Minggu, 24 Juli 2022

In Memoriam Pak Soenarko dan Ibu Zulfahnur, Dua Guru Saya di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ

Innaalillaahi wa innaa ilaihi roojiuun. Hari ini, 24 Juli 2022, telah berpulang ke rahmatullah guru saya yang terhormat, Bapak Drs. H. Soenarko, mantan Kajur Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FPBS IKIP Jakarta (kini: FBS UNJ) di tahun 1990-an. Beliau memang sudah terbaring sakit cukup lama. Kepergian beliau menyusul guru saya lainnya yang telah mendahului pula, Ibu Hj. Zulfahnur Zakaria pada 20 Juni 2021 di RS Persahabatan Jakarta. Untuk almarhum Pak Soenarko dan almarhumah Ibu Zulfahnur, teriring doa semoga Allah SWT menerima semua amalnya, mengampuni dosanya dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, amiin.

 

Selamat jalan Pak Narko dan Ibu Zulfah, begitu saya memanggilnya.

Sengaja saya menuliskan ini, in memoriam Pak Soenarko dan Ibu Zulfahnur. Mengenang sosok sang guru di masa kuliah. Karena buat saya, beliau-beliau adalah guru sekaligus orang tua yang saya hormati. Saat saya kuliah di PBSI FPBS IKIP Jakarta, Pak Narko adalah ketua jurusan dan Ibu Zulfah sebagai sekretaris jurusan (1989-1992). Setelah itu, Ibu Zulfah menjabat ketua jurusan di era 1992-1994-an saat saya menyelesaikan studi S-1. Jadi di masa itu, Pak Narko dan Ibu Zulfah adalah guru yang spesial buat saya. Karena tanpa tanda tangan beliau berdua, apalah arti KRS (Kartu Rencana Studi) mahasiswa di setiap semester-nya.

 

Pak Narko, dari sosok beliau saya belajar tentang kesederhanaan. Sebagai Kajur, beliau berkantor di Lt. 2 Gedung D Kampus IKIP Rawamangun (mungkin gedungnya sudah tidak ada sekarang). Kajur yang sederhana dan kalem. Bicara secukupnya saja. Berkemeja lengan pendek, beliau sering memanggil saya untuk berkoordinasi terkait kegiatan kemahasiswaan di PBSI. Kebetulan di era beliau pula, saya menjadi ketua HIMA (Himpunan Mahasiswa) jurusan PBSI. Mengajar mata kuliah Linguistik Umum, Pak Narko memang dikenal sosok dosen yang bersahaja lagi ramah. Sikap ramah yang paling kentara, bila beliau ingin pulang di sore hari, saat melewati mahasiswa yang nongkrong di depan pintu Gedung D selalu berucap, “ayo pulang ..”. Sambil bergegas menuju mobilnya carry warna biru muda yang terparkir di depan.

 

Seingat saya, Pak Narko juga pernah mengikuti perjalanan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ke Universitas Mataram di Lombok dan ke IKIP Surabaya dan IKIP Malang (kala itu). Ngobrol sepanjang perjalanan di dalam bus, semakin terlihat sikap sederhana dan kelembutan beliau sebagai seorang ayah. Sayangnya setelah lulus kuliah, saya tidak lagi mendapat update terkait beliau. Kapan pensiun dan bagaimana keadaannya. Hingga suatu kali di tahun 2014, ada kabar beliau mengalami stroke. Dan bersyukur saya bersama Ibu Zulfah, Ibu Sabarti, Pak Bustaman, Ibu Sinto dan Ibu Lia sempat menjenguk ke rumahnya di daerah Jatinegara. Beliau terkulai di tempat tidur, kami pun berdialog untuk menyemangati beliau sambil tetap berdoa untuk kesembuhannya. Tapi apa mau dikata, Allah SWT telah memilihkan jalan terbaik untuk Pak Narko.  Pada Minggu, 24 Juli 2022 ini, beliau telah berpulang ke rahmatullah. Guru yang saya hormati dan tempat belajar tentang kesederhanaan yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.

 


Begitu pula sosok Ibu Zulfah. Saya mengenal beliau saat masih jadi sekjur PBSI lalu jadi Kajur PBSI saat Gedung kuliah berpindah ke Unit 3 di belakang. Beliau mengajar Teori Sastra dan Kajian Prosa Fiksi. Dari Ibu Zulfah, saya merasakan aroma keibuan yang kental pada pribadinya. Selalu bertegur sapa sambil bertanya tentang keadaan mahasiswa. Bahkan tidak jarang beliau pun memberi nasihat. Pernah suatu pagi pukul 06.00 WIB, maklum karena saya dan sahabat saya Alm Eman Sulaeman memang tinggal dan menginap di kampus (tepatnya di Ruang Senat Mahasiswa FPBS) seusai mandi di lantai bawah berpapasan dengan Ibu Zulfah (yang selalu datang pagi banget dengan mobil sedan berwrana merah maroon). Langsung beliau menegur dan menasihati, katanya, “Kalau mandi harus sudah beres sebelum Ibu datang ya…”. Saking malu dan patuh, saya pun menjawab lantang, “Iyaa Bu, maaf”.

 

Saat saya lulus kuliah tahun 1994, Ibu Zulfah seingat saya masih menjadi Kajur PBSI. Lagi-lagi sayang, setelah lulus kuliah pun saya tidak mendapat lagi update beliau. Namun sejak IKA BINDO (Ikatan Alumni Pendidikann Bahasa dan Sastra Indoensia) FBS UNJ terbentuk di tahun 2009, Ibu Zulfah tergolong rajin hadir bila ada acara IKA BINDO. Mulai dari OBSOR (Obrolan Sore), Reuni, dan Halal Bihalal. Bahkan hingga tahun 2020 lalu pun, kontak dan silaturahim dengan Ibu Zulfah tetap berlangsung. Termasuk saat menjenguk Pak Narko ke rumahnya. Tapi apa mau dikata, bak petir di siang bolong, tiba-tiba pada 20 Juni 2021, saya pun mendapat kabar Ibu Zulfa wafat. Dari sosok Ibu Zulfah, saya belajar tentang sikap keibuan yang tulus dan selalu rajin bertegur sapa walau sekadar menanyakan keadaan.

 

In Memoriam Pak Soenarko dan Ibu Zulfahnur, dengan tegas saya ingin menyatakan beliau berdua adalah orang-orang yang baik. Sosok guru yang sangat dihormati dan sangat mengayomi mahasiswanya. Pak Narko dan Ibu Zulfah adalah bagian dari saksi perjalanan masa kuliah saya di IKIP Jakarta (UNJ). Dari keduanya, saya bukan hanya mendapat ilmu. Tapi belajar tentang “kehormatan adalah jalan dua arah; siapa pun yang ingin mendapatkannya maka harus memberikannya”. Selamat jalan Pak Narko dan Ibu Zulfah.

 

Sekali lagi, in momeriam Pak Narko dan Ibu Zulfah ini saya buat. Bila suatu kali saya ditanya anak, tentang diapa guru saya saat kuliah? Maka saya akan sebutkan diantaranya adlaah Pak Narko dan Ibu Zulfa dan tinggal saya search di “mbah google” sebagai rekam jejak tulisan seorang murid untuk mengenang gurunya.

 

Tentu, kawan-kawan saya di era 90-an, baik adik kelas maupun kakak kelas punya kenangan tersendiri dengan Pak Narko dan Ibu Zulfah. Tulisan ini hanya pemantik untuk sedikti mengenang guru-guru kita yang bergitu berjasa di masa belajar, di masa kuliah. Untuk itu, para alumni dan siapa pun yang membaca tulisan ini, mari kita kirimkan doa dan surat Al Fatihah untuk Alm Pak Soenarko dan Alhm Ibu Zulfahnur. Agar ilmu yang telah beliau ajarkan menjadi amal ibadah dan segala kesalahannya diampuni Allah SWT. Teriring doa agar beliau berdua mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.

 

Beginilah cara sederhana, seoarang murid menghormati gurunya. Menuliskan tentang kebaikan sang guru di masa-masa belajar dengannya. Maka saya bersaksi, bahwa Alm Pak Soenarko dan Almh Ibu Zulfahnur adalah orang baik. Dengan penuh ikhlas, saya berucap “Selamat Jalan Pak Narko dan Ibu Zulfah, kami bersyukur pernah menjadi murid Bapak dan Ibu. Hanya Allah SWT yang akan membalas kebaikan Pak Narko dan Ibu Zulfah”. Alfatihah … #IKABINDOUNJ #SelamatJalanPakNarko #SelamatJalanIbuZulfah

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar