Rabu, 30 November 2022

Nongkrong yang Literat Ada Di mana? Jangan Merasa Lebih Suci Dari Orang Lain

Sebut saja, zaman nongkrong. Di mana-mana selalu ada tempat nongkrong. Di kafe-kafe, di tempat ngopi, atau di resto. Namanya nongkrong, kegiatan berkumpul di suatu tempat untuk mengisi waktu luang. Berarti ada waktu luang. Orang banyak sering menyebut nongkrong sama dengan kongkow atau hang out dan sejenisnya. Yah, siapa sih yang tidak tahu nongkrong?

 

Nongkrong, tentu boleh-boleh saja. Siapapun boleh nongkrong. Apalagi bila nongkrongnya positif. Bahas isi buku, bahas apa saja yang intinya kebaikan. Nongkrong yang lebih banyak masalah daripada mudarat. Nongkrong yang manfaat bukan yang maksiat. Nongkrong yang literat, karena berkumpul sambil santai tapi konten-nya positif.

 

Tapi faktanya, tidak semua nongkrong itu positif. Bahkan mungkin lebih banyak negatif dan mudarat-nya. Karena nongkrong, di manapun, justru dipakai untuk ngomongin orang, ngomongin negara dan pemimpinnya tapi dari sisi negatifnya saja. Apalagi zaman begini, tidak sedikit orang yang nongkrong justru hanya untuk pamer, gaya hidup, hedonis, dan membiasakan perilaku konsumtif. Jadinya, lebih besar pasak daripada tiang. Terbuai sama kebiasaan nongkrong.

 

Literasi nongkrong jadi diperlukan. Agar nongkrong lebih bermanfaat, bukan maksiat. Untuk apa nongkrong, bila ujungnya hanya gibah, fitnah atau gosip. Nongkrong hanya untuk hura-hura atau dibilang hidup lebih bergaya. Nongkrong yang tidak berguna. Buang-buang uang dan tidak produktif. Nongkrong yang isinya kejelekan dan kesia-siaan. Hati-hati, bila terlibat pada nongkrong yang model begitu.

 

Nongkrong-lah bila diisi dengan hal-hal yang positif dan baik. Nongkrong yang bisa menambah pengetahuan. Nongkrong yang mencerahkan pikiran dan sikap untuk bertindak lebih positif. Nongkrong sebagai bagian dari literasi. Agar bisa lebih menghargai dan menyadari. Bahwa apa yang ada di dunia itu hanya sementara. Sehebat apapun, tidak ada yang kekal di dunia selain amal ibadah. Literasi nongkrong yang menjadikan orangnya lebih baik, bukan lebih buruk.

 


Seperti tempat nongkrong di Rooftop Baca TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Nongkrong sammbil membaca buku atau memegang buku minimal. Sambil saling bernasihat kebaikan untuk menebar manfaat kepada orang banyak. Nongkrong atas dasar kemanusiaan dan kepedulian. Nongkrong mensyukuri kebesaran Allah SWT karena bisa menyaksikan view Gunung Salak yang indah dan megah. Nongkrong di tempat tinggi yang tidak perlu merasa tinggi. Itulah substansi literasi nongkrong.

 

Agak aneh saja. Bila ada yang nongkrong tapi isinya omelan alias ngedumel. Orang lain, pemimpin, dan negara diomelin. Di mata si tukang nongkrong, semua yang dilakukan orang lain salah. Hanya dia sendiri yang benar. Mungkin terlalu sering nongkrong bareng malaikat. Bangsanya sendiri dijelek-jelekin. Orang lain dibenci dan disalah-salahkan. Nongkrong jadi media untuk berkeluh-kesah dan mengumbar prasangka buruk ke orang lain. Itu mah nongkrong yang tidak literat. Mau sampai kapan, nongkrong model begitu?

 

Orang tukang nongkrong suka lupa ya. Nongkrong itu tidak boleh egois. “Merasa benar sendirian, sementara orang lain salah”. Nongkrong itu filosofinya membangun empati, menebar toleransi. Selalu menghargai orang lain, apapun kondisinya. Agar melatih mindset tentang cara menjalin hubungan baik, menjaga keharmonian. Seperti orang dagang, jual beli itu terjadi bila ada harmoni, ada sikap saling menghargai. Jual beli itu terjadi karena ada pengertian dan kerjasama, bukan sebaliknya.

 

Jadi, nongkrong pun harus literat. Untuk menghindari cara berpikir yang menyebut "saya lebih suci dari orang lain”. Dan yang terpenting, nongkrong itu bukan tergantung pada penampilan, pakaian atau aksesori dandanan. Nongkrong, hanya butuh otak dan akal sehat. Agar lebih berkualitas, lebih maslahat. Itulah literasi nongkrong. Salam literasi. #LiterasiNongkrong #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka





Kenapa Anda Mau Menutup Taman Bacaan?

Berjuang di taman bacaan masyarakat (TBM) memang tidak semudah membalik telapak tangan. Mengabdi di gerakan literasi pun tidak mudah. Selain bersifat sosial, pun tidak banyak orang yang peduli. Belum lagi mengelola taman bacaan yang begitu kompleks masalahnya. Soal koleksi buku yang masih sedikit, soal relawan yang membantu, bahkan soal biaya operasional mau dari mana?

 

Tidak sedikit pegiat literasi di TBM, akhirnya jumpalitan mempertahankan taman bacaannya agar tetap eksis. Mampu bertahan di tengah “jalan sunyi” pengabdian. Menyusuri jalan terjal dalam menegakkan budaya literasi dan kegemaran membaca di masyarakat. Berjuang di taman bacaan, boleh jadi seakan “kepala jadi kaki, kaki jadi kepala”. Tanpa komitmen dan konsistensi, tidak mungkin taman bacaan bisa bertahan. Lalu, terpaksa ditutup alias tidak beroperasi. Apalagi yang usia TBM-nya masih di bawah 5 tahunan.

 

Seorang kawan pegiat literasi pun menyatakan, “sepertinya saya akan menutup TBM. Karena bla bla bla …”. Jangan terlalu cepat mengambil keputusan. Jalani dan nikmati saja proses berjuang di taman bacaan. Adalah lazim dalam hidup, bila harapan tidak sesuai kenyataan. Justru, perbaiki niat baguskan ikhtiar dan berdoa saja. Mengelola TBM memang butuh sikap sabar dan ikhlas tingkat “dewa”. Agar tetap bertahan dan terus eksis dalam menebar kebaikan untuk orang banyak.

 

Bila TBM sudah jadi jalan hidup sekarang pegiat literasi. Memang tidak mudah dan pasti punya banyak rintangan. Realitas ituvpula yang dijalani TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Saat awalnya berdiri hanya 14 anak yang mau membaca, koleksi pun hanya 600 buku. Tidak punya relawan, sikap warga sekitar pun apatis. Berada di TBM seakan garing dan membosankan. Maka di tahun ke-1 dan ke-2, saya pun punya niat untuk menutup TBM. Susah dan tidak ada dukungan. Mau apa lagi selain menutup TBM?

 


Terbukti, Allah SWT memang Maha Adil. Sejauh niat dan ikhtiar yang dilakukan baik, insya Allah masa yang indah pun ada di TBM. Ternyata tiap kebaikan yang ditebarkan, bisa jadi dirahasiakan Allah SWT untuk kebaikan di kemudian hari yang lebih besar. Fakta itulah yang dialami TBM Lentera Pustaka. Di usia 5 tahun kini, punya 130-an anak pembaca aktif, koleksi buku pun lebih dari 10.000 buku, punya relawan 15 orang, selalu didukung CSR korporasi setiap tahun. Dan yang terpenting, kini sudah mengelola 15 program literasi yang tidak sebatas taman bacaan. Ada berantas buta aksara, kelas prasekolah, motor baca keliling, yatim binaan, jompo binaan, koperasi simpan pinjam, hingga rajin menabung.

 

Maka siapapun, saat hendak menutup TBM. Bersabarlah dan tetaplah berjuang di taman bacaan. Bila niat dan ikhtiar sudah baik. Maka Allah SWT pasti akan mempersembahkan yang terbaik untuk hamba-Nya. Karena apapun di dunia ini, sudah ada dalam skenario-Nya. Yakinlah, Allah SWT maha sempurna lagi baik untuk siapapun.

 

Jangan gegabah. Apalagi berburuk sangka kepada Allah SWT. Hingga akhirnya, kerjanya hanya mengeluh, berkeluh-kesah dan berpikir negatif tentang TBM, tentang apapun. Ketahuilah, tidak semua rencana dan pikiran manusia pasti diijabah Allah SWT. Semua ada waktunya, semua sesuai skenario-Nya. Tiap kebaikan di taman bacaan. Sejatinya sudah diketahui Allah SWT. Hanya saja, kita diminta untuk menunggu, bersabar, dan ikhlas menjalani semuanya. Karena Allah SWT tengah merangkai sesuatu yang luar biasa untuk kamu dan TBM-mu.

 

Jadi, jangan terburu-buru hendak menutup TBM. Jalani saja prosesnya, nikmati perjuangannya. Karena bisa jadi, taman bacaan adalah jalan hidup untuk kita dari Allah SWT. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

 

Minggu, 27 November 2022

RAjin menaBUng (RABU), Program Menabung Anak Taman Bacaan Lentera Pustaka

Selain membaca buku di taman bacaan seminggu 3 kali, ternyata setiap anak di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor pun punya celengan. Program menabung sebagai bagian literasi finansial dan ajaran menabung sejak dini ke anak-anak usia sekolah. Membaisakan anak-anak menabung sekalipun kecil-kecilan melalui celengan.

 

Seperti kemarin (27/22/2022), saat dilakukan “Hari Buka Celengan”. Hebat banget, ada anak taman bacaan yang bisa menabung via celengan selama setahun mencapai Rp. 1,1 juta, ada yang Rp. 870 ribu, dan Rp. 790 ribu yang masuk 3 besar penabung. Menariknya, untuk anak dengan tabungan yang terbesar pun mendapat “hadiah” berupa tambahan uang celengan sebesar Rp. 500 ribu dari Pendiri TBMm Lentera Pustaka secara cash. Tentu, ada juga anak yang tidak menabung sekalipun punya celengan. Semua terjadi secara alamiah. Untuk bijak mengelola uang memang tidak mudah. Selain butuh pembiasaan melalui celengan, harus ada juga edukasi dan kesadaran. Begitulah proses apa adanya yang terjadi di TBM Lentera Pustaka. Keren, setelah setahun menabung, kini anak-anak di TBM bisa membawa “uang celengan” saat pulang ke rumahnya.

 

Sebagai apresiasi, maka mulai tahun 2023 nanti. Setiiap anak TBM Lentera Pustaka pun mendapat "celengan baru" yang didonasikan dari Bank Sinarmas. Agar lebih getol lagi untuk menabung, menyisihkan uang jajan untuk celengan. Keren sih, karena di zaman begini, masih ada taman bacaan yang mengajarkan untuk menabung melalui celengan dan setiap setahun sekali dibuka bersama di “Hari Buka Celengan” tiap bulan November saat TBM Lentera Pustaka berulang tahun.

 


Patut diketahui, ajaran di TBM Lentera Pustaka, menabung itu bukan untuk kaya. Tapi untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Untuk biaya sekolah, membeli buku, bahkan untuk membantu orang tua saat perlu uang. Agar tidak ber-utang atau pinjam ke rentenir.

 

Uang itu panas. Apalagi bagi orang-orang yang konsumtif dan bergaya hidup. Hingga akhirnya terjebak "pinjol" alias pinjaman online yang mencekik. Kasihan kan bila hanya butuh uang yang tidak terlalu besar harus pinjam sana sini. Lebih baik menabung saat bisa dan diambil saat perlu atau bila sudah setahun seperti anak-anak TBM Lentera Pustaka.

 

Itulah peran taman bacaan soal uang, dalam hal literasi finansial. Terlepas dari itu semua, di TBM Lentera Pustaka hanya diajarkan untuk "membiasakan menabung dulu sebelum menghabiskan uangnya". Salam literasi #RAjinmenaBUng #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 


Sabtu, 26 November 2022

TBM Lentera Pustaka Gelar Hari Buka Celengan, Bagian Literasi Finansial Anak

Sebagai bagian dari literasi finansial, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak hari ini menggelar “Hari Buka Celengan” (27/11/2022). Setelah menabung di celengan kaleng selama setahun (Jan-N0v 2022), tiap anak membuka celengan dan menghitung besaran uang yang ada di celengan. Selain membaca buku, anak-anak TBM Lentera Pustaka juga diajarkan untuk menabung melalui program RAjin menaBUng (RABU). Tiap anak punya satu celengan kaleng. Tentu, ada anak yang menabung ada pula yang tidak menabung.

 

Dan hasilnya, diperoleh data hari buka celengan TBM Lentera Pustaka sebagai berikut:

1.      Anak penabung terbesar mencapai Rp. 1.193.000 (Putri Sakira) dan berhak mendapat tambahan dari Pendiri TBM Lentera Pustaka sebesar Rp. 500.000 sebagai apresiasi atas RAjin menaBUng.

2.      Jumlah total tabungan anak TBM Lentera Pustaka tahun 2022 ini tercatat mencapai Rp. 5.058.000.

3.      Jumlah anak yang menabung tercatat 43 anak dari 130 anak atau mencapai 33%. Angka ini setiap tahun berbeda karena tingkat kesadaran dan kondisi ekonomi anak-anak pembaca pun berbeda.

 

Hari Buka Celengan merupakan tradisi rutin tahunan di TBM Lentera Pustaka sebagai bagian aktivitas literasi finasial, di samping mengajarkan anak pentingnya “menabung daripada jajan”. Hal ini juga jadi wujud peran taman bacaan dalam mengajak anak-anak menabung sejak dini, selain membaca buku. Selain membaca buku seminggu 3 kali di taman bacaan, anak-anak TBM Lentera Pustaka ternyata mau menyisihkan uang jajan untuk ditabung melalui “celengan kaleng” yang disediakan taman bacaan.

 

“Hari Buka Celengann adalah tradisi tahunan di TBM Lentera Pustaka. Tujuannya mengajarkan anak untuk menabung sekaligus bagian dari aktivitas literasi finansial. Tiap anak punya celengan kaleng yang diberi nama masing-masing. Jadi di taman bacaan bukan hanya tempat baca. Tapi mengajarkan pula tentang pentingnya menabung daripada jajan” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka di sela acara.

 


Manfaat program RAjin menaBUng pun terasa di beberapa anak yang hari ini celengannya kosong. Karena di tengah jalan, akibat ada keperluan mendesak “terpaksa” celengannya dibuka dan diambil uangnya. Ada yang untuk membayar SPP sekolah, ada pula untuk membantu kebutuhan mendesak ibunya. Realitas ini terjadi di taman bacaan. Karena sebagian besar anak-anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka berasal dari kalangan keluarga tidak mampu alias prasejahtera.

 

Setelah hari buka celengan akan libur selama bulan Desember 2022. Program RAjin menaBUng (RABU) akan dimulai lagi pada Januari 2023. Anak-anak pembaca aktif pun sudah mendapat celengan kaleng baru dari Bank Sinarmas. Bahkan di tahun 2023 nanti, ibu-ibu yang mengantar anak ke taman bacaan pun ikut menabung. Tiap ibu punya satu celengan.

 

Menabung, hanya cara sederhana TBM Lentera Pustaka. Agar lebih bijak dalam memperlakukan uang. Karena dalam hidup, bukan soal seberapa banyak uangmu. Tapi seberapa banyak kamu dapat menabung. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu

 


Hati-hati, Sering Terjadi Tingkat Literasi Rendah di Taman Bacaan

Seringkali terjadi di dekat kita, di media sosial bahkan di taman bacaan. Orang-orang yang merasa benar, merasa hebat. Hingga lisan dan jari-jemarinya menyakiti sesamanya. Berprasangka buruk, lalu menghakimi orang lain. Mikirnya kelebihan, omongannya kebanyakan. Tapi eksekusi dan akhlak baiknya hilang. Sebut saja , kaum yang tingkat literasinya rendah.

 

Orang yang jarang baca. Begitu mudah berkata, “kok di zaman digital begini masih mau baca buku manual, buat apa?” Masih ada ya anak-anak yang mau baca buku.

 

Orang yang tidak tahu berbuat sosial. Begitu mudah berkata, “untuk apa sih bikin taman bacaan, emang buku bisa bikin kaya?” Zaman begini mah butuh uang bukan buku bacaan.

 

Orang yang tidak pernah injak kaki di taman bacaan. Begitu mudah berkata, “ahh Cuma bimbing anak membaca mah gampang” Apa sih susahnya mengelola taman bacaan.

 

Mereka yang belum pernah diuji dengan kemiskinan. Begitu mudah berkata, “makanya kerja keras biar uangnya banyak”. Seolah-olah orang lain tidak kerja keras.

 

Mereka yang tidak pernah memimpin. Begitu mudah berkata, “nggak becu banget tuh orang jadi pemimpin”. Urusan begitu doang mah gampang, nggak butuh sekolah tinggi.

 

Mereka yang tidak pernah diuji sulitnya mendapat keturunan. Begitu mudah berkata, “mandul kali ya, mungkin karena banyak dosanya ya”. Seolah-olah urusan anak dianggap urusan akal, bukan Tuhan.

 


Tingkat literasi yang rendah, sering terjadi di media sosial bahkan di taman bacaan. Terlalu percaya pada otak. Lalu gampang berprasangka, menuduh, dan menghakimi orang lain. Susah menahan diri dan bersikap bijak terhadap realitas. Lupa, bahwa dalam kehidupan di dunia yang sementara. Ada Tuhan yang membiarkan semuanya terjadi. Sebagai proses pembelajaran dan untuk diambil hikmahnya.

 

Sahabat literasi, bila siapapun belum pernah diuji dengan kesulitan atau apapun, Maka bersyukurlah. Caranya perbaiki niat baguskan ikhtiar. Dan tetap berserah diri kepada Tuhan. Agar lisan dan jari-jemarimu terjaga. Untuk tidak menyinggung atau menyakiti orang lain.

 

Memang susah, tetap istikomah dalam kebaikan. Tetap tawadhu dalam kondisi apapun. Jangan terlalu mudah berprasangka atau menuduh orang lain. Karena siapapun, tidak ada yang tahu . Tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari, termasuk untuk diri Anda sendiri. Karena takdir-Nya, bisa saja tiba-tiba berubah dan terjadi pada siapapun. Terkadang, tidak sesuai dengan harapan.

 

Maka, jadilah lebih literat. Untuk bertindak lebih baik dari hari ke hari. Jangan pernah merasa mulia, jangan merasa besar. Jangan merasa hebat lalu sampai hati lisan atau jari-jemarimu menyakiti sesamamu. Sungguh di dunia ini, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Semua sudah dalam scenario-Nya.

 

Hidup itu tidak cukup sikap religius atau penampilan belaka. Bahkan otak dan pikiran pun tidak cukup. Bila tidak diimbangi akhlak dan adab yang baik. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka



Literasi Pernikahan, 5 Nasihat Ayah Saat Pernikahan Anak Laki-lakinya

Menikahkan anak, adalah salah satu kewajiban orang tua terhadap anaknya. Kewajiban yang tidak kalah penting dari memberi nama yang baik, menafkahkan, dan mendidik hingga bisa mandiri. Selain memberi doa restu dan mendukung penuh, menikahkan anak menjadi momen penting orang tua untuk mengantarkan sang anak ke gerbang pintu kemandirian, menjalani mahligai rumah tangganya sendiri. Sebagai tanda “selesainya” kewajiban orang tua kepada anaknya.

 

Menikahkan anak berarti mengantarkan anak menuju kehidupan yang sebenarnya. Di samping mendoakan dan memberi nasihat agar bisa menjalani rumah tangga dan hidup berkeluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Keluarga yang diberkahi Allah SWT, penuh kasih sayang dan kedamaian, serta saling menghormati pasangannya. Doa restu itulah yang saya sampaikan atas pernikahaan anak laki-laki ke-1 saya, Fahmi Rifli Pradana (25 tahun) dengan Firda Azmalia hari ini, 26 November 2022 di Depok. Sebagai orang tua, menyaksikan pernikahan anak laki-laki, mulai dari akad nikah hingga walimatul arsy (resepsi) penuh rasa haru, bangga, dan bersyukur. Semoga Allah SWT ridho untuk Ananda Fahmi Rifli Pradana dan Firda Azmalia dan dikaruniai anak-anak yang soleh dan solehah, amiin.

  

Maka seusai walimatul arsy (resepsi) dan saat melepas anak laki-lakinya menikah. Sebagai seorang ayah, saya pun membuat tulisan ini sebagai nasihat kepada sang anak laki-laki, Fahmi Rifli Pradana agar langgeng dan mampu mengarungi kehidupan rumah tangga sesuai tuntunan agama. Bisa jadi, inilah nasihat terakhir seorang ayah saat melepas anak laki-lakinya menikah.

 

1.      Nak, niatkan selalu membangun rumah tangga karena Allah SWT. Karena itu, sebagai suami istri harus selalu dekat kepada Allah SWT. Karena apapun, datang dan akan kembali kepada-Nya. Perbaiki terus nikah yang baik, jalankan ikhtiar yang baik, dan berdoalah selalu kepada-Nya.

2.      Nak, jadilah pasangan yang selalu menyenangkan dan saling menghormati menurut agama. Tiap ada masalah, hindari berkeluh-kesah apalagi menceritakan kejelekan pasangan kepada orang lain. Jaga rahasia keluarga sepenuh hati dan sebisa mungkin, karena itu perintah agama dan lebih baik dampaknya.

3.      Nak, menikah itu bukan mencari sempurna tapi mau menerima kekurangan. Salah-khilaf itu lazim, asal tahu cara untuk mengatasinya. Bukan menempuh “jalan sendiri” yang melanggar agama, itu prinsip yang harus dipegang.

4.      Nak, perbaiki terus komunikasi dan saran untuk kebaikan rumah tangga. Tidak usah libatkan orang lain dalam urusan rumah tangga, karena mereka tidak kasih makan dan tidak berpengaruh apa-apa dalam rumah tangga kita. Lakukan yang baik untuk rumah tangga kalian.

5.      Nak, bersikaplah bijak dan objektif dalam kondisi apapun. Jadikan rumah tangga sebagai pembelajaran untuk memperbaiki diri, di samping menjadi ladang amal untuk siapapun.

 


Begitulah Nak, nasihat seorang ayah untuk anak laki-lakinya yang menikah. Dan satu lagi Nak, di era media sosial begini, hindari segala hal yang jelek0jelek di media sosial. Karena tidak ada gunanya. Apalagi menjadikan media sosial untuk bergosip atau menebar aib keluarga, hindari dan jangan dilakukan. Sekali lagi, tidak ada yang menolong kalian selain kalian sendiri dan Allah SWT. Jangan minta simpati atau pertolongan dari media sosial, itu semua semu dan kamuflase belaka.


Sebagai anak laki-laki, jadilah suami yang membimbing dan mendidik istri menurut agama. Pegang prinsip hidup dan junjung tinggi ajaran agama. Karena di situ, semua sudah diatur dan tinggal dijalani dengan baik. Berkeluarga itu bukan hanya fisik semata, tapi selalu perkkuat mental dan finansial. Agar kita tetap independen, tidak bergantung kepada siapapun. Tenpat bergantung hanya Allah SWT, itu sudah cukup.

 

Menikah memang bukan perkara mudah. Tapi bukan p[ula hal yang ditakuti. Jalani saja dengan baik, ikhlas, dan minta bantuan kepada Allah SWT. Jaga selalu adab kepada orang tua, apapun kondisinya. Agar kelak, Allah SWT memberi ridho atas rumah tangga kalian. Selamat menempuh hidup baru, Fahmi dan Firda. Semoga langgeng dan diberkahi Allah SWT. Amiin dan insya Allah #NasihatAyah #AnakLakiMenikah #AbiFahmi



Kamis, 24 November 2022

Diarahkan Pak Ogi Dewan Komisioner OJK, Asosiasi DPLK Optimis DPLK Tumbuh di Tahun 2022

Rapat Umum Anggota (RUA) Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) tahun 2022 secara resmi dibuka oleh Pak Ogi Prastomiyono, Anggota Dewan Komisioner OJK - Kepala Eksekutif IKNB OJK di Jakarta (24/11/2022) didamping Nur Hasan Kurniawan, Ketua Umum Asosiasi DPLK.  Dihadiri 60 anggota, RUA Asosiasi DPLK bertajuk "Antisipasi Industri DPLK terhadap RUU P2SK" bertujuan untuk memberi update pelaku industri DPLK, di samping konsolidasi untuk memacu pertumbuhan bisni DPLK di tahun 2023 mendatang. 


Dalam arahannya, Pak Ogi, DK OJK menyampaikan  harapan agar industri DPLK terus bertumbuh ke depan, termasuk setelah RUU P2SK disahkan. Oleh karena itu, pelaku DPLk harus memperhatikan penempatan dana yang diinvestasikan pada instrumen yang tidak berisiko. Iuran peserta harus dijaga dengan baik. Sehingga ke depan DPLK bisa menjadi bagian ekosistem keuangan yang terus tumbuh dan mampu menyiapkan masa pensiun pekerja yang lebih baik. Karenanya, lembaga DPLK harus punya manajemen investasi yang memadai untuk mengelola dana jangka panjang.


"DPLK perlu memperhatikan perhitungan aktuaria secara berkala, di samping fokus melindungi peserta DPLK dan punya manajemen risiko yang berkualitas. Sejauh ini, DPLK harus menjaga tata kelola yang lebih baik" ujar Pak Ogi dalam sambutannya.


Ke depan, OJK pun akan memprioritaskan 1) penguatan program pensiun baik DPLK DPPK, secara manajemen risiko dan tata kelola, 2) penguatan SDM melalui asosiasi dan  sertifikasi - kompetensi, dan 3) penguatan internal OJK terkait pengaturan dan pengawasan. Tidak kalah penting, industri DPLK pun perlu melakukan edukasi literasi DPLK secara berkelanjutan dan masif. Agar publik paham tentang manfaat DPLK. Mengingat potensi pasar DPLK masih sangat besar di Indonesia. 




Ikut hadir di RUA Asosiasi DPLK kali ini antara lain: Steven Tanner dan AT. Sitorus (Dewas Pengawas), pengurus dan para Pelaksana Tugas DPLK di Indonesia. Dengan 26 anggota, saat ini industri DPLK mengelola aset lebih dari Rp. 117 trilyun dengan 3,1 juta peserta. Harapannya, setelah RUU P2SK disahkan dapat meraih pertumbuhan yang signifikan, baik dari segi aset yang dikelola maupun kepesertaan

 


"Kita berharap industri DPLK dapat terus mempertahankan pertumbuhan positif di tahun 2022 ini. Sambil terus melakukan edukasi dan konsolidasi internal, termasuk edukasi akan pentingnya DPLK ke masyarakat" Nur Hasan Kurniawan dalam sambutannya.


Dalam sidang RUA tahun 2022 yang dipimpin Syarifudin Yunus selalu Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK juga disepakati kebaikan iuran anggota Asosiasi DPLK mulai tahun 2023 yang lebih besar dari tahun sebelumnya dengan perhitungan yang akan ditentukan kemudian. Agar nantinya, Asosiasi DPLK dapat lebih optimal dalam memberikan layanan kepada anggotanya. Salam #YukSiapkanPensiun #AsosiasiDPLK #DPLK



Rabu, 23 November 2022

Guru di Mata Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka

Sulit dibantah. Bahwa jatuh bangun proses pembelajaran memang ada di tangan guru. Kualitas pendidikan pun berada di pundak guru. Maka guru dianggap jadi sosok sentral dalam pendidikan. Guru lagi, guru terus dan guru melulu.

 

Obrolan tentang guru di Indonesia, bisa jadi tidak akan ada habisnya. Berhasil atau tidaknya pendidikan, katanya ada di tangan guru. Kadang banyak orang lupa, guru juga manusia biasa. Guru itu hanya salah satu bagian dari ekosistem pendidikan. Selain negara sebagai pembuat kebijakan pendidikan, orang tua, kurikulum bahkan lingkungan sosial. Pendidikan, bukan semuanya tergantung guru.

 

Memang ada benarnya, guru harus mampu menerjemahkan kurikulum ke dalam satuan pembelajaran. Belajar yang menyenangkan lagi berkualitas. Sehingga siswa jadi betah di kelas di sekolah. Karena kurikulum sebagus apapun, menteri sehebat apapun akan sia-sia bila guru gagal men-deliver pembelajaran ke siswa di ruang kelas. Maka guru jadi sosok penting di balik kualitas pendidikan. Keberhasilan siswa di kelas katanya tanggung jawab guru. Maka wajar, ekspektasi orang tua dan masyarakat sangat tinggi kepada guru. Guru lagi, guru terus, dan guru melulu.

 

Sejatinya, guru dituntut mampu mengembangkan potensi dan kreativitas siswa. Tapi sayang, faktanya masih ada guru yang tidak lancar menggunakan komputer. Metode mengajarnya begitu-begitu saja alias ceramah. Sering gagal menerapkan pengajaran yang aktif dan menyenangkan. Belum mampu memanfaatkan dan mengolah informasi dari internet, belajar jadi tidak kontekstual. Pengajaran yang kurang matching dengan realitas "dunia luar". Itulah problematika masa kini, di era digital. Alhasil, profesi guru terjebak pada rutinitas dan kurang termotivasi. Kreativitas pun terbelenggu.

 

Dalam buku Achieving Competence, Success and Excellence in Teaching yang ditulis Mark Brundrett dan Peter Silcock (2002) disebutkan “profesionalisme guru dipengaruhi oleh regulasi, ruang kelas, komunitas sekolah, dan proses pembelajaran di fakultas keguruan”. Itu berarti, guru yang profesional harus didukung kompetensi yang memadai, baik secara pedagogik, akademik, kepribadian, dan sosial.

 


Guru hari ini. Harus memiliki kualifikasi akademik keguruan yang tidak bisa ditawar lagi. Guru yang berani melibatkan diri dalam program peningkatan kompetensi pembelajaran (PKP). Dan yang terpenting, guru yang punya kesadaran belajar berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi, khususnya kompetensi pedagodik dan inovasi pembelajaran berbasis digital. Bukan guru yang aktif di media sosial tanpa mau berbenah diri. Agar tidak gagal mengelola kelas.

 

Setidaknya ada 5 (lima) kompetensi guru yang harus ditingkatkan di era digital seperti sekarang, yaitu:

 

1.    Inovasi pembelajaran berbasis digital. Agar belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena didukung perangkat teknologi.

2.    Kompetensi akademik guru harus sesuai dengan bidang ajar. Agar tidak terjadi miss-match dalam pengajaran. Jangan sampai guru di sekolah mengajar mata pelajaran yang bukan disiplin ilmubyang dipelajarinya di kampus.

3.    Kualifikasi guru harus sarjana - S1. Agar standar keilmuan yang dimiliki guru sesuai dengan bidang studi yang menjadi tugasnya.

4.    Aktif dalam program peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB). Guru dilarang terlalu enak mengajar hingga lupa pengembangan diri dan peningkatan kompetensi. Guru seharusnya mampu membaca yang baik dan menulis yang rajin. Agar dapat diterapkan ke dalam kegiatan belajar.

5.    Rekrutmen guru harus efektif. Bukan sebatas memenuhi formasi kebutuhan guru tapi direkrut melalui mekanisme seleksi yang profesional. Karena ini menyangkut masa depan bangsa.

 

Maka di momen Hari Guru yang penting ini, ikhtiar peningkatan kompetensi guru harus terus digaungkan. Apalagi ada tuntutan Merdeka Belajar, agar mampu diterjemahkan ke dalam ruang kelas secara berkualitas. Guru dan praktisi pendidikan di mana pun harus berani mengubah mind set. Bahwa guru adalah kreator di dalam kelas. Tanpa perlu mengajar secara text book terhadap kurikulum. Guru adalah fasilitator siswa dalam menemukan potensi dirinya. Maka guru tidak boleh nyaman dengan cara belajar yang satu arah. 

Begitulah guru di mata pegiat literasi TBM Lentera Pustaka. Selamat Hari Guru!

Selasa, 22 November 2022

Kisah Sederhana Tenangkan Diri di TBM Lentera Pustaka

Di te gah hiruk pikuk dunia dan kehidupan, sikap tenang menjadi penting di kedepankan. Tenang sangat berguna saat masalah datang. Sebab masalah, seringkali memicu amarah, kejengkelan, dan kebencian. Hingga akhirnya, sulit menemukan jalan keluar. Maka, sikap tenang harus jadi prioritas.

 

Seperti yang dialami Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Saat harus menyiapkan Festival Literasi Gunung Salak #5 pada 20 Nov 2022 lalu. Berbagai masalah muncul, siapa yang mengisi acara? Siapa pula yang diundang dan bagaimana menyiapkan makan siang. Bagaimana mengatur 350 orang dalam satu event besar? Hingga bagaimana kesiapan TBM Lentera Pustaka, wali baca dan relawan untuk acara besar itu? Alhasil, acara berjalan lancer dan sukses. Semua terjadi karena sikap tenang.

 

Itulah mengapa, sikap tenang terbukti mampu menemukan jalan keluar yang terbaik. Karena tenang, semua masalah bisa teratasi. Karena berpikir jernih, bertindak bijak, dan menjalani prosesnya tanpa emosi. Karena tidak ada kedamaian atau keberhasilan dalam hal apapun tanpa sikap tenang. Siapapun tidak bisa mengontrol apa yang terjadi di luar. Tapi siapapun bisa mengendalikan drinya sendiri dan apa yang terjadi di dalam. Itulah substansi sikap tenang. Maka penting hari ini, untuk untuk tidak belajar bagaimana bereaksi. Tapi pelajari cara merespons apapun dengan tenang.

 


Alkisah, suatu ketika di taman bacaan. Seorang anak mengeluh untuk tidak mau membaca karena ramai dan susah memahami isi bacaan. Akhirnya hanya main ke sana main ke sini. Tanpa ada buku yang dibacanya. Kemudian si anak pun meminta ke wali baca untuk tidak membaca. Lebih baik pulang ke rumah. “TBM-nya ramai banget, akum au pulang aja ahh”.

 

Lalu, wali baca pun menyuruh di anak untuk mengambil buku bacaan dan duduk di tempat yang nyaman di taman bacaan. Tenang dalam membaca, sabar dalam melihat realitas. “Baca ya yang tenang” ujar wali baca kala itu. Tidak lama kemudian, si anak tadi merasakan kenyamanan dan tetap membaca buku di taman bacaan. Duduk tenang dan fokus membaca buku.

 

Wali baca pun berkata, “Ramai dan susah memahami isi bacaan itu pikiran manusia. Karena terlalu cepat bereaksi, dan berpikir negatif. Tapi saat duduk tenang dan memilih buku yang cocok, pikiran pun jadi positif. Terkadang jalan terbaik untuk menjernihkan pikiran adalah bersikap tenang”.

 

Jadi apapun dalam hidup, sikapi dengan tenang. Jika lelah, stress, atau emosi, ada baiknya bersikap tenang. Cari tempat yang nyaman dan duduk sejenak memejamkan mata dan fokus pada pikiran yang positif. Dan teruslah berbuat baik dan menebarkan manfaat. Semuanya akan baik-baik saja bila dihadapi dengan tenang.

 

Karena di taman bacaan, cara yang tenang adalah kenyamanan yang tidak ternilai harganya. Terkadang tenang bukan hanya baik untuk diri sendiri, bahkan bisa mengguncang dunia. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

 

Senin, 21 November 2022

Pendiri TBM Lentera Pustaka Luncurkan Buku Membangun Budaya Literasi dan Taman Bacaan

Diceritakan dari pengalaman konkret di taman bacaan dan kajian yang dilakukan sendiri, Syarifudin Yunus, pegiat literasi TBM Lentera Pustaka meluncurkan buku “Membangun Budaya Literasi dan Taman Bacaan berbasis Edukasi dan Hiburan – TBM Edutainment” di ajang Festival Literasi Gunung Salak #5 di Bogor (20/11/2022). Di hadapan 350 orang, buku paling komprehensif tentang literasi dan taman bacaan di Indonesia ini dihadirkan sebagai kado spesial 5th TBM Lentetra Pustaka.

 

Buku setebal 272 halaman, ber-ISBN, dan terbitan Endnote Press ini merupakan buku ke-40 Syarifudin Yunus dan diberikan secara simbolik kepada Retno Tri Wulandari (Head of Corporate Secretary Bank Sinarmas), Andri (DAP Kab. Bogor), Rohman Gumilar (Forum TBM Jabar), dan Farah G. Elsyarif (anak perempuan penulis). Isi buku ini bertutur 100 esai tentang taman bacaan sebagai jalan sunyi pengabdian, yang terdiri dari:  30% praktik baik TBM, 15% kajian dan riset taman bacaan, 15% TBM Edutainment, dan 40% tantangan dan tips di taman bacaan.

 

“Selain berkisah pengabdian di TBM, buku ini saya hadirkan agar dapat menjadi referensi ilmiah tentang literasi dan taman bacaan di Indonesia. Isinya saya tulis berdasar pengalaman konkret mencakup empat bagian penting di taman bacaan, yaitu praktik baik TBM, kajian dan riset, TBM Edutainment, dan tantangan di taman bacaan. Maka tata kelola taman bacaan ke depan harus memadukan edukasi dan hiburan. Saya sebut dengan TBM Edutainment, sebagai model pengembangan taman bacaan” ujar Syarifudin Yunus, pegiat literasi TBM Lentera Pustaka saat peluncuran.

 

Syarifudin Yunus yang berprofesi sebagai Dosen PBSI FBS Universitas Indraprasta PGRI menjadikan buku “Membangun Budaya Literasi dan Taman Bacaan – TBM Edutainment’” sebagai luaran dari disertasi Doktor Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor yang berjudul “Peningkatan Tata Kelola Taman Bacaan melalui Model TBM Edutainment sebagai Layanan Dasar Pendidikan Nonformal pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kabupaten Bogor”.

 


Tersaji fakta dan data dalam buku ini, antara lain: hanya 20% ruang baca TBM yang memadai, 60% koleksi buku TBM tidak memadai, 57% TBM tidak punya legalitas. Karena itu eksekusi jadi prinsip praktik baik di taman bacaan, di samping ada 3 syarat TBM dapat bertahan di era digital. Maka TBM Edutainment bisa jadi solusi sebagai cara beda tata kelola taman bacaan. Di samping pegiat literasi harus mengenali tantangan dan rintangan berjuang di taman bacaan, yang disebut segudang prasangka di langit taman bacaan.

 

Melalui buku ini, ditegaskan TBM Edutainment sebagai tata kelola taman bacaan berbasis edukasi dan hiburan terbukti dapat menarik anak-anak yang membaca dan kepedulian banyak pihak untuk berkontribusi pada aktivitas taman bacaan.  Pegiat literasi di mana pun harus lebih spartan, untuk berjuang keras demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Literasi untuk semua, sejatinya hanya terwujud bila taman bacaan punya hati, cinta, dan komitmen sepenuh hati. Agar ke depan, taman bacaan menjadi tempat yang asyik dan menyenangkan.

 

Berbarengan dengan buku “Membangun Budaya Literasi dan Taman Bacaan -  TBM Edutainment” juga diluncurkan 4 buku seri literasi yang ditulis Syarifudin Yunus bersama mahasiswanya yang terdiri dari: 1) buku “Literasi untuk Semua”, 2) buku “Literasi Digital - Is It Bad or Good Habits?”, 3) buku ‘Literasi Budaya - Mikul Dhuwur Mendhem Jero”, dan 4) buku “Literasi Finansial - Biaya Hidup itu Murah, yang Mahal itu Biaya Pamer". Artinya kelima buku seri literasi karya Syarifudin Yunus ini didesikasikan untuk menegakkan giat membaca dan budaya literasi masyarakat Indonesia. Di samping menjadi motivasi pentingnya pegiat literasi untuk menulis. Karena “verba volant, scripta manent”, apa yang terucap akan hilang dan apa yang tertulis akan abadi.

 

Tanpa buku, sejarah itu sunyi, sastra itu beku, dan sains pun bisa lumpuh. Karenanya, buku adalah jendela dunia, mesin perubahan, dan mercusuar yang berdiri tegak di lautan waktu. Buku, sebuah warisan berharga yang ditinggalkan turun temurun untuk kemanusiaan dan peradaban. Itulah spirit 5 buku seri literasi yang dihadirkan Syarifudin Yunus sebagai pegiat literasi TBM Lentera Pustaka. Karena hidup tanpa buku seperti ruang gelap tidak berlampu. Agar esok, buku tetap menjadi kekasih setia yang tidak cemburu sekalipun dimadu. Salam literasi. #BukuSeriLiterasi #PegiatLiterasiMenulis #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #GerakanLiterasi