Selasa, 31 Mei 2022

Prof. Dr. Didik Notosudjono Dilantik Jadi Rektor Universitas Pakuan Periode 2022-2027

Sebagai upaya mengoptimalkan layanan pendidikan dan mengembangkann kampus sebagai pusat unggulan, H.Subandi Al Marsudi SH. MH, Ketua Yayasan Pakuan Siliwangi resmi melantik Prof.Dr.rer.pol.Ir. H.Didik Notosudjono, M.Sc. sebagai Rektor Universitas Pakuan (Unpak) periode 2022-2027 yang dihadiri 200 undangan di Bogor (31/5/2022). Prof. Didik, pria kelahiran Kediri ini menggantikan Rektor Unpak sebelumnya, Prof. Dr. Bibin Rubini, M.Pd. yang telah berhasil menjadikan Unpak sebagai kampus yang unggul, mandiri, dan berkarakter.

 

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Didik Notosudjono, M.Sc. bertekad untuk menjadikan Unpak sebagai kampus unggulan dengan 6 prioritas, yaitu 1) akreditasi program studi Unggul dari BAN PT, 2) akreditasi Internasional, 3) pengembanan pusat unggulan, 4) penulisan jurnal bereputasi, 5) inisiasi usaha mandiri, dan 6) peringkat perguruan tinggi di Asia. Prioritas tersebut sejalan dengan misi untuk menjadikan Unpak sebagai kampus yang menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran yang unggul, menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi pada skala nasional maupun internasional, termasuk peningkatan kesejahteraan dosen, tendik, dan staf.

 

“Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Insya Allah, Unpak akan tetap menjaga tradisi akademik yang kompetititf dan berkontribusi terhadap kualitas dan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan usaha mandiri pun menjadi priorita Unpak ke depan yang membutuhkan Kerjasama semua pihak” ujar Prof. Dr. Didik Notosudjono, M.Sc.

 


Lulus dari S3 Universitaet Flensburg Jerman, Prof. Didik menekankan pula pentingnya kampus melakukan terobosan di era disrupsi teknologi dengan berbagai dinamikanya. Karena itu, Unpak akan terus meningkatkan kinerja dan menguatkan kolaborasi guna menghadirkan layanan yang terbaik di bidang Pendidikan dan pengajaran sesuai dengan spirit Kampus Merdeka. Harapannya, dosen dan mahasiswa pun mampu berkolaborasi agar Unpak mampu menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi, di samping menjunjung tinggi  nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, integritas, loyalitas, dan toleransi.

 

Berbekal pengalaman sebagai dosen sejak tahun 1985 dan menjadi Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan Unpak periode 2017-2022, Prof. Didik menegaskan akan melanjutkan kepemimpinan yang telah dirintis Prof. Dr. Bibin Rubini, di samping menjadikan Unpak sebagai kampus yang lebih menekankan “character-entrepreneurial-Asian reference university”. Untuk itu, dibutuhkan sinergi dari seluruh civitas akademika Unpak.  

Perkumpulan DPLK Gelar Hala, Bihalal Tahun 2022,, Perkuat Kerjasama dan Digitalisasi Akses

Bertajuk “Semangat Idul Fitri dalam Memperkuat Silaturahim”, Perkumpulan DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) sebagai lembaga yang menaungi pelaku industri DPLK di Indonesia menggelar Halal Bihalal Idul Fitri 1443 H secara tatap muka pada Selasa, 31 Mei 2022 di Jakarta. Dibuka oleh Ibu Sesri (Direktur Pengawasan Dana Pensiub IKNB OJK) dan Nur Hasan Kurniawan menghadirkan Ust. Abdullah Ramli CQ sebagai penceramah di hadapan 60 peserta.

 

Ketua Umum PDPLK dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri dan permohonan maaf lahir batin kepada seluruh anggota PDPLK, di samping mengajak untuk terus bekerjasama dalam memajukan industri DPLK ke depan.

 

Ibu Sesri sebagai Direktur Pengawasan Dana Pensiun IKNB OJK pun mengapresiasi industri DPLK di bawah koordinasi PDPLK yang tetap menjaga stabilitas bisnis untuk tetap tumbuh positif sekalipun di tengah pandemi Covid-19. "Dengan aset kelola mencapai Rp. 114 triliun, DPLK sangat menopang industri dana pensiun di Indonesia. Ke depan, mari bekerjasama lebih baik lagi dan bersiap eksekusi digital pensiun sebagai ekosistem dana pensiun ke depan" ujar Ibu Sesri dalam sambutannya.

 


Selain anggota dan pengurus Perkumpulan DPLK, acara halal bihalal ini pun dihadiri oleh Steven Tanner dan A.T. Sitorus sebagai dewan penasehat PDPLK. Momen halal bihalal ini pun menjadi tekad pelaku industri DPLK untuk terus berjuang dalam menyediakan program pensiun yang berkualitas.

 

Dalam ceramahnya, Ust. Abdullah Ramli menyampaikan pentingnya kebersamaan dan kerjasama untuk peduli kepada sesama. Bahwa dana pensiun disediakan bukan semata-mata untuk penjualan. Tapi untuk membantu orang lain agar hidup l nih sejahtera di masa pensiun. Karena itu, industri DPLK perlu memperhatikan 4AH dalam bertugas, yaitu 1) kafaah (ahli di bidangnya), 2) himmah (passionate), amanah, dan 4) jamaah atau bersama-sama dalam memajukan industri DPLK.

 

Untuk diketahui, industri DPLK sebagai program pensiun untuk pekerja dan pemberi kerja di Indonesia, saat ini melayani lebih dari 3 juta peserta. Upaya untuk mengoptimalkan program pensiun secara digital akan dibahas khusus dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) tahun 2022 di Bali pada 9-11 Juni di Bali yang dihadiri 26 pelaku DPLK di Indonesia. Salam #YukSiapkanPensiun #PDPLK #DanaPensiun

Senin, 30 Mei 2022

Menyoal Rendahnya Kesadaran Punya Dana Pensiun di Indonesia

Kesadaran pekerja di Indonesia akan pentingnya dana pensiun tergolong rendah. Ikhtiar pekerja untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera tergolong minim. Data OJK tahun 2019 menyebutkan tingkat inklusi atau kepemilikian dana pensiun hanya 6,18%, sedangkan tingkat literasi-nya hanya 14,13% dari jumlah pekerja di Indonesia yang mencapai 130 juta, yang terdiri dari 56 juta pekerja formal dan 74 juta perkerja informal.

 

Rendahnya kesadaran memiliki dana pensiun pun memberi konsekuensi 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali tidak siap pensiun hari ini. Bahkan faktanya, 7 dari 10 pensiunan di Indonesia pada akhirnya mengalami masalah keuangan. Itu berarti, para pensiunan tidak mampu membiayai kebutuhan hidupnya di hari tua. Di samping gagal mempertahankan gaya hidup seperti saat masih bekerja. Tak ayal, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menilai Indonesia akan memiliki tantangan besar dalam menghadapi era populasi menua (aging population) di tengah rendahnya kesadaran masyarakat menyiapkan dana pensiun (https://finansial.bisnis.com/read/20220530/215/1538055/kesadaran-punya-dana-pensiun-rendah-indonesia-hadapi-tantangan-besar-di-2060).

 

Bukti rendahnya kesadaran punya dana pensiun di Indonesia tercermin bisa dilihat dari program JHT (Jaminan Hari Tua) BPJS Ketenagakerjaan yang ingin diambil lebih cepat dari yang semestinya. Namanya jaminan hari tua, maka seharusnya diambil saat mencapai hari tua atau saat tidak bekerja lagi. Bila mau diambil sekarang, maka namanya “jaminan hari muda (JHM)”. Banyak pekerja kurang memahami pentingnya investasi untuk hari tua ayau masa pensiun. Terlalu buru-buru berniat mencairkan cadangan hari tua untuk hari ini. Maka, keadaan di hari tua jadi bermasalah secara keuangan. Karena gagalnya membangun aset keuangan hari tua yang setara dengan biaya di masa depan.

 

 

Masih kuat dalam ingatan kita. Ketika seorang pensiunan polisi di Semarang menjadi “manusia silver” di jalanan dan beritanya viral. Belum lagi banyaknya pekerja yang di-PHK dan uang pesangonnya tidak dibayarkan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Kondisi itu menjadi sinyal akan pentingnya setiap pekerja mempersiapkan dana pensiun sejak dini. Agar tingkat kesejahteraan di masa pensiun atau saat tidak bekerja lagi tetap terjaga. Apalagi angka harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini mencapai usia 73 tahun (BPJS, 2019). Bila usia pensiun di 55 tahun, maka masih ada masa kehidupan pensiunan selama 18 tahun. Pertanyaannya, dari mana sumber keuangan atau dana yang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan di hari tua?

 


Maka sebagai antisipasi terhadap rendahnya kesadaran pekerja atau masyarakat Indonesia akan pentingnya dana pensiun perlu dilakukan berbagai aksi nyata. Untuk meningkatkan kesadaran pekerja, di samping upaya merencanakan masa pensiun yang lebih sejahtera. Setidaknya ada 3 (tiga) aksi nyata yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pekerja akan dana pensiun, yaitu:

1.     Edukasi dana pensiun yang berkelanjutan akan pentingnya program pensiun bagi setiap pekerja untuk menyisihkan sebagian gaji untuk hari tua, baik di program wajib maupun sukarela seperi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan).

2.     Mitigasi risiko hari tua atau masa pensiun akan pentingnya investasi masa depan. Agar tercapai kesesuaian antara cadangan dana yang tersedia dengan tingkat kebutuhan hidup di hari tua atau disebut “replacement ratio” (tingkat penghasilan pensiun) yang dibutuhkan sebesar 70%-80% dari gaji terakhir di masa pensiun. Apalagi angka harapan hidup orang Indonesia kian meningkat, saat ini mencapai 73 tahun.

3.     Kemudahan akses dana pensiun bagi pekerja dan masyarakat. Harus diakui, saat ini tidak mudah akses bagi pekerja yang ingin memiliki program pensiun sukarela untuk tabungan hari tua. Industri dana pensiun perlu menyediakan akses digital agar masyarakat mudah memiliki program dana pensiun. Digitalisasi dana pensiun adalah keharusan di era digital.

 

Sulit untuk dibantah, bila dana pensiun digenjot secara masif dan berkelanjutan pada akhirnya kesejahteraan hari tua pekerja pasti tercapai. Sehingga industri dana pensiun di Indonesia pun dapat menigkatkan peran penting di sektor finansial, di samping mampu memacu pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Sekaligus menggenjot kontribusi industri dana terhadap GDP Indonesia yang saat ini aset dana pensiun hanya sebesar 2,7% dari GDP di 2020.

 

Sekali lagi, sangat penting meningkatkan kesadaran pekerja dan masyarakat akan pentingnya mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera. Apalagi ke depan, Indonesi akan menghadapi banyaknya populasi peduduk yang menua. Ketika jumlah penduduk usia tua membludak di era 2060-an. Salam #YukSiapkanPensiun #DanaPensiun #EdukasiDanaPensiun

 

Minggu, 29 Mei 2022

Tips Menulis di Taman Bacaan, Gimana Caranya?

Saat ditanya, bagaimana menulis yang paling gampang?

Jawab saya, menulis yang paling gampang adalah seperti kita ngobrol atau ngomong. Yang penting, tuliskan saja setiap ide dan pikiran seperti saat ngomong. Karena tidak ada resep paling jitu dalam menulis, selain ditulis, ditulis, dan ditulis. Untuk apa rajin ikut pelatihan menulis tapi tidak pernah menulis? Untuk apa pula ide dan gagasan banyak di kepala tapi tidak pernah dituangkan jadi tulisan?

 

Jadi, tips paling sederhana dalam menulis. Adalah ditulis, ditulis, dan ditulis. Bukan diseminarkan apalagi diniatkan saja. Karena menulis adalah prakti, bukan teori, Menulis juga keberanian bukan pelajaran. Menulislah seperti kita ngomongin orang, segampang dan selancar itulah menulis. Okay?

 

Seperti saya dan kedua anak laki-laki saya (Fahmi dan Farid). Pada tahun 2015 silam, di bulan puasa. Setiap malam seusai sholat tarawih selalu ngobrol soal-soal ringan tentang ibadah puasa. Dari kegelisahan, dari realitas. Selalu saja ada yang dibahas. Sebulan penuh ngobrol dan akhirnya terbitlah buku kumpulan cerpen "Surti Tak Mau Gelap Mata". Sebuah kisah reflektif dan motivatif religi modern. Agar menjadi hikmah bagi pembaca. Sebuah kumpulan cerpen renungan kehidupan. Bahwa dalam hidup ini, “tak sulit bagi yang mau, tak mudah bagi yang enggan …"

 

Sebagai pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak pun begitu, Saya selalu menuliskan apa pun aktivitas dan kegiatan di taman bacaan. Karena taman bacaan adalah tempatnya perbuatan baik. Maka setiap yang baik pun harus dituliskan. Agar jadi pelajaran orang-orang media sosial. Bila galau, resah atau benci saja mampu dituliskan. Kenapa aktivitas taman bacaan tidak mau dituliskan? Ketahuilah, setiap kebaikan yang dilakukan pasti akan kembali kepada yang melakukannya. Begitu pula sebaliknya. Tulis, tulis, dan tulis.  

 


Tips jitu menulis adalah tulis, tulis, dan tulis, Bukan niat tanpa mau menuliskan. Bukan pula ngobrol tapi tidak pernah menulis. Dan bukan pula rajin seminar menulis tapi tidak ada karya yang bisa dihasilkan. Seperti kata Ali bin Abi Thalib, “semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak. Lalu diperkuat oleh Imam Al-Ghazali yang berkata, “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". Ya, sesederhana itulah menulis.  

 

Maka tuliskanlah, apa pun dan di mana pun. Agar bisa dibaca orang lain atau minimal jadi renungan untuk diri sendiri. Karena sebaik-baik manusia adalah yang berani melakukan introspeksi diri (muhasabah diri). Karena siapa pun yang belum atau tidak menulis, maka ia belum menjadi dirinya sendiri. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka



Sabtu, 28 Mei 2022

Chand Kelvin Mengulik Kisah Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka untuk Televisi

Digawangi host Chand Kelvin, program SAFAR RTV mengangkat kisah pegiat literasi dan ibu buta aksara dua episode penuh. Shooting dan tayangan dalam genre “drama taman bacaan” ini terjadi di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.

 

Episode ke-1 berkisah tentang Syarifudin Yunus, pendiri TBM Lentera Pustaka yang mendedikasikan waktu dan tenaganya sepenuh hati di taman bacaan ditayangkan pada Sabtu 28 Mei 2022 pukul 06.30 WIB di Program SAFAR RTV.

Sedangkan episode ke-2 berkisah tentang Ibu Arniati (salah satu murid berantas buta aksara Syarif Yunus) yang tetap semangat untuk keluar dari belunggu buta huruf ditayangkan pada Minggu 29 Mei 2022 pukul 06.30 WIB di Program SAFAR RTV.

 

Chand Kelvin menyambangi langsung TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak, Dia mengulik kisah pegiat literasi yang berjuang untuk taman bacaan dan demi peningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Bisa jadi tayangan dua episode di taman bacaan ini adalah untuk pertama kali di industri televisi, khususnya RTV. Ytayangan yang bukan liputa TV, melainkan “reality shoe” seputar taman bacaan. Maklum selama ini, taman bacaan memang tidak banyak dipedulikan orang. Makanya taman bacaan sering disebut sebagai “jalan sunyi Pendidikan”

 


Kisah pegiat literasi, Syarifudin Yunus diberi tajuk “Berantas Tuna Aksara Dekat Ibukota”. Aksi mulia Syarifudin Yunus berawal dari keprihatinan mendapati orang tua di lingkungan Taman Bacaan Lentera Pustaka tidak bisa membaca dan menulis, di samping tingginya angka putus sekolah. Syarif pun, sejak 5 tahun lalu pun tergerak hatinya untuk mendirikan TBM Lentera Pustaka sebagai tempat membaca buku anak-anak usia sekolah secara gratis dan mengajarkan kaum ibu yang masih buta aksara. Ada pula motor baca keliling, yatim binaan, jompo binaan, dan koperasi simpan pinjam. Semuanya didedikasikan untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat sekitarnya. Sebuah aksi sosial yang tidak banyak dilakukan orang.

 

Setelah itu, Ibu Arniati dalam episode “Aku Malu Tak Bisa Baca Tulis” diangkat ke drama reality show. Sebagai salah satu murid Gerakan BERantas BUta aksaRA *GEBERBURA) TBM Lentera Pustaka, Ibu Arniati selalu semangat mengikuti pelajaran membaca dan menulis, secara rutin seminggu 2 kali. Di tengah kesibukannya sebagai asisten rumah tangga, ia merasa malu belum bisa baca dan tulis. Semangat belajar itulah yang memperkuat tekadnya untuk menyekolahkan anak setinggi-tingginya.  

 

Kedua kisah pegiat literasi tersebut dipadu dalam penceritaan yang ciamik untuk mengggugah pemirsa TB, di samping dapat menjadi kisah inspiratif akan pentungnya berbuat kebaikan kepada sesama, khususnya masyarakat yang membutuhkan. Khoirunnaas anfa’uhum linnaas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.

 

Setidaknya melalui tayangan program SAFAR, RTV telah mengangkat akan pentingnya peran taman bacaan di Indonesia. Sebagai kepanjangan tangan pemerintah untuk mengentaskan angka putus sekolah dan memberantas kaum buta aksara. Salam literasi #SafarRTV #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

 


Jumat, 27 Mei 2022

TBM Lentera Pustaka Meneladani Buya Syafii Maarif

Buya Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif telah pergi. Jujur, beliau adalah sosok yang saya kagumi. Bukan hanya seorang cendekiawan, beliau adalah guru kesederhanaan. Orangnya sangat bersahaja. Beberapa kali ikut seminarnya dan mencermati gayanya, saya sebut beliau "guru yang sederhana".

 

Tidak diragukan, figur dan pemikirannya kaliber internasional. Otaknya pun luar biasa. Tapi satu hal langka yang tidak dimiliki banyak orang. Buya sangat sangat sederhana. Dan patut jadi teladan dan contoh banyak orang di zaman begini. Apalagi bagi mereka yang gemar berlomba dalam kemewahan. Sombong dalam penampilan, untuk apa?

 

Buya, sekalipun eks petinggi Muhammadiyah, dia rela antre berobat di RSU Muhammadiyah. Pergi jadi narasumber seminar nasional hanya naik sepeda. Naik KRL ekonomi dari Tebet ke Bogor untuk pertemuan BPIP ke Istana Presiden, sekalipun ada jemputan untuknya. Lagi-lagi, sederhana-nya keterlaluan.

 

Belajar sederhana dari Buya Syafii Maarif. Itulah pelajaran sepeninggal beliau. Beli sabun cuci ke warung sendiri. Makan sendiri  di angkringan. Naik sepeda ke mana pun dia pergi. Ahh, langkanya teladan Buya di hari ini. Terima kasih Buya atas ilmu kesederhanaannya.

 

Buya seorang profesor, seorang pemikir jempolan. Tapi dia tetap sederhana. Tidak bergaya dalam hidup sekalipun dia punya. Hidupnya tidak mengejar materi apalagi harta dan kekuasaan. Buya, darimu saya banyak belajar arti hidup dan kesederhanaan.

 


Di mata Buya, sederhana itu bukan miskin. Sederhana adalah sikap dan pilihan hidup. Sementara di luar sana, ada banyak orang mempertontonkan kemewahan. Bahkan tidak sedikit orang miskin yang hidup tidak sederhana.

 

Hari ini banyak orang menjauhi hidup sederhana. Tapi Buya justru menikmati hidup sederhana. Dan terus menyederhanakan hidupnya, di mana pun dia berada. Sementara yang lain, terus berjuang hingga hari ini untuk terlihat mewah. Agar tidak dibilang sederhana.

 

Dari Buya, lagi-lagi, siapa pun bisa belajar. Bahwa hidup itu sederhana tapi sayang pikiran yang bikin rumit. Hidup itu sederhana tapi justru gengsi yang bikin mahal. Lalu kenapa kita tidak berani hidup sederhana? Termasuk TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogro pun meneladani Buya Syafii Maarif. Untuk selalu mengedepankan kesederhanaan pada setiap tindakan. Tetap menjadi apa adanya.

 

Terima kasih Buya atas kesederhanaannya. Karena sederhana itu di dalamnya ada sabar, syukur, dan ikhlas. Semoga almarhum Buya mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Dan kami tetap bertahan untuk hidup sederhana. Selamat jalan Buya ...

Kamis, 26 Mei 2022

Siapa Bilang Taman Bacaan Ada Batasnya?

Kata kawan saya, hidup itu ada batasnya. Sabar juga ada batasnya. Iya benar sekali, karena itu sudah kodrat manusia kan. Tapi kawan yang lain bilang, bahwa mimpi itu tidak ada batasnya. Bahkan sekolah dan pendidikan pun tidak ada batasnya. Jadi, yang benar mana? Ada batas atau tidak ada batas sih?

 

Mungkin sebagian orang lupa. Bahwa persoalannya bukan di batas. Tapi di ikhtiar. Soal apa yang sudah kita perbuat? Terus bila terbatas, maksudnya kita tidak perlu lakukan apa pun gitu? Atau bila tidak ada batas pun, apa yang bisa dikerjakan untuk orang lain? Jadi, bukan soal batasnya. Tapi soal ikhtiarnya.

 

Seperti di taman bacaan pun demikian. Jangan menuding minat baca anak rendah. Bila belum mampu sediakan akses bacaan ke anak-anak. Karena memang, tidak ada kok anak yang tidak mau membaca. Tapi masalahnya, harus ke mana dan di mana bila anak-anak itu mau membaca buku? Orang-orang dewasa sering lupa. Bahwa anak-anak itu lahir dengan desain yang baik dari Allah SWT. Mereka dirancang untuk jadi manusia bermanfaat dan berkualitas. Tapi sayang, kesempatan itulah yang langka dan jarang didapatkan anak-anak. Apalagi yang di kampung-kampung.

 


Prestasi dan kesuksesan sekalipun, sejatinya hanya bisa diraih bila tersedia akses-nya. Tidak cukup hanya kerja keras, apalagi angan-anagn belaka. Kebiasaan membaca pun hanya terjadi bila ada akses bacaannya. Maka penting untuk siapa pun, bersinergi dalam menghilangkan batasan-batasan itu. Termasuk membuang Batasan dalam diri sendiri, diri siapa pun. Fokuslah pada akses dan membangun peradaban yang lebih baik.

 

Literasi dan taman bacaan itu tidak ada batas. Asal mau berbuat dan mengabdi memperbaiki keadaan umat, keadaan lingkungan. Karenanya, saya tidak pernah terkesan dengan uang, posisi, atau gelar yang Anda miliki. Saya hanya terkesan dengan cara Anda peduli dan bertindak nyata untuk orang lain. Sekalipun hanya di taman bacaan.

 

Di taman bacaan hampir tidak ada batas. Membaca sambil ngobrol pun boleh. Main pun bisa. Asal jangan gibah atau ngomongin orang hanya berani di belakangnya. Itulah batas yang sesungguhnya. Maka di mana pun, bertindak baik itu tidak ada batas. kecuali orangnya sendiri yang harus tahu batasannya. Salam literasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen

 

Tentang Sikap Peduli di Taman Bacaan

Seorang kawan pegiat literasi bertanya ke saya. Gimana caranya bertahan di taman bacaan? Wah, agak berat pertanyaannya.

 

Tapi sederhananya gini. Untuk sebagian orang seperti saya, mungkin taman bacaan itu pilihan hidup. Bukan gaya hidup lho. Pilihan hidup kan artinya saya dengan sengaja memilih berkiprah di taman bacaan. Atau Allah SWT yang memilihkan untuk saya. Maka bila pilihan hidup ya dijalani saja. Toh, taman bacaan tidak ada jeleknya dan bahkan bisa jadi ladang amal kok bagi siapa pun.

 

Ibarat kata, kan ada orang yang beramal membangun masjid. Ada juga yang berdakwah. Nah saya pilih beramal di taman bacaan. Dakwah pendidikan akan pentingnya perilaku membaca di kalangan anak-anak. Apalagi di tengah arus deras main gawai atau efek era digital.

 

Lalu, soal kenapa bisa bertahan di taman bacaan? Ya karena sudah pilihan hidup. Tentu semua tergantung niatnya, ikhtiarnya dan doanya. Asal komit dan konsisten, bila dijalani sepenuh hati, pasti selalu ada alasan untuk bertahan. Karena hanya orang yang serius dan sepenuh hati yang bisa bertahan. Bila tidak, sudah pasti punah atau terlepaskan.

 

 

Jadi kenapa susah bertahan di taman bacaan? Karena kita masih setengah hati. Belum sepenuh hati terhadap taman bacaan. Serasa ada beban di taman bacaan, di samping terlalu banyak kekhawatiran. Enjoy saja. Semua problem pasti ada jalan keluarnya. Seperti semua penyakit pasti ada obatnya.

 


Jujur memang tidak mudah bertahan di taman bacaan. Karena dianggap jalan sunyi. Banyak yang tidak peduli. Tapi asal niat dan ikhtiarnya baik, insya Allah-lah semua akan indah pada waktunya. Suka-duka di taman bacaan itu lazim kok. Asal kita bisa kelola dengan baik. Bahkan sampai sekarang pun, di taman bacaan. Ada saja orang-orang yang tetap bertahan untuk nyinyir atau benci. Jadi biarkan saja, itu urusan mereka kan. Bukan urusan kita.

 

Bila tahu, taman bacaan adalah tempatnya perbuatan baik. Apalagi sudah jadi pilihan hidup. Maka kerjakanlah yang baik. Tidak usah gubris orang-orang yang tidak peduli. Karena ingat, tidak peduli itu penyakit yang akan mematikan kebaikan, di mana pun.

 

Jangankan di taman bacaan, dalam hidup siapa pun dilarang menyirami hari-harinya dengan keburukan. The show must go on kok. Tetaplah berpijak pada kebaikan yang sudah dirintis, apa pun keadaannya.

 

Dan di taman bacaan, selalu ada cara dan jalan untuk bertahan. Seperti kata orang yang sedang jatuh cinta. Bahwa yang tersulit dalam hidup itu bukan memilih. Tapi bertahan pada pilihan. Salam literasi. #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Selasa, 24 Mei 2022

TBM Lentera Pustaka Berbagi Pengalaman Literasi di Webinar Nasional Perpustakaan UI

Sebagai upaya untuk meningktakan budaya literasi generasi alfa dan masyarakat, UPT Perpustakaan UI hari ini menggelar webinar nasional bertajuk "Strategi Membangun Budaya Literasi pada Generasi Alfa" (25/05/2022). Kegiatan literasi ini dibuka oleh Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc. (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI) dan Mariyah, S.Sos., M.Hum. (Kepala Perpustakaan UI).

 

Dihadiri oleh 430 peserta dari berbagai daerah di Indonesia dan dimoderatori Maulidya Istiqfani A. (Pustakawan FKM UI), webinar digelar untuk membangun budaya literasi pada generasi alfa melalui layanan perpustakaan atau taman bacaan. Karena itu, wawasan pustakawan dan pegiat literasi perlu dioptimalkan agar dapat menarik generasi alfa yang kental dengan gaya hidup digital.

 

Gol A Gong (Duta Baca Indonesia) sebagai Narasumber ke-1 mengangkat fenomena sosial terkait budaya literasi di kalangan masyarakat Indonesia khususnya remaja, di samping berbagi pengalaman menjadi aktivis literasi hingga menjadi Duta Baca Indonesia, termasukd alam mengelola TBM Rumah Dunia.  

 

Sementara Narasumber ke-2, Syarifudin Yunus (Pendiri TBM Lentera Pustaka) memaparkan best practice atau praktik baik tata kelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) agar menjadi tempat yang asyik dan menyenangkan, bukan hanya tempat membaca buku. Dengan car aitu, taman bacaan dapat menumbuh-kembangkan minat baca anak-anak dan taman bacaan. Karena itu, solusi taman bacaan adalah 1) punya kinerja dengan aktif berkegiatan, 2) selalu promosi aktivitas literasi, dan 3) berani kolaboras dengan berbagai pihak.

 


Narasumber ke-3, David Judha Siagian, S.Hum (Pustakawan Perpustakaan Sekolah Binus School Semarang) menegaskan realitas budaya literasi di perpustakaan sekolah pada generasi Alfa dan upaya untuk mengembangkan layanan perpustakaan berbasis budaya literasi. Agar menjadi lebih menarik dan konsisten.

 

Kurniawati Yuli Pratiwi, S.Hum (Pustakawan UI) sebagai narasumber ke-4 memberikan tips akan pentingnya penyesuaian buku bacaan dengan minat anak. Agar aktivitas literasi menjadi lebih masif dan memberi nilai tambah kepada generasi alfa.

   

Webinar nasional literasi ini diikuti oleh masyarakat umum dan generasi alfa, pengelola perpustakaan sekolah, pengelola Taman Bacaan Masyarakat, pustakawan, dosen, dan mahasiswa. Ke depan, harapannya penyadaran generasi alfa dan masyarakat akan pentingnya budaya literasi menjadi lebih meningkat dan lebih konkret. Salam literasi.

Kerjakan yang Kecil Asal Manfaat, Komitmen Taman Bacaan Lentera Pustaka

Kata kawan saya, zaman begini banyak orang pengen jadi orang besar. Besar yang diartikan sukses, kaya atau hal yang hebat-hebat lainnya. Ya, tentu sah-sah saja. Dan siapa sih yang gak pengen jadi orang besar? Bila besar kayak begitu definisinya.

 

Besar itu ukuran. Berarti tidak kecil. Cuma pertanyaannya, apa ada hal yang besar tanpa dimulai dari yang kecil? Untuk apa besar bila sebatas niat atau pikiran. Tapi tidak diimbangi perbuatan. Lupa ya kawan, besar itu tercipta dari hal-hal kecil yang yang dikumpulkan terus-menerus.

 

Hati-hati, banyak orang pengen jadi orang besar sebatas di media sosial. Besar karena ingin pujian. Biar dibilang begini-begitu. Besar di mimpi bukan dunia nyata. Karena besar hanya omongan, bukan tindakan.

 


Lupa ya, semua orang besar itu memulai dari hal kecil. Apa pun dilakukan rutin lalu dievaluasi. Apa kurang dan lebihnya. Semua orang besar yang saya tahu, pasti mau belajar dan konsisten dalam melakukan sesuatu. Bukan angin-anginan atau tergantung mood. Orang besar pun berani jadikan kesalahan sebagai hikmah. Dan yang terpenting, orang besar itu selalu bertindak, berdoa dan bersyukur.

 

Kata adagium “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”. Maka lakukan saja yang kecil-kecil pada akhirnya pun akan besar. Seperti TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor pun begitu. Awalnya hanya ada 14 anak, kini lebih dari 100 anak pembaca aktif. Dulu hanya menjalankan program taman bacaan. Kini ada 14 program literasi, seperti: berantas buta aksara, kelas prasekolah, anak difabel, yatim binaan, jompo binaan, koperasi, dan motor baca keliling. Semuanya dimulai dari yang kecil dan sederhana kok.

 

Jadi gak usah pengen jadi orang besar. Cukup yang kecil-kecil saja tapi bermanfaat dan berkelanjutan. Lakukan apa saja yang baik dengan istiqomah. Mulailah kerjakan yang baik hingga tuntas. Jangan cuma memulai tapi tidak pernah mengakhiri. Belum sampai tujuan sudah berhenti. Buang-buang waktu.

 

Maka apa pun dan siapa pun. Cukup kerjakan yang baik dengan sepenuh hati. Selebihnya biarkan Allah SWT yang menentukan. Mulai saja dari yang kecil-kecil tapi bermanfaat. Daripada besar di pikiran dan omongan tapi tidak pernah dilakukan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

 

Senin, 23 Mei 2022

Bila Rajin Membaca, Apa Harus Sukses?

Jangan malu promosi atau menyuarakan praktik baik di taman bacaan atu TBM (Taman Bacaan Masyarakat). Karena “hidup mati” TBM tidak ditanggung oleh negara apalagi orang lain. TBM bisa maju karena inisiatif dan kreativitas pegiat literasi-nya. TBM kan aktivitasnya positif, pemandangannya juga buku-buku. Seger dan mencerahkan. Jadi, jangan malu mempromosikan TBM. Terus kalau bukan kita, siapa yang mau promosiin?


Baca buku itu bukan soal minat. Tapi soal kebiasaan dan akses. Anak kecil yang belum baligh itu disuruh sholat untuk membiasakan diri. Agar setelah baligh jadi taat sholat dan patuh agama. Ya membaca juga begitu, dibiasakan dari kecil. Agar saat remaja apalagi dewasa jadi terbiasa dekat dengan buku. Asal akses membaca-nya ada. Nah, selagi sudah dibiasakan dan akses-nya disediakan ya sudah cukup.


Lalu, apa dengan baca buku bisa sukses dan kaya?

Tentu tidak. Sukses dan kaya itu relatif. Menurut siapa dan ukurannya apa? Semua mahasiswa yang lulus dan jadi sarjana pun belum tentu dapat kerjaan. Anak sekolah yang juara 1 di kelas pun tidak ada jaminan sukses. Tapi yang penting, ikhtiar harus dilakukan dan promosi apa kebisaan-nya. TBM juga begitu, harus ikhitar dan promosikan aktivitas-nya yang baik Tidak usah gengsi apalagi malu aktif di TBM. TBM kan tidak makan gengsi apalagi ocehan yang tidak bermanfaat.

TBM itu bisa eksis dan bertahan, syarat-nya ada tiga: 1) kinerja-nya bagus, 2) kolaborasi dengan banyak pihak, dan 3) promosi sesering mungkin. Tanpa promosi, terus siapa yang tahu aktivitasnya TBM? Makanya promosikan, publikasikan, dan suarakan terus.



Kan katanya, siapa yang ikhtiar baik atas niat yang ikhlas. Maka hasilnya pun bagus bahkan lebih. Nah, promosi TBM di medsos itu ikhtiar. Biar publik tahu, apa sih yang dikerjakan dan apa manfaat TBM? Selain aktivitas-nya rutin dan sepenuh hati, TBM pun wajib hukumnya mempromosikan diri. Asal jangan hoaks, gibah atau ocehan yang tidak berguna. Karena kalau bukan kita yang promosikan, siapa lagi yang mau?


Seperti besok Rabu sore (25/5/2022). DAAI TV pun ikut mempromosikan aktivitas MOtor BAca KEliling (MOBAKE) TBM Lentera Pustaka untuk menjelajah ke Kampung Jami Desa Sukaluyu. Promosi soal kisah motor baca dalam menyediakan akses bacaan ke anak-anak usia sekolah di kampung-kampung. Agar lebih terbiasa membaca dan kian akrab dengan buku-buku bacaan. Sekalipun sibuk kerja, besok saya dari Jakarta akan datang ke TBM di kaki Gunung Salak hanya untuk melayani liputan DAAI TV. Setelah itu ya balik lagi ke Jakarta. Karena untuk TBM dan kebaikan, insya Allah saya komit untuk melayani. Apa pun kondisinya, apa pun kendalanya. TBM dan literasi harus terus diperjuangkan, ditegakkan.


Jadi, TBM di mana pun, memang harus lebih kerAS, cerdAS, tuntAS, dan ikhlAS (4-AS). Tidak usah malu promosikan diri. Karena TBM tidak ditanggung oleh negara atau orang lain. Salam literasi #LiputanTV
 #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka