Jumat, 29 April 2022

Literasi Mudik, Agar Tidak Lupa Jalan Pulang

Bisa mudik lagi tahun ini, setelah 2 tahun dilarang mudik akibat pandemi Covid-19. Bila terjadi macet di mana-mana, terpaksa dilakukan rekayasa lalu lintas. Itu semua hanya konsekuensi dari euforia mudik yang telah lama dinantikan. Jadi, tidak usah marah-marah di jalan. Nikmati saja perjalanannya dan syukuri atas anugerah-Nya. Karena akhirnya bisa mudik lagi.

 

Mudik itu memberi energi tersendiri. Bukan soal orang kampung atau orang kota. Tapi mudik adalah sikap tentang cara menghargai kampung halaman, cara menghormati tanah kelahiran dan bumi pijakan para leluhur. Tidak peduli macet, tidak peduli panas terik matahari. Demi menjenguk rindu akan kampung halaman dan segala kenangan yang ada di dalamnya.

 

Mudik berarti pulang kampung. Tradisi leluhur bangsa Indonesia. Kebiasaan yang sama sekali tidak terpengaruh oleh kemajuan teknologi. Mau secanggih apapun otak manusia, sehebat apapun teknologi. Mudik tetap jadi pilihan banyak orang. Ibaratnya, mudik adalah simbol “lonceng disuruh pulang”. Sebuah panggilan psikologis untuk pulang. Karena dengan mudik, siapa pun dapat “menemukan” kembali jati dirinya, seperti aslinya.

 

Literasi mudik sulit dibantah. Karena mudik adalah sebuah panggilan batin. Untuk mengingatkan manusia tentang “dari mana ia berasal dan mau ke mana ia menuju …”. Mudik hanya simbol. Bahwa setiap manusia pasti akan pulang. Pulang ke kampung halaman, pulang ke orang tua. Dan pada akhirnya akan pulang ke haribaan sang pencipta. Karena ke mana pun manusia pergi dan berjalan, akhirnya akan “pulang” juga.

 

Mudik adalah ritual sederhana. Untuk mengenali siapa sebenarnya manusia, di samping jadi momen untuk mencapai kesucian lahir dan batin. Sebuah proses tazkiyatun nafs, membersihkan jiwa yang pernah dikotori oleh diri sendiri. Di kampung halaman, pemudik siap melapangkan hati untuk menemui orang tua dan sanak saudara. Lalu berani meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain.

 


Maka mudik seharusnya bukan hanya seremoni. Tapi harus dilihat dari esensi. Sebagai cara untuk mereposisi hakikat hidup dan kehidupan manusia. Mudik untuk kembali pada empat filsafat hidup manusia, yaitu:

1.      Lebaran, sebagai tanda tuntasnya  kewajiban berpuasa, zakat fitrah, dan ibadah sunah lainnya. Tanda kemenangan orang-orang yang berpuasa.

2.      Luberan sebagai tanda melimpahnya rezeki dan karunia Allah SWT untuk berani berbagi dan sedekah kepada kaum yang membutuhkan.

3.      Leburan sebagai tanda melebur dosa dan kesalahan yang pernah diperbuat sebelumnya. Berani dan bersedia meminta maaf dan memaafkan agar terlebur dalam kesucian lahir dan batin.

4.      Laburan sebagai tanda “kembali fitrah”, suci kembali. Dan senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin di usia tersisa, di samping hijrah pada kebaikan.

 

Mudik, tentu bukan hilir-mudik. Bukan pula ajang memamerkan kekayaan atau status sosial. Tapi mudik jadi momen membangun kesadaran diri. Bahwa manusia itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Mudik sebagai proses untuk mengingatkan kembali. Akan arti penting hidup yang sederhana, ikhlas, dan sabar. Bahwa manusia itu berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepada Allah.

 

Kenapa mudik? Karena hari ini makin banyak manusia yang lupa “jalan untuk pulang”. Akibat terlalu cinta pada dunia, pada pangkat pada jabatan. Salam literasi #LiterasiMudik #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Kamis, 28 April 2022

Hariyanto Arbi Mantan Juara Dunia Sumbang Raket ke Taman Bacaan Lentera Pustaka

Siapa yang menyangka, siang ini Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka mendapat kabar gembira. Bahwa Mas Hariyanto Arbi, mantan juara dunia bulutangkis tahun 995) akan menyumbang seperangkat raket. Agar dapat dijadikan permainan sekaligus membangun hobi bulutangkis bagi anak-anak taman bacaan. Apalagi sumbangan raket-nya dari “punggawa bulutangkis Indonesia” di era 1990-an yang dijuluki pebulutangkis "Smash 100 Watt". Kabar ini datang dari Yeni, alumni SMAN 30 Jakarta yang sekaligus sahabat Pendiri TBM Lentera Pustaka.

 

Menurut Wikipedia, Mas Hariyanto Arbi punya segudang prestasi. Selain jadi juara All England 2 kali, juga berhasil menjadi juara di Hongkong Terbuka, Jepang Terbuka, Taipei Master, ASEAN Games tahun 1994. Bahkan yang paling saya ingat, beliauberhasil mengalahkan Rashid Sidek (Malaysia) di Piala Thomas 1994 dan Indonesia pun juara.

 

Pada intinya, bagi taman bacaan, mendapat kabar mau disumbangkan raket oleh Mas Hariyanto Arbi patut disyukuri. Tentu bukan dilihat dari nilainya. Tapi kepedulian seorang mantan juara dunia bulutangkis terhadap taman bacaan. Sebuah perhatian dan kepedulian yang luar biasa telah disajikan Mas Hariyanto Arbi. Agar taman bacaan tidak lagi jadi “jalan sunyi” Pendidikan di Indonesia. Apalagi anak-anak zaman now nyaris tergersu oleh gempuran era digital. Tentu, ini jadi bukti dukungan Mas Hariyanto Arbi bagi anak-anak Indonesia yang mau dan rajin membaca buku di taman bacaan.

 


Sungguh tidak ada yang menduga. Bila suatu saat nanti, berkat kepedulian Mas Hariyanto Arbi, nantinya ada anak-anak taman bacaan yang berprestasi di bidang bulutangkis. Atau setidaknya tetap rajin membaca buku sambil melanjutkan sekolah setinggi-tingginya. Karena sejatinya, Ketika ada yang peduli terhadap anak-anak taman bacaan. Mak di situ, mereka sedang menemukan cara untuk menatap masa depan dengan optimis.

Khusus di taman bacaan, terkadang hanya dibutuhkan satu tindakan kebaikan dan kepedulian untuk mengubah anak-anak Indonesia menjadi dekat dengan buku bacaan. Sekaligus untik membimbing masa depan mereka. Agar menjadi lebih baik, lebih berkualitas.

 

Harapannya, Semoga saja Mas Hariyanto Arbi bisa datang dan berkunjung ke TBM Lentera Pustaka. Selain untuk menyerahkan sumbangan raket, beliau juga bisa memotivasi dan berdialog dengan anak-anak TBM Lentera Pustaka yang sejatinya terancam putus sekolah.

 

Sebut saja, raket juara dunia untuk anak-anak taman bacaan. Terima kasih Mas Hariyanto Arbi. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

  


Orang-orang Beracun di Taman Bacaan?

Toxic people itu istilah untuk “orang beracun”. Mereka yang gemar berpikir negatif, pesimis, dan suka mempermasalahkan tanpa memberi solusi. Bahkan toxic people itu tidak jarang membuat siapa pun berhenti berbuat baik. Toxic pople, kini ada di mana-mana apalagi di media sosial. Orang-orang beracun melimpah ruah. Maka, orang-orang beracun wajib dihindari di mana pun. Agar tidak terkena dampak negatif darinya.

 

Toxic people itu selalu mencari cara agar pikiran dan keinginannya kesampaian. Berjuang keras agar pikiran negatif-nya dan tindakan-tindakannya bisa diterima orang lain. Orang-orang beracun hanya mau senangnya saja, merasa dirinya paling benar, suka mengontrol dan memanipulasi orang lain, gemar meremehkan siapa pun, doyan menghasut, dan masih banyak lagi. Di dunia maya, toxic people bertebaran. Tapi kini, toxic people pun menyebar di dunia nyata. Sepertinya baik omongannya tapi sikap dan perilakunya membayahakan.

 

Di taman bacaan pun banyak toxic people. Orang-orang beracun yang “memusuhi” aktivitas literasi. Seperti yang dialami TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Toxic people selalu saja ada. Kerjanya mengganggu, memusuhi atau membenci tiada henti. Mulai dari melarang anaknya membaca buku, bergosip dan gibah tentang taman bacaan. Bahkan tidak sedikit yang bersikap apatis. Siapa pun pegiat literasi di taman bacaan, pasti menghadapi toxic people dengan cara dan motif yang berbeda-beda.

 

Lalu, bagaimana bila taman bacaan dan pegiat literasi berhadapan dengan toxic people atau orang-orang beracun? Nah ini penting agar terhindar pengaruh negatif dari toxic people. Paling tidak, ada 5 (lima) cara menghindari toxic people di taman bacaan, yaitu:

1.      Pergi dan menjauh saat toxic people membahas topik negative.

2.      Berhentilah diskusi atau membangun percakapan dengan toxic people.

3.      Abaikan apa pun yang diperbuat toxic people.

4.      Berani katakan 'tidak' pada toxic people.

5.      Jangan membiarkan toxic people memengaruhi pikiran dan emosional.

Memang tidak mudah menghadapi toxic people atau orang beracun. Apalagi bila toxic people-nya teman dekat. Tapi berjuang keraslah untuk menghindari toxic people, jangan melawannya karena tidak berguna juga. Tetaplah fokus pada tujuan taman bacaan. Ketahuilah, pegiat literasi itu berjuang untuk meraih apa yang diupayakan dan bukan apa yang diinginkan.

 


Tips hindari toxic people di taman bacaan pun akhirnya membuahkan hasil. TBM Lentera Pustaka yang saat didirikan hanya punya 14 anak, kini sudah mencapai 140 anak-anak pembaca aktif yang berasal dari 3 desa (Sukaluyu-Tamansari-Sukajaya). Koleksi bukunya pun yang tadinya hanya 600 saja, kini lebih dari 10.000 buku, yang 95%-nya berasal dari donasi orang-orang baik. Lebih dari itu, TBM Lentera Pustaka pun tersu berkolaborasi dengan pihak swasta melalui sponsor CSR. Pada tahun 2022 ini, TBM Lentera Pustaka disponsori CSR dari 1) PertaLife Insurance, 2) Bank Sinarmas, 3) Pacific Life Insurance, dan 4) Asosiasi DPLK. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.

 

Sikap menghindari toxic people pun pada akhirnya membawa TBM Lentera Pustaka pada catatan prestasi yang luar biasa. Tahun 2021 lalu, TBM Lentera Pustaka berhasil menorehkan prestasi yang spektakuler seperti: 1) Terpilih “Jagoan 2021” dari RTV (tayang 29 Des 2021), 2) Terpilih program “Kampung Literasi 2021” dari Dit. PMPK Kemdikbud RI (14 Nov 2021), 3) Sosok Inspiratif Spiritual Journey dari PLN (Okt 2021), 4) Terpilih “31 Wonderful People 2021” dari Guardian Indonesia (24 Sept 2021), dan Terpilih “Ramadhan Heroes” dari Tonight Show NET TV (6 Mei 2021).

 

Ketahuilah, spirit taman bacaan adalah "khairunnaas anfauhum linnaass". Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Karena itu, taman bacaan harus tetap fokus pada tujuan dan berani menghindari toxic people. Sekalipun taman bacaan isinya perbuatan baik namun orangf-orang beracun yang mengggangu tetap saja ada. Tidak mungkin taman bacaan selalu disukai, pasti ada toxic people.  

 

Maka intinya, taman bacaan harus berani menghapus orang-orang negative di sekitarnya. Menjauh dari toxic people, menghindar dari orang-orang beracun. Berpikir dan bertindaklah menurut diri sendiri. Tanpa menggubris pikiran orang lain apalgi toxic people. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Filosofi Jalan Tengah di Taman Bacaan

Kata banyak orang, lebih baik ambil posisi di tengah-tengah. Dalam urusan apa pun, sebaiknya di tengah. Tidak kiri, bukan pula kanan. Berkawan pun cukup di tengah-tengah. Tidak usah terlalu dekat, tidak pula terlalu jauh. Selain bersikap netral, tengah pun mampu menjadikan siapa pun lebih objektif. Lebih realistis dalam melihat apa pun.

 

Kenapa tengah? Karena zaman now, banyak hal yang sudah kebablasan.

Urusan politik kebablasan, urusan kerjaan pun kelewat batas. Contoh kecil Bupati Bogor yang kena OTT KPK. Kok bisa? Kakaknya Rahmat Yasin korupsi dan ditahan. Kini adiknya pun tidak mau kalah, baklan mendekam pula di penjara. Akibat kebablasan pada kekuasaan dan lupa untuk jadi orang di tengah-tengah (baca: hati-hati).

 

Orang-orang zaman now kebablasan. Membenci negara dan pemimpin kok terus-menerus. Sehari-hari hanya ngomongin orang atau segala keburukan. Tapi mengaku ber-akhlak baik. Kerjanya gosip atau kepo sama urusan orang lain. Lupa tanya kepada diri sendiri, memangnya saya siapa? Merasa diri sudah jadi orang baik. Lupa bahwa Allah SWT yang telah menutupi aibnya.

 

Banyak orang terlalu condong ke kiri, condong ke kanan. Jilat sana jilat sini. Hujat sana hujat sini. Apa pun yang tidak sesuai dengan harapannya, pasti dibenci. Bila perlu disebarluaskan, agar orang lain terpengaruh. Itulah orang-orang yang lupa untuk berada di tengah. Gagal bersikap untuk berdiri di tengah-tengah (hati-hati). Agar lebih objektif dan realistis dalam melihat persoalan apa pun.

 


Manusia zaman now lupa. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang hidupnya senang terus. Dan tidak ada pula yang sedih melulu. Cinta dan benci itu silih berganti. Suka dan duka pun sering berganti musim. Karena semua sudah ada dalam kehendak-Nya. Jadi rileks saja dan tetaplah berdiri di tengah. Tidak usah merasa paling nestapa. Atau merasa terlalu bahagia. Cukup, di tengah-tengah. Karena apa pun yang di tengah, biasanya nikmat dan indah pada waktunya.

 

Cukup di tengah-tengah.  Bila tidak suka ya tidak perlu benci melulu, Jika tidak mampu baik ya jangan jahat. Bila tidak mampu cinta ya kenapa harus benci. Bahkan jika suka pun tidak usah terlalu gembira. Suka duka itu hal yang lazim, kalah menang itu biasa. Maka cukup di tengah-tengah saja. Karena di tengah itu paling pas untuk siapa pun.

 

Di tengah-tengah itu indah. Agar hidup lebih seimbang. Seimbang antara keinginan dan kenyataan. Seimbang pikiran dan perilaku. Seimbang ego vs logika, seimbang kemauan vs tuntunan. Jalan di tengah, agar seimbang. Tidak usah terburu-buru. Tapi juga jangan terlalu pelan. Tetaplah di tengah agar objektif. Seperti suara hati pun tengah. Terdengar lirih tapi jelas.

 

Seperti pegiat literasi di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Selalu menjaga posisi di tengah. Bicara yang benar sekalipun pahit. Tapi berani meminta maaf bila salah. Taman bacaan pun tidak usah terlalu merasa sepi bila anak-anak pembacanya sedikit. Dan tidak perlu bangga atau jumawa bila anak-anak pembacanya ramai. Taman bacaan pun punya hukum pasang-surut. Itu semua lazim terjadi. Asal tetap komitmen dan konsisten berada di taman bacaan. Apa pun kondisinya, seberapa pun besar tantangannya.

 

Bila hari ini, ada orang yang terlalu bersemangat membenci. Terlalu bergairah menghujat orang lain. Terlalu kencang ingin tahu urusan orang lain. Semua itu terjadi karena mereka "sudah jauh" dari jalan tengah. Terlalu berlebihan. Terlalu benci, bahkan terlalu kebablasan. Hingga tergelincir ke jalan setan, tanpa disadarinya. Jalan yang menurut pikirannya benar padahal salah. Lupa ya bila orang lain dianggap salah, apa kamu pasti benar?

 

Cukup di tengah-tengah. Agar tetap hati-hati. Tetap eling lan waspada. Agar tidak terjebak ke dalam pusaran kegelapan, kejelekan berbalut "semangat kebaikan". Benci itu boleh bahkan cinta pun boleh. Tapi jangan sampai pikiran picik dan kejahatan omongan "dianggap" sebagai kewajaran. Jalan tengah itu kompromi. Bila lebih banyak maslahat-nya silakan kerjakan, Tapi bila lebih banyak mudharat-nya sekalipun baik ya cukup diam.

 

Khairul umuri awsathuha, begitu kata Nabi Muhammad SAW. Sebaik-baik urusan adalah yang tengah-tengah. Cobalah untuk direnungi, dijalani. Agar mampu memilih dan bersikap di tengah-tengah. Berdiri di tengah agar tetap objektif, lebih seimbang.  Bukankah setiap KEMAUAN pasti ada TUNTUNAN-nya? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Rabu, 27 April 2022

Bank Sinarmas Gelar Buka Puasa Bersama di TBM Lentera Pustaka Bogor

Sebagai bentuk kepedulian sosial, Bank Sinarmas menggelar buka puasa bersama anak-anak Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor (27/4/2022). Dihadiri 80 anak pembaca aktif dan warga belajar buta aksara, buka puasa ini sekaligus menjadi ajang silaturahim ke taman bacaan binaan Bank Sinarmas.

 

“Buka puasa bersama Bank Sinarmas di TBM Lentera Pustaka ini kami gelar sebagai bagian berbagi kegembiraan anak-anak yang berpuasa, di samping memotivasi anak-anak yang tetap membaca buku di Ramadhan 1443 H. Hal ini jadi bukti kepedulian Bank Sinarmas kepada masyarakat untuk memperkuat gerakan literasi” ujar Retno Tri Wulandari, Head of Corporate Secretary Bank Sinramas didampingi Epul Saepulloh dan Carlos Lie dari tim Corporate Secretary di sela acara.

 

Bertajuk “Jalani - nikmati - syukuri bersama di TBM”, tausiyah literasi dalam acara buka puasa bersama disampaikan oleh Farid Nabil Elsyarif, mahasiswa semester 6 Prodi Statistika (Aktuaria) FMIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang sekaligus putra ke-2 Pendiri TBM Lentera Pustaka, Syarifudin Yunus. Dalam tausiyahnya, Farid berbagi pengalaman sekolah asrama di SMAN Cahaya Madani Banten Boarding School (CMBBS) Pandeglang dan suka duka berpuasa mahasiswa di kost di UB Malang. Ikut hadir di acara ini 5 wali baca, 6 relawan, dan Farah Gammathirsty Elsyarif, putri ke-3 Pendiri TBM Lentera Pustaka.

 


Setelah tadarusan dan doa bersama, anak-anak dan warga belajar TBM Lentera Pustaka pun menikmati takjil dan nasi boks buka puasa secara bersama-sama sambil ramah tamah. Tradisi lesehan dan keakraban pun selalu dilatih selama bulan puasa di TBM Lentera Pustaka. Selain membaca buku, anak-anak TBM Lentera Pustaka pun dilatih untuk tadarusan selama sebulan penuh di taman bacaan melalui program “Ngabubu-Read Ramadhan Ceria” tahun 2022 ini. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan keimanan sekaligus memperkokoh akhlak anak-anak di era digital.

 

Melalui kegiatan buka puasa bersama ini, Bank Sinarmas sebagai salah satu bank swasta nasional menegaskan komitmennya untuk mendukung aktivitas taman bacaan dan gerakan literasi, di samping aktif melalukan edukasi literasi finansial khususnya terkait cara bijak memperlakukan uang dan  pentingnya menabung bagi anak-anak usia sekolah. Bank Sinarmas pun aktif melakukan kegiatan sosial CSR di TBM Lentera Pustaka yang dikenal taman bacaan paling komprehensif di Indonesia. Salam literasi #BankSinarmas #NgabubuRead #TBMLenteraPustaka



Selasa, 26 April 2022

Taman Bacaan Bersahabat dengan Alam, Agar Berani Bersyukur

Sibuk sering dicari orang. Saking sibuknya mereka lupa bahwa hidup pun berbatas waktu. Maka jangan terlalu sibuk, apalagi dengan urusan dunia. Hingga lupa untuk apa kita diciptakan?

 

Berbagi waktulah dengan alam. Walau hanya mengucap syukur atas keindahan dan kebesaran-Nya. Karena saat bersama alam, kita jadi tahu. Siapa sebenarnya kita ini? Dari mana kita berasal dan mau ke mana kita pergi?

 

Jangan terlalu sibuk. Tetaplah bersahabat dengan alam. Karena saat memberikan yang terbaik kepada alam. Maka alam pun akan memberikan yang terbaik untuk kita. Masih belum percaya?

 


Bersahabat dengan alam itu pula yang jadi salah satu ajaran di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Karena alam adalah segalanya untuk umat manusia. Selain menyediakan buku-buku bacaan tentang alam, TBM Lentera Pustaka pun selalu mendekatkan anak-anak pembaca dengan alam, seperti laboratorium baca di kebun, membaca di sungai, dan yang terakhir di Rooftop baca dengan view Gunung Salak. Untuk apa? Agar anak-anak mau dan terbiasa mensyukuri segala karunia dan anugerah Allah SWT yang disajikan melalui alam. 

 

Taman bacaan di mana pun, hadir sudah Sesuai kehendak alam. Untuk berbakti dan menjalankan apa yang diperintah alam. Seperti di bulan puasa kali ini, TBM Lentera Pustaka pun menggelar “Ngabubu-Read” di taman bacaan. Untuk tadarusan dan khataman Al Quran seminggu sekali, buka puasa Bersama relawan, di samping memberikan santunan kepada 40 anak-anak yatim binaan, jompo binaan, warga belajar buta aksara dan kaum dhuafa di sekitar TBM Lentera Pustaka. Saat bersahabat dengan alam pun, taman bacaan kian paham. Bahwa sedikit tindakan itu lebih berbilai daripada banyak khutbah.

 

Di TBM Lentera Pustaka, pada akhirnya anak-anak pembaca pun dilatih untuk memuaskan alam dengan kesederhanaan dan kelembutan dalam pikiran, sikap, dan perbuatan yang baik. Seperti yang tertuang dalam teks sebuah buku. Di mana pun dan hingga kapan pun... Salam literasi #TafakurAlam #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Senin, 25 April 2022

Taman Bacaan Dilarang Mager, Harus Kreatif

Kebiasaan mager alias malas gerak sangat berbahaya. Karena mager bikin apa pun jadi minim aktivitas. Mager justru memupuk perilaku tidak produktif. Main gawai setiap waktu, menonton TV dan ngobrol ngalur-ngidul itu contoh dari kebiasaan orang yang mager.

 

Penyakit mager bisa merasuki siapa saja, tanpa terkecuali. Apalagi pegiat literasi di taman bacaan. Bahaya banget bila terinfeksi mager. Akibat mager, taman bacaan bisa tidak diurus, sepi pembaca, buku mini, bahkan aktivitas pun sepi. Sebagai kegiatan sosial, sudah sepatutnya pegiat literasi dilarang mager. Karena mager, bisa jadi taman bacaan seakan mati suri. Seakan ada tapi tiada. Hingga akhirnya lingkungan sekitar pun tidak peduli.   

Lalu apa yang bisa dikerjakan pegiat literasi agar tidak mager?

Tentu banyak yang bisa dilakukan, Paling minim, pegiat literasi harus mempublikasikan aktivitasnya di taman bacaan. 1 hari 1 kegiatan harusnya bisa dilakukan di taman bacaan. Apa pun yang bisa dikerjakan di taman bacaan. Mulai dari menata buku, klasifikasi buku, menemani anak-anak yang membaca, hingga bikin kesibukan untuk mempercantik taman bacaannnya. Intinya, hindari mager.

 


Nah cara untuk menghindari mager di taman bacaan, mungkin pegiat literasi dapat mengecek kembali 7 tips berikut ini:

1.      Kaji ulang fokus dan tujuan taman bacaan. Pasang di dinding taman bacaan agar mudah dibaca sambil membuat komitmen untuk bisa mencapai tujuan.

2.      Bikin strategi untuk memajukan taman bacaan. Caranya bisa dengan membuat visi dan misi yang ingin cipcai. Lalu tuangkan ke dalam program kerja yang akan dieksekusi.

3.      Kerjakan apa pun yang dapat dilakukan di taman bacaan. Mulai dari yang sederhana seperti mempercantik area baca, mengecat rak buku, atau menata koleksi buku-buku di rak.

4.      Jangan pernah tunda apa pun di taman bacaan. Bila perlu buat deadline atau batas waktu pekerjaan yang harus dirampungkan di taman bacaan, apa pun itu.

5.      Singkirkan hambatan dan gangguan di taman bacaan. Taman bacaan harus terus bergerak dan menujukkan eksistensinya melalui kegiatan-kegiatan yang dijadwalkan. Jangan beri atensi pada gangguan tapi tentukan skala prioritas yang harus dicapai taman bacaan.

6.      Bertindak realistis, jangan terbuai dengan rencana dan mimpi-mimpi. Hadapi dan lakukan yang harus dikerjakan di taman bacaan. Jangan terlalu banyak rencana atau diskusi. Karena taman bacaan hanya akan hidup dengan perbuatan, bukan pemikiran.

7.      Jaga konsistensi atau sikap istiqomah di taman bacaan. Sedikit demi sedikit pekerjaan di taman bacaan asal dilakukan dengan konsisten, insya Allah akan membuahkan hasil. Jangan berdiam diri di taman bacaan bila tidak ingin mager atau mati suriu.

Maka dilarang mager di taman bacaan. Pegiat literasi harus kreatif dan terus mencari apa pun yang harus dikerjakan. Karena sekali mager, maka taman bacaan bukan lagi mati suri tapi bisa mati beneran. Sekalipun taman bacaan bersifat sosial, harus ad acara untuk terus memompa semangat dan energi untuk menghidupkan taman bacaan dari waktu ke waktu.

 
Dan yang penting, pegiat literasi di taman bacaan harus bertindak apa adanya. Tetap menjaga objektivitas dan realistis saja, Jangan terlalu berlebihan dalam bikin rencana. Tetap menginjak di bumi. Agar taman bacaan di mana pun tetap eksis di tengah gempuran era digital. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Minggu, 24 April 2022

Apa dan Bagaimana TBM Lentera Pustaka?

Sejak hadir di blantika taman bacaan dan dunia literasi pada tahun 2017 lalu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor tidak sedikit orang yang mencemooh. Ada yang berpikir, untuk apa sih rumah dijadikan taman bacaan? Ada pula yang bilang, kita lihat saja berapa lama taman bacaan itu bertahan. Bahkan tidak sedikit masyarakat sekitar yang memusuhi dengan barbagai alasan. Sampai kini orang-orangnya pun masih ada di dekat TBM Lentera Pustaka.

 

Sekarang pun, TBM Lentera Pustaka bolehlah dibilang TBM “kemarin sore” karena usianya baru 5 tahun. Apalagi di mata TBM yang usianya di atas 10 tahunan. Belum ada apa-apanya lah? Sekalipun sama sekali tidak ada ukuran, taman bacan harus dilihat dari usianya. Karena tidak sedikit kok TBM yang lama tapi akhirnya mati alias lenyap. Ada juga TBM yang usinya lama tapi aktivitas literasi-nya ya begitu-begitu saja. Maju nggak, mundur pun nggak. Artinya apa? Di dunia taman bacaan, sama sekali tidak ada ukuran pasti alias benchmark tentang taman bacaan yang bagus berdasarkan usianya. Tapi Sesuai pengalaman TBM Lentera Pustaka, ukuran taman bacaan bagus atau tidak itu terletak pada 1) keaktifan kegiatan baca atau event yang digelar di taman bacaan, 2) komitmen dan konsisten yang terjaga di taman bacaan, 3) kemajuan program literasi atau data otentik taman bacaan, seperti jumlah anak, jumlah koleksi buku, dan bangunan taman bacaan itu sendiri. Jadi siapa pun yang tahu dan pernah kenal taman bacaan, silakan dicek saja. Seperti apa aktivitas taman bacaannya, jumlah anak-anak yang membaca dan berapa koleksi buku, terus bangunan taman bacaannya seperti apa? Semua itu ukuran objektif untuk melihat maju tidaknya taman bacaan. Sulit dibantah kok, kan semuanya harus berdasar data dan fakta.

 

Tapi entah kenapa? Di masyarakat Indonesia itu, sesuatu yang baik seperti aktivitas taman bacaan sering kali diremehkan. Bahkan tidak sedikit orang-orang yang benci lalu membangun narasi yang aneh-aneh. Bikin hoaks, gibah atau gosipin taman bacaan. Intinya ya sederhana, orang-orang itu tidak suka alias benci. Katanya, taman bacaan perbuatan baik kok nggak mau dijadiin ladang amal ya? Aneh sih, kok zaman begini masih hidup orang-orang yang nggak membantu tapi malah membenci taman bacaan? Coba mau gimana orang-orang begitu?

 

Terus, memangnya taman bacaan yang masih seumur jagung tidak boleh maju ya?

Tentu nggak dong. Siapa pun orangnya boleh maju, apalagi taman bacaan. Maju tidak maju taman bacaan itu harus bisa dibuktikan. Atas dasar fakta dan data otentik. Pada tahun 2021 lalu, TBM Lentera Pustaka pun sudah menorehkan prestasi yang spketakuler seperti: 1) Terpilih “Jagoan 2021” dari RTV (tayang 29 Des 2021), 2) Terpilih program “Kampung Literasi 2021” dari Dit. PMPK Kemdikbud RI (14 Nov 2021), 3) Sosok Inspiratif Spiritual Journey dari PLN (Okt 2021), 4) Terpilih “31 Wonderful People 2021” dari Guardian Indonesia (24 Sept 2021), dan Terpilih “Ramadhan Heroes” dari Tonight Show NET TV (6 Mei 2021).

 

Masih di tahun 2021 pula, TBM Lentera Pustaka sebagai taman bacaan yang komprehensif mencatat kinerja dan aktivitas yang luar biasa. Diantaranya 1) mampu menggelar 40 event setahun atau rata-rata 3,3 event sebulan, 2) menerima 77 donasi buku setahun atau 6,4 donasi per bulan, 3) jumlah donasi buku yang diterima mencapai 4.331 buku (mencapai 360 buku per bulan) atau setara Rp. 41.879.000, 4) disponsori CSR untuk biaya operasional oleh Bank Sinarmas, PertaLife Insurance,dan Pacific Life Insurance, dan 5) didukung SDM yang solid, terdiri dari 5 wali baca dan 18 relawan aktif. Tentu, untuk level taman bacaan itu kinerja yang tidak mudah dicapai. Pastinya …

 

Jadi, jangan berpikir negatif tentan taman bacaan. Siapa pun bila tidak bisa membantu aktivitas taman bacaan lebih baik diam. Jangan gosip atau hoaks apalagi sampai melarang anak-anak untuk membaca buku di taman bacaan. Bukan hanya tidak etis, tapi sama sekali tidak ada gunanya membenci taman bacaan. Berat hukuman spiritual-nya? Lebih baik tabam kebaikan bila mau hidup lebih baik lagi berkah. Tapi silakan berbuat buruk asal berani tanggung dampaknya sendiri ya.

 

 


Bagi saya, TBM Lentera Pustaka adalah ladang amal sekaligus “legacy”, warisan kebaikan untuk umat. Di tengah gempuran era digital, mengajak anak-anak membaca buku sambil menanamkan akhlak baik itu sesuatu banget. Sekalipun berlokasi di kaki Gunung Salak Bogor, 75 km dari Jakarta, TBM Lentera Pustaka hingga sangat konsisten menjalan aktivitas taman bacaan. Bahkan bisa jadi satu-satunya taman bacaan yang selalu massif menyuarakan aktivitas taman bacaan, lalu mempublikasikan tulisan tentang literasi dan taman bacaan setiap hari.

 

Jujur saja, TBM Lentera Pustaka tidak pernah fokus hambatan. Apalagi hoaks, fitnah atau gibah seputar taman bacaan. Pegiat literasi dan relawan TBM Lentera Pustaka tahunya bertindak dan menjalankan program yang seharusnya dijalankan. Karena musuh dan orang yang membenci pasti ada saja. Toh pada akhirnya, badai pasti berlalu. Setelah gelapnya malam pasti akan terbit matahari di esok pagi …

 

Sudah terbukti kok. Dulunya TBM Lentera Pustaka hanya punya 1 program yaitu taman bacaan. Tapi kini di tahun 2022, TBM Lentera Pustaka menjalankan 14 program literasi lainnya seperti: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 140 anak, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 31 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13) MOBAKE (MOtor Baca KEliling) dan 14) Rooftop Baca. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM Lentera Pustaka setiap minggunya. Bahkan di 15 Mei 2022 nanti, TBM Lentera Pustaka akan meluncurkan program ke-15 yaitu “Lentera Podcast”, podcast-nya literasi di Indonesia.

 

Dunia taman bacaan dan literasi memang tdiak bisa dijauhkan dari hambatan. Selalu saja ada orang-orang yang benci atau tidak suka atas aktivitas taman bacaan yang maju. Itu fakta yang terjadi dan dialami pegiat literasi di banyak tempat. Taman bacaan kok dianggap musuh, lucu banget ya. Banyak orang lupa, taman bacaan itu punya “intangible aset” yang luar biasa untuk masa depan anak-anak Indonesia. Bahkan bila mau jujur, taman bacaan adalah satu-satunya tempat yang “mendekatkan anak dengan buku”. Karena sudah langka anak yang akrab dengan buku di zaman begini.

 

TBM Lentera Pustaka, mungkin TBM lain di daerah lain, pun mengalami. Betapa beratnya tantangan berkiprah di literasi. Ada yang memusuhi, membenci, nyinyir, hingga bergosip tentang taman bacaan. Tapi biarkanlah mereka dengan caranya sendiri. Toh nanti waktu yang akan membuktikan.  Ketahuilah, “Siapa pun boleh mencibir taman bacaan. Tapi itu hanya terjadi pada orang-orang yang tidak melakukan apa pun dalam hidupnya. Orang yang tidak bermanfaat”. Seperti kata mendiang Presiden BJ Habibie saat dinyinyirin oleh pejabat di Malaysia, jawaban singkatnya “Kalau ada yang menghina Anda, anggap aja sebagai sebuah pujian, bahwa dia berjam-jam memikirkan Anda, sedangkan Anda tidak sedetik pun memikirkan dia.”

 

Jadi di taman bacaan, tepatlah ber-literasi. Untuk memikirkan ide-ide kreatif dan potensi terbaik taman bacaan daripada membicarakan orang lain atau bertindak tidak produktif sedikit pun. Kan katanya, “orang besar itu bicara ide, orang biasa bicara kejadian, dan orang kecil bicara orang lain”. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Sabtu, 23 April 2022

Taman Bacaan Salurkan Zakat mal ke 40 Anak Yatim Jompo dan Keluarga Miskin

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka memberikan santunan lebaran ke 40 anak yatim, jompo, dan keluarga miskin senilai Rp. 12 juta. Selain menjalankan aktivitas taman bacaan, taman bacaan di kaki Gunung Salak Bogor ini pun mengajak masyarakat untuk meraih berkah puasa di bulan Ramadhan 1443 melalui kebiasaan sedekah. Karena sedekah atau zakat mal sekaligus menjadi pembersih atas harta dan kekayaan yang dimiliki.

 

“Alhamdulillah, sore ini TBM Lentera Pustaka didukung teman-teman menyalurkan 40 santunan lebaran ke anak yatim dan jompo binaan, serta keluarga miskin. Agar bisa dimanfaatkan sebaik mungkin jelang Idul Fitri. Insya Allah, diberkahi Allah SWT” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka di Bogor (23/4/2022).

 

Saat ini TBM Lentera Pustaka pun memiliki program menyantuni 14 Yatim BInaan (YABI) dan 8 kaum JOMpo BInaan (JOMBI) secara rutin setiap bulan, termasuk beasiswa sekolah ke 4 anak yatim SD, SMA, dan kuliah. Program ini bertujuan untuk membantu anak-anak yatim agar tetap dapat sekolah, di samping kaum jompo tetap bisa masak sehari-sehari. Spirit ini sangat dijunjung tinggi TBM Lentera Pustaka sebagai cara sederhana untuk meraih kemudahan dalam menjalankan aktivitas literasinya selama ini.

 


Didukung sahabat-sahabatnya, Pendiri TBM Lentera Pustaka, setiap bulan secara rutin menggelar pengajian anak yatim dan jompo binaan untuk memberikan santunan bulanan. Sekaligus ikhtiar untuk mentradisikan tadarusan dan membaca doa untuk menggapai ridho Allah SWT. TBM Lentera Pustaka memiliki komitmen untuk terus membina anak-anak yatim agar tidak putus sekolah, di samping membina kaum jompo agar bisa sedikit “bernafas lega” dalam hal keuangan. Agar keberadaan taman bacaan dapat memberi dampak dan manfaat kepada masyarakat sekitar. Karena taman bacaan bukan sekadar tempat membaca.

 

Di bulan Ramadhan 1443 H ini, TBM Lentera Pustaka pun menggelar program “Ngabubu Read” dengan membiasakan tadarusan di sore hari pada Rabu, Jumat, dan Sabtu sekaligus khataman Al Quran seminggu sekali yang diikuti 100-an anak-anak pembaca aktif. Seusai tadarusan pun setiap anak diberikan takjil berbuka puasa dengan cara mengantre sebagai pelajatran akhlak. Tiap Sabtu dan Minggu pun disediakan buka puasa Bersama untuk para wali baca dan relawan taman bacaan yang membantu aktivitas taman bacaan di bulan puasa.

 

Melalui santunan lebaran anak yatim, jompo, dan keluarga miskin, TBM Lentera Pustaka mengingatkan pentingnya meraih berkah ekonomi  melalui kebiasaan sedekah. Karena di zaman sekarang, semakin banyak orang yang gemar memperbesar investasi dunia dan mencari kekayaan dunia. Namun lupa terhadap investasi untuk akhirat, tempat semua manusia akan kembali. Maka bersedekahlah untuk sesama, khususnya anak-anak yatim dan kaum jompo. Agar hidup lebih bermanfaat dan berkah, insya Allah. Salam literasi #NgabubuRead #SantunanLebaran #TBMLenteraPustaka

 




Jumat, 22 April 2022

Hari Buku Sedunia, Apa Sih Tujuan Membaca Buku?

Kisah ini sering terjadi di Indonesia. Saat beberapa orang pintar ngobrol di kedai kopi. Kata mereka, “Kenapa ya, bangsa Indonesia yang kaya raya seperti ini kok penduduknya masih banyak yang miskin?”. Itulah obrolan orang-orang keder, bukan orang pintar. Mereka yang ngobrol, lalu mereka yang tanya pula. Anehnya, kok bisa-bisanya tidak ada di antara mereka yang mampu menjawab. Aneh sekali, mampu mempertanyakan tanpa mampu menjawabnya.

 

“Kenapa ya, bangsa Indonesia yang kaya raya kok penduduknya masih banyak yang miskin?” Jawabnya sederhana, karena kita tidak mau mengakui. Bahwa kita tergolong kaum yang tidak mampu berbuat apa-apa. Fokusnya hanya pada masalah, bukan solusi. Terlalu banyak bertanya tanpa mau berjuang untuk mencari jawabannya. Banyak bicara tapi sangat sedikit berbuat. Jadi, hanya bisa menyalahkan orang lain, menyalahkan bangsanya sendiri.

 

Berani mengakui realitas, itulah makna hari buku sedunia. Karena pengakuan, bisa jadi hal yang langka hari-hari ini. Banyak orang tidak mau mengakui keadaan yang objektif. Gagal mengakui bahwa kita belum optimal berbuat. Bangsa Indonesia sangat butuh keberanuian untuk mengakui. Pengakuan tentang apa saja. Mengaku belum optimal berbuat nyata untuk bangsanya. Mengaku belum maksimal berbuat untuk rakyatnya. Harus diakui. Mengaku salah, mengaku banyak kekurangan, mengaku tidak membaca buku.

 

Ketika minyak goreng langka dan mahal, kita marah-marah. Saat mafia minyak goreng ditetapkan tersangkam dibilang gimik. Jadi maunya gimana? Kok, semakin pintar semakin tidak mampu mengakui keadaan yang objektif. Masih ingat dulu, wabah Covid-19 dituding rekayasa. Covid-19 divonis sebagai propaganda negara lain. Tapi faktanya, menimbulkan korban jiwa puluhan ribu. Semua orang dibatasi dan terpaksa “berdiam di rumah” selama 2 tahun. Kenapa tidak mau mengakui keadaan? Kita butuh memperbesar sikap untuk memgakui di hari buku sedunia.

 

Sebuah pengakuan di hari buku sedunia.

Setengah dari populasi orang Indonesia, 180-an juta orang, Saat ini sudah punya akses internet. Tapi sayang, tradisi membaca tidak lebih dari 1 jam sehari. Sementara berselancar di dunia maya bisa 5-8 jam sehari. Internet ada genggaman tangan. Tapi digunakan untuk hal yang tidak produktif. Begitu diingatkan jangan main internet terus? Langsung jawab, kuota punya gue handphone punya gue. Ngapain sih mikirin urusan orang?

 


Maka akuilah, apa pun yang terjadi. Pengakuan adalah cara mudah untuk muhasabah diri, untuk instrospeksi diri. Karena terlalu banyak sisi kehidupan kita yang belum mau diakui. Saat kita belum berbuat optimal, maka masalah bangsa pun akan tetap ada. Lagi pula, memang ada satu bangsa di dunia ini tanpa masalah? Jadi, akuilah realitas yang terjadi dan berbuatlah untuk mencari solusi atas masalah. Bukan hanya bisa mempermasalahkan lalu menyalahkan orang lain.

 

Di dekat kita, ada orang-orang tidak punya uang tapi bergaya selangit. Ada kaum jomblo yang sibuk ingin berduaan. Seperti orang-orang yang merasa peduli sosial tapi tidak berbuat apa-apa selain ocehan. Ibarat “orang yang memegang buku tapi tidak pernah membacanya”. Maka akuilah realitas yang harus diakui. Termasuk mengakui kekurangan diri sendiri. Mau mengakui, kita belum berbuat apa-apa. Lalu, kenapa harus membenci orang tidak seharusnya dibenci?

 

Di Hari Buku Sedunia, 23 April ini. Inilah momen untuk bersikap objektif. Untuk lebih berani mengakui realitas. Untuk menambah energi untuk memberi solusi bukan mempermasalahkan. Jangan hanya bisa menuding orang lain tanpa mau mengakui kesalahan diri sendiri. Untuk introspeksi diri, muhasabah diri apalagi di bulan puasa. Bahwa dalam hidup, banyak hal yang harus terus diperbaiki, baik untuk diri sendiri, untuk lingkungan, dan untuk bangsa Indonesia. Berpikir lebih positif dan bertindak lebih manfaat. Agar hidup atas apa yang diperbuat bukan atas yang diomongkan.

 

Maka bacalah buku kembali. Bila belum mampu berbuat optimal untuk siapa pun dan apa pun. Karena buku adalah sumber ilmu terbaik bagi siapa pun yang membacanya. Buku pun bisa jadi sahabat paling setia yang rela mendampingi siapa pun dalam keadaan apa pun. Tanpa pernah mempermasalahkan dibaca atau tidak dibaca. Karena sebaik-baik teman sepanjang zaman adalah buku. Dan bila tidak mempu membaca buku lagi, maka diamlah. Tidak usah banyak omong atau menuding orang lain.

 

Dan ketahuilah, sangat salah bila membaca buku untuk pintar. Buku juga bukan alat untuk kaya dan sukses. Tapi buku adalah jembatan untuk mencapai keseimbangan dalam hidup manusia. Agar selalu seimbang antara jasmani dan rohani, seimbang antara pikiran dan tindakan. Untuk apa pintar secara pikiran tapi tidak ada aksi nyata dalam perbuatan?

 

Maka di Hari Buku Sedunia. Setiap buku yang dibaca seharusnya mampu diimplementasikan dalam kehidupan. Agar ada manfaatnya, ada dampaknya dari membaca buku. Dan membaca buku itu ibarat tubuh tanpa jiwa. Untuk keseimbangan hidup. Sehingga berani mengakui diri sendiri apa adanya, bukan berjuang keras untuk menjadi seperti orang lain. Salam literasi #HariBukuSedunia #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka