Kamis, 30 November 2017

Video #BacaBukanMaen TBM Lentera Pustaka

Aktivitas TBM Lentera Pustaka yang selalu bersemangat melayani anak-anak untuk membaca.

Berikut adalah video suasana membaca yang berlangsung di TBM Lentera Pustaka Kp. Warung Loa Ds. Sukaluyu Kec. Taman Sari Kaki Gunung Salak Bogor.


Inilah saatnya, siapapun kita, untuk ikut andil dalam menyebarkan virus membaca kepada anak-anak di dekat kita. Karena membaca, adalah jendela dunia, lentera bagi kehidupan anak-anak bahkan ketika kita tiada nanti…. #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
=======
Jadilah RELAWAN & DONATUR TBM LENTERA PUSTAKA untuk membangun tradisi baca bagi sekitar 300-an anak-anak/remaja yang membutuhkan, di samping memberi edukasi akan pentingnya peradaban dan etika.
Untuk informasi lebih lanjut dan partisipasi/donasi dapat menghubungi:
TBM Lentera Pustaka
Jl. Masjid Jami Kp. Warung Loa No. 77 RT 01/12 Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Kab. Bogor 16610
Telp:  0812 8568 3535 atau Email: lentera.pustaka77@gmail.com

Rekening Bank BNI Cabang Jkt. Sampoerna Strategic (a.n. Syarifudin Yunus)
No. Rek. 028-826-1601

Mari wujudkan mimpi anak-anak di masa depan melalui buku …

#BUKUadalahTELADAN #TBMLenteraPustaka

Senin, 27 November 2017

Bukan Hanya Buku, Tapi Guru

Bukan hanya buku, tapi guru ...
Tiap tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru. Sementara angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2016, Indonesia meraih angka 0,689, berada di peringkat 113 dari 188 negara. Maka tidak salah, kita mempersoalkan kualitas guru? Guru, masihkah digugu dan ditiru?
 Agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Apalagi jika diukur dari kualitas anak didik. Maraknya kekerasan di sekolah, pelecehan seksual, hingga lingkungan sekolah yang belum ramah anak dan berbagai problematika yang dihadapi dunia pendidikan semakin tidak dapat dipisahkan dari peran guru. Guru dapat digugu apabila layak menjadi sosok yang dapat percaya. Guru pantas ditiru apabila mampu menjadi sosok yang dapat diteladani siswanya.
Ada banyak indikator untuk menempatkan guru sebagai sosok yang layak digugu dan ditiru. Tergantung cara pandang kita tentang guru. Namun, setidaknya ada dua indikator untuk mengukur kualitas guru, yaitu kompetensi dan sikap. Seharusnya, guru dapat digugu karena kompetensinya. Guru dapat ditiru karena sikapnya. Guru tidak hanya menjalankan tugas mengajar di depan kelas. Guru dituntut untuk mampu mengembangkan kemampuan dan kecerdasan siswa secara komprehensif, baik intelektual, emosional, dan spiritual. Bahkan guru kini, dianggap menjadi sosok sentral dalam membentuk karakter siswa.
Pada kenyataan ini, siapapun yang menjalankan profesi sebagai guru harus memiliki kepekaan terhadap berbagai realitas dan dinamika kehidupan. Guru tidak hanya dituntut agar mampu melakukan transformasi ilmu dan pengetahuan kepada siswa semata. Tapi guru juga harus memiliki tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Merencanakan pelajaran dengan baik, mengajar secara optimal, dan mampu mengevaluasi hasil belajar secara objektif menjadi agenda penting profesi guru. Harus diingat, kualitas guru tidak dinilai dari gelar sarjana yang dimilikinya atau bahkan kelulusan program sertifikasi yang diperolehnya. Kualitas guru pada dasarnya tercermin melalui kualitas siswa atau anak didik yang dihasilkannya.
Guru semakin memiliki peran sentral karena dianggap sebagai ujung tombak pencapaian tujuan pendidikan. Pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah 1) mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, 2) mengembangkan kesehatan dan akhlak mulia dari peserta didik, dan 3) membentuk peserta didik yang terampil, kreatif, dan mandiri. Tujuan ini menjadi isyarat bahwa guru merupakan garda terdepan yang menentukan kualitas pendidikan nasional, tentu dengan segala masalah dan realitas yang dihadapinya. Dalam orientasi belajar, guru harus mampu mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas, yang tidak hanya terbatas pada kemampuan kognitif siswa tetapi juga afektif dan psikomotor. Intinya, guru harus lebih kreatif dalam mengajar.


Kompetensi Guru
       Indikator guru layak digugu adalah kompetensi yang dimiliki. Guru yang kompeten harus memahami problematika belajar. Belajar bukanlah proses untuk menjadikan siswa sebagai “ahli” pada disiplin ilmu tertentu. Belajar adalah proses agar siswa dapat menemukan potensi dan jati dirinya terhadap disiplin ilmu. Dengan belajar, siswa seharusnya mendapat ruang yang lebih besar untuk menambah “pengalaman”. Siswa lebih membutuhkan ‘pengalaman” dalam belajar, bukan “pengetahuan”.
       Dalam konteks inilah, guru harus memiliki kompetensi yang cukup dalam proses pembelajaran. Proses belajar-mengajar dengan sistem top-down yang masih dipraktikkkan guru di kelas harus dihilangan. Anggapan siswa tidak memiliki pengetahuan dan guru berkuasa membentuk siswa sesuai keinginannya sangat tidak tepat. Guru ibarat “teko” dan siswa ibarat “gelas” sama sekali tidak benar. Karena sistem top-down yang masih diterapkan di sekolah akan menghasilkan manusia yang hanya dapat memenuhi kebutuhan zaman. Sedangkan untuk menciptakan generasi yang kritis dan kreatif menjadi terabaikan.
       Guru yang kompeten adalah guru yang dapat mengubah kurikulum pembelajaran menjadi unit pelajaran yang mampu menembus ruang-ruang kelas. Kelas sebagai ruang sentral interaksi guru dan siswa harus dibuat bergairah. Kurikulum tidak semestinya mengungkung kreativitas guru dalam mengajar. Kurikulum, yang katanya sudah memadai harus benar-benar dapat diwujudkan dalam praktik kegiatan belajar-mengajar yang optimal, tidak hanya menjadi simbol dalam memenuhi target pembelajaran.
       Kesan pembelajaran di sekolah saat ini hanya mengarah pada penguasaan materi pelajaran harus dapat diubah menjadi kompetensi siswa. Guru sebaiknya menjadi sosok yang tidak dominan di dalam kelas. Cara mengajar guru yang sekadar duduk di depan kelas atau bertumpu pada ceramah menjadi bukti kurangnya kompetensi guru. Penciptaan suasana belajar yang dinamis, produktif, dan profesional harus menjadi spirit bagi para guru. Dengan demikian, guru memang pantas menjadi sosok yang dapat membentuk kepribadian siswa yang kokoh, baik secara intelektual, moral, maupun spiritual. Pentingnya kompetensi guru ini juga ditegaskan dalam UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen, yang menyatakan “guru harus memiliki kompetensi pedagogis, profesional, sosial, dan kepribadian.”. Sekali lagi, guru layak ‘digugu” apabila memiliki kompetensi yang dapat dipercaya.


Sikap Guru
       Sikap adalah indikator guru agar pantas ditiru. Sekalipun sibuk mengurus sertifikasi atau kesejahteraan, guru harus memiliki sikap bangga dan patriotrik terhadap profesi yang dipilihnya. Masih banyak guru yang bersikap kurang positif terhadap mata pelajaran yang diajarnya. Bangga mengajar mata pelajaran yang menjadi spesialisasinya adalah sikap guru yang utama. Sikap bangga inilah yang akan menjadikan guru lebih bergairah dalam mengajar. Siswa pun akan lebih tertarik dalam belajar. Maka sikap dalam mengajar adalah keteladanan siswa terhadap mata pelajaran yang diikutinya.
       Proses pembelajaran di kelas yang monoton dan membosankan, harus diakui lebih banyak disebabkan oleh lemahnya sikap guru dalam mengajar. Siswa yang malas mengikuti pelajaran tertentu lebih banyak dipengaruhi oleh sikap guru yang acuh terhadap mata pelajarannya sendiri. Kondisi ini menjadikan siswa tidak bergairah, under estimate saat mengikuti pelajaran di kelas. Konsekuensinya, siswa tidak memiliki kesadaran dan pemahaman akan pentingnya mata pelajaran yang diajar guru tersebut.
       Berawal dari sikap ini pula, pada gilirannya guru enggan mengikuti “peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB)”. Upaya pengembangan diri guru yang tidak optimal jelas menjadi penghalang guru untuk menjadi guru profesional. Rendahnya minat dan kemampuan publikasi ilmiah adalah masalah serius. Maka, karya inovatif yang dihasilkan guru pun tidak memadai. Semua itu bersumber pada sikap guru yang terbilang ‘malas” meningkatkan keprofesian berkelanjutan.
       Upaya membenahi sikap guru dalam mengajar menjadi sangat penting. Sikap guru merupakan cerminan kualitas dan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, beberapa indikator penting bagi guru untuk membenahi sikap dalam mengajar antara lain: 1) memiliki orientasi pembelajaran yang bersifat praktis, bukan teoretik, 2) menjadkan belajar sebagai sarana siswa memperoleh pengalaman, 3) berorientasi pada kompetensi siswa, 4) mampu menyederhanakan materi pelajaran, dan 5) memiliki metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Jika demikian, guru pantas ‘ditiru” apabila memiliki sikap dalam pembelajaran yang dapat diteladani.

         Sebagai penutup, guru yang layak digugu dan ditiru pada dasarnya pasti dapat direalisasikan. Sejauh dilandasi kompetensi dan sikap guru yang positif dalam mengajar. Maka guru, memang pantas digugu dan ditiru siswanya. Oleh karena itu, guru harus melibatkan hati dalam mengajar, tidak cukup hanya pikiran. Kompetensi dan sikap guru adalah agenda penting profesi guru saat ini dan di masa mendatang. Caranya, guru harus lebih membuka diri untuk terus belajar, kreatif dalam mengajar, dan menyetarakan pengetahun dan cara mengajar. Selamat Hari Guru Nasional !

Sabtu, 18 November 2017

Tidak Mudah Melayani di Saat Sepi; TBM Lentera Pustaka

Pelanggan itu raja, begitu kata banyak orang. Melayani pelanggan hingga puas, udah pasti tak terbantahkan. Kepuasan pelangganm itulah kunci customer service, begitu kata orang-orang profesional.

Apakah memang begitu?
Tentu, begitu. Pelayanan atau melayani itu sangat penting. Tapi sayang, gak semua orang mau melayani pelanggan di saat sepi. Sementara jika pelanggan ramai, pasti yang ingin melayani pun banyak. Biar terlihat sedang bekerja, maka melayani di saat ramai. Tapi giliran pelanggan sepi, banyak orang langsung gak tertarik. Bisa jadi, karena kalo melayani di saat sepi tidak ada yang melihat. Sungguh, melayani di saat ramai itu mudah. Tapi melayani di saat sepi, itu gak mudah.


Melayani di saat sepi …
Itulah yang saya terapkan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor. Karena di luar “jam baca” tentu sepi. Di TBM ini, jam baca seminggu hanya 3 hari, yaitu: Rabu-Jumat-Minggu. Itulah hari-hari yang ramai, bisa mencapai 40-an anak-anak yang membaca di jam baca. Dan ketika jam baca, anak-anak itu dilayani oleh 2 petugas yang ada di TBM Lentera Pustaka.

Lalu, bagaimana di saat sepi?
Saya yang bertempat tinggal di Jakarta, saat ini seminggu sekali menengok TBM Lentera Pustaka yang saya dirikan. Maka di saat sepi,, seperti hari Sabtu misalnya, justru saya digunakan untuk “melayani di saat sepi”. Melayani dengan mengerjakan inventarisasi koleksi buku yang jumlahnya 1.200-an plus mencatat donasi “buku-buku baru” dari orang-orang baik yang dititipkan ke TBM Lentera Pustaka, termasuk para donator yang telah men-support operasional TBM ini. MELAYANI DI SAAT SEPI, begitulah yang menyebutnya. Sebuah perbuatan sederhana yang bermakna besar bagi orang banyak.

Mengapa melayani di saat sepi?
Melayani itu penting. Tappi melayani di saat sepi memang tidak mudah. Karena zaman now, banyak orang hanya ingin tampil justru di saat ramai. Saat terlihat orang banyak, baru mau tampil. Agar lebih kelihatan, lebih tampak, dan dikenal. Tapi giliran sepi, mereka hilang semua. Tidak ada yang nongol seorangpun. Entah, apa penyebabnya?

Melayani di saat sepi itu “bekerja di belakang layar”. Melayani di saat sepi itu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan orang banyak. Melayani di saat sepi, gak cukup hanya “kepedulian” tapi harus didukung “komitmen kuat dari hati yang tulus”. Seperti di TBM Lentera Pustaka, melayani di saat sepi berarti menyiapkan segala sesuatu agar keberlangsungan “jam baca” dan buku-buku yang tersedia dapat memberikan kenyamanan bagi anak-anak yang ingin membaca, ingin menambah ilmu dan pengetahuan.

Melayani di saat sepi. Memang gak mudah. Itulah pelajaran dari TBM Lentera Pustaka.
Maka lakukan saja pekerjaanmu dengan hati untuk melayani. Di saat sepi sekalipun. Dan jangan pernah merasa rugi untuk melayani orang lain; melayani orang banyak. Kerjakan saja dengan penuh ketulusan….

Melayani di saat sepi itu memang udah langka di zaman now.
Mungkin, karena gak ada balasannya. Gak dapat apa-apa. Gak ada untungnya buat diri sendiri, buat pribadi kita. Bisa jadi, itulah penyebabnya.

Manusia memang sering lupa. Sungguh, balasan terbaik itu datangnya hanya dari Allah SWT. Manusia ditugaskan hanya berbuat baik saja. Melayani sekalipun di saat sepi. Selebihnya, biarkan Allah SWT yang akan “bekerja” untuk kita.

Maka, jangan pernah berhenti berbuat baik dan melayani orang lain. Sekalipun di saat sepi.
Itulah “pilihan” yang ada di tangan kita. Kan gak mungkin, hidup kita hanya unntuk “cari untung terus”. Atau hidup hanya untuk urusan diri sendiri melulu. Mau sampai kapan, hidup kayak begitu? Sementara hidup sendiri ada batasnya?

Ketahuilah, suatu saat, Allah SWT pasti akan berikan kesempatan kepada kita untuk melayani orang banyak, untuk orang lain. Berbuat sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri; berbuat untuk melayani orang banyak.

Maka, pilihan itu ada di tangan kita?
Mau hidup untuk diri sendiri melulu atau melayani orang banyak. Entah, mana yang kita pilih?

Melayani di saat sepi.
Percayalah, kualitas hidup akan lebih baik dan lebih baik lagi bila kita mau membantu dan melayani orang banyak. Karena “kemewahan eksklusif” seorang hamba, ada ketika mau melayani orang banyak di saat sepi …. Ciamikk #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen


Jumat, 17 November 2017

Tanpa Membaca, Bagaikan Tubuh Tanpa Jiwa

Kita membaca untuk mengetahui bahwa kita tidak sendirian.

Sebuah kamar tanpa buku bagaikan tubuh tanpa jiwa. Jika alam tanpa ada yang membaca ibarat kepala tanpa pengetahuan. 


Seringkali dibutuhkan keberanian yang lebih besar untuk membaca buku daripada untuk bertempur di medan perang.



Begitu belajar membaca, engkau akan menjadi bebas untuk selamanya.


Tanpa Membaca, Bagaikan Tubuh Tanpa Jiwa ... #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen

Selasa, 14 November 2017

Hidup Renyah Seperti Rengginang; Terbiasa Membaca Buku

Kamu suka rengginang gak?
Kalo saya suka banget sama panganan rengginang. Karena rengginang renyah, serenyah hidup kita. Tapi sayang, banyak orang bilang rengginang itu makanan kampung. Bisa jadi, orang yang doyan rengginang dibilang kampungan. Maklum aja, orang zaman now lebih suka panganan bermerek “bule”. Bahasanya keren, tempatnya berkelas. Sedangkan rengginang, gak banget deh…

Biar panganan kampung, bikin rengginang itu gak mudah.
Butuh proses yang lama. Walau harganya gak mahal-mahal banget. Maklum, rengginang itu kan terbuat dari nasi atau beras ketan. Harus dijemur dulu, dikeringkan lalu digoreng. Rengginang yang renyah dan enak, harus melewati proses itu semua. Kalo gak, gak bakal nikmat. Bahkan gak sedikit pula, rengginang itu dibuat dari sisa nasi atau ketan yang gak termakan. Iya, sisa nasi atau ketan yang dibikin rengginang. Maka wajar, rengginang gak bonafid banget…

Di zaman now, banyak orang udah lupa. Rengginang itu nikmat banget. Apalagi makannya saat hari hujan, bareng secangkir kopi plus baca buku. Sambil ngeliat pemandangannya gunung atau laut. Woww, pasti ciamikk rasanya. Renyah tapi nyaman. Rileks tapi indah semuanya…. Keadaan yang didamkan banyak orang zaman now.


Sesuatu banget, kalo lagi mengunyah rengginang. Karena suara kunyahan rengginang plus renyahnya, pasti jadi nada yang khas. Krauk, krauk. Itulah kenikmatan yang patut disyukuri saat mengunyah rengginang.

Katanya secara filosofis, rengginang itu simbol “persatuan”. Karena ia tersusun dari butiran nasi atau beras ketan yang saling berhimpitan; sesuai posisinya. Bertumpukan tapi saling mengisi ruang. Erat sekali. Satu sama lainnya saling bersatu; gak mudah dipecah-belah. BERSATU itu penting buat rengginang.
Bahkan rengginang juga sering disebut simbol “kemakmuran”. Karena terbuat dari beras atau ketan, yang jadi simbol kemakmuran. Gemah ripah loh jinawi; sebagai wujud sedekah bumi kepada manusia. Renyah bin nikmat dah…

Cuma, rengginang biar tetap renyah, jangan lupa simpan di toples. Toples yang tertutup rapat, biar gak mlempem. Toples-nya pun sebaiknya transparan. Biar bisa kelihatan dari luar. Jadi, rengginang masih renyah apa udah mlempem bisa ketahuan.

Maklum zaman now, jangan sampe ketipu. Kadang toples-nya bagus tapi isinya jelek. Atau sebaliknya, toplesnya jelek tapi isinya keren.
Kayak orang zaman now. Banyak orang yang tampilannya bagus tapi perilakunya jelek. Begitu juga sebaliknya. Maklum zaman now, gitu lo…

Rengginang, memang panganan kampung. Tapi memberi pelajaran yang penting buat orang sekarang. Pentingnya menjaga PERSATUAN dan ikhtiar untuk KEMAKMURAN, itulah filosofi rengginang.

Begitu pula hidup manusia zaman now.
Harusnya sih, seperti rengginang di dalam toples. Kalo toples-nya bagus, ya rengginang pasti juga bagus alias renyah. Itu namanya konsisten. Bukan sebaliknya, toples-nya bagus tapi isinya jelek. Orangnya bagus, tapi perilakunya jelek. Jangan seperti itu ahh …

Ketahuilah, rengginang itu memang tidak memiliki apa yang kamu inginkan. Tapi rengginang itu memiliki apa yang kamu bisa berikan … yaitu persatuan dan kemakmuran. Hiduplah serenyah rengginang, hiduplah dengan terbiasa membaca buku ...

#SalamRengginang #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen

Senin, 13 November 2017

Liburan Sambil Baca; Jangan Kalah Sama Gawai

Wisata Literasi di Kaki Gunung Salak; Liburan Sambil Membaca

 

Adalah fakta di Indonesia, orang tua mengizinkan anaknya menghabiskan waktu minimal 4,5 jam sehari untuk bermain gawai atau gadget. Kondisi ini, tentu akan berdampak buruk terhadap tradisi belajar dan membaca anak-anak. Gawai bisa jadi akan menjadi “orang tua” pertama anak-anak Indonesia di masa depan. Sungguh, menjadi realitas yang mengenaskan.

Berangkat dari kenyataan itu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka saat ini sedang mempelopori beroperasinya Wisata Literasi Lentera Pustaka yang terletak di Desa SUkaluyu Kaki Gunung Salak, Kec. Tamansari Bogor. Melalui wisata literasi ini, anak-anak dan orang tuanya dapat berwisata sambil membaca dengan cara yang menyenangkan dan mencerdaskan. Membaca di sungai, di kebun, di gunung, bahkan di jalanan sambil berinteraksi dengan ratusan anak-anak TBM Lentera Pustaka. Liburan sambil membaca buku, itulah spirit Wisata Literasi Lentera Pustaka.

"Wisata literasi itu sangat erat kaitannya dengan edukasi dan pendidikan karakter anak. Buku bacaan menjadi landasan penting dalam wisata literasi Lentera Pustaka. Nantinya, setiap wisatawan akan melakukan perjalanan literasi dengan membaca 1 buku secara tuntas, di samping dapat berfoto di spot-spot menarik yang disediakan”  ujar Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka.


Wisata literasi di Kaki Gunung Salak Bogor ini dikembangkan sebagai kepedulian dan alternatif wisata yang tidak hanya menghabiskan waktu semata. Tapi liburan yang berkualitas dan dapat menambah pengetahuan anak melalui buku bacaan. Melalui perjalanan literasi yang dialami, anak-anak pun akan terpacu memiliki karakter yang positif, seperti peduli terhadap alam, menjaga kebersihan sungai, bercocok tanam, berekspresi bebas di alam, hingga interaksi sosial plus membentuk kebiasaan membaca dan menulis.

“Membaca saat ini sangat penting dan tidak boleh punah. Wisata literasi ini, mengharuskan anak-anak mengalami, meresapi, dan mentransformasikan bacaan ke dalam dirinya. Karena membaca bukan hanya kebiasaan. Tapi hasil dari pengalaman. Dengan metode metaforma, anak-anak dituntut untuk menyesuaikan diri dengan bacaan dan alam. Agar dapat diterapkan dalam kehidupan. Mereka akan melampaui (meta) pemindahan (forma) agar paham dan lebih peduli” tambah Syarifudin Yunus.

Beberapa momen Wisata Literasi Lentera Pustaka di Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor, antara lain:
1. Spot "TBM Lentera Pustaka" untuk mengembangkan kepekaan sosial melalui interaksi dengan anak-anak sebaya dalam membaca buku, bercerita dan berdialog.
2. Spot "Baca Puisi" dan "Baca Cerpen" untuk ruang ekspresi diri di alam terbuka sambil membaca puisi atau cerpen, sesuai dengan gaya masing-masing.
3. Spot "Baca di Sungai" untuk menanamkan cinta kepada lingkungan di aliran Sungai Ciherang yang bening dan dingin sambil berfoto di spot "meja kursi bambu", spot "sepeda jengki jengkang", spot "batu membaca", spot "curug baca lentera" yang semuanya keren dan menarik.
4. Spot "Baca di Kebun", untuk mengenali tanaman dan pola cocok tanam di kebun singkong, kebun honje, kebun cabai, dan kebun talas.
5. Spot "Saung Baca" untuk memperkuat tradisi baca dan tulis anak-anak terhadap isi bacaan.

Sebagai bagian program pemberdayaan masyarakat, Wisata Literasi Lentera Pustaka akan dikelola oleh karang taruna setempat, dengan harga tanda masuk (HTM) yang relative terjangkau. Potensi alam yang ada akan direkayasa sesuai "minat dan daya tarik" wisatawan. Total perjalanan wisata literasi ini sekitar 1 km dengan waktu 45 menit.

Wisata literasi ini sangat cocok bagi anak-anak dan orang tuanya sebagai antisipasi terhadap gempuran era digital yang tidak terkontrol. Wisata berkualitas yang tetap mempertahankan tradisi baca-tulis untuk anak-anak.


“Kami berharap Wisata Literasi Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak ini dapat selesai sebelum akhir tahun 2017. Tujuan kami sederhana, ingin menjadikan wisatawan lebih literat, lebih peduli terhadap aktivitas membaca dan menulis” tutup Syarifudin Yunus.

Minggu, 12 November 2017

Ayah "Zaman Now" Cuek Abis

Ayah zaman now, boleh dibilang makin gak jelas. Apalagi ayah-ayah muda, yang baru jadi ayah.
Gak tahu kenapa? Ayah zaman now, makin jauh dari anak-anaknya. Ayah zaman now udah kebablasan. Hasil survei terbaru bilang; 52% ayah lebih senang pada gawai-nya daripada anaknya dan 28%-nya bilang "para ayah itu gak mampu jadi contoh buat anak-anaknya". Serem banget sih ini zaman.

Maka wajar, hari ini, 3 dari 10 anak merasa gak diperhatiin ayahnya. Ayahnya anak-anak itu pada sibuk nyari nafkah katanya, sibuk kejar dunia, mungkin mau sebentar lagi para ayah itu mau menggapai langit. Hebat kamu ayah...

Ayah zaman now, gak tau kenapa, lebih suka berangkat pagi pulang malam. Alhasil, anak-anaknya udah lama gak senda gurau dan bersentuhan sama anak-anaknya. Lha iyalah, kan nyari nafkah buat biaya sekolah anak-anak. Itu alasan paling top ya ayah ...

Ayah zaman now, cuma bisa buka kaus kaki, ganti baju, baca koran, abis itu ngopi sambil main HP, baca-baca chat di gawai gitu... Keren banget sih ayah...

Wajar banget, ibu-ibu dan para istri kadang dibikin kesel sama perilaku ayah. Gak peduli, gak mau tahu urusan rumah. Sampe gak peduli anaknya udah kerjakan PR atau belum. Anaknya mau bisa atau gak soal pelajaran, ayah zaman now mah cuek aja.

Kadang kasihan juga anak zaman now, karena punya ayah tapi gak berasa ada ayah. Ayah ada di sebelahnya. Tapi si anak gak bisa ngapa-ngapain. Kadang takut ngomong, kadang gak mau bilang ke ayah zaman now kalo pelajaran di sekolah sulit. Takut dimarahin, takut diomelin sama ayah zaman now.

Ayah zaman now.
Kembalilah untuk jadi role model bagi anak-anak. Ayah sibuk sikakan, ayah kerja silakan. Tapi ayah zaman now jangan sampe bilang gak punya waktu buat anak-anak. Temani anak untuk membaca, main bola sebentar. Atau ke toko buku bareng-bareng. 

Karena zaman now, mau ke siapa lagi anak-anak itu mencari contoh. Mau kemana dan sama siapa? Kalo bukan sama ayah dan ibunya tentu.

Ayah zaman now tahu gak?
Zaman itu udah berubah banget. Anak-anak udah gak bisa lagi dibiarin atau bermain bebas tanpa pengawasan. Anak-anak itu butuh waktu ayah, butuh bimbingan ayah. Butuh pendampingan ayah, bahkan butuh kehangatan ayah.... Paham kan ayah zaman now? Emang gak mudah tapi bukan berarti gak bisa kan, ayah.


Ayah zaman now.
Ketahuilah, anak-anak itu sangat butuh kehadiranmu. Anak-anak senang bisa ditemanimu. Kapanpun dan dimanapun. Maka sediakan waktu untuk mereka ... Agar mereka tetap tumbuh menjadi anak-anak yang periang, dan menyenangkan. Sebelum ayah zaman now menyesal nantinya ...

Ayah zaman now, emang suka gitu.
Susah dibilangin. Kadang malah suka ngeyel. Maka buat para anak, sabar ya dan teruslah berdialog dengan ayah. Jangan menyerah.

Buat kaum ibu atau istri. Begitulah adanya ayah zaman now. Temani dan dampingi selalu. Karena nasehatin ayah zaman now, emang gak mudah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan; atau memasang kancing baju. Maklumin aja, namanya juga "ayah zaman now". Pantes, ayah zaman now banyak yang menyesal …

Okeh, ayah zaman now. Maju terus pantang mundur. Selamat Hari Ayah ...ciamikk #HariAyah



Yuk Ke Wisata Literasi di Kaki Gunung Salak Bogor; Liburan Sambil Baca

Wisata itu ya berlibur. Refreshing atawa bikin yang happy-happy aja. Tapi kadang, wisata ke tempat ramai, berdesakan, antrenya lama itu malah suka bikin bete, alias ngeselin. Apalagi kalo bawa anak-anak.... Mau senang, seringkali malah jadi kecewa. Udah gak zaman wisata biasa. Para orang tua harus mulai “geser” carai wisata yang berkualitas.

Nah kalo gitu. Wisata sambil baca buku, sambil nulis mau gak?
Namanya WISATA LITERASI; wisata sambil baca buku, sambil belajar nulis. Asyikk juga kali ya. Wisata yang menyenangkan, bahkan mencerdaskan.

Emang, di mana ada wisata literasi?
Insya Allah, TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka setelah diresmikan 5 November 2017 kini sedang mengembangkan Wisata Literasi di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor.  Konsepnya sederhana, di kampung ini, tiap orang dan keluarga bisa ikut membangun tradisi baca-tulis dan budaya literasi. Pas buat anak-anak, bahkan pas juga buat orang dewasa.


Wisata Literasi Lentera Pustaka, begitulah namanya. Di sini, semua orang diajak untuk MEMBACA. Membaca di TBM, hingga membaca di alam. MEMBACA harus dijalani, dialami, diresapi, dan ditransformasikan ke dalam diri.

Wisata Literasi Lentera Pustaka, akan jadi kawasan wisata yang mendekatkan anak-anak dengan "kebiasaan membaca" yang menyenangkan, membaca di alam raya seperti di gunung, sungai, kebun/ladang, bahkan di jalanan dengan pemandangan Gunung Salak Bogor.

Di Wisata Literasi Lentera Pustaka, setiap wisatawan harus bawa buku dari TBM dan membaca di spot-spot foto yang tersedia. 1 buku tuntas dalam satu kali perjalanan Wisata Literasi.

Wisata literasi itu kegiatan berwisata yang berbasis pada buku bacaan dan harus mampu menceritakan kembali apa yang dibaca di hadapan keluarga atau orang lain.  Wisata literasi dapat menjadi alternatif bagi anak-anak untuk tetap menikmati liburan namun tidak meninggalkan tradisi baca di alam. Liburan yang berkualitas deh pokoknya.

Beberapa momen Wisata Literasi di Lentera Pustaka Kp.Warung Loa Ds. Sukaluyu Kaki Gunung Salak antara lain:
  • Spot "TBM Lentera Pustaka" untuk interaksi dengan anak-anak sebaya dalam membaca buku, bercerita dan berdialog untuk membangun "sense of humanity" anak.
  • Spot "Baca Puisi" dan "Baca Cerpen" dengan backdrop menarik yang telah disedikan. Buku puisi dan buku cerpen sudah tersedia. Wisatawan tinggal ekspresi dan bergaya sesuai gayanya sendiri.
  • Spot "Baca di Sungai" sambil menikmati aliran Sungai Ciherang yang bening dan dingin. Di sini akan ada spot "meja kursi bambu", spot "sepeda jengki jengkang", spot "batu membaca", spot "curug baca lentera" yang semuanya keren dan menarik until selfie atau foto keluarga. Di sungai ini, semua fose harus membaca dan sambil menyusuri sungai sekitar 500m.
  • Spot "Baca di Kebun", ada kebun singkong, kebun bambu, kebun honje, kebun cabai, dan kebun talas. Semuanya bisa ambil foto divtiap titik kebun sesuka hati.
  • Spot "Saung Baca" yang akan digunakan setiap wisatawan untuk menulis atau menceritakan kembali buku yang dibacanya. Intinya untuk pemahaman. Karena membaca kan harus paham. Metode yang digunakan di sini Metaforma; setiap anak harus melampui (meta) dan memindahkan (forma) isi bacaan ke dirinya.


Bayarnya berapa ke Wisata Literasi Lentera Pustaka?
Sabar dulu, yang pasti terjangkau banget buat per orang. Karena Wisata Literasi Lentera Pustaka adalah bagian dari pemberdayaan masyarakat yang dikelola Karang Taruna. Anggap saja wisata sambil bersosial buat masyarakat yang membutuhkan. Potensi alam yang ada akan direkayasa sesuai "minat dan daya tarik" wisatawan biar berkesan dan menyenangkan. Total perjalanan wisata literasi ini sekitar 1 km dengan waktu 45 menit.

Terus kapan mulai bisa dikunjungi?
Insya Allah, Wisata Literasi Lentera Pustaka akan bisa dikunjungi akhir Desember 2017, sebelum tahun baru 2018. Wisata literasi ini sangat cocok buat anak-anak, buat mereka yang mau meningkatkan minat baca. Biar wisatawannya tambah lebih "literat", lebih getol baca getol nulis.

Gak salah dong, kalo sekarang mulai rencakan untuk ajak keluarga dan anak-anak ke wisata literasi; wisata yang berbasis membaca dan menulis.

Tertarik gak ke Wisata Literasi Lentera Pustaka?
Tertarik ya... tapi maaf sabar ya. Karena sekarang lagi mulai dibangun dan dikembangkan ... Salam Literasi…. ciamikk
#BacaBukanMaen #WisataLiterasiLenteraPustaka #TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi


Kamis, 09 November 2017

Jangan Pernah Menyesal Jadi Pahlawan

Anak-anakku yang aku cintai,
Kenapa saat aku bertanya pada kalian, “mau jadi apa jika sudah besar nanti?”.
Kalian begitu lantang menjawab, “mau jadi dokter, mau jadi pilot. Bahkan mau jadi guru”. Kok, tidak satupun dari kalian yang menjawab “ingin jadi pahlawan”. Mengapa anak-anakku?

Pahlawan memang bukan pekerjaan. Karena pahlawan gak ada duitnya.Pahlawan juga gak punya jam kerja. PAHLAWAN memang hanya sebuah panggilan.

Tapi ingatlah anak-anakku.
Sekarang ini, banyak orang “melakukan pekerjaan tanpa panggilan”. Bisa jadi “bekerja karena keterpaksaan”. Sayang sekali anak-anakku, bila saja “pekerjaan sebagai suatu panggilan”. Sungguh, kalian akan kerjakan dengan sepenuh hati, dengan rasa cinta. Maka di situlah, kalian akan menjadi PAHLAWAN bagi diri sendiri, bahkan bagi orang-orang di sekitar kalian.

Anak-anakku yang aku cintai
Pahlawan itu tidak cukup untuk dikenang. Pahlawan tidak cukup hanya diperingati. Tidak cukup untuk dihormati, bahkan diberi tanda jasa. Karena Pahlawan, sama sekali tidak terbatas pada segelintir orang yang kita kenal dan pelajari sewaktu belajar di sekolah dulu. Lalu kita, hanya upacara dan memperingati si pahlawan. Tanpa pernah tahu “apa yang mereka perjuangkan dulu?”

Anak-anakku yang aku banggakan,
Pahlawan itu “orang yang berjuang pada masanya”. Maka kalian pun berhak menjadi pahlawan. Setidaknya untuk diri sendiri dan orang-orang di dekat kalian. Maka jadilah pahlawan yang sederhana, pahlawan kecil di rumah sendiri. Itu sudah cukup.

Karena pahlawan yang sederhana, tidak pernah kehilangan dirinya sendiri.
Pahlawan, yang bukan hanya punya cita-cita. Tapi tahu cara menggapainya.
Pahlawan, yang bukan hanya punya semangat. Tapi bersikap pantang menyerah.
Pahlawan, yang bukan hanya berani. Tapi mampu kokkoh dalam siatuasi apapun.
Pahalwan, yang bukan hanya memiliki jiwa raga. Tapi mau berkorban.


Anak-anakku yang aku cintai
Jadilah pahlawan di masa sekarang, bukan di masa dulu.
Bukan seperti mereka yang merasa telah menjadi pahlawan sekarang.
Pahlawan-pahlawan yang terlalu mudah MENYESALI apa-apa yang tidak mereka lakukan dalam hidupnya; hingga menjelang ajal tiba.
Karena mereka, pahlawan yang mempersilakan “jalan hidupnya ditulis oleh orang lain; bukan mereka yang menuliskannya sendiri”.

Jadilah pahlawan anak-anakku
Jadilah jenderal bagi perjalanan hidup kalian sendiri; berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain. Jika begitu, kalian tidak akan pernah menyesal menjadi pahlawan .... ciamikk #SelamatHariPahlawan #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen