Sabtu, 31 Desember 2022

Bagaimana Aturan Pesangon Pekerja Pasca Diterbitkanya Perppu No. 2/2022 tentang Cipta Kerja?

Pada 30 Desember 2022 lalu, pemerintah telah menerbitkan Perppu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja sebagai pengganti UU Nomor 11 Tahun 2020 Cipta Kerja yang dinyatakan inkonstusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Selain mempertimbangkan kebutuhan mendesak dalam mengantisipasi kondisi global, Perppu No. 2/2022 pun memberi kepastian hukum atas UU Cipta Kerja itu sendiri.

 

Khusus di klaster Ketenakerjaan, Perppu Cipta Kerja penyesuaian terjadi atas dasar aspirasi masyarakat, seperti: pengaturan upah minimum dan pengaturan pekerja alih daya yang sebelumnya berlaku di seluruh sektor usaha. Kini dengan Perpu 2/2022 berubah menjadi diatur jenis pekerjaannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah. Secara dokumentatif, klaster ketenagakerjaan di Perppu No. 2/2022 hanya menempati 41 halaman (hal. 539-578) dari 1.117 halaman yang ada. Jika dibandingkan dengan UU 11/2020 Cipta Kerja, setidaknya ada 29 pasal yang dihapus di Perppu 2/2022. Namun, penghapusan tersebut tidak berhubungan dengan soal pesangon pekerja. Artinya, ketentuan uang pesangon pekerja tetap mengacu pada PP No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja yang ditetapkan pada 2 Februari 2021.

 

Justru tantangannya, apakah setiap pekerja di Indonesia sudah tersedia uang pesangonnya saat harus berhenti bekerja? Entah, atas sebab pensiun, meninggal dunia atau di-PHK? Karena faktanya, hanya 7% pemberi kerja atau perusahaan yang membayar pesangon PHK sesuai aturan yang berlaku. Itu berarti, 93% pemberi kerja membayar uang pesangon pekerja tidak sesuai regulasi. Maka ke depan, pemerintah dan pelaku industri apapun harusnya dapat membuktikan tingkat kepatuhan pembayaran kompensasi pesangon pekerja saat di-PHK sesuai aturan yang berlaku. Patut diketahui, saat ini ada 135,6 juta pekerja di Indonesia dan 60%-nya berada di sektor informal, termasuk UMKM.



 

Jadi, apa dampak Perppu No. 2/2022 terhadap pesangon pekerja?

Jawabnya, bisa dikatakan tidak ada. Pada Perppu No. 2/2022 tentang Cipta Kerja, Pasal 156 ayat (1) ditegaskan “Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha wajib membayar uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima”. Adapun acuan besarannya terdiri dari: a) uang pesangon (ayat 2), b) uang penghargaan masa kerja (UPMK) (ayat 3), dan c) uang penggantian hak (UPH) seperti cuti tahunan dan biaya ongkos pekerja (ayat 4). Setidaknya, ada 17 alasan terjadinya PHK, baik akibat pensiun, meninggal dunia, atau efisiensi perusahaan. Karena itu, setiap pekerja harus tahu aturan mainnya dan setiap pemberi kerja harus benar-benar menerapkannya aturan pesangon yang ada di PP No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja.

 

Sebagai contoh (lihat tabel di bawah), si A memiliki masa kerja 20 tahun dengan upah terakhirnya Rp. 10 juta. Maka sesuai PP No. 35/2021, saat si A di-PHK atas alasan memasuki usia PENSIUN, maka perhitungan uang pesangan (UP), uang penghargaam masa kerja (UPMK), dan uang penggantian hak (UPH) yang diperoleh ada sebagai berikut:

– UP = 9 X 1,75 X Rp. 10 juta = 157,5 juta

– UPMK = 7 X Rp. 10 juta = 70 juta

– UPH = 1 X Rp. 10 juta = 10 juta

Maka, uang pensiun yang diperoleh si A sebesar Rp. 237,5 juta.


Berbeda bila si A ternyata di-PHK atas alasan EFISIENSI PERUSAHAAN, maka  maka perhitungan UP – UPMK – UPH yang diperoleh sebagai berikut:

– UP = 9 X 1 X Rp. 10 juta = 90 juta

– UPMK = 7 X Rp. 10 juta = 70 juta

– UPH = 1 X Rp. 10 juta = 10 juta

Maka, uang pesangon yang diperoleh si A sebesar Rp. 170 juta.



Besar kecil uang pesangon, tentu bersifat relatif. Namun yang penting adalah penegakann aturan dalam pembayaran pesangon. Namun sayangnya, saat masih banyak pemberi kerja atau perusahaan yang tidak membayar pesangon saat terjadi PHK. Akibat 1) tidak tersedianya uang pesangon saat harus dibayarkan pemberi kerja dan 2) kesadaran pemberi kerja yang sangat minim untuk mendanakan uang pesangon, termasuk uang pensiun pekerjanya. Oleh karena itu, inilah momentum pemberi kerja harus mulai mendanakan uang pesangon atau uang pensiun untuk para pekerjanya. Karena cepat atau lambat, uang pesangon atau pensiun pekerja pasti dibayarkan.

 

Bagaimana caranuya mendanakan uang pesangon atau pensiun pekerja? Salam sahtunya, dapat dilakukan melalui DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Pemberi kerja atau perusahaan dapat mulai mendanakan uang pesangon atau uang pensiun pekerja melalui dana pensiun lembaga keuangan yang ada di pasaran. Selain dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan, DPLK pun bisa menjadi pilihan dalam eksekusi pembayaran imbalan pasacakerja, baik saat pensiun, meninggal dunia, atau di-PHK.

 

Nah dalam konteks pembayaran imbalan pasca kerja ini pula, UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) yang baru disahkan 15 Desember 2022 lalu pun harus mengamokodir program pensiun yang dilakukan untuk pembayaran imbalan pascakerja. Agar lebih harmoni dan lebih bersinergi. Sehingga DPLK dalam dijadikan “kendaraaan” pembayaran imbalan pascakerja yang tidak sebatas pensiun semata. Salam #YukSiapkanPensiun #DanaPensiun #EdukasiDPLK

 

Tips Tahun Baru 2023 dari Taman Bacaan Masyarakat, Apa saja?

Tidak ada satu tahun pun berlalu, tidak pula satu bulan pun menyingkir melainkan untuk menutup lembaran-lembaran yang telah pergi dan tidak akan kembali.  Bila baik amalnya maka baik pula balasannya, namun jika buruk maka penyesalan yang mengikutinya.

 

Itulah kalimat pembuka di hari pertama tahun baru 2023. Seusai pesta kembang api atau euforia tahun baru semalam. Pada akhirnya, tahun baru hanya momen baru untuk menjadikan diri yang lebih baik. Lebih bermanfaat untuk orang-orang yang membutuhkan uluran tangan. Ketika tahun telah berganti, jangan sampai tetap terpaku pada apatisme dan sikap tidak peduli.

 

Tahun lalu sudah pergi. Tidak ada lagi yang perlu disesali. Stop segala keluh-kesah yang pernah ada. Jangan ada lagi menyalahkan orang lain. Tidak ada guna merasa mestapa apalagi bermentalitas “korban”. Jalani hari ini apa adanya, berjuang esok untuk memperbaiki diri, hingga harapan baik di masa depan dapat terwujud. Tentu, dengan mensyukuri apa yang dimiliki dan bersabar atas segala ujian. Hidup itu indah, untuk siapapun yang mau optimis dan berpikir positif. Karena setiap gelapnya malam pasti tergantikan terangnya sinar matahari.

 

Spirit tahun baru inilah yang diusung Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Untuk memperbaiki niat dan ikhtiar dalam menegakkan aktivitas giat membaca dan budaya literasi masyarakat. Berkomitmen untuk mengelola taman bacaan sepenuh hati. Seperti yang pernah ditulis TBM Lentera Pustaka tentang “menu spesial tahun 2023” yang terdiri dari:

1.      Konsisten berbuat baik dan sedekah

2.      Kerjakan aktivitas yang prioritas

3.      Kurangi ekspektasi yang berlebihan

4.      Jauhi gibah, gosip, hoaks

5.      Selalu bersyukur sebelum sabar

6.      Lakukan ibadah sholat-mengaji yang benar

Insya Allah, tahun 2023 ini akan memberi kesehatan, kebaikan, dan keberkahan bagi siapapun yang menjalankan menu special tersebut.

 


Maka, perbanyak praktik baik. Eksekusi setiap yang baik dan bermanfaat tanpa pandang bulu. Tetap berpikir positif dan optimis. Hindari orang-orang yang berpikir negatif dna pesimis dalam hidupnya sendiri. Karena kata kuncinya, apa yang ada dan dimiliki sudah sesuai kehendak-Nya dan sangat pantas untuk kita. Karena “satu ons praktik lebih berharga dari pada satu ton teori”. Lebih baik mengerjakan 1 praktik daripada membual dengan 1.000 teori.

 

Teruslah belajar dan memperbaiki di tahun baru, sepanjang tahun. Agar hidup lebih mengalir secara alami dan lebih realistis. Seperti air, yang mengajarkan ketenangan sekalipun sewaktu-waktu dapat menenggelamkan. Air bukan hanya mengalir, namun berjalan dan melangkah pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan yang pasti. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

 


Jagung Bakar dan Tahun Baru di Taman Bacaan Lentera Pustaka

Sah-sah saja, momen pergantian tahun sering dirayakan. Asal ada manfaatnya, ada gunanya. Tapi sayang, ternyata tahun baru nggak lewat Taman Bacaan Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Karena orang-orang Gunung Salak nggak punya rencana apa-apa. Nggak ada resolusi, tanpa ada rencana. Semuanya dijalani apa adanya saja.

 

Berbeda dengan kaum "urban wisata" yang mau liburan tahun baru. Kawasan Gunung Salak pun diserbu. Hotel dan vila-vila penuh. Sepanjang jalan berjajar tukang jagung bakar, tukang ayam potong dan ikan. Tiap kali tahun baruan, tidak kurang 8.000-an kaum urban wisata ke Gunung Salak. Ke Curug Nangka, Curug Luhur, Salaka View, hingga Gunung Halimun Salak. Ritual kaum urban setiap tahun.

 

Tahun baru nggak lewat di TBM Lentera Pustaka. Karena di taman bacaan, pegiat literasi tidak muluk-muluk. Asal tetap bisa menjalankan aktivitas membaca dan litrerasi di masyarakat sudah cukup. DI taman bacaan, tidak punya target ini target itu setiap tahun baru Hanya melakukan evaluasi bersama wali baca dan relawan. Apa yang sudah dilakukan dan mau gimana ke depan? Justru di malam tahun baru ini, TBM Lentera Pustaka menggelar pengajian bulanan anak-anak yatim dan jompo binaan sekaligus memberikan santunan bulanan di sore hari. Malamnya pun tetap mengajar “berantas buta Al Quran” kepada 5 orang ibu-ibu. Selain evaluasi atas program literasi, tahun baru di TBM Lentera Pustaka dijadikan momenn bersyukur atas anugerah yang diberikan Allah SWT.

 

Ternyata, tahun baru nggak lewat di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Maka nggak ada resolusi tahun baru. Orang-orang taman bacaan, baisa-biasa saja tiap tahun baru. Karena taman bacaan sadar betul. Betapa banyak orang yang menyesal. Akibat terlalu banyak waktu kosong terbuang percuma, tidak produktif. Tiap tahun baru dirayakan, segudang rencana dilahirkan. Tapi semuanya hanya niat kosong, tanpa eksekusi. Rencana tinggal rencana, lalu menyesal kemudian. Kini tahun baru datang lagi, bikin rencana lagi. Itulah bukti, cara-cara dan ritual tahun baru yang masih sama setiap tahun berputar. Mau sampai kapan begitu?

 


Tahun baru di TBM Lentera Pustaka hanya soal waktu. Maka, nggak perlu menghitung berapa jumlah anak tangga yang akan dipijak. Tapi cukup memulai saja langkah pertama dengan berani. Evaluasi untuk memperbaiki niat, membaguskan ikhtiar. Selebihnya, berserah diri kepada Allah SWT. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.

 

Tiap kali tahun baru datang, berapa banyak orang yang “defisit” alias rugi umurnya. Karena banyak waktu yang terbuang percuma. Tanpa manfaat kepada siapa pun dan di mana pun. Tahun baru hanya dijadikan sensasi tanpa esensi. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka



Jumat, 30 Desember 2022

Pegiat Taman Bacaan yang Konsultan, Apa Enaknya Sih?

Pegiat literasi itu aktivitas sosial. Bukan tempat cari makan. Maka siapapun pegiat literasi harus “kelar dengan dirinya sendiri”. Agar tegas bisa dibedakan, mana urusan pekerjaan sehari-hari untuk nafkah. Mana urusan sosial sebagai pegiat literasi. Nah, salah satu yang bisa dijalani pegiat literasi adalah sebagai konsultan.

 

Konsultan itu kerjanya memberi opini, saran, nasihat, dan solusi kepada kliennya, baik perusahaan atau organisasi. Membantu terhadap persoalan bisnis yang dihadapinya. Atas bantuan konsultan, diharapkan bisnis si klien dapat berjalan lebih kompetitif, lebih customer oriented. Proses bisnisnya pun jadi lebih cepat bukan lambat, lebih mudah bukan susah. Maklum di zaman begini, perusahaan yang tidak kompetitif dan tidak sesuai ekspektasi konsumen pasti akan “terpuruk” secara alamiah.

 

Namanya konsultan, berarti kerjanya memberi konsultasi, Jadi tempat bertanya sekaligus memberikan solusi bisnis. Karena konsultan, memang harus ahli dalam menganalisis informasi dan realitas bisnis. Paling tidak, 50% waktu kerja konsultan itu untuk h mendengarkan, menyerap, dan menganalisis informasi dari klien. Sisanya, 30% dipakai untuk kajian atau berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan untuk membuat bisnis bisa lebih kompetitif dan 20% lagi untuk menyajikan saran atau solusi bisnis yang prosfektif.

 

Jadi konsultan, kerjanya juga rileks, tidak full time. Selain harus punya keahlian dan pengetahuan bisnis yang mumpuni, konsultan pun harus komitmen terhadap penyelesaian proyek yang dikonsultani. Karena konsultan kan biasanya berdurasi waktu tertentu yang didasari kontrak konsultatif. Tentu, jadi konsultan harus professional, berpengalaman, dan mampu jadi “inkubator” terjadinya solusi atas tujuan si klien.

 

Lalu, berapa bayaran atau honor konsultan? Tentu, ajib alias luar biasa dong. Apalagi konsultan bukan kaleng-kaleng, yang hanya mau bayarannya tanpa kajian rekomendasi yang paten. Sebagai contoh saja, saya sebagai pegiat literasi saat ini dijadikan konsultan untuk 2 perusahaan. Sesuai keahlian dan pengalaman saya, tentunya. Alhamdulillah, honor di bulan Desember 2022 ini saja bisa mencapai Rp. 60 juta. Dan dari honor konsultan sebulan ini, saya jadikan untuk membangun “perluasan rooftop baca lantai 2” TBM Lentera Pustaka seluas 24 meter persegi, sekaligus membangun rooftop baca lantai 3 yang premium yang saat ini sudah berlangsung selama seminggu. Begitulah enaknya pegiat literasi yang jadi konsultan. Alhamdulillah kan …

 


Hikmahnya, adalah semua butuh proses. Tidak ada konsultan yang terjadi secara instan. Karena konsultan pasti sudah punya “jam terbang” memadai, di samping ahli di bidangnya. Seperti berkiprah di taman bacaan pun ada prosesnya. Suka duka berjuang di taman bacaan harus dijalani. Asal tetap komit dan konsisten dalam menjalaninya. Demi tegaknya tradisi membaca dan budaya literasi masyarakat. Insya Allah, hasil tidak akan pernah mengkhianati proses. Tinggal tunggu saja waktunya. Karena “man Jadda wa jadda”, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, insya Allah.

Maka pesan moralnya, siapapun yang berkiprah di taman bacaan harus mau bekerja keras dalam segala keadaan. Mampu membedakan urusan pekerjaan yang profesional dan urusan taman bacaan yang sosial. Dan untuk siapapun pula, jangan pernah menganggap remeh pegiat literasi atau orang-orang yang berkiprah di taman bacaan. Pegiat literasi di manapun itu bergerak dengan hati, untuk mengabdi dan menebar manfaat kepada orang banyak.

 

Begitulah, enaknya pegiat literasi yang jadi konsultan. Untuk mengingatkan, nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Kamis, 29 Desember 2022

Catatan Akhir Tahun Pegiat Literasi, Sungguh Aku Bukan Apa-apa

Aku bukan apa-apa, aku bukan siapa-siapa. Maka, aku pun tidak punya apa-apa.

 

Manusia sering lupa. Bahwa ia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Lalu kenapa sering merasa paling benar, merasa paling besar? Terlalu gampang menyalahkan orang lain, terlalu mudah merendahkan orang lain. Hanya karena harta, pangkat, jabatan atau status sosial. Aku ini sombong dan ketinggian padahal aku bukan apa-apa.

Aku itu memang siapa?

 

Sering merasa punya segalanya, padahal ada yang memberinya. Sering mengatur diri sendiri, padahal ada yang membimbingnya. Sering memerintah diri sendiri, padahal ada yang mendaulatnya. Sering berkehendak sendiri, padahal ada yang menundukkannya. Bahkan sering meralat hukum-hukum-Nya untuk kepentingan diri sendiri. Sungguh, aku ini bukan apa-apa. Karena aku lebih sering mengemis, sering meminta kepada-Nya.

 

Aku ini tidak punya apa-apa. Tapi sering bergaya seperti konglomerat, agar dibilang maha kaya. Bergaya seperti profesor, agar dibilang maha pintar. Bergaya seperti raja, agar dibilang maha kuasa. Bergaya seperti dewa, agar dibilang maha perkasa. Aku kadang lupa, bahwa dunia itu sementara. Maka, aku pun tidak punya apa-apa tanpa-Nya.

 

Mengapa aku merasa sudah seperti apa-apa? Sementara aku belum banyak berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain. Aku jarang sedekah tapi selalu mengumpulkan harta. Aku pula yang meninggikan cita-cita dunia. Aku yang masih gemar bergibah, gosip, fitnah, bahkan menebar hoaks. Aku pun belum optimal sholat dan mengaji untuk-Nya. Aku sering lupa untuk bersyukur lalu bersabar dalam segala keadaan. Tapi saat bicara politik, aku seperti ahli ilmu politik. Semuar orang lain salah, hanya aku yang benar. Aku lagi-lagi lupa, bahwa aku bukan apa-apa bukan siapa-siapa.

 


Hingga hari ini, aku sering lupa. Menghirup udara masih gratis, menginjak bumi tidak bayar, menikmati pantulan sinar matahari pun gratis. Semua yang aku nikmati tanpa bayar, semua yang aku punya pun hanya titipan-Nya. Lalu mengapa hingga kini, aku masih merasa hebat dan merasa berkuasa? Aku ini lalai lagi lupa!

 

Maka di penghujung tahun ini, aku harus tegaskan. Bahwa aku bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa. Karena aku tidak punya apa-apa. Karena itu, aku hanya meminta dan merindu kepada Allah SWT. Karena aku hamba-Nya. Dan aku sadar atas kekuranganku. Tapi aku tetap tidak peduli kepada mereka yang banyak bicara. Karena 1) aku hidup tidak pernah merugikan mereka dan 2) aku bisa bertahan hidup pun bukan karena mereka.

 

Esok dan hingga kapanpun, aku hanya ingin berjalan bersama dengan-Nya. Hingga semesta alam tersenyum sambil menuntunku di jalan-Nya. Aku bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa. Jadilah literat! Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 


Rabu, 28 Desember 2022

Renungan Akhir Tahun dari Taman Bacaan, Mau Ngapain Besok?

Taman bacaan memang tidak popular. Tapi taman bacaan sejatinya punya peran besar dalam menegakkan tradisi membaca dan budaya literasi masyarakat. Siapapun yang berkiprah di taman bacaan, tanpa pamrih menjalankan aktivitas membaca buku di tengah era digital yang kian masif. Atas nama kemanusaiaan dan kepedulian, taman bacaan di mana pun terus bergerak. Sepenuh hati, dengan suka dukanya.

 

Lalu, apa yang dilakukan taman bacaan di akhir tahun?

Tentu, tidak ada pesta apalagi kembang api saat tahun baru di taman bacaan. Karena taman bacaan sadar, tahun berganti tahun harus disikapi dengan perbaikan. Tahun lalu sebagai pelajaran untuk menjadi lebih baik di tahun yang akan datang. Taman bacaan sebagai ladang amal untuk semua orang. Taman bacaan sebagai tempat perbuatan bagik untuk siapapun yang peduli.

 

Akhir tahun di taman bacaan, tidak ada kesedihan yang berlarut. Tidak ada pula kebanggaan yang berlebihan atas prestasi apapun. Karena taman bacaan adalah jalan hidup. Maka hal biasa bila berhadapan dengan kesenangan atau kesedihan. Yang jelas di akhir tahun, ada renungan penting di taman bacaan untuk tetap bertekad kuat dalam peduli sosial, tetap optimis berkiprah sambil terus memperbaiki niat dan ikhtiar untuk menjadikan keadaan esok lebih baik dari sebelumnya.

 

Tanpa mengajari siapapun, akhir tahun di taman bacaan adalah momen untuk menegaskan sikap untuk terus menebar kebaikan kepasa orang lain. Menabur manfaat kepada sesama. Mengubah niat baik menjadi aksi nyata. Lebih peduli kepada orang lain dalam tata pergaulan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Ada 3 (tiga) pesan singkat akhir tahun dari taman bacaan, yaitu:

1.   Bila kamu tidak mampu memberi bantuan, maka jangan pernah mencelakakannya.

2.   Bila kamu tidak mampu membahagiakan, maka jangan pernah menyedihkannya.

3.   Bila kamu tidak mampu memuji, maka jangan pernah mencelanya.

Jadilah lebih baik dalam sikap dan perilaku untuk orang lain. Jangan sampai akhir tahun dan awal tahun tidak ada yang berubah. Hanya begitu-begitu saja, begini-begini saja. Statis tanpa manfaat.

 


Maka esok, ciptakan ladang amal yang dapat diandalkan. Bikin aktivitas yang lebih baik dan menebar manfaat untuk orang lain. Jadikan dunia agar punya manfaat untuk akhirat, bukan justru dunia mencelakakan di hari kemudian. Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab “Jāmi’ul ‘Ulūm wal Hikam” menyebutkan “dunia itu tercela bukan karena zatnya tapi karena kebanyakan manusia mendahulukan dunia daripada akhirat”. Pasti tercela, ketika dunia dijadikan tujuan.

 

Di akhir tahun, ada yang sering dilupakan banyak orang. Bahwa sesuatu yang paling dekat adalah kematian. Sesuatu yang paling jauh adalah masa lalu. Sesuatu yang paling besar adalah hawa nafsu. Sesutau yang paling berat adalah memegang amanah. Sesuatu yang paling ringan adalah meninggalkan solat. Dan sesuatu yang paling tajam adalah lidah. Maka pesan pentingnya, berhati-hatilah, Agar tetap eling dan waspada.

 

Akhir tahun di taman bacaan. Tegaslah bersikap bahwa masa lalu itu hanya sejarah, ambil pelajaran penting darinya, maka kini itu harus disyukuri, dan masa depan itu untuk meningkatkan iman dan takwa. Maka esok, lebih baik fokus untuk berbuat baik dan lebih bermanfaat. Jadiah literat!. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen



 

Kenapa Belum Mau Jadi Relawan Taman Bacaan?

Mayoritas orang, utamanya yang belum pernah terlibat dalam kerelawanan memaknai relawan adalah “orang-orang yang membantu saat terjadi bencana seperti, tanah longsor, gempa bumi, atau banjir”. Ada pula yang memposisikan relawan sebagai “kelompok yang menggalang dana untuk tujuan kemanusiaan”, mungkin sepertib ACT. Bila relawan seperti, tentu tidak salah tapi tidak sepenuhnya benar.

 

Relawan atau “volunteer”, dalam Oxford Dictionary, adalah “a person who freely offers to take part in an enterprise or under a task”. Itu berarti, relawan adalah seseorang yang menawarkan diri secara sukarela untuk berkontribusi atau mengambil bagian pada tugas tertentu”. Sifatnya tidak wajib dan tidak dipaksakan. Motifnya, atas dasar “suka” dan “rela”.

 

Motif ini pula yang disampaikan seorang Ibu yang berprofesi guru di Jakarta melalui WA ke saya malam ini (28/12/2022). “Bolehkah saya mengabdi di Taman Bacaan tempat Bapak, 7 bulan lagi saya pensiun”. Tentu saya jawab, Silakan dengan senang hati. Masih ada juga 1 guru lagi di Bekasi yang mau mengabdi di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Menariknya, bila benar nanti, keduanya akan menjadi relawan taman bacaan dalam kategori “usia yang tidak lagi muda”. Nah, contoh ini pun mengubah persepsi banyak orang tentang relawan. Bahwa relawan tidak ditentukan faktor usia. Tapi atas dasar hati dan pengabdian. Kenapa mau jadi relawan di taman bacaan? Hanya mereka yang tahu jawabannya.

 


Jadi relawan memang tidak mudah. Karena aktivitasnya bersifat sukarela, tanpa upah atau honor, dan mau mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga dalam pengabdiannya. Ikhlas membantu orang lain tanpa pamrih, tentu perilaku langka di zaman begini. Karena relawan, sejatinya menjadikan diri sang relawan lebih bernilai, lebih baik, dan lebih bermanfaat untuk orang lain.

 

Relawan di taman bacaan memang penting. Tapi di balik itu semua, karakter penting yang harus ada dalam diri relawan adalah 1) memiliki jiwa sosial yang tinggi, 2) punya semangat mengabdi yang kokoh, dan 3) memiliki komitmen dan konsistensi pengabdian yang berkelanjutan.

 

Begitulah, sedikit ulasan tentan relawan di taman bacaan, Sudah siapkan Anda menjadi relawan? Salam literasi #TamanBacaan #RelawanTamanBacaan #TBMLenteraPustaka



Selasa, 27 Desember 2022

Rileks, Catatan Akhir Tahun Pegiat Literasi di Taman Bacaan

Entah kenapa? Zaman begini, banyak orang sudah susah diajak rileks. Terlalu “gila kerja” mengejar dunia. Berjuang habis-habisan untuk gaya hidup. Bahkan overthinking untuk segala urusan sekalipun bukan urusannya. Maka wajar, akhirnya di akhir tahun butuh liburan. Butuh healing alias penyembuhan atas dirinya. Gagal menikmati hidup yang apa adanya.  

 

Saat ditanya kawan, tentang apa resolusi tahun 2023? Saya menjawab, rileks saja. Santai sambil tetap perbaiki niat dan baguskan ikhtiar. Karena semua yang terjadi di dunia, sejatinya sudah menjadi kehendak-Nya. Mau berjuang sehebat apapun, bila Allah SWT tidak izinkan maka tidak akan berhasil. Sebaliknya, apapun bila dikehendaki Allah SWT sekalipun ikhtiarnya sedikit maka akan tetap terjadi. Di situlah pentingnya sikap rileks untuk sabar saat mendapat cobaan dan syukur saat meraih nikmat.

 

Rileks saja. Tidak usah kayak politik. Nggak usah pengen gibah melulu apapalgi bergosip sambil menebar fitnah. Santai saja, toh Allah SWT sudah tahu siapa kita ini? Nggak usah banyak celoteh, tidak perlu pula banyak argumen. Kerjakan saja yang baik-baik. Agar tetap sejuk di tempat yang panas. Agar tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar. Agar tetap tenang di tempat gaduh sekalipun. Jadi, rileks saja.

 

Memang aneh. Bila ada orang gampang benci, enteng marah. Mudah banget untuk kecewa dan mengeluh. Di dunia maya mengeluh, di dunia nyata keluh-kesah. Akhirnya, tdiak ada yang dapat dikerjakan. Tidak pula ikhtiar mencari jalan keluar atas keluhannya. Menuntut orang lain berubah tapi diri sendiri sulit berubah. Terus, mau bagaimana dong?

 


Rileks saja. Jangan urusan negara yang besar. Urusan manusia dan dunia saja sudah digariskan Allah SWT. Nikmatilah hidup dan syukurilah apa yang ada. Agar tetap baik. Dan yang paling penting, nggak usah menunggu untuk jadi orang baik. Karena bersikap rileks dan berbuat baik sangat penting untuk kesehatan, apalagi keberkahan. Tetap menjaga pikiran positif, menghindari keluh-kesah, dan optimis untuk urusan apapun.

 

Rileks itu pula yang jadi pegangan aktivitas Taman Bacaan Masyarakat (TBM) lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Anak-anak yang mau membaca bagus, tidak mau membaca pun tidak apa-apa. Mau peduli ke taman bacaan silakan, mau memusuhi pun silakan. Taman bacaan sangat yakin, apapun yang dilakukan “ganjarannya” pasti akan kembali kepada orangnya. Taman bacaan itu jalan hidup dan pengabdian. Bukan untuk mendapat tepuk-tangan dari orang lain. Maka di taman bacaan, tidak boleh ada orang lain yang menentukan cara kita dalam bertindak.

Kenapa Anda susah rileks? Jawabnya sederhana, karena gampang iri, benci, dan hasad. Pikirannya negatif dan terlalu gemar “mengintip” laju orang lain. Aktif di media sosial atau grup WA hanya untuk bersekongkol dalam keburukan. Bukannya “amar ma’ruf nahi mungkar” tapi “amar mungkar nahi mungkar”. Bersekongkol itu untuk kebaikan, untuk kemanfaatan kepada orang lain. Rileks itu realistis saja. Sadar, bila tidak sama bukan berarti tidak boleh beda. Bila orang lain salah, diri kita pun belum tentu benar. Sesederhana itulah sikap rileks.

 

Jadi, untuk apa membenci orang lain? Untuk apa pula bersekongkol dalam keburukan? Sama sekali tidak ada manfaatnya. Rileks saja. Agar pundak kita lebih kuat menopang kebaikan yang harusnya dilakukan. Karena saat rileks, setiap nasihat baik itu tidak pernah datang terlambat hingga kapan pun dan si mana pun. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka



Senin, 26 Desember 2022

Taman Bacaan Dilarang Mengeluh, Kerjakan Saja untuk Literasi

Menutup tahun dengan keluhan. Besok, setelah tiba di tahun 2023 pun mengeluh. Hadir di pergaulan nyata isinya keluhan. Hidup di dunia maya, postingannya pun keluh-kesah. Ikut grup WA, tuturannya pun nyinyiran. Bila tidak ya gosip, gibah, dan fitnah. Begitulah ciri “republik pengeluh”, apa saja isinya keluhan. Hidup nggak lagi dilihat sebagai anugerah tapi bertabur keluhan. Pesimis tanpa mampu optimis.

 

Saat membaca buku, cepat merasa bosan. Karena bukunya itu-itu saja. Saat makan di restoran bosan juga karena menunya begitu-begitu saja. Ehh, giliran punya masalah kok malah mengeluh dan menangis terus-terusan. Bila masalahnya tetap sama dan begitu-begitu saja, kenapa nggak pernah merasa bosan untuk mengeluh?

 

Seperti kawan saya, saat tidak punya kerjaan mengeluh. Saat punya pekerjaan pun mengeluh. Ehh, begitu dapat upah dari pekerjaannya masih mengeluh pula. Jadi, kapan bersyukur? Setiap keadaan hanya bisa dikeluhkan. Tanpa ada tindakan yang nyata, tanpa mau mencari jalan keluar. Sekolah di mana sih, memang banyak mengeluh bisa menyelesaikan masalah?

 

Mengeluh, mengeluh,dan mengeluh tanpa ada tindakan. Begitulah realitas rakyat di “republik pengeluh”. Bermentalitas seperti “korban”. Seolah-olah, masalah dan apapun yang dialaminya akibat perbuatan orang lain. Sering mengeluh tanpa mau introspeksi diri. Fokusnya masalah bukan solusi.

 

Banyak orang lupa. Tahun berganti tahun itu untuk introspeksi diri lalu membuat keputusan. Agar hari esok menjadi lebih baik dalam segala hal. Ibadah, pergaulan, pekerjaan, kepedulian sosial, hingga mentalitas yang lebih berkualitas. Perbaiki saja niat, baguskan ikhtiar dan berdoa. Dan jangan pernah bertekad untuk menyenangkan semua orang. Karena pasti ada kok orang-orang yang tidak senang atas keberhasilan kita. Jadi, kenapa masih mengeluh?

 

Berjuang di taman bacaan pun sarat keluhan. Tapi saya di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka tidak fokus pada masalah apalagi keluhan. Terus berjuang dan cari cara untuk tetap eksis. Mulai dari menambah anak-anak yang membaca, mengajar berantas buta aksara, hingga membina anak-anak yatim. Alhamdulillah, kini TBM Lentera Pustaka sudah punya 15 program literasi, tidak kurang 200 orang dalam seminggu tercatat sebagai pengguna layanan taman bacaan. Koleksi buku terus bertambah, donatur, wali baca, dan orang baik tetap solid untuk berkiprah secara sosial. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.

 


Jangan buang waktu untuk mengeluh. Fokuslah pada solusi daripada masalah. Jangan sia-siakan waktu dengan mengeluh. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk kebaikan. Mumpung masih ada umur, mumpung masih sehat. Niatkan tiap tahun baru untuk lebih baik dan optimis. Bebaskan diri dari keluhan.

 

Jadi untuk apa mengeluh? Lupa ya, apapun keadaannya,waktu tidak akan pernah berhenti menunggu. Semua tetap berjalan seperti kehendak-Nya. Kok bisa, mengeluhkan yang itu-itu saja tanpa mau berbuat untuk mencari solusinya.

 

Tahun berganti tahun, bila bikin resolusi tidak usah muluk-muluk. Cukup kurangi mengeluh dan tingkatkan rasa syukur. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka