Maka petani itu cuma ikhtiar, bukan berdiam diri. Agar bisa panen pada waktunya. Begitu pula di anak-anak di TBM Lentera Pustaka Bogor, hanya ikhtiar untuk membiasakan baca buku. Agar anak-anak kita lebih baik pada waktunya. Agar punya kegiatan yang positif, dan berharap cita-cita indahnya bisa tercapai. Biarkan mereka berjalan apa adanya di taman bacaan, dan kita cukup melakukan yang bisa dilakukan. Memfasilitasi buku bacaan, membimbing baca, hingga memotivasi untuk rajin membaca.

 


Bersikap realistis dan apa adanya, begitu sikap petani dan anak-anak di taman bacaan. Selalu ikhtiar dan berdoa yang bail. Tetap sabar menjalani apapun yang harus dijalani, tetap fokus pada tujuan bukan gangguan. Tidak perlu ada yang dikeluhkan, karena setiap cobaan datang untuk memperkuat siapapun dalam menggapai harapan.

 

Sampai hari ini, petani dan anak-anak di taman bacaan masih meyakini. Bahwa setiap permulaan pasti ada ujungnya. Setiap kepahitan ada manisnya. Setiap penderitaan pasti ada  bahagianya. Dan setiap kegelapan pasti ada terangnya. Seperti setelah malam pasti ada pagi yang terang. Asal pantang menyerah saat menjalaninya dan tetap ikhlas menghadapi apapun. Jadilah literatSalam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Cermin Diri Agar Lebih Literat

Suatu kali kawan saya berpikir untuk evaluasi diri. Akibat masalah yang datang bertubi-tubi. Merasa ada yang salah dalam hidupnya. Merasa gagal dan ingin berubah menjadi lebih baik. Lebih sukses seperti orang lain. Niat yang luar biasa dan patut dihormati.

 

Dimulailah evaluasi dirinya, dengan membaca buku-buku relijius dan motivasi, termasuk buku “The Seven Habits” Stephen Covey. Tapi setelah habis dibaca, kawan saya merasa tidak puas. Tidak menemukan jawaban untuk evaluasi diri, untuk sukses. Kenapa dan gimananya? Hingga dia terpikir untuk menanyakan langsung saja ke penulis buku-buku yang dibacanya? Agar lebih puas dan mendapat jawaban konkret dari si penulis. Setelah semua masalahnya diceritakan, dia berkata, “Pak penulis, tolong ajarkan saya, kita praktis saya berubah dan menjadikan masalah sebagai jalan sukses”. Pak penulis pun menjawab, “Kalau Anda membaca buku saya dengan teliti dan menjalankan dengan nyata, tentu akan ditemukan cara-cara menuju sukses”. ”Maaf Pak penulis, saya sudah baca habis, Tapi tetap saja belum dapat rumus sukses”.

 

Akhirnya Pak penulis berkata, “Baiklah, saya akan ketemukan Anda dengan seseorang di dalam kamar itu. Biar dia yang memberi tahu Anda caranya sukses dalam hidup ini”. Dengan gembira, kawan saya pun berjalan menuju ke kamar itu. Maka kawan saya pun mengetuk pintu dan segera masuk ke dalam kamar. Namun, dia heran karena tidak ada seorangpun di dalam kamar itu. Yang ada hanya sebuah cermin besar. Lalu Pak Penulis berkata, “Lihatlah ke cermin itu. Orang yang ada di cermin itu adalah sang penolong yang Anda cari untuk menunjukkan bagaimana caranya meraih sukses”. Kawan saya pun memandang cermin besar itu dengan lama dan suasana gelap. Yang ada hanya tampang dirinya sendiri.

 

Seketika itu juga kawan saya tersadar. Bahwa evaluasi diri, tekad untuk sukses ada pada dirinya sendiri. Bukan di orang lain, bukan di luar sana. “Terima kasih Pak penulis. Saya akan perbaiki diri, lebih tekun dan mengandalkan diri sendiri untuk mempraktikkan teori yang telah saya dapat dan pelajari. Agar bisa lebih baik dan sukses!”

 

Maka cukup bercermin diri. Apapun keadaannya, apapun alasannya. Karena sejatinya, hanya diri kita sendiri yang bisa menolong apapun masalah kita. Orang lain punya masalah sendiri dan belum tentu bisa membantu. Bila tidak berani memulai dari diri sendiri maka sulit untuk bisa berbenah diri apalagi meraih sukses. Maka tetaplah ikhtiar yang baik, doa yang baik. Kerjakan semua yang harus dikerjakan, jangan rlbimbang soal apapun. Kendalikan diri untuk hal-hal yang produktif dan bermanfaat. Tinggalkan sifat dan perilaku buruk, jangan bergaul dengan orang-orang yang kerjanya keluh-kesah dan tidak jelas. Batasi diri dan berjuanglah sekuat tenaga, biarkan sabar dan syukur yang menyertai semuanya.

 


Berbenah diri dan sukses itu bukan teori. Tapi praktik dan ikhtiar karena setiap kita sudah dikaruniai kelebihan-kelebihan oleh Tuhan. Jadi, kita yang harus berani memperbaiki diri, mengembangkan diri dan meraih sukses itu. Terus bergerak apapun alasannya, jangan cengeng dan menggerutu kemana-mana. Tanpa ada kebaikan yang dikerjakan.

 

Selalu memperbaiki diri dan tetap berbuat baik, itulah spirit yang dipegang pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tetap komit dan konsisten dalam berbuat baik dan menebar manfaat di taman bacaan. Sebagai ladang amal semua orang. Insya Allah berkah dan sukses pasti menyertainya.

 

Maka bercerminlah pada diri sendiri, jangan bercermin pada orang lain. Karena mau seperti apa kita esok, tergantung diri kita sendiri dan Tuhan. Yuk bercermin diri, jangan kerjanya menyalahkan orang lain doang. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Rabu, 28 Februari 2024

Membersihkan Hati di Taman Bacaan, Gimana Caranya?

Tiap Selasa dan Kamis siang, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor selalu diramaikan puluhan anak-anak Kelas PRAsekolah (KEPRA). Mereka datang secara rutin untuk belajar baCA, tuLIS, hiTUNG (calistung) sambil bermain di taman bacaan. Tentu dibimbing oleh 4 wali baca/relawan. Aktivitas KEPRA ini gratis lho. Semarak dan selalu ramai, apalagi anak-anak usia PAUD ini diantar langsung oleh ibunya. Terlihat jelas, aktivitas taman bacaan punya peran penting dalam membentuk tradisi baca dan budaya belajar anak-anak bila ditanamkan sejak dini.

 

Melihat realitas di TBM Lentera Pustaka seperti itu, justru poinnya bukan di aktivitas belajar calistung-nya. Tapi lebih kepada sisi sosial dan kiprah nyata para wali baca dan relawannya. Kiprah taman bacaan semacam ini, bisa jadi sangat sulit terjadi bila orang-orang yang ada di dalamnya tidak memiliki “kebersihan hati”. Anak-anak yang belajar, wali baca dan relawan, hingga para ibu yang mengantar anaknya pasti memiliki hati yang bersih. Datang dari jauh ke TBM, relawan mengajar tanpa dibayar alias gratis, fasilitas taman bacaan tersedia tidak mungkin bisa terjadi tanpa kebersihan hatti. Karena hati, mereka semua tergabung dalam kegiatan sosial ini. Dan dari hati pula, bisa dideteksi potensi baik dan buruknya seseorang. Karena perbuatan baik, pasti datang dari hati yang bersih.

 

Dari hati yang bersih, ada ketulusan untuk berbuat baik. Dari hati yang bersih, ada sikap istikomah menebar manfaat. Hanya hati yang bersih yang mampu membuang jauh kata-kata kotor, pikiran buruk, hingga perilaku negatif. Terhindari sifat sombong dan syhawat yang tidak perlu. Hingga jelas bisa dibedakan mana yang baik, mana yang buruk. Menjaga hati yang bersih, jelas membutuhkan proses, tempat, dan perbuatan nyata seperti apa yang dilakukan relawan di TBM Lentera Pustaka.

 

Kebersihan hati, tentu jadi sumber kesucian akal. Karena hati yang jernih, siapapun terhindar dari perilaku buruk untuk mencari-cari kesalahan orang lain manakala kesalahan diri sendiri belum disadari. Hati yang selalu menjaga untuk tidak menghina atau meremehkan orang lain, karena Allah SWT tidak pernah menghina hamba-Nya. Karena bersihnya hati, siapapun tidak akan pernah membuka aib orang sebab Allah saja menyimpan aib kita hingga hari akhirat nanti.

 

Sebaliknya, siapapun yang hatinya kotor, pikirannya kotor. Pasti terlalu gampang meremehkan orang lain. Mudah menjelek-jelekkan orang lain padahal suatu saat orang itulah yang menolong kita. Hatinya yang kotor gampang menyakiti hati orang lain lalu lupa doa orang yang teraniaya itu makbul. Akibat hati yang kotor, banyak orang terlalu bangga dengan amal ibadahnya yang belum tentu ditetrima, sombong atas apa yang dimiliki pdahal Allah bisa mengambilnya kapan saja.

 

Benar kata lagu A’a Gym, jagalah hati. Agar selalu bersih dan bersahaja di mana pun. Karena hati yang bersih tidak pernah mau membandingkan dirinya dengan orang lain. Tidak berani menyalahkan orang lain tanpa mau menyalahkann diri sendiri. Dan pada hati yang bersih, siapapun tidak akan sedih atas kekurangannya. Karena Allah tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

 


Di TBM Lentera Pustaka, siapapun diingatkan untuk selalu “membersihkan hati”. Berbuat baik tanpa pamrih, ikhlas hanya untuk mengejar ridho-Nya. Seperti kata ulama K.H. Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani Al Banjari, "Jangan pernah melihat dosa orang lain, lihatlah dosa sendiri. Maka butakan matamu melihat aib orang lain, dan buka mata hatimu untuk melihat aibmu sendiri."

 

Pada hati yang bersih, kita tidak akan pernah merasa lebih baik dari orang lain. Agar kita selalu sibuk untuk memperbaiki diri. Tetap berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Terima kasih TBM Lentera Pustaka, terima kasih relawan dan anak-anak kelas prasekolah. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Selasa, 27 Februari 2024

Profil Taman Bacaan Lentera Pustaka, Berjuang Tegakkan Minat Baca Anak di Kaki Gunung Salak

Adalah fakta Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka terus berkembang. Selain menjalankan 14 aktivitas taman bacaan dan literasi, taman bacaan yang terletak di kaki Gunung Salak Bogor ini pun sering dijadikan tempat kuliah kerja nyata (KKN), penelitian skripsi, dan atau aktivitas CSR/bakti sosial. Tidak kurang dari 200 orang pengguna layanan TBM Lentera Pustaka per minggunya. Selain tata kelola yang professional, TBM Lentera Pustaka juga mengusung konsep pengembangan “TBM Edutainment”, model tata kelola taman bacaan berbasis edukasi dan entertainment.

 

Lalu ada banyak yang menanyakan tentan profil singkat TBM Lentera Pustaka?

Sebagai jawabannya, TBM Lentera Pustaka pun menyediakan informasi profil taman bacaan masyarakat yang bersifat mandiri ini agar menjadi pemahaman publik. Dan mengenal lebih dekat tentang TBM Lentera Pustaka dalam mengemban misi meningkatkan kegemaran membaca anak-anak usia sekolah dan budaya literasi masyarakat.

Adapun Profil Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka adalah sebagai berikut:

 

Nama Taman Bacaan    : TBM LENTERA PUSTAKA (https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Bacaan_Masyarakat_Lentera_Pustaka)

Alamat Lengkap             :  Jl. Masjid Jami Kp. Warung Loa No. 22 RT 02/12 Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Kab. Bogor 16610

Izin Operasional                           : Keputusan Bupati Bogor tentang Pemberian Izin Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka No. 421.10/01/Kpts/ITBM/Kec. Tamansari/2017 tertanggal 3 November 2017.

Izin/Akta Notaris No.   : 01 Tanggal 8 Juni 2021

Nama Yayasan               : Yayasan Lentera Pustaka Indonesia

SK Kemenkumham       : No. AHU-0014032.AH.01.04 Tahun 2021

No. Anggota Forum TBM: 120421.10-1087

Tanda Terdaftar DAP Kab. Bogor: No. 041/093 – Bid. Perpustakaan

Pendiri/Kepala Program: Syarifudin Yunus, M.Pd. (https://id.wikipedia.org/wiki/Syarifudin_Yunus)

No. HP (WA)                    : 0812 8568 3535

Nama Yayasan               : Yayasan Lentera Pustaka Indonesia

Akta Notaris No.            : 01 Tanggal 8 Juni 2021

SK Kemenkumham       : No. AHU-0014032.AH.01.04 Tahun 2021

Email                                 : tbmlentera.pustaka@gmail.com

Web: tbmlenterapustaka.com

FB: Lentera Lentera

IG: @tbmlenterapustaka.official

 

VISI:  Menekan angka putus sekolah dan menjadi sentra pemberdayan masyarakat.

MISI: Membangun tradisi baca dan budaya literasi yang asyik dan menyenangkan sebagai sarana pembentukan karakter anak-anak usia sekolah

MODEL TBM:  TBM Edutainment = Taman Bacaan berbasis Edukasi dan Entertainment)



KINERJA TBM LENTERA PUSTAKA (per Desember 2023)

No.

INDIKATOR

Des 2022

Des 2023

Capaian

1.

Anak Pembaca Aktif

100 anak

140 anak

40%

2.

Jumlah Koleksi Buku

10.000 buku

12.000 buku

20%

3.

Rata-rata buku dibaca per minggu

3 buku

5-8 buku

-

4.

Jam Baca Rutin per minggu

3 kali

3 kali

-

5.

Prestasi TBM Lentera Pustaka 2021:

  • Terpilih 20 naskah terbaik dalam lomba esai HUT Kemerdekaan RI 2023 “Cinta Indonesia” yang digelar Indonesiana.id.
  • Penulis Terproduktif Indonesiana Tempo tahun 2022 dengan 388 artikel selama tahun 2022.
  • Terpilih “Jagoan 2021” dari RTV (Desember 2021)
  • Terpilih 1 dari 30 TBM se-Indonesia penyelenggara program “Kampung Literasi tahun 2021” dari Kemdikbudristek RI & Forum TBM Indonesia (Nov, 2021).
  • Terpilih Narasumber “Spiritual Journey” PT. PLN (Okt 2021)
  • Peraih “31 Wonderful People Tahun 2021” ketegori Pegiat Literasi dan Pendiri Taman Bacaan dari Guardian Indonesia (Sept 2021).
  • Terpilih Narasumber “Ramadan Heroes - Tonight Show NET TV” (5 Mei 2021)
  • Narasumber Liputan Hasdiknas Liputan6.com dan merdeka,com, Juni 2021

6.

Program literasi:

  1. TAman Bacaan (TABA) = 100 anak dari 4 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya, Sukajdi),
  2. GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) = 9 ibu warga belajar,
  3. KElas PRAsekolah (KEPRA)  = 40 anak,
  4. Ramah Difabel = 2 anak,
  5. Koperasi Simpan Pinjam lentera = 28 anggota,
  6. YAtim BInaan (YABI) = 14 anak
  7. JOMpo BInaan (JOMBI) = 12 jompo
  8. MOtor BAca KEliling (MOBAKE) = beroperasi ke 4 kampung (Sinarwangi, Gadog, Jami, & Tamansari)
  9. RAjin MEnabung (RABU)
  10. DONasi BUKu (DONBUK) = menerima dan menyalurkan buku bacaan
  11. LITerasi FINansial (LITFIN)= Edukasi literasi keuangan
  12. LITerasi DIGital (LITDIG) = Edukasi belajar computer dan internet sehat
  13. LIterasi aDAB (LIDAB) = Edukasi adab dan akhlak anak
  14. Rooftop Baca = Tempat membaca ber-view Gunung Salak

7.

Dukungan SDM:

-          Wali baca = 6 orang

-          Relawan = 12 orang

8.

Sponsor CSR/Mitra (Tahun 2023):

1.      Bank Sinarmas

3.      Asosiasi DPLK

4.      AAI Perancis

Prestasi & Pencapaian:

  1. RTV – “Jagoan 2021 – Penerang Gulita Anak Putus Sekolah” – 29 Desember 2021

https://www.youtube.com/watch?v=Um-WoSBkINI

  1. DAAI TV – “Perpustakaan Keliling di Kaki Gunung Salak Bogor” – 27 Mei 2022 (Perpustakaan Keliling di Kaki Gunung Salak l Halo Indonesia - YouTube)
  1. Jawa Pos TV – “Motor Baca Keliling Sediakan Akses Membaca di Kaki Gunung Salak” – 19 Mei 2022 ((160) Motor Baca Keliling Sediakan Akses Membaca di Kaki Gunung Salak - YouTube)
  1. NET TV – “Semangat Untuk Membasmi Buta Aksara Kepada Ibu-Ibu yang Kurang Beruntung” – 5 Mei 2021

Semangat Untuk Membasmi Buta Aksara Kepada Ibu-Ibu yang Kurang Beruntung - YouTube

  1. CNN TV – “Taman Baca Motivasi Masyarakat Untuk Membaca” – 8 Sept 2020

https://www.cnnindonesia.com/tv/20200908162329-405-544110/video-taman-baca-memotivasi-masyarakat-untuk-membaca?fbclid=IwAR2gEgRqtjr9GJqDdU4uqZleYpc0ZQcuLnfKH8ftPSu8_3TdfQgCZIJpXnQ

 6. Narasumber “Kegiatan Literasi yang Menyenangkan” DAAI TV – 8 Mei 2019

https://www.youtube.com/watch?v=86pl8Rz5PgQ&t=244s

  1. Narasumber “Semangat Berantas Buta Aksara” DAAI TV – 28 Agustus 2019

https://www.youtube.com/watch?v=_USSmScL2YQ

  1. Narasumber “Talkshow Semangat Berantas Buta Aksara” DAAI TV – 11 Sept 2019

https://www.youtube.com/watch?v=keqUjYFLYxk&t=329s

  1. Narasumber “Gerakan Literasi Nasional” TV Parlemen – 11 Sept 2019

https://www.youtube.com/watch?v=qBTAJvdgmmE&t=2107s

  1. Narasumber “Mewujudkan Budaya Literasi” TV Parlemen, 24 Sept 2019

https://www.youtube.com/watch?v=qOPq3TzMjts

  1. Narasumber “Literasi Media Sosial” TV Parlemen – 17 Okt 2019

https://www.youtube.com/watch?v=VrOqBDSucP0&t=123s

Selain itu, TBM Lentera Pustaka juga menjadi narasumber liputan taman bacaan dan literasi media terkemuka seperti: Majalah Kartini, Harian Jawa Pos, Harian Kompas, Liputan6.com, Merdeka.com, dan lainnya. Tentu, semua didedikasikan demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat Indonesia. Salam literasi #TamanBacaan #ProfilTBM #TBMLenteraPustaka

Hak Peserta DPLK Bila Ikut Lebih dari 1 Program Pensiun

Program Pensiun adalah setiap program yang mengupayakan manfaat pensiun bagi peserta. Pada praktiknya, program pensiun ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat sukarela. UU No. 4/2023 tentang PPSK pasal 189 ayat 3) menegaskan “Program Pensiun yang bersifat wajib mencakup program jaminan hari tua (JHT) dan program jaminan pensiun (JP) yang merupakan bagian dari sistem jaminan sosial nasional”. Dengan Demikian, Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) sebagai penyelenggara program pensiun dapat dikategorikan sebagai program pensiun yang bersifat sukarela.

 

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan pelindungan hari tua dan masa pensiun bagi masyarakat, khususnya para pekerja di Indonesia, tentu saja seorang pekerja bisa mengikuti lebih dari 1 (satu) program pensiun. Sebagai contoh: si A sebagai seorang karyawan diikutsertakan kantornya ke dalam program JHT dan JP karena bersifat program wajib. Di lain waktu, kantor tempatnya bekerja pun mengikutsertakan si A ke dalam program DPLK yang bersifat program sukarela. Bila hal ini terjadi, maka si A patut disebut sebagai peserta lebih dari 1 program pensiun.

 

Nah seorang kawan, kemudian bertanya. Bagaimana perlakuan di DPLK apabila seorang karyawan menjadi peserta lebih dari program pensiun, yang mencakup JHT, JP, dan DPLK? Sebelum menjawab itu, tentu harus disepakati bahwa program pensiun ada yang bersifat wajib seperti JHT dan JP, sedangakn DPLK menjadi program pensiun yang bersifat sukarela. Oleh karena itu, POJK No. 27/2023 tentang Penyelenggaraan Usaha Dana Pensiun pada Pasal 80 telah mengatutr tentang hak peserta yang mengikuti lebih dari 1 (satu) program pensiun. Pada ayat 1 ditegaskan bahwa “Dalam hal Peserta mengikuti lebih dari 1 (satu) Program Pensiun dari DPPK dan/atau program jaminan pensiun dan DPLK, Peserta yang memasuki Usia Pensiun Normal atau usia pensiun dipercepat berlaku ketentuan: a) Manfaat Pensiun yang akan diterima dari DPLK dapat dibayarkan secara sekaligus di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73;  dan b) Manfaat Pensiun yang akan diterima dari DPPK harus dibayarkan secara bulanan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dan Pasal 59.

 

Sementara di Pasal 73 ditegaskan 1) Dalam hal jumlah akumulasi iuran, dana awal Pemberi Kerja, pengalihan dana dari Dana Pensiun lain  dan hasil pengembangannya yang menjadi hak Peserta atau Janda/Duda atau anak sebesar kurang dari atau sama dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), Peserta, Janda/Duda, atau anak pada DPLK berhak untuk memilih pembayaran Manfaat Pensiun secara sekaligus. Maka bila ada peserta DPLK yang mengikuti lebih dari 1 (satu)  program pensiun (seperti telah menjadi peserta JP), maka pembayaran manfaat pensiunnya dapat dilakukan secara sekaligus. Tanpa perlu memperhatikan ketentuan bayasan Rp. 500 juta. Mengapa? Karena si pekerja (contoh si A di atas) sudah menjadi peserta program pensiun wajib seperti JP, maka DPLK sebagai peserta program pensiun sukarela dapat dibayarkan secara sekaligus atas manfaat pensiunnya. Karena pembayaran manfaat pensiun secara berkala-nya akan dilakukan oleh program Jaminan Pensiun (JP) sehingga yang DPLK boleh tidak dibayarkan secara berkala alias sekaligus.

 


Maka untuk peserta DPLK yang mengikuti lebih dari 1 program pensiun memiliki “keistimewaan” dalam pembayaran manfaat pensiunnya. Karena manfaat pensiun adalah manfaat yang diterima oleh peserta baik secara berkala dan/atau sekaligus sebagai penghasilan hari tua yang dikaitkan dengan usia pensiun, masa kerja, dan/atau masa mengiur. Karena itu, segala sesuatu terkait peserta yang memiliki lebih dari 1 program pensiun harus diatur dalam Peraturan Dana Pensiun (PDP) penyelenggara DPLK.

 

Dengan begitu, apapun program pensiun yang diikuti harapannya dapat meningkatkan pelindungan hari tua dan masa pensiun si pekerja, di samping mempercepat akumulasi sumber dana jangka panjang sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan. Begitulah kira-kira soal peserta DPLK yang mengikuti lebih dari 1 program pensiun. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #EdukatorDanaPensiun

Mengajar Itu Sebuah Kehormatan

Tahun 2024 ini, saya memasuki masa bakti 30 tahun mengajar di kampus tercinta Unindra PGRI. Tempat saya mengabdikan ilmu sejak tahun 1994, sekalipun saya menimba ilmunya di UNJ, UKI Jakarta, dan Unpak Bogor (walau belum kelar). Alhamdulillah karena mengajar, saya selalu berpikir untuk “menyalakan api” yang menyulut kehausan para pembelajar akan rasa ingin tahu. Entah, sampai kapan mengajar itu akan berhenti?

 

Semester ini, mulai 2 Maret 2024 besok, saya mengajar mata kuliah “Menulis Kreatif”. Yah, seperti biasa pasti buku pegangannya karya saya sendiri. Buku “Kompetensi Menulis Kreatif” terbitan Ghalia Indonesia dan pastinya akan menghasilkan karya berbentuk buku karya bersama. Mungkin tahun ini antologi cerpen, kisah singkat berbau sastra. Dan nanti launching-nya di TBM Lentera Pustaka. Agar mahasiswa pun tahu dan dekat dengan aktivitas taman bacaan.

 

Dari belajar teori di kelas, berujung pada praktik menulis yang diterbitkan jadi buku. Hanya itu pembelajaran yang selalu saya pegang. Karena teori tanpa praktik itu omong kosong. Sementara praktik tanpa ilmu pun “jalan sesat”. Belajar itu proses, untuk memberi pengalaman untuk bertahan hidup di tengah kompetisi yang kian ketat. Ilmu sama sekali nggak ada apa-apanya bila tidak dipraktikkan. Ilmu juga tidak ada manfaat bila cuma diomongkan tanpa diimplementasikan Prinsip itulah yang saya tuangkan ke TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Kan katanya, sebaik-baik ilmu yang dibagi kepada orang lain.

 


Ada orang bilang. Mengajar itu melihat ulat menjadi kupu-kupu. Ada juga yang bilang, mengajar itu butuh hati yang besar untuk membantu siapaun yang pikirannya kecil. Yah, boleh-boleh saja. Tapi buat saya, mengajar itu harus dari hati bukan cuma logika. Karena mengajar tanpa hati, isinya cuma keluh-kesah. Mengajar cuma jadi beban, bukan passion.

 

Dan yang penting karena mengajar, saya jadi mau terus belajar. Karena buku-buku pula, saya jadi punya hati. Karena apapun alasannya, mengajar adalah sebuah kehormatan. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Senin, 26 Februari 2024

Prinsip Literasi, Bila Tidak Bisa Bantu Jangan Menyusahkan Orang Lain

Ada pesan yang menyuruh, “jangan terlalu berambisi untuk lebih baik dari orang lain. Tapi cukup jadikan diri kita hari ini lebih baik dari yang kemarin”. Maka setiap hari, kerjakan saja yang baik dan bermanfaat. Tidak usah hiraukan perbuatan orang lain yang buruk. Karena kita tidak bisa mengontrol orang lain. Biarkan saja, orang yang buruk akan menanggung akibatnya sendiri.

 

Baik itu melangkah ke depan dengan pikiran positif, perangai yang tergerak untuk membantu sesama. Waktu, tenaga, pikiran bahkan materi dipersembahkan untuk kebaikan. Bukan untuk kepuasan diri sendiri semata. Menjadi baik pun tidak muluk-muluk. Cukup bersikap tulus kepada orang lain. Dan yang penting, baik itu datang dari hati bukan dari luarnya saja. Biar tidak ada yang bilang, baik hanya di depan saja giliran di belakang buruk.


“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat ihsan (kebajikan),… dan Dia melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan.” (An-Nahl: 90). Itulah dasarnya kenapa harus berbuat baik kepada semua orang. Baik itu perbuatan, bukan omongan. Bukan pula untuk mendapat pujian atau popularitas.

 

Maka dalam urusan apapun, bergaullah dengan orang-orang baik. Tentu, di tempat yang baik. Jangan buang waktu untuk berurusan dengan orang-orang yang tidak baik. Orang-orang yang kerjanya hanya membenci, memfitnah, menebar aib, bahkan berprasangka buruk kepada orang lain. Bila tidak mampu berkata-kata baik maka cukup diam. Bila tidak bisa bertindak baik maka jangan sampai menyakiti orang lain. Bila tidak mau bersedekah, cukup tersenyum atau berprasangka baik.

 

Atas alasan apapun, ketika mood kita berubah buruk, cukup menahan diri. Dari lisan yang buruk, dari perilaku yang menyakiti. Karena perintahnya, tetaplah berbuat ihsan (baik). Yaitu bertindak yang menggembirakan dan menyenangkan. Karena sejatinya, siapapun akan diperlakukan persis seperti saat kita memperlakukan orang lain.

 


Tetap berbuat baik, itulah spirit yang dipegang pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tetap komit dan konsisten membimbing anak-anak yang membaca buku, mengajar kaum buta aksara, mengajar calistung anak-anak kelas prasekolah,dan menjalankan motor baca keliling. Tanpa pamrih, gratis, dan sepenuh hati. Bahkan lebih dari itu, belasan anak-anak yatim dan kaum jompo selalu disantuni setiap bulan. Untuk apa? Jawabnya hanya untuk berbuat baik, menebar manfaat, dan menjadikan taman bacaan sebagai ladang amal semua orang. Hanya ikhtiar yang baik, selebihnya serahkan kepada Allah SWT.

 

 

Karena hukum alam sama sekali tidak bisa dipungkiri. Siapa yang menanam, maka ia yang akan menuai hasilnya. Siapa yang berbuat baik akan meraih kebaikan. Sebaliknya siapa yang berbuat buruk, maka keburukan akan dekat kepadanya. Buatlah kebaikan yang lebih banyak kepada orang lain, di mana pun dan kapanpun.

 

Tapi bila tidak mampu berbuat baik, maka jangan jahat-jahat sama orang lain. Bila tidak bisa membantu, jangan menyusahkan orang lain. Itulah akhlak manusia yang literat. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Minggu, 25 Februari 2024

Literasi Kebenaran, Kok Masih Merasa Paling Benar?

Di pagi hari yang jernih ini, mungkin bagus untuk refleksi diri. Khususnya bagi siapapun yang hidupnya selalu merasa benar, sementara orang lain dianggap salah. Merasa paling benar dalam hal apapun. Menjadi polisi kebenaran seperti telah memegang kunci surga. Terlalu yakin akan kebenarannya sendiri. Alkhirnya berbuat zalim dan “menghalalkan” segala cara yang dianggapnya benar. Merasa benar itu justru gagal paham keadaan dan sombong karena tidak mau introspeksi diri.

 

Sejatinya, menjadi benar itu baik. Namun merasa benar  itu yang tidak baik. Maka benar atau merasa benar, tergantung akhlak, bukan omongannya. Hanya akhlak yang akan membuat seseorang menjadi benar,  bukan merasa benar. Seperti akhlak Imam Syafii yang yang berkata, kalamy shawaabu yahtamilu al-khathaa, wa kalamu ghairy hathau yahtamilu al-shawaaba.  Bahwa “Pendapatku boleh jadi benar tetapi berpeluang salah, sedangkan pendapat orang lain bisa jadi salah namun berpeluang benar.”. 

 

Ketahuilah, orang yang benar itu tidak akan berpikiran bahwa ia yang paling benar. Sebaliknya., orang yang merasa benar di dalam pikirannya seakan hanya dialah yang paling benar. Orang yang benar jika punya salah, ia bisa dan mau menyadari kesalahannya. Sementara orang yang merasa benar justru jika punya salah ia tidak mau dianggap salah dan disalahkan.

 

Jangan lupa, orang yang benar setiap saat ia akan bersikap rendah hati dan selalu introspeksi diri, Sedangkan orang yang merasa benar cenderung tinggi hati dan tidak mau introspeksi diri.  Orang yang benar  pasti memiliki kelembutan hati and mau menerima masukan sekalipun itu dari anak kecil. Sebaliknya, orang yang merasa benar memiliki hati yang keras dan sulit menerima nasihat atau masukan dari siapapun.  Dan yang penting, orang yang benar selalu menjaga perkataan dan bekerja dengan hati. Sementara orang yang merasa paling benar selalu perkataan sembarang tanpa menggunakan hati, hanya emosi.

 


Maka ciri terpenting orang yang benar selalu konsisten di jalannya, dari dulu hingga sekarang tidak akan berubah pada visi dan misi hidupnya. Selalu berbuat baik dan mau menebra manfaat kepada orang lain. Sedangkan orang merasa benar kerjanya selalu mencari-cari kesalahan orang lain, menyerang hingga berbuat zalim kepada siapapun, termasuk orang yang tidak pantas dizaliminya. Karena merasa paling benar, ia selalu bertindak gegabah dan tidak konsisten dalam hal apapun.

 

Orang-orang yang merasa paling benar selalu lupa untuk bertanya. Memangnya, “saya ini siapa?”. Kenapa gemar menghakimi orang lain, kenapa selalu mengukur orang lain dengan kacamata sendiri? Lupa, siapapun selagi masih di dunia tidak ada pemegang kebenaran yang mutlak. Semuanya hanya karena omongan semata, bukan benar yang sesungguhnya. Hingga nanti terbukti di “pengadilan akhirat”. Benar itu cukup sabar, rendah hati, dan bijaksana. Sementara merasa paling benar itu pasti gegabah, tinggi hati, dan sok paling benar dalam hidupnya.

 

Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan-Nya dan dijauhkan dari sifat yang tidak baik dan merasa paling benar. Ingat, di atas langit masih ada langit. Speerti tulisan ini pun bisa jadi salah. Tapi sekadar pemikiran untuk selalu introspeksi diri. Jadi, kenapa masih merasa paling benar? Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Sabtu, 24 Februari 2024

Manusia Literat di Taman Bacaan, Seperti Apa?

Saat ditanya tentang apa sih yang disebut manusia yang literat? Maka saya menjawab sederhana, manusia yang literat itu lebih fokus pada karya dan perbuatan, bukan pada rencana dan omongan belaka. Literat karena punya sikap, bukan hanya bersandar atas fakta. Bersikap realistis dan selalu berkomitmen untuk mengerjakan yang baik dan bermanfaat. Itulah manusia yang literat!

 

Literasi, tentu bukan hanya sial baca dan tulis. Tapi juga soal sikap untuk tidak memusingkan apapun yang dikatakan orang lain tentang kita. Toh, orang lain itu tidak akan menolong kita di saat kita susah atau terjatuh. Orang lain pun tidak akan pernah memberi makan kita saat kelaparan. Siapapun yang literat, pasti tidak akan mampu mengontrol omongan orang lain, karena ia hanya bisa mengontrol dirinya sendiri. Karena memang faktanya, di sekitar kita, banyak orang yang pandai menilai orang lain. Tapi terlalu bodoh untuk menilai dirinya sendiri.

 

Di saat tertentu, bersikap bodo amat pun bisa disebut literat. Apalagi terhadap hal-hal yang tidak penting dan tidak bermanfaat dalam hidup kita. Tetap jadi diri sendiri dan bersikap apa adanya sekalipun orang lain tidak menyukainya. Bodo amat pada orang-orang yang benci dan tidak suka pada kita. Karena sejatinya, kita tidak perlu menyenangkan semua orang. Jadi, bila ada orang-orang yang tidak suka biarkan saja. Itu urusan mereka, bukan kita.

 

Sebagai contoh, saat kita berbuat baik di taman bacaan. Hanya membimbing anak-anak yang membaca buku, mengajar kaum buta aksara, mengajar calistung anak-anak kelas prasekolah, hingga menjalankan motor baca keliling ke kampung-kampung. Semua aktivitas sosial itu baik dan bermanfaat. Tapi pada orang-orang yang iri dan benci, pasti mereka tidak suka. Maunya mereka, taman bacaan sepi dan tidak punya aktivitas. Tapi bila sebaliknya, taman bacaan kita ramai dan aktivitasnya banyak. Pasti orang-orang yang tidak suka bermunculan. Anak-anak yang membaca pasti literat, sementara anak-anak yang jadi penonton pasti tidak literat. Semaunya jelas contohnya di taman bacaan. Itu terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.   

 


Maka untuk menjadi manusia literat. Belajarlah untuk tidak lagi mempermasalahkan sesuatu yang di baliknya memiliki banyak alasan. Jangan banyak omong bila tidak mampu melakukannya. Jangan banyak keluh-kesah bila tidak mampu mencari solusinya sendiri. Lebih baik acuhkan omongan orang-orang yang ingin terlihat sok perhatian dan sok bijak tapi pada akhirnya bisa merusak perasaan. Cukup, tanggapi seperlunya saja ocehan orang lain yang tidak memiliki arti dan tidak punya manfaat apa-apa.

 

Kata Abu Ali Al-Hasan bin Ahmad RA, “Saat rasa takut (kepada Allah) telah menetap di hati, lisan tidak akan berbicara kecuali apa yang bermanfaat baginya." Bila semuanya diniatkan baik dan ikhtiarnya bagus, maka apapun kerjakanlah, Sehingga mampu menjadi ladang amal kita. Satu hal yang harus terus diingat, jalani saja hidup kita dengan apa adanya,  sebagaimana mestinya.

 

Literat itu bukan tentang apa yang terjadi pada diri kita. Tapi bagaimana kita bersikap terhadap hal-hal yang penting. Selalu bersedia berbuat baik dan menebar manfaat di mana pun dan kapan pun. Selalu mau mendengarkan kata hati dan akal sehat, bukan untuk mengikuti jejak orang lain. Maka penting bercermin pada diri sendiri agar mengerti apa yang harus dilakukan. Bukan karena orang lain, baru mau melakukannya.

 

Jadi, manusia literat itu fokusnya pada diri sendiri, bukan pada orang lain. Untuk selalu memperbaiki diri melalui karya dan perbuatan baik. Bukan hanya bisa mengomentari hidup orang lain. Literat itu membuat siapapun sadar. Bahwa hidup itu Tuhan yang menentukan, kita yang menjalankan, tapi orang lain yang memberikan cibiran. Ketahuilah, jika kita peduli dengan apa yang dikatakan orang lain maka di situ kita akan makin sulit membuat keputusan sendiri. Jadilah literat! #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka