Minggu, 31 Maret 2024

Empat Cara Pandang Pekerja Soal Dana Pensiun

Edukasi akan pentingnya mempersiapkan masa pensiun memnag harus dilakukan. Kemudahan akses membeli program pensiun pun harus disediakan. Suka tidak suka, siapapun pasti ingin punya masa pensiun yang nyaman dan Sejahtera.

 

Tapi faktanya hari ini, 7 dari 10 pensiunan di Indonesia ternyata mengalami masalah finansial. Terpaksa harus bergantung kepada anak-anaknya atau mengalami jatuh miskin. Di sisi lain, 8 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali tidak siap untuk pensiun atau berhenti bekerja, Akibat tidak adanya ketersediaan dana yang mencukup. Sementara masa pensiun, cepat atau lambat, pasti terjadi pada waktunya. Lalu, seberapa siap kita untuk pensiun?

 

Berbagi literatur menyebut, menabung untuk hari tua memang tidak mudah. Tapi bukan hal yang mustahil. Beberapa cara yang sederhana untuk mempersiapkan masa pensiun yang nyaman adalah 1) membuat rencana keuangan jangka Panjang, 2) memulai menabung untuk pensiun dan hari tua sedini mungkin, 3) menghindari utang sebisa mungkin, 4) mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, 5) hindari pemakaian kartu kretif yang berlebihan, dan 6) berani ber-investasi yang untuk masa pensiun.

 

Nah, salah satu program konkret untuk mempersiapkan masa pensiun adalah DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Karena DPLK merupakan satu-satunya produk yang paling pas untuk mempersiapkan masa pensiun yang layak. DPLK, sebagai produk keuangan selalu dikaitkan dengan usia pensiun, masa kerja, dan masa mengiur. Artinya, manfaat pensiun di DPLK hanya dapat dilakukan bila sudah mencapai usia pensiun. Melalaui DPLK, siapapun akan mendapatkan 3 manfaat utama, yaitu: 1) adanya kepastian dana di masa pensiun, 2) adanya hasil investasi yang optimal selama menjadi peserta, dan 3) ada fasilitas perpajakan saat pembayaran manfaat pensiun.

 

Edukasi masa pensiun memang penting.  Mempersiapkan hari tua yang layak pun sangat penting. Tapi sayangnya, tidak semua pekerja punya “mind set” yang pas tentang pentingnya merencanakan masa pensiun. Katanya, nyaman atau tidaknya di hari tua itu relatif. Cukup atau tidak cukupnya kebutuhan di masa pensiun itu relative. Itulah kendala utama dari edukasi dana pensiun. Maka suka tidak suka, saat edukasi dana pensiun pada akhirnya akan berhadapan dengan 4 (empat) kelompok pekerja yang dengan orientasi hari tua seperti berikut:

1.     Kelompok pekerja yang apatis dan menganggap masa pensiun tidak penting

2.     Kelompok pekerja yang apatis dan tidak mampu menabung untuk masa pensiun.

3.     Kelompok pekerja yang antusias dan sadar pentingnya menabung untuk masa pensiun.

4.     Kelompok pekerja yang antusias dan berani menabung untuk masa pensiun mulai sekarang.

 


Idealnya, kita bisa menjadi bagian dari kelompok 3 dan 4 yang antusias memandang masa pensiun itu penting. Agar mau memiliki program pensiun yang layak, untuk mempertahankan standar dan gaya hidup di hari tua seperyi saat masih bekerja. Tapi semuanya harus dimulai dari edukasi dan sosialisasi yang terstruktur dan berkelanjutan. Agar banyak pekerja paham akan pentingnya dana pensiun.

 

Jadi terserah kita, dari 4 kelompok pekerja itu, apa yang mau dilakukan? Membiarkan saja atau melakukan sesuatu untuk lebih baik di masa pensiun. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #DanaPensiun

Aku Takut di Taman Bacaan

Puasa tinggal beberapa lagi. Ramadan pun segera pergi. Semakin hari justru semakin takut. Saat bermusahabah diri, ketika termenung menghitung-hitung diri. Akankah menjadi lebih baik esok atau tidak? Aku takut, aku takut di taman bacaan, dan akut semakin takut pada-Nya.

 

Sungguh aku takut. Bila setelah puasa, masih banyak yang belum diperbaiki. Aku takut bila hatiku kian mengeras dan sulit menerima nasihat namun sangat pandai menasihati. Aku takut bila aku malah merasa paling benar sehingga mudah merendahkan kebenaran dari orang lain. Aku pun takut bila ibadahku membuat aku merasa lebih baik dari orang lain, sebaliknya merasa dosaku lebih sedikit daripada orang lain.  Aku masih takut bila aku sibuk bersangka baik pada diriku sendiri, namun tidak lelah bersangka buruk pada orang lain. Dan aku takut bila aku merasa cukup dengan ilmuku, sehingga enggan belajar dari orang lain apalagi yang aku pandang lebih rendah dariku.

 

Sungguh, aku takut bila lidahku makin lincah membicarakan aib orang lain, namun lupa dengan aib sendiri yang menggunung. Aku takut bila esok aku hanya hebat dalam berkata, namun buruk dalam bertindak. Aku pun takut bila merasa tindakanku sedang melakukan perbaikan, padahal nyatanya sedang melakukan kerusakan. Aku masih takut bila aku hanya cerdas dalam mengkritik, namun lemah dalam memperbaiki diri sendiri. Aku takut bila aku membenci dosa orang lain namun saat aku sendiri berbuat dosa malah enggan mengakuinya. Aku kian takut bila aku bermuka dan berkata manis kepada orang lain padahal aku sedang membencinya.

 


Aku takut bila aku merasa dalam nikmat Allah tapi sebenarnya berada dalam murka-Nya. Aku takut bila lebih sibuk menghitung apa yang belum kuperoleh sehingga melupakan syukurku terhadap apa yang sudah kuperoleh. Aku takut bila sudah tergelincir dari jalan Allah tapi masih yakin berada di jalan yang lurus. Aku takut bila banyak berkata niat baik tapi aku tidak pernah melakukan dalam aksi nyata. Dan aku pun takut bila hanya bisa menuntut hak tanpa mau mengerjakan kewajiban.

 

Ditinggal puasa bikin aku takut. Bila ibadah dan amal soleh hanya begitu-begitu saja. Tapi selalu menghakimi jelek ibadah dan amal soleh orang lain. Aku takut dan akut takut. Karenanya aku harus terus memperbaiki diri. Untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat di mana pun, hingga kapan pun. Utamanya berkiprah sosial di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sebagai wujud nyata aku takut kepada-Nya. Karena di taman bacaan, selalu ada yang membuat aku takut bila hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Salam literasi #NgabubuRead #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka




TBM Lentera Pustaka Bagikan Uang Ketupat ke 87 Anak Pembaca Aktif

Bertepatan dengan khataman ke-3 anak-anak pembaca aktif setiap Sabtu di kaki Gunung Salak Bogor, Pendiri TBM Lentera Pustaka membagikan sedekah “uang ketupat” kepada anak-anak dari 87 keluarga (30/3/2024). Selain untuk memotivasi anak-anak agar rajin membaca ke taman bacaan, sedekah ini tiap tahun dilakukan pendiri TBM Lentera Pustaka sebagai ungkapan rasa Syukur atas anugerah dan rezeki yang diterimanya sebagai konsultan dana pensiun dan direktur eksekutif Asosiasi DPLK di kesehariannya.

 

Seperti diketahui, selama bulan puasa, anak-anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka selalu tadarusan pada saat jam baca (selain membaca buku umum), lalu pada setiap hari Sabtu khataman Al Quran sambil disediakan takjil berbuka puasa. Bertajuk “Ngabubu Read Ramadan Ceria di TBM”, terbukti anak-anak sangat antusiasi ke taman bacaan sambil mengisi waktu untuk berbuka puasa tiap hari Rabu, Jumat, dan Sabtu. Ada yang datang sendiri atau diantar ibunya.

 

“Alhamdulillah, saya apresiasi anak-anak TBM Lentera Pustaka yang mau rajin tadarusan dan khataman Quran di TBM. Maka hari ini, saya berikan uang ketupat Rp. 50.000 ke setiap anak. Berbagi rezeki dan ngalap berkah ramadan sekaligus memotivasi anak-anak agar tetap rajin membaca di taman bacaan. Amplop ini untuk anak pembaca aktif, untuk yang tidak aktif atau jarang datang ke TBM tidak saya bagikan. Bersyukur dan bangga pada mereka” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka di TBM Lentera Pustaka Bogor.

 

Sebelum khataman, Pendiri TBM Lentera Pustaka pun menyerahkan zakat mal ke 12 anak yatim binaan, 12 jompo binaan, dan 2 janda melalui pengajian bulanan untuk menghadirkan senyum mereka menyambut lebaran. Setidaknya untuk meringankan kebutuhan mereka di masa jelang lebaran atau puasa. Mellaui aktivitas sosial ini, TBM Lentera Pustaka berkomitmen menjadikan taman bacaan bukan hanya sebagai tempat membaca buku. Tapi juga sebagai tempat kepedulian sosial untuk berbagi rezeki kepada anak-anak yang rajin membaca buku, di samping anak yatim, jompo, janda, dan ibu-ibu buta huruf.

 


Untuk diketahui, sejak berdiri 7 tahun lalu, TBM Lentera Pustaka kini mengelola 15 program literasi yaitu 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 130 anak pembaca aktif dari 4 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya, Sukajadi), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 40 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb),  13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling) yang sediakan akses bacaan di 3 kampung, 14) Rooftop Baca, dan 15) Berantas Buta Aksara Al Quran. Di dukung oleh 6 wali baca dan 12 relawan, TBM Lentera Pustaka kini beroperasi 6 hari dalam seminggu dan memiliki koleksi lebih dari 10.000 buku bacaan.

 

“Terima kasih Bapak, semoga sehat dan berkah selalu ya. Lancar untuk disertasinya dan umroh syawalnya nanti. Insya Allah, kami akan selalu membaca buku di TBM Lentera Pustaka” kata Annisa, siswa kelas V SD yang pembaca aktif di taman bacaan.

 

Uang ketupat di TBM Lentera Pustaka memberi makna. Selain menahan diri dari lapar dan haus, ibadah puasa juga memanggil rasa kepedulian sosial untuk selalu berbagi dan bersedekah kepada mereka yang membutuhkan. Salam literai #NgabubuRead #UangKetupatTBM #TBMLenteraPustaka





Sabtu, 30 Maret 2024

Efektifkan Doa di Bulan Puasa, TBM Lentera Pustaka Gelar Santunan Yatim Jompo dan Janda

Bertajuk “Berbagi di TBM, Ngalap Berkah Ramadan”, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor menggelar santunan 12 YAtim BInaan (YABI), 12 JOMpo BInaan (JOMBI), dan 2 janda di Bogor (30/3/2024). Acara kepedulian sosial ini dilakukan sebagai momen mengoptimalkan amal ibadah dan berkah ramadan. Diawali pengajian bulanan yang dipimpin langsung oleh Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka kegiatan rutin ini sekaligus menyambut malam berkah nuzulul Qur’an dengan perbuatan baik secara nyata.

 

Berkolaborasi dengan sahabat sepergaulan, Pendiri TBM Lentera Pustaka memberikan santunan total senilai Rp. 15 juta sebagai cara menghadirkan yatim, jompo, dan janda dalam menjalani ibadah puasa dan ikut merayakan Idul Fitri. Sebagai taman bacaan, TBM Lentera Pustaka selama ini memang memiliki program khusus untuk menyantuni dan membeasiswai anak-anak yatim dan santunan kepada kaum jompo yang secara rutin melalui pengajian bulanan.

 

“Alhamdulillah, saya bersama sahabat-sahabat hari ini menyerahkan santunan dan zakat mal untuk anak-anak yatim, kaum jompo, dan janda yang ada dalam binaan TBM Lentera Pustaka. Semoga kegiatan ini mendapat ridho Allah SWT sekaligus berbagi kebahagiaan kepada mereka yang membutuhkan. Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman baik saya, semoga sehat dan berkah selalu” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka di sela acara.

 


Selain menjadi bukti kepedulian sosial, santunan yatim jompo dan janda di TBM Lentera Pustaka ini mengingatkan pentingnya sedekah dan berbagi rezeki selama bulan puasa kepada kaum yang membutuhhkan. Karena di dalamnya ada keberkahan yang dapat memanggil rezeki dari Allah tanpa diduga-duga. Karena kegiatan menyantuni anak yatim jompo dan janda adalah salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam. Selain mendapatkan pahala yang besar, santunan yatim pun mendapat syafaat di hari akhirat dan berkah yang luar biasa.

 

Kegiatan pengajian bulanan dan santunan yatim, jompo, dan janda di TBM Lentera Pustaka pun diikuti dengan kegiatn rutin selama puasa yatitu “Ngabubu Read Ramadan Ceria” yang dihadiri 140 anak-anak pembaca aktif dan kaum ibu TBM Lentera Pustaka yang menjalankan aktivitas membaca buku, tadarusan, dan khataman ke-3 tiap Sabtu. Demi tegaknya tradisi membaca buku dan budaya literasi Masyarakat. Salam literasi #NgabubuRead #SantunanYatim #SantunanJompo #TBMLenteraPustaka

 



Jumat, 29 Maret 2024

Jauhi Penyakit Hati

Kamu pernah menyebut kata “racun” nggak? Atau menyebut orang lain sebagai racun? Semoga nggak pernah ya. Karena racun itu jelek. Iya racun, zat yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara sehingga mengganggu kesehatan. Racun yang jadi “biang” penyakit, bahkan kematian. Tapi sayangnya, banyak orang yang nggak paham. Bahwa racun itu bukan hanya zat yang datangnya dari luar doang. Tapi ada juga racun yang datang dari diri sendiri. Namanya “racun jiwa”. Pikirannya sakit, hatinya rusak. Apakagi sikap dan perilakunya penuh racun.

 

 

Melihat orang bahagia, kita yang menderita. Melihat orang maju, kita yang menggerutu. Melihat orang berjaya, kita yang nggak rela. Orang lain nggak ngomong apa-apa disalah-salahkan. Orang diam saja, tiba-tiba membenci dan menyerang semau-maunya. Orang nggak ngapa-ngapain, tahu-tahu mengintimidasi dengan segala cara. Kerjanya hanya menyalahkan orang lain. Tanpa mau menyalahkan diri sendiri. Itulah racun jiwa, ada pada diri manusia yang harus “diberanguskan”. Bukan oleh orang lain tapi oleh diri sendiri.

 

Tubuhnya sehat, tapi hatinya penuh racun. Kerjanya membenci, iri dan dengki. Sukanya memusuhi orang-orang yang nggak pantas dimusuhi. Gemarnya menyalahkan orang lain tanpa mau “berkaca diri”. Maunya menang sendiri. Semua orang lain salah, hanya kita yang benar sendiri. Jadi tersiksa hidupmya karena sifat hasad dan benci selalu tersimpan dalam jiwa. Racun jiwa ada pada dirinya!

 

Saat racun jiwa merasuk di kalbu. Pasti energi negatif, emosinya labil, dan kerjanya mencari kambing hitam. Racun jiwa telah menguras pikiran, perasaan, bahkan hebatnya mampu menghanguskan amal kebaikan. Sibuk mengomentari apa yang tidak harus ditanggapi. Sibuk berburuk sangka terhadap apa yang tidak semestinya. Sibuk menyalahkan dan mencari-cari keburukan. Hingga nggak punya tenaga, untuk berbenah diri dan berkarya yang produktif.

 


Sungguh, betapa lelahnya orang-orang yang hidup dalam racun jiwanya sendiri. Dunia dipandang segalanya. Hidup dianggap sebatas kompetisi urusan dunia, lalu menghalalkan segala cara. Akhlaknya hilang lenyap, adabnya pergi tanpa jejak. Pengen senang tapi harus menyusahkan orang lain. Lalu status WA-nya bilang, Allah nggak salah menempatkan takdirnya. Berbeda antara yang diomong dan dikerjakan, beda antara fakta dan opini. Kok bisa? Karena hidupnya penuh racun jiwa.

 

Tampilannya beragama. Tapi perangainya jauh dari Allah. Tidak suka melihat musuhnya diberi nikmat dan anugerah dari Allah. Amalnya buruk, nasihat pun sudah nggak mempan lagi. Sudah khatam dengan rasa benci, iri dan dengki. Sukanya berperang dan melempar permusuhan. Racun jiwanya telah menghapus seluruh amal kebaikannya. Sudah lupa pesan dari Imam Ali, “mereka yang mendengki, seperti meminum racun sendiri tapi berharap orang lain yang mati”.

 

Mumpung lagi puasa, cukup muhasabah diri. Saat puasa, lapar itu untuk menahan diri. Menahan diri dari racun jiwa; hati yang dengki, pikiran yang kotor, sikap yang buruk, dan perilaku yang menyalahkan orang lain. Tanpa mau introspeksi diri. Setiap tarikan nafas isinya hanya rasa benci dan dengki. Sekali lagi penuh racun jiwa. Boro-boro berbuat baik dan menebar manfaat ke orang lain.

 

Buanglah racun jiwa itu, hindari penyakit hati. Karena tidak mungkin, kita yang meminum racun lalu berharap musuh kita yang terbunuh. Bertindak seperti Rumi, “jangan kau tanam apapun kecuali cinta di hati”. Salam literasi #NgabubuRead #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

Jadilah Literat, Jangan Gampang Bilang "Saya Sedang Diuji Allah"

Ketika seseorang berkata, "saya sedang diuji Allah". Apa iya yang menguji Allah? Seolah-olah Allah-lah yang menimpakan masalah ke dia. Kesannya, Allah yang memberi cobaan. Bukan sebab kesalahan dirinya sendiri. Pernyataan “saya sedang diuji Allah” itu, menurut saya, salah. Persepsinya, menuduh Allah yang membuat masalah pada seseorang. Bukankah masalah itu hadir akibat perbuatan diri sendiri, dampak dari apa yang dilakukan. Seolah menggiring pikiran, bahwa masalah tidak bisa diatasi oleh diri sendiri.

 

Bukan Allah yang menguji, tapi kita yang harus bertanggung jawab. Keadaan ekonomi tidak kunjung membaik, bisa jadi karena kita kurang sedekah. Sakit, bisa jadi karena kita selalu begadang atau telat makan. Utang bertumpuk, bukankah karena ulah kita sendiri? Bahkan masalah demi masalah datang pun, bisa jadi karena kita terlalu jauh dari Allah. Dan akibatnya, seluruh potensi yang Allah titipkan pada diri kita tidak bisa dioptimalkan. Terlalu pasrah dan gampang menyerah. Tidak ada lagi kemampuan kreatif untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

 

Selalu menyalahkan, itulah persepsi yang banyak muncul di banyak orang. Mencari kambing hitam atas masalah yang dihadapinya. Padahal itu hanya “pembenaran” atas kelemahan diri sendiri. Terlalu pesimis dan merasa tidak berdaya. Justru mensugesti diri sendiri menjadi lemah tidak berdaya. Maka berkatalah, “saya sedang diuji Allah”.

 

Ada juga juga yang sering menyalahkan orang lain, "gara-gara dia saya jadi begini". Artinya kan, saya lemah tidak berdaya. Sehingga cara berpikirnya negatif, seolah-olah apa yang terjadi pada dirinya akibat ulah orang lain. Pikiran dan sikapnya selalu negatif. Hanya bisa menyalahkan orang lain. Tanpa mau instrospeksi diri, memperbaiki diri. Apa yang salah pada dirinya? Lebih senang menyalahkan orang lain daripada muhasabah diri, memperbaiki diri. Akhirnya, mau ikhtiar se-keras apa pun, selalu mentok. Sebab memang potensi dan anugerah yang diberikan Allah justru “dimati-surikan”. Masih bernafas dan sehat pun dibaiakan begitu saja.

 


Jangan lagi menuduh Allah. Tuduhlah diri sendiri saja. Bila ingin benar-benar keluar dari masalah, mulailah dengan menyusun kekuatan sendiri. Ubah persepsi dari "saya lemah" menjadi "saya kuat". Caranya adalah dengan muhasabah diri dan berhenti berperilaku buruk. Kerjakan yang baik dan tebarkan terus manfaat, Insya Allah semuanya akan baik-baik saja. Akui saja kesalahan diri sendiri, jangan melulu menyalahkan orang lain atau menyebut Allah tidak sayang pada kita. Akui pikiran dan persepsi kita selama ini keliru. Terlalu percaya dan setuju untuk menyebut diri "saya lemah" atau "gampang menyalahkan Allah dan orang lain."

 

Mumpung di bulan puasa, optimalkan ibadah dan amal soleh. Instospeksi diri, jangan gampang menyalahkan siapapun. Ambil tanggung jawab dengan memperbaiki amal atau tindakan. Apapun keadaannya, percayalah pada kasih sayang Allah, percaya bahwa Allah memberi cinta terbaik-Nya. Ikhtiar yang baik, berbuat yang baik, dan tetap baik di mana pun.

 

Ubah keyakinan lama, yang hanya pasrah dan menyalahkan Allah atau orang lain. Kembalikan kepada diri sendiri, apakah kita sudah baik atau belum? Sudah benar-benar berada di dekat-Nya atau hanya sebatas omongan belaka? jadilah literat, jangan gampang bilang "saya sedang diuji Allah". Man jadda wa jadda! Salam literasi #NgabubuRead #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

Secangkir Syukur di Taman Bacaan

Coba deh dicermati. Bila Anda sedang membawa secangkir kopi, tiba-tiba ada orang lewat dan menabrak Anda. Atau tidak sengaja menyentuh lengan Anda. Hingga akhirnya, kopi pun tumpah di mana-mana, berceceran.

 

Pertanyaannya, kenapa Anda menumpahkan kopi? Pasti Anda menjawab, karena ada orang yang menabrak. Jawaban itu, jelas salah. Bukan karena ada yang menabrak. Tapi Anda

menumpahkan kopi karena cangkir Anda berisi kopi. Seandainya cangkir Anda berisi teh, maka Anda akan menumpahkan teh. Jadi, apapun yang ada di dalam cangkir, itulah yang akan tumpah, keluar ke mana-mana.

 

Cangkir itu ibarat pikiran. Wadah yang menampun isi pikiran. Ketika keadaan keadaan tidak baik datang, ada yang menabrak dan mengguncang. Maka apapun yang ada di dalam pikiran kita itulah yang akan keluar. Bila pikirannya baik, maka kata-kata baik yang akan keluar. Tapi sebaliknya, bila pikirannya buruk maka kata-kata jahat yang disajikan. Tergantung apa yang ada di pikiran, maka itulah yang ditumpahkan.

 

Lalu sekarang, apa yang ada di dalam cangkir kita? Apalagi setelah di gembleng bulan puasa untuk menahan diri. Bila ada sesuatu yang mengguncang hidup kita, apa yang akan kita tumpahkan? Berdiam diri atau berkoar-kora kemana- mana hanya menyalahkan orang lain?

 

Apa yang mengisi cangkir kita, itulah pikiran kita. Rasa cinta atau benci, optimis atau pesimis, damai atau permusuhan, kesabaran atau kemarahan, kebaikan atau keburukan, Lembah lembut atau kasar, bersikap tenang atau gegabah. Penuh dendam, cacian atau bahkan menghakimi orang lain tanpa ujung. Maka itulah yang akan keluar dari pikiran dan mulut kita. Apapun dan semuanya, kita sendiri yang tentukan. Tergantung cangkir kita, terserah pikiran kita.

 


Itulah pentingnya momen bulan puasa. Untuk introspeksi diri - muhasabah diri. Agar mampu mengisi cangkir kita dengan kebaikan, melatih pikiran untuk lebih bersyukur dan sabar. Ketika sesuatu yang tidak baik menabrak dan mengguncang kita. Maka sikap syukur dan sabar harus lebih dikedepankan. Agar yang keluar dari pikiran dan mulut kata-kata yang lembut, bukan keluhan atau caci maki.

 

Mumpung di bulan puasa, jadilah pribadi yang dipenuhi kesabaran dan kesyukuran. Apapun yang terjadi tetapn sabar dan syukur. Bahwa apa yang terjadi dan dimiliki, memang pantas untuk kita. Jangan lagi jadi pribadi yang selalu menyalahkan orang lain atau faktor lain yang tidak baik. Tidak usah cari kambing hitam, lalu berkeluh-kesah dan mencaci maki orang lain. Untuk apa? Cukup perbaiki di saja, perbaiki cangkir kita, Tentang Apa yang seharusnya ada di dalam pikiran kita. Secangkir syukur itulah yang menjadi spirit di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka yang selalu komitmen dan konsisten ber-aktivitas di taman bacaan.

 

Ketahuilah, apapun bisa terjadi pada diri kira bila diizinkan-Nya. Saat apapun yang mengguncang kita bukan orang lain atau faktor dari luar yang menentukan hari-hari kita. Tapi respon dan reaksi kitalah yang menentukan. Cangkir kita, pikiran kita yang meresponnya.

 

Bersyukurlah atas apa yang kita miliki dan hiduplah dengan penuh rasa syukur. Karena saat bersyukur, pasti terasa kedamaian hati yang hakiki. Masih belum percaya, hidup itu indah bila kita mampu bersyukur atas segala hal. Salam literasi #NgabubuRead #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Kamis, 28 Maret 2024

Perkuat Gerakan Literasi, Bank Sinarmas Gelar Buka Puasa Bersama di Taman Bacaan Lentera Pustaka

Siapapun yang memberi makan kepada orang yang sedang berpuasa, maka mendapat pahala sebesar pahala orang yang berpuasa. Berangkat dari kepedulian sosial dan mengokohkan kegemaran membaca, Bank Sinarmas menggelar buka puasa bersama dan ngabubu-read di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor (28/3/2024). Dihadiri 130 anak pembaca aktif, ibu, dan relawan, acara bukber diawali dengan sholawatan, lalu diikuti tadarusan. Ikut hadir di acara ini Epul Saepuloh dan Carlos dari Bank Sinarmas dan Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka. Bank Sinarmas hadirkan berkah Ramadan di taman bacaan.

 

Menariknya, hikmah puasa di acara ini disampaikan oleh Danang, anak pembaca aktif kelas V SD sekaligus yatim binaan TBM Lentera Pustaka. Selain memberi tausayah, Danang pun menyajikan “pupuh” puisi lisan tradisional Sunda sebagai pelestarian budaya di kalangan anak-anak. Setelah berdoa bersama dan setelah azan maghrib, buka puasa bersama Bank Sinarmas ditandai dengan menikmati takjil yang tersedia. Setelah itu, tim Bank Sinarmas memberikan nasi box untuk anak-anak dan beberapa orang tua yang hadir.

 

“Luar biasa, banyak sekali yang hadir di buka puasa bersama Bank Sinarmas kali ini. Inilah sarana silaturahim sekaligus kepedulian sosial kami kepada anak-anak TBM Lenrera Pustaka. Sebagai taman bacaan binaan, Bank Sinarmas senang bisa ikut berkontribusi untuk meningkatkan kegemaran membaca masyarakat di sini” ujar Epul Saepuloh dari Corporate Secretary Bank Sinarmas dalam sambutannya.

 

Atas komitmen terhadap dunia pendidikan dan gerakan literasi, Bank Sinarmas sudah 5 tahun terakhir membina TBM Lentera Pustaka melalui kemitraan CSR koprorasi. Selain optimalisasi rooftop baca, Bank Sinarmas pun memfasilitasi Tabungan SIMPEL (SIMpenan PELajar), menambah 1 unit motor baca keliling “Simobi” dan menjadi sponsor operasional sepanjang tahun 2024 ini. Hal ini sekaligus menegaskan komitmen Bank Sinarmas dalam mendukung aktivitas taman bacaan dan kegemaran membaca Masyarakat. Apalagi dari tahun ke tahun, jumlah pengguna layanan TBM Lentera Pustaka meingkat terus. Kini mencapai 200 pengguna layanan setiap minggunya, yang beroperasi 6 hari seminggu.  Melalui dukungan ke TBM Lentera Pustaka, Bank Sinarmas membuktikan sebagai salah satu bank swasta nasional yang memiliki komitmen tinggi dalam mengkampanyekan gerakan literasi dan taman bacaan ke masyarakat.

 

“Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi untuk Bank Sinarmas. Hari ini kita buka puasa bersama dan antusias anak-anak pun luar biasa. Memberi makan orang puasa berpahala sangat besar. Semoga menjadi berkah untuk kemajuan Bank Sinarmas dalam bisnisnya” kata Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka di Bogor.

 


Untuk diketahui, sejak berdiri 7 tahun lalu, TBM Lentera Pustaka kini mengelola 15 program literasi yaitu 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 130 anak pembaca aktif dari 4 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya, Sukajadi), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 40 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb),  13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling) yang sediakan akses bacaan di 3 kampung, 14) Rooftop Baca, dan 15) Berantas Buta Aksara Al Quran. Di dukung oleh 6 wali baca dan 12 relawan, TBM Lentera Pustaka kini mengoleksi lebih dari 10.000 buku bacaan.

 

Menyadari taman bacaan tidka bisa bergerak sendiri, kolaborasi TBM Lentera Pustaka dan Bank Sinarmas menjadi bukti pentingnya partisipasi swasta dalam membangun budaya literasi dan kegemaran membaca anak-anak, apalagi yang berada di wilayah prasejahtera dan masih besarnya angka putus sekolah. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka #BankSinarmas




Rabu, 27 Maret 2024

Bersikap Tenang di Taman Bacaan Sama Pentingnya Saat Disertasi S3 Telat

Mungkin hari ini, banyak orang tidak lagi mampu bersikap tenang. Gampang panik, mudah heboh, dan terlalu mengkhawatirkan apapun. Takut punya masalah, tidak berani menghadapi realitas. Jadi tidak tenang, hari-harinya penuh kecemasan. Masalah dianggap beban, bukan cara untuk memperbaiki diri atau menguatkan diri sendiri. Lupa, bahwa masalah bisa datang kapan saja dan dari mana saja. Akhirnya, pikiran kalut dan tidak tenang.

 

Ini sekadar cerita saja. Baru kemarin (27/3/2024), saya ujian proposal disertasi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak) Bogor. Realitasnya, disertasi saya sudah tertunda 4 tahun. Bila ditambah masa kuliah maka kini sudah tahun keenam belum lulus juga. Lebih dari itu, karena kuliah S3 saya dibiayai oleh Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) maka “tuntutan” untuk segera selesai jadi wajib, Sudah tanda tangan surat pernyataan, bila tidak lulus tahun 2024 ini, konsekuensinya kembalikan biaya kuliah plus bayar sendiri biaya yang sudah berjalan. Woww, bikin tidak tenang dong pastinya.

 

Bisa jadi makin tidak tenang, karena saat ujian proposal kemarin. Saya harus berhadapan dengan tim penguji “kawakan” dari Pascasarjana Unpak. Sebut saja, Prof. Dr.rer.pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc., IPU., sebagai ketua tim penguji yang menjabat Rektor Unpak saat ini sekaligus promotor saya yang guru besar Unpak jebolan Jerman. Ada pula Prof. Dr-Ing. Soewarto Hardhienata, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Unpak yang juga guru besar jebolan Jerman dan ahli satelit. Begitu pula Dr. Martinus Tukiran, M.T., yang menjadi ko-promotor (sekaligus PA saya) yang dikenal “jenius” dan sebentar lagi menyandang guru besar di Unpak. Dan terakhir Dr. Widodo Sunaryo,MBA., S.Psi, dosen senior yang mumpuni di metodologi dan manajemen pendidikan. Berhadapan dengan penguji sekaliber itu, tentu harusnya membuat saya tidak tenang. Takut, khawatir tidak bisa jawab pertanyaan dan segudang kekhawatiran lainnya.

 

Dan ternyata, setelah dijalani semuanya, tidak ada ketakutan sama sekali. Saya tetap tenang dan menjalani proses ujian sebagaimana mestinya. Jangankan urusan disertasi, urusan apapun pada manusia ternyata memang tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Sama sekali tidak perlu cemas soal apapun. Selagi mau dijalani dan ikhtiar dilakukan tidak perlu cemas. Terbukti kok, kita hanya bisa control diri kita sendiri dan sama sekali tidak bisa mengontrol apapun di luar diri kita. Alhamdulillah, saya bisa menjawab pertanyaaan tim penguji sejaligus menerima masukan untuk memperbaiki disertasi saya. Dan alhamdulillah lagi, akhirnya dapat nilai 3,8. Kecemasan hilang dan pergi, lalu berganti menjadi optimisme dan semangat juang untuk segera selesaikan disertasi tahun 2024 ini.  


Begitu juga saat berkiprah di taman bacaan. Sekalipun aktivitas taman bacaan bersifat baik dan menebar manfaat, pasti saja ada orang-orang yang tidak suka. Ada yang membenci, ada yang tidak peduli dan sebagainya. Biarkan saja, toh mereka tidak bantu apa-apa. Mereka juga tidak penting untuk taman bacaan. Jadi tenang saja, dan kerjakan terus yang baik dan bermanfaat di taman bacaa. Seperti yang dilakaukan saya di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.

 


Tenang itu penting. Modal penting itu bukan uang tapi ketenangan. Karena dengan tenang, siapapun jadi lebih terarah dan bisa menjalani proses dengan lebih baik. Maka penting, untuk tidak lagi membangun ketakutan pada diri sendiri. Untuk apa cemas dan menjadi beban? Jalani saja apapun yang baik, ikhtiar yang bagus, doa yang banyak. Setelah itu rileks saja, tenang dan tenang saja. Selebihnya serahkan kepada Allah SWT.   

 

Tenang itu bukan pasrah. Tapi tetap fokus mengerjakan dan ikhtiar. Dan jangan terlalu mengkhawatirkan yang belum terjadi. Tenang pun berarti bersikap bodo amat terhadap hal - hal yang tidak penting. Hindari sesuatu yang tidak perlu dimasalahkan. Acuhkan omongan orang-orang yang tidak ada manfaatnya. Jauhi pergaulan yang membuang waktu sia-sia. Kerjakan apapun yang baik dan bermanfaat untuk orang lain. Maka situlah  hidup kita jadi  lebih tenang. Jauh dari hiruk pikuk yang tidak penting, jauh dari apapun yang dianggap heboh padahal biasa-biasa saja. Tenang saja ya.

 

Tenang saja, karena di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Setelah gelapnya malam pasti akan terbit pagi yang terang. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Terkadang, masa-masa sulit itu diperlukan untuk menjadi kita lebih kuat. Agar tidak dianggap lemah atau lemah benaran. Maka untuk lebih tenang, benahi pikiran dan persepsi kita sendiri. Sambil ikhtiar baik tetap dijalankan. Karena rumusnya, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Man jadda wa jadda!

 

Cukup bersikap tenang dalam kondisi apapun. Karena kita punya kelebihan yang luar biasa. Yaitu mampu memulai dan mampu pula mengakhiri. If you can dream it, you can do it. 'Cause, nothing is impossible with Allah. Yes, you can. Yakin saja pada diri sendiri, jangan percaya pada orang lain. Percaya dengan kemampuan diri sendiri, karena orang lain sama sekali tidak bisa bantu saat kita tidak mampu.

 

Tenang saja. Dan jangan lupa, sertakan Allah di setiap langkah kita. Tenanglah karena kita punya Allah! Katakan, "kita punya Allah, insya Allah kita bisa!". Salam literasi #NgabubuRead #UjianDisertasi #TBMLenteraPustaka

Evaluasi Efektivitas Tata Kelola, Mahasiswa S3 MP Unpak Teliti Disertasi tentang Taman Bacaan

Berbekal belum ditemukannya penelitian yang fokus membahas efektivitas tata kelola taman bacaan berbasis model CIPP sebagai cara meningkatkan program dan aktivitas membaca di masyarakat, Syarifudin Yunus, mahasiswa Program Studi Doktor (S3) Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak) meneliti “Peningkatan Efeketivitas Tata Kelola Taman Bacaan Berbasis Model CIPP Pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kabupaten Bogor”. Di hadapan penguji yang terdiri dari 1) Prof. Dr.rer.pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc., IPU. (Ketua Penguji dan Promotor), 2) Dr. Martinus Tukiran, M.T. (Ko-promotor), 3) Prof. Dr-Ing. Soewarto Hardhienata, dan 4) Dr. Widodo Sunaryo,MBA., S.Psi, Syarifudin Yunus yang berprofesi sebagai dosen PBSI FBS Universitas Indraprasta PGRI sekaligus pendiri TBM Lentera Pustaka menyajikan paparan proposal dan instrumen penelitian hari ini (27/3/2024).

 

Setelah menekuni dunia literasi dan taman bacaan 7 tahun terakhir dan pengalaman konkretnya di lapangan, penelitian disertasi tentang peningkatan tata kelola taman bacaan sangat diperlukan. Sebagai organisasi pendidikan yang bersifat swadaya, taman bacaan membutuhkan tata kelola yang optimal, baik secara organisasi, program maupun operasional. Agar taman bacaan mampu berkiprah optimal dalam membangun budaya membaca, di samping tidak terkesan “mati suri”. Apalagi data UNESCO menyebut minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, cuma 1 dari 1,000 orang Indonesia yang rajin membaca.

 

Dalam paparannya, Syarifudin Yunus menegaskan taman bacaan di Indonesia harusnya dapat berkembang lebih optimal. Karena mandat dari regulasi yang tertuang pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa pendidikan yang diakui di Indonesia adalah formal, nonformal, dan informal, termasuk di dalamnya taman bacaan sebagai bagian pendidikan nonfromal. Bahkan pada UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan terkait Pembudayaan Kegemaran Membaca pasal 49 disebutkan “pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mendorong tumbuhnya taman bacaan masyarakat dan rumah baca untuk menunjang pembudayaan kegemaran membaca”. Untuk itu, pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan mendorong pembudayaan kegemaran membaca dengan menyediakan bahan bacaan bermutu, murah, dan terjangkau serta menyediakan sarana dan prasarana perpustakaan yang mudah diakses (Pasal 50).

 

Lebih spesifik lagi di Jawa Barat dan Kabupaten Bogor, aturan tentang taman bacaan dan aktivitas literasi telah diatur pada Perdan Provinsi Jawa Barat No. 12/2021 tentang penyelenggaraan Perpustakaan pasal Pasal 43 yang menegaskan “Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Perpustakaan dapat dilaksanakan pada: 1) pembentukan taman bacaan masyarakat; b) penyediaan koleksi bahan Perpustakaan; c) pemberian informasi bahan Perpustakaan, naskah kuno, literatur budaya etnis nusantara; dan d) penyediaan sarana dan prasarana Perpustakaan. Untuk itu,

 

Perbup Bogor No. 45 Tahun 2022 tentang GERAKAN LITERASI DAERAH Pasal 18 “Pemerintah Desa wajib membina dan mengembangkan taman bacaan masyarakat di lingkungannya». Dinas Pendidikan dan pemerintah Desa ada kewajiban memfasilitasi gerakan literasi, termasuk pembiayaan gerakan literasi daerah yang bersumber dari: a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan b) sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat (pasal 20).

 


Tapi masalahnya, taman bacaan sebagai organisasi pendidikan di Indonesia dan sesuai amanah regulasi seakan tidak diperhatikan bila tidak mau disebut terpinggirkan. Tidak sedikit taman bacaan yang mengalami masalah program, operasional, dan biaya. Selain kurangnya dukungan pemerintah daerah dan publik, taman bacaan terkesan lemah secara tata kelola dan manajemen pendidikan. Untuk itu, sangat dibutuhkan model tata kelola taman bacaan yang efektif. Dalam hal ini, Syarifudin Yunus mengajukan “TBM Edutainment”, sebagai solusi untuk meningkatkan tata kelola taman bacaan berbasis edukasi dan hiburan sebagaimana sudah dijalankan di TBM Lentera Pustaka yang didirikannya. Harus ada solusi tata kelola taman bacaan agar gerakan literasi dan peran serta taman bacaan dalam meningkatka budaya membaca masyarakat dapat diwujudkan.

 

Melalui rumusan maslaah, “Bagaimanakah efektivitas tata kelola taman bacaan berbasis model CIPP pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kabupaten Bogor?”, Syarifudin Yunus melalui disertasinya melakukan evaluasi program berbasis CIPP (Context, Input, Process, Product) untuk merekomendasikan manajemen pendidikan berbentuk tata kelola taman bacaan dalam meningkatkan kemampuan literasi dan budaya membaca di Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Bogor.

 

Beberapa kebaruan penelitian disertasi ini antara lain: 1) ditemukannya teori tata kelola taman bacaan sebagai layanan dasar pendidikan nonformal dan pembudayaan kegemaran membaca (teoretik), 2) diperoleh pedoman praktis tata kelola taman bacaan berupa TBM Edutainment (praktis), 3) ditemukannya “business model” tata kelola taman bacaan sebagai penguatan pendidikan nonformal (model), dan 4) diperoleh kebaruan lokasi penerapan tata kelola taman bacaan, khususnya di Kab. Bogor (lokasi).

 

Tata kelola merupakan suatu sistem atau cara maupun proses yang mengatur dan mengendalikan hubungan antara pihak manajemen (pengelola) dengan seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap organisasi pendidikan. Meningkatkan tata kelola berarti menempuh serangkaian proses untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan suatu organisasi pendidikan. Tata kelola merupakan suatu sistem dalam mengelola program yang signifikan guna memenuhi tujuan organisasi dalam jangka panjang (Effendi, 2009). Sedangkan taman bacaan merupakan sarana pendidikan nonformal yang dikelola secara swadaya masyarakat yang menyediakan layanan pendidikan nonformal di bidang bahan bacaan berupa: buku-buku yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator (Kemendikbud, 2013). Maka untuk evaluasi program dapat dilakukan melalui CIPP sebagai proses evaluasi yang terdiri dari Context, Input, Process, and Product yang memandang program yang dievaluasi sebagai suatu sistem sebagai dasar pengambilan keputusan. Model evaluasi CIPP menggunakan kata context, input, process, product sebagai sasaran evaluasi model ini memandang bahwa program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. CIPP menggunakan pendekatan yang berorientasi pada manajemen (management oriented evaluation approach) yang berpijak pada tujuan terpenting evaluasi program bukanlah membuktikan (to prove), melainkan meningkatkan (to improve) (Arikunto, 2004).

 

Penelitian evaluasi dengan metode kualitatif ini menggunakan instrumen penelitian meliputi 1) wawancara, 2) studi dokumentasi, dan 3) observasi, penelitian ini melibatkan pemerintah yang diwakili Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Bogor (1 orang), pakar Literasi, Forum TBM Kab, Bogor, Kepala Desa, Pengelola Taman Bacaan Masyarakat  di Kab. Bogor (10 pengelola), dan pengguna layanan Taman Bacaan. Sehingga nantinya, dapat diketahui efektivitas tata kelola taman bacaan dan rekomendasi peningkatan yang dilakukan ke depan. Tujuannya, untuk meningkatkan peran taman bacaan dalam mewujudkan masyarakat indonesia yang literat, di samping mampu menggiatkan kegemaran membaca.

 

Berbagai masukan dan saran tim penguji menjadi “catatan khusus” peneliti untuk mengoptimalkan hasil penelitian disertasi yang bertumpu pada taman bacaan masyarakat ini. Dalam kesempatan ini, tim penguji memberikan nilai 3,8 kepada peneliti. Untuk memperkuat disertasi ini pula, studi pendahuluan dan pengalaman konkret peneliti dalam mengelola Taman Bacaan Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor dalam 7 tahun belakangan pun sudah dituangkan ke buku “Membangun Budaya Literasi dan Taman Bacaan berbasis Edukasi dan Hiburan – TBM Edutainment” yang diluncurkan pada November 2022, dengan ISBN: 978-623-99780-5-1 dan penerbit Endnote Press. Tersaji fakta dan data dalam buku tersebut, antara lain: hanya 20% ruang baca TBM yang memadai, sekitar 60% koleksi buku TBM tidak memadai, dan 57% TBM tidak punya legalitas. Maka dibutuhkan model tata kelola taman bacaan yang efektif, salah satunya melalui TBM Edutainment sebagai solusi tata kelola taman bacaan. Salam literasi #DisertasiTamanBacaan #TBMLenteraPustaka #PenelitianTamanBacaan