Selasa, 31 Juli 2018

Anak Bukan Investasi; Jangan Berharap Keuntungan Finansial Dari Anaknya


Ungkapan “anak adalah investasi” tidak sepenuhnya benar. 
Sekalipun banyak orang tua yang setuju ungkapan itu. Mengapa tidak benar? Karena investasi seringkali dikonotasikan dengan uang atau materi. Bila anak sebagai investasi, maka suatu saat orang tua berharap akan mendapat keuntungan finansial dari anaknya. Anak bukanlah investasi.

Bagi orang tua di era milenial, anak adalah amanah. Siapapun yang memiliki anak, maka mengemban kepercayaan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk menjaga, melindungi, dan melaksanakan kepercayaan tersebut. Anak sebagai amanah. Berarti orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak dengan sebaik-baiknya. 

Sekali lagi, anak bukan investasi tapi amanah.
Investasi sama sekali berbeda dengan amanah. Bila ada orang tua berharap memetik hasil dari menyekolahkan anak hingga sukses tidaklah benar. Kesuksesan anak bukanlah untuk mengganti “investasi” berupa biaya pendidikan yang sudah dikeluarkan orang tua. Karena sekolah dan pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua. Amanah orang tua yang harus dilakukan kepada anaknya. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua. Namun bila anaknya sukses itu hanya bonus, bukan tujuan.


Karena anak adalah amanah. 
Maka orang tua harus memiliki rencana keuangan yang tepat dalam mendidik anak, termasuk biaya pendidikan anak. Mempersiapkan biaya pendidikan anak tidak boleh sembarangan, bahkan tidak boleh salah. Harus selalu dipersiapkan sejak dini. Karena untuk pendidikan anak, orang tua tidak mungkin menunda anak untuk masuk sekolah atau perguruan tinggi. Bila perlu, orang tua harus berhutang untuk bisa memenuhi biaya pendidikan anaknya. Biaya pendidikan anak, sungguh tidak bisa ditunda. Ketika anak harus sekolah dan membutuhkan biaya pendidikan, maka orang tua harus mampu memenuhinya.

Apalagi biaya pendidikan anak hari ini sangat jauh berbeda dengan biaya pendidikan anak pada 5 atau 10 tahun mendatang. Dana pendidikan yang ada hari ini bisa saja tidak mencukupi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, orang tua harus antisipasi biaya pendidikan anak pada saat diperlukan nanti. Salah satu caranya, dapat dilakukan dengan investasi. Agar biaya pendidikan anak pada saatnya tetap dapat terpenuhi. 

Lalu, bagaimana cara mempersiapkan dana pendidikan anak?
Jawabnya, tidak ada alasan untuk menunda investasi demi pendidikan anak. Maka mulailah tentukan tujuan investasi dan kemampuan keuangan yang ada. Sebagai orang tua, investasikan 10%-20% dari gaji setiap bulan untuk biaya pendidikan anak. Caranya, bisa dilakukan dengan membeli produk reksadana. Karena reksadana adalah salah satu instrumen investasi yang cukup prosfektif. Reksadana adalah satu satu instrumen investasi yang pas untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak di masa datang.


Salah satu bentuk reksadana yang dapat dipilih, antara lain berbentuk RDPT (Reksa Dana Pendapatan Terbatas) berupa Surat Berharga Perpetual. Reksadana ini tidak memiliki tanggal jatuh tempo namun memberikan rate 8.25% pa dengan pembayaran kupon setiap 3 bulan. Selain itu, DIRE Ciptadana pun dapat menjadi pilihan dalam memulai investasi untuk pendidikan anak.

Dengan pengalaman lebih dari 27 tahun, Ciptadana Asset Management (CAM) merupakan salah satu manajer investasi di Indonesia yang mengelola dana nasabah secara profesional. Saat ini CAM memiliki produk reksadana unggulan yang dapat memenuhi harapan masyarakat seperti: Reksa Dana Terproteksi Cipta Proteksi V, RDPT Ciptadana Infrastruktur Indonesia, dan DIRE (Dana Investasi Real Estate).

Selain itu, untuk memastikan target investasi dan bertumbuhnya kekayaan finansial nasabah, CAM juga menawarkan produk reksadana yang kompetitif dan terjangkau seperti: Rencana Cerdas, Cipta Syariah Equity (Saham), Cipta Syariah Balance, Cipta Dinamika (Campuran), Cipta Bond (Pendapatan Tetap), dan Cipta Dana Cash (Pasar Uang). Saat berani membuat keputusan investasi yang tepat, CAM selalu siap mendampingi Anda. #CIPTAinvestasi #ReksadanaCAM

KRL Jabon dan TBM Lentera Pustaka; Bersinergi Wujudkan Kawasan Wisata Warung Loa


Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu berubah …
Melalui program Kampung Ramah Lingkungan (KRL) JABON di Kp. Warung Loa Ds. Sukaluyu Kec. Taman Sari Kab. Bogor yang didirikan sejak April 2018 lalu, kini KRL Jabon memasuki “babak baru” untuk berkompotisi dalam penilaian Kampung Ramah Lingkungan (KRL) Percontohan dalam ajang "Bogor Kabupatenku Green and Clean 2018"; ajang pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh warga kampung setempat.

Hari ini, Selasa 31 Juli 2018, penilaian KRL Jabon dilakukan oleh Ibu Muji Lestari, Kepala Seksi Kemitraan Dinas Lingkungan Hidup Kab. Bogor didampingi oleh Bapak Teddy Pembang (Camat Taman Sari), Bapak M. Sobar (Sekcam Taman Sari), Bapak Sarip (Kepala Desa Sukaluyu) beserta aparatur lainnya. Tim penilai diterima oleh Pengurus KRL Jabon Kp. Warung Loa RW 12 Desa Sukaluyu dan warga yang antusias untuk perubahan kampungnya.

Seperti diketahui, KRL merupakan indikator keberhasilan program pelestarian lingkungan masyarakat yang difokuskan pada 1) penanganan sampah yang terstruktur melalui sistem bank sampah, 2) sistem sanitasi melalui pembuatan biopori, dan 3) konservasi atau penghijauan di setiap rumah penduduk hingga fasilitas umum.


Penobatan Kp. Warung Loa RW 12 sebagai Kampung Ramah Lingkungan adalah momentum penting terjadinya semangat "Warung Loa Berubah” untuk menjadi kampung yang lebih berdaya, kampung yang mampu menjadi “pemain” daripada “penonton”. Karena di era milenial ini, perubahan ke arah lebih baik harus dilakukan. Berubah dan harus berubah. Karena jika tidak, maka akan tergilas oleh zaman. Sementara kampung-kampung lain sudah maju ke mana-mana, mengapa kita tidak bisa?

Oleh karena itu, KRL Jabon diharapkan bisa menjadi “pelopor” perubahan lingkungan dan masyarakat Kampung Warung Loa di tengah era milenial. Bedrbekal kekompakan dan kesada5ran bersama, KRL Jabon bertekad untuk mengubah cara pikir dan perilaku masyarakat secara konkret. Tentu, berkat dukungan aparatur desa, tenaga pendamping KRL, dan masyarakat yang aktif untuk membangun kampungnya sendiri.

Patut diingat, KRL Jabon bukan hanya tanggung jawab pengurus. Tapi tanggung jawab semua warga. Kampung Ramah Lingkungan bukanlah jargon apalagi mimpi. Tapi realitas lingkungan yang sehat dan indah berkat partisipasi seluruh warga. Karenanya, KRL sangat membutuhkan aksi dan tindakan nyata warga dalam menciptakan dan mengelola lingkungan hidup secara terukur dan berkesinambungan. Terukur, karena harus dapat dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Berkesinambungan, karena bukan hanya untuk hari ini atau esok tapi untuk selamanya di masa mendatang hingga ke anak cucu nantinya.

Oleh karena itu, warga Kampung Warung Loa melalui KRL Jabon ingin terus bahu-membahu menjaga kelestarian lingkungannya. Mulai dari tidak membuang sampah sembarangan agar bersih, memanfaatkan bank sampah yang sudah tersedia, menanam pohon vertikultur di rumah masing-masing, hingga mempercantik lingkungan agar indah.


Dan yang paling penting untuk KRL Jabon adalah bersinergi antara seluruh masyarakat. Sinergi dalam program, sinergi dalam tujuan pemberdayaan. Sehingga ke depan, KRL Jabon bukan hanya jadi “percontohan” tapi harus mampu menjadi “objek wisata kampung”. Karena Kampung Warung Loa yang terletak di Kaki Gn. Salak adalah daerah strategis yang pasti dilalui dari-ke kawasan wisata di sekitar Gn. Salak, seperti: Pura Parahiyangan Agung, Kamoung Salaka, Curug Nangka, Highland Resort, Curug Luhur dan sebagainya.

Bila begitu, maka KRJ Jabon di Kampung Warung Loa RW 12 Desa Sukaluyu dapat menjadi wisata alternatif bagi wisatawan lokal di Gn. Salak Bogor. Itulah “target besar” KRL Jabon yang harus dapat direalisasikan. Sehingga berdampak positif bagi warganya, bagi pengurusnya, dan bagi pemerintah daerah. Untuk itu dan ke depan, sangat dibutuhkan KOMITMEN dan PENGORBANAN secara bersama-sama.

Selain KRL Jabon, Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu pun sudah memiliki TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka. Sebuah taman bacaan masyarakat yang kreatif dan inovatif sebagai sarana untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah, dari SD-SMP-SMA di Desa Sukaluyu. TBM Lentera Pustaka terbuka untuk umum, untuk anak-anak usia sekolah yang “sadar akan pentingnya membaca dan pengetahuan”. Saat ini TBM Lentera Pustaka telah memiliki koleksi lebih dari 2.650 buku dengan jam baca tiap Rabu-Jumta-Minggu.

Bahkan sebagai wujud dukungan terhadap penghijauan, saat ini TBM Lentera Pustaka sedang menjalankan program “1.000 tanama polybag” yang dibuat oleh anak-anak TBM untuk menanam berbagai tanaman yang akan ditempatkan di sepanjang jalan menuju TBM Lentera Pustaka sebagai “Zona Baca Hijau”. Di samping membuat “Wisata 3 Dimensi Tematik di Jalanan”.

Ke depan, TBM Lentera Pustaka pun akan mempelopori berdirinya “Wisata Literasi Lentera Pustaka” di Kampung Warung Loa; sebuah wisata perjalanan di alam sambil membaca buku. Tujuannya, untuk mengakrabkan anak-anak dengan "kebiasaan membaca" yang menyenangkan, membaca di sungai, di kebun, di alam terbuka sambil menikmati spot-spot foto yang instagramable.

“Hanya di Wisata Literasi Lentera Pustaka, setiap orang bisa berwisata sambil membaca buku dengan melakukan perjalanan di sungai dan kebun sambil melewati spot-spot foto yang indah” ujar Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka.


Wisata literasi Lentera Pustaka, nantinya akan menjadi kegiatan berwisata yang berbasis pada buku bacaan pertama di Indonesia. Wisata literasi  yang pantas menjadi alternatif bagi anak-anak dan keluarga untuk tetap dapat menikmati liburan namun tidak meninggalkan tradisi baca di alam.

Beberapa momen Wisata Literasi di Lentera Pustaka Kp.Warung Loa Ds. Sukaluyu Kaki Gunung Salak antara lain:
  • Spot "TBM Lentera Pustaka" untuk interaksi dengan anak-anak sebaya dalam membaca buku, bercerita dan berdialog untuk membangun "sense of humanity" anak.
  • Spot "Baca Puisi" dan "Baca Cerpen" dengan backdrop sastra yang telah disediakan sehingga siapapun dapat ber-ekspresi membaca puisi dan cerpen, sesuai dengan gaya masing-masing.
  • Spot "Baca di Sungai" sambil menikmati aliran Sungai Ciherang yang bening dan dingin; dengan spot foto "meja kursi bambu", spot "sepeda jengki jengkang", spot "batu membaca", spot "curug baca lentera" yang semuanya keren dan menarik. Tentu, semua fose harus sambil membaca.
  • Spot "Baca di Kebun", ada kebun singkong, kebun bambu, kebun honje, kebun cabai, dan kebun talas. Semuanya bisa ambil foto di tiap titik kebun sesuka hati.
  • Spot "Saung Baca" yang akan digunakan setiap wisatawan untuk menulis atau menceritakan kembali buku yang dibacanya selama di wisata literasi.

Maka kini, di tangan warga Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu, semua niat baik bisa terlaksana. Karena tidak ada niat baik yang terlaksana tanpa aksi nyata ….
Maka jangan kasih kendor. Teruslah berbuat untuk kebaikan lingkungan ke depan.

Seperti pesan indah, “Khoirunnas anfa'uhum linnas; sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”. Maka setiap detik, bagi siapapun, harus lebih baik dan lebih baik lagi … #KRLJabon, #TBMLenteraPustaka #WisataLiterasi #KampungWarungLoa #DesaSukaluyu

Minggu, 22 Juli 2018

Fashion Runners Donasi CSR Ke TBM Lentera Pustaka; Bukti Peduli Literasi Anak


Sebagai wujud kepedulian terhadap minat baca dan budaya literasi anak, Komunitas Fashion Runners menyalurkan donasi CSR (Community Social Responsibility) berupa buku bacaan, program kawasan hijau baca, dan Al Quran digital ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka hari ini (22/7) di Kaki Gunung Salak Bogor. Donasi Fashion Runners diserahkan secara langsung oleh Dini Indra (Ketua Komunitas Fashion Runners), didampingi Emira Oepangat (Pembina Komunitas Fashion Runners) kepada Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka di hadapan 50 anak-anak taman bacaan.

“Donasi Fashion Runners ini adalah bagian tanggung jawab sosial kami dalam membangun tradisi baca anak-anak usia sekolah. Karena kita prihatin minat baca anak-anak sangat rendah. Karena menurut studi "Most Littered Nation In the World" pada 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dalam urusan minat membaca” ujar Dini Indra, Ketua Fashion Runners dalam siaran pers yang disampaikan hari ini.


Fashion Runners berharap anak-anak TBM Lentera Pustaka bisa mendapat akses 150 buku bacaan baru, di samping bisa mewujudkan kawasan hijau zona baca di sekitar taman bacaan. Nantinya, anak-anak TBM Lentera Pustaka akan diajarkan untuk menanam bibit tanaman buah dan bunga di 1.000 polybag. Dan setelah tumbuh, akan diletakkan di sepanjang jalan desa sekitar TBM Lentera Pustaka sehingga tercipta lingkungan yang hijau dan asri.

“Atas nama TBM Lentera Pustaka, saya mengucapkan terima kasih atas kepedulian Komunitas Fashion Runners Jakarta. Donasi ini patut menjadi contoh konkret komunitas sosial dalam meningkatkan budaya baca anak-anak. Hal ini akan jadi motivasi anak-anak kami di taman bacaan untuk lebih rajin membaca” kata Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka.

Dengan donasi ini, maka TBM Lentera Pustaka kini memiliki lebih dari 2.650 koleksi buku bacaan yang akan dimanfaatkan oleh 60 anak yang aktif membaca dari 120 anak yang menjadi anggota. Anak-anak TBM Lentera Pustaka saat ini melakukan “jam baca” seminggu 3 kali (Rabu-Jumat-Minggu) setiap minggunya didampingi oleh 2 petugas TBM Lentera Pustaka.

“Di tengah gempuran era digital seperti sekarang, budaya membaca anak harus makin ditegakkan. Karena dengan membaca, akan lahir generasi penerus bangsa yang berwawasan luas, toleran dan memiliki karakter yang tangguh. Fashion Runners akan selalu komit demi tegaknya budaya baca anak-anak” tambah Emira Oepangat.


Sebagai satu-satunya taman bacaan masyarakat di Kec. Taman Sari Kab. Bogor, TBM Lentera Pustaka bertekad menjadikan anak-anak usia sekolah bisa terbeas dari ancaman putus sekolah, di samping dapat mewujudkan kawasan wisata literasi, sebuah perjalanan wisata sambil membaca di sungai, di kebun, dan di jalanan. Dengan mengusung #BacaBukanMaen, TBM Lentera Pustaka berusaha memperkuat pengetahuan dan wawasan anak-anak melalui bacaan.

“Taman bacaan adalah sarana penting untuk membentuk karakter anak. Pengetahuan anak akan tercermin dari minatnya terhadap bacaan. Karena buku, adalah cara sederhana meluaskan dunia anak-anak kita” tutup Syarifudin Yunus.
    
                                                                                                      
Sekilas tentang Komunitas Fashion Runners
Komunitas Fashion Runners (FR) adalah komunitas lari yang terdiri dari sekitar 60 anggota dengan berbagai latar belakang profesional seperti pengusaha, eksekutif bisnis tingkat atas dan profesional. Fashion Runners berfokus pada kebugaran sosial, pelatihan kompetitif rutin, pembaruan kesehatan serta pengetahuan nutrisi. Seringkali para anggota Fashion Runners berpartisipasi dalam lomba marathon seperti itu di tempat-tempat eksotis di Indonesia dan di seluruh dunia. Dua kali seminggu anggota bersidang untuk melatih secara kompetitif yang dipimpin oleh 2 pelatih profesional di wilayah Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.

Sekilas tentang TBM Lentera Pustaka
TBM (Taman Bacaan Masyarakat) LENTERA PUSTAKA adalah organisasi bidang pendidikan non-formal yang secara nyata ingin mewujudkan dan berpartisipasi dalam mendidik masyarakat melalui taman bacaan dan menyediakan buku-buku yang baik dan bermutu. Agar anak-anak memiliki “tradisi baca dan budaya literasi” yang baik. TBM LENTERA PUSTAKA secara resmi mendapat izin sesuai SK Bupati Bogor No. 421.10/01/Kpts/ITBM/Kec.Tamansari/2017 tertanggal 3 November 2017 dengan aktivitas meliputi: 1) jam baca 3 kali seminggu (Rabu-Jumat-Minggu), 2) penyediaan buku bacaan yang positif dan bermanfaat, 3) bedah buku, dan 4) edukasi tradisi baca dan peradaban budaya anak. Operasional TBM LENTERA PUSTAKA melibatkan karang taruna dan relawan. Dengan 2.600 koleksi buku bacaan, TBM Lentera Pustaka melayani sekitar 120 anak usia sekolah dari keluarga prasejahtera. Informasi lebih lanjut silakan kunjungi: Website TBM Lentera Pustaka di  https://tbmlenterapustaka.blogspot.co.id

Jumat, 20 Juli 2018

Cara Keren Mendirikan Taman Bacaan versi TBM Lentera Pustaka


Ada banyak pertanyaan ditujukan ke TBM Lentera Pustaka, tentang gimana cara mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM)? Jika dijawab secara teori memang agak susah. Namanya juga teori, susah dipraktikin. Oleh karena itu, TBM Lentera Pustaka ingin berbagi informasi dan pengalaman dalam mendirikan taman bacaan masyarakat, persis seperti yang dialami TBM Lentera Pustaka yang didirikan pada 5 November 2017 lalu di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kaki Gunung Salak Bogor.

Namun sebelum membahas teknis soal cara mendirikan taman bacaan masyarakat (TBM), hal penting dan pertama kali harus ditanamkan dalam diri kita adalah NIAT DAN KOMITMEN yang kuat untuk memberdayakan anak-anak dan masyarakat akan pentingnya menegakkan tradisi baca dan budaya literasi. Karena tanpa niat dan komitmen yang kokoh, sudah dapat dipastikan TBM yang didirikan tidak akan berumur panjang. Alhasil, tidak ada gunanya membangun TBM dan yang patut disesali bila anak-anak dan masyarakat sudah punya “harapan” tapi “terbunuh” karena TBM-nya tidak lagi beroperasi.


Sungguh, tidak mudah mendirikan dan mengelola TBM. Mendirikan TBM tidak mudah, apalagi mengelola TBM. Sama sekali tidak mudah dan tidak bisa dianggap remeh. Sementara orang di luar sana, baru sebatas ingin sebatas diskusi dan berwacana. Pegiat literasi yang ingin mendirikan TBM harus mampu mengubah “niat baik menjadi aksi nyata” dalam bentuk taman bacaan masyarakat.

Jadi, bagaimana cara mendirikan taman bacaan masyarakat (TBM)?
Mengacu pada pengalaman dan aktivitas yang dijalani TBM Lentera Pustaka selama ini, berikut 8 tips yang bisa dan patut menjadi perhatian terkait dengan pendirian taman bacaan masyarakat.

1.     Lakukan riset dan studi kelayakan demografi. Mendirikan TBM, tentu tidak boleh gegabah. Karena faktanya sekarang, ada TBM yang beroperasi tapi pembacanya tidak ada. Atau sebaliknya, pembacanya sangat banyak tapi TBM-nya tidak ada. Untuk itu, sebelum memutuskan mendirikan TBM langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan “riset sederhana dan studi kelayakan demografi” terhadap anak-anak dan masyarakat di daerah tempat TBM akan didirikan. Riset dan studi kelayakan pada dasarnya untuk mengetahui: a) apakah ada anak-anak dalam jumlah yang banyak sebagai calon pembaca di daerah tersebut, 2) apakah masyarakat khususnya para orang tua mendukung di daerah tersebut, dan 3) apakah keberadaan TBM bisa membuat perubahan pada masyarakat tersebut?

2.     Membangun fasilitas TBM berupa tempat baca dan rak buku, nama TBM. Jika point 1 jawabnya “ada”, maka berikutnya perlu dibangun fasilitas TBM berupa tempat baca dan rak buku. Lokasinya bisa di teras rumah, halaman rumah, garasi atau lokasi yang disepakati. Fasilitas ini adalah infrastruktur penting untuk sebuah TBM. Oleh karena itu, harus dibangun terlebih dulu dengan optimal. Mengenai biaya dan fasilitasnya sih relative, bisa sederhana bisa mewah tergantung kepada pendiri/pengelola TBM. Jangan lupa berikan label “Nama TBM” sebagai promosi dan branding untuk TBM.


3.      Mengurus Perizinan Resmi Operasional TBM. Izin TBM jangan dianggap sepele. Biar tidak masalah di belakang, sebaiknya izin TBM harus dibuat. Izin TBM biasanya dikeluarkan oleh Pemda Tingkat II, Bupati atau Walikota. Namun dalam realisasinya bisa dimandatkan kepada Camat. Untuk perizinan diperlukan syarat diantaranya status tanah lokasi TBM, pernyataan dukungan warga masyarakat, dan surat keterangan dari RT/RW/Kepala Desa. Intinya, bila dokumen lengkap maka perizinan seharusnya bisa diperoleh.

4.      Pastikan Koleksi Buku Bacaan Tersedia. Jika sudah tersedia tempat baca dan rak buku serta izin TBM, hal yang paling mutlak harus disiapkan segera mungkin adalak koleksi buku bacaan untuk TBM. Artinya, TBM hanya bisa beroperasi bila ada bukunya. Maka koleksi buku bacaan dipastikan harus tersedia. Awalnya, koleksi buku bisa puluhan atau ratusan tapi sambil berjalan harus bisa mengoleksi buku dalam jumlah ribuan. Kenapa harus ribuan buku? Agar anak-anak yang baca tidak kehabisan buku bacaan alias selalu ada judul buku baru yang bisa dibaca. Gimana caranya dapat buku? Tentu ada banyak cara, bisa dengan meminta ke rekan-rekan yang punya buku alias donasi dari perorangan atau lembaga, bisa juga membeli sendiri buku yang diinginkan.


5.      Tentukan Jam Baca dan Petugas Jaga TBM. Sekalipun bersifat social, TBM tidak bisa dikelola sembarangan. Sebagai contoh, TBM yang baik, menurut saya, harus punya jam baca. Artinya, ada waktu ternetu yang ditetapkan untuk anak-anak membaca. Bukan sembarang waktu dan setiap hari bisa membaca. Karena TBM bukan perpustakaan. Dengan jam baca, anak-anak jadi punya jadwal khusus untuk ke TBM. Selain itu, TBM juga harus punya “petugas jaga” yaitu orang yang secara khusus melayani anak-anak saat jam bawa. Petugas jaga bisa dibilang sebagai orang yang “buka tutup warung TBM”. Tentu, petugas jaga juga harus dikasih honor agar punya tanggung jawab. Dan ingat, zaman now memang tidak ada yang mau gratisan. Jika ada relawan pun, biasanya relawan berisifat kadang-kadang tidak bisa hadir di setiap jam baca.

6.      Buat Event Bulanan TBM Biar Menarik. Event bulanan di TBM itu hanya produk marketing. Agar anak-anak selalu semangat dan termotivasi untuk membaca di setiap jam baca. Seperti di TBM Lentera Pustaka, event bulanan selalu digelar setiap bulan dengan menghadirkan “tamu dari luar” untuk sharing dan unjuk keterampilan di depan anak-anak, di samping menjadi ajang penghargaan untuk pembaca terbaik setiap bulannya dan “pesta rakyat” untuk anak-anak jajan gratis tukang jajajan keliling yang lewat. Event bulanan biasanya bikin anak-anak tertarik dan selalu ditunggu momentumnya.


7.      Bekerjasama dengan Korporasi/Komunitas. Patut diingat, TBM adalah pekerjaan sosial. Selain butuh komitmen dan waktu khusus, TBM juga membutuhkan biaya operasional khususnya untuk membeli buku baru dan kebutuhan TBM. Oleh karena itu, TBM harus menjalin kerjasama dengan pihka korporasi atau komunitas yang peduli terhadap gerakan tradisi baca dan budaya literasi. Sebutlah, mengajak CRS (Corporate Social Responsibilty) korporasi atau komunita. Agar mereka juga bisa ikut serta membantu TBM, toh untuk kebaikan anak-anak generasi penerus bangsa agar rajin membaca.

8.      Promosikan Aktivitas TBM Kita. Sekarang ini zaman milenial, zaman media sosial. Maka tidak ada salahnya, apapun aktivitas yang dilakukan di TBM harus dipromosikan atau disebarluaskan melalui media sosial. Hal ini penting agar kita bisa menunjukkan aktivitas TBM yang digemari anak-anak dan berdampak langsung buat masyarakat. Promosikan tiap jejak kebaikan yang dibuat oleh TBM, jangan mempromosikan berita bohong atau kebencian di media sosial. TBM itu ada untuk kemaslahatan umat, maka buatlah orang lain tahu aktivitas yang ada di TBM.

Itulah 8 cara mendirikan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) versi TBM Lentera Pustaka. Tentu, dasarnya bukan teori harus gini harus gitu. Tapi itu semua adalah tahapan yang memang dilakukan oleh TBM Lentera Pustaka sejak awal didirikan hingga kini beroperasi. Alhamdulillah, animo anak-anak dan masyarakatnya banyak, donasi buku selalu mengalir, dan dukungan korporasi/komuntas untuk CSR pun selalu ada.


“Terus terang, TBM memang pekerjaan sosial. Tapi tata cara mendirikan dan mengelolanya harus profesional. Agar bisa diukur kemajuan dan dampaknya buat masyarakat. Alhamdulillah, TBM Lentera Pustaka sudah on track dan akan terus menebar virus membaca ke anak-anak” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor.

Adalah fakta anak-anak Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Seperti kata studi "Most Littered Nation In the World" dari Central Connecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dalam urusan minat membaca. Bahkan fakta lainnya menunjukkan bahwa masih banyak anak-anak di daerah yang tidak memiliki akses untuk membaca buku. Untuk itu, TBM sangat diperlukan di berbagai daerah.

Terakhir, tradisi baca dan gerakan literasi harus dipahami sebagai perilaku, perbuatan bukan sebatas pelajaran atau teori. Membaca harus jadi gaya hidup anak-anak, untuk mengimbangi gempuran era digital seperti sekarang. Jika tidak, maka anak-anak kita akan tergerus bahkan tersingkir "di makan" zaman dan peradaban.

“TBM adalah peninggalan terakhir kita, suatu saat bila kita tiada. Bacalah dan Tuhanmu sangat pemurah, karena telah mengajarkan kita dengan pena, yang mengajarkan manusia tentang apa yang tidak diketahuinya“ …
Salam Literasi #TBMLenteraPustaka #TradisiBaca #BudayaLiterasi #BacaBukanMaen


===========================
Jadilah RELAWAN & DONATUR TBM LENTERA PUSTAKA untuk membangun tradisi baca bagi anak-anak/remaja yang membutuhkan, di samping memberi edukasi akan pentingnya peradaban dan etika.

Untuk informasi lebih lanjut dan partisipasi/donasi dapat menghubungi:
TBM Lentera Pustaka
Jl. Masjid Jami Kp. Warung Loa No. 77 RT 01/12 Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Kab. Bogor 16610
Telp:  0812 8568 3535 atau Email: lentera.pustaka77@gmail.com

Rekening Bank BNI Cabang Jkt. Sampoerna Strategic (a.n. Syarifudin Yunus)
No. Rek. 028-826-1601

Mari wujudkan mimpi anak-anak di masa depan melalui buku ...

Sabtu, 14 Juli 2018

Kenapa Harus Sekolah Asrama ? Pelajaran dari SMAN CMBBS Pandeglang


Musim sekolah anak-anak telah tiba. Tahun ajaran baru dimulai.
PPDB dengan sistem zonasi sekolah pun menuai kecaman. Karena sebagian anak gak bisa dapat sekolah yang dituju, peminatnya kebanyakan. Terpaksa harus ke sekolah swasta. Semua itu adalah bukti. Betapa sekolah dan pendidikan menjadi bagian terpenting dari hidup anak-anak. Bahkan orang tua pun siap lelah, ngotot hingga merogoh kocek demi sekolah anak-anaknya. Betul kata orang tua zaman dulu, apapun siap diperjuangkan orang tua demi sekolah anak.

Di tengah hiruk-pikuk soal sekolah, sekolah asrama atau boarding school menjadi salah satu pilihan orang tua. Sekolah asrama merupakan sekolah di mana para siswanya tidak pulang-pergi dari rumah ke sekolah. Tapi "menginap" di asrama selama masa pendidikan. Sekolah asrama lagi jadi tren pilihan orang tua zaman now. Karena bisa jadi, orang tuanya sibuk dan gak sanggup mendampingi anak sehari-hari karena kerja. Di samping tidak menutup kemungkinan, karena orang tua gak mau repot urusan mendidik anak. Nah jika begitu, memang sekolah asrama jadi pilihan. Karena di sekolah asrama, selain pelajaran umum sebagai standar akademik juga diberlakukan kurikulum agama untuk membangun akhlak dan tauhid anak-anak.


Untuk bisa meraih sekolah asrama, sangat wajar, orang tua siap merogoh kocek besar-besaran. Asal bisa belajar boarding school sekalipun jauh dari rumah. Zaman now itu zaman milenial, penuh godaan bahkan tantangan yang luar biasa. Orang tua pasti kewalahan mendidik anak-anaknya. Maka salah satu upaya "menyelamatkan" anak-anaknya, sekolah asrama atau boarding school pasti jadi pilihan.

Sekolah asrama memang penuh suka duka bagi anak-anak. Apalagi bagi yang pertama kali sekolah di asrama. Jauh dari rumah, jauh dari orang tua. Bahkan kebiasaan hari-harinya di rumah pun menjadi hilang. Karena si anak, sekolah tapi di asrama. Tidak lagi pulang ke rumah.

Sekolah asrama dianggap pilihan pendidikan terbaik bagi orang tua untuk anaknya. Kenapa? Biar orang tua gak khawatir terhadap anak. Karena zaman now zaman pergaulan bebas, zaman menakutkan bila kurang kontrol terhadap anak. Apalagi pengaruh lingkungan buruk dan kesibukan bikin orang tua sulit mengawasi anak. Jika demikian, sudahlah sekolah asrama pasti pilihannya.

Kenapa sekolah asrama atau boarding school jadi pilihan orang tua?
Setidaknya ada 5 alasan yang bikin orang tua tenang menyekolahkan anaknya di sekolah asrama atau boarding school:

1. Mandiri
Karena dengan sekolah asrama, si anak harus mengatur segalanya sendiri. Tanpa bantuan orang tua. Muali dari jadwal belajar dan kelengkapannya, makan siang, mengaji, mencuci pakaian, hingga menata tempat tidur dan lemari di asrama, semuanya diatur sendiri. Otomatis, sekolah asrama bikin anak mandiri.

2. Religius
Biasanya sekolah asrama memang mengutamakan aspek religius; akhlak dan tauhid. Kurikulum agama menjadi “kunci penting” sekolah asrama. Harapannya, anak sekolah asrama memang memiliki pengetahuan dan perilaku agama yang lebih baik, di samping pelajaran umum. Di tengah kesibukan orang tua dan peradaban zaman yang kian tak terkontrol, pendidikan agama inilah yang paling penting bagi anak-anak.

3. Terampil
Anak di sekolah asrama biasanya lebih terampil. Baik dalam pelajaran dan maupun minat bakat. Karena anak di sekolah asrama lebih fokus dalam segala hal. Sekolah dan bertempat tinggal di asrama menjadikan anak punya waktu cukup untuk mengasah pengetahuan dan kompetensi hingga terampil.

4.    Tanggung Jawab
Anak di sekolah asrama umumnya lebih tanggung jawab, bahkan lebih disiplin. Karena keseharian di sekolah dan di asrama harus dikendalikan dirinya sendiri. Tugas di sekolah, tugas di asrama, dan mengatur waktu demi waktu mengajarkan anak menjadi lebih tanggung jawab. Karena jika tidak, mereka akan kesulitan sendiri.

5.    Toleran
Sekolah asrama pun menjadikan anak-anaknya lebih toleran. Karena di asrama, si anak bergaul dengan beragam karakter dan perilaku teman-temannya. Sikap toleran sangat penting dalam hidup di era milenial, di samping menjadikan anak punya sikap pengertian dan saling menghargai sesama teman. Bahkan suka duka, pahit manis sekolah di asrama sangat membiasakan anak-anak hidup dalam suasana yang penuh solidaritas.

Kelima alasan belajar di sekolah asrama di atas bukanlah isapan jempol. Itu semua saya tuliskan sebagai ekspresi pengalaman. Karena anak saya, Farid Nabil Elsyarif, tanpa terasa saat ini telah duduk di kelas III IPA 2 SMAN CMBBS (Cahaya Madani Banten Boarding School), sekolah negeri milik Pemerintah Propinsi Banten. Dua tahun lalu, sebagai orang tua, saya sepertinya sulit melepaskan atau membayangkan anak berada di sekolah asrama. Tapi seiring waktu berjalan, kini saya merasa bangga, bangga, dan bangga. Karena kelima hal di atas, menjadi bukti hebatnya anak-anak yang sekolah asrama atau boarding school. Sehingga wajar, bikin orang tua tenang dan tentram hati melihat anaknya. Hebatnya lagi, sekolah asrama atau boarding school SMAN CMBBS yang berlokasi di Pandeglang bukan sembarang sekolah. Di samping sekolah ini gratis karena atas biaya pemerintah daerah, proses seleksi untuk bisa masuk di SMAN CMBBS pun tergolong ketat. Ada 5 tahap seleksi yang harus diikuti si anak, ketat dan sangat kompetitif. Maka bersyukur, bila bisa belajar di SMAN CMBBS. Apalagi di atas 90% siswanya saat ini, bisa diterima di perguruan tinggi negeri melalui jalur apapun.

Sederhana, mungkin karena sekolah asrama di SMAN CMBBS. Anak saya selama liburan di rumah sering terlihat memakai sarung. Kain sarung, pakaian tradisional kalangan santri yang mungkin sebagian banyak orang sudah enggan memakainya.


Zaman now, mungkin tidak sulit menjadikan anak-anak untuk pintar. Tapi sangat sulit mencetak anak-anak yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Di sekolah asrama, dipastikan ada pendidikan ada pula akhlak. Karena untuk apa pendidikan tinggi, tapi akhlak rendah.

Maka tidak bisa tidak, bahkan bila perlu menjadi harga mati.
Pendidikan memang harus tinggi. Tapi akhlak harus jauh lebih tinggi melangit … #SMANCMBBS #SekolahAsrama #BoardingSchool


Sabtu, 07 Juli 2018

Lebaran Di Taman Baca Ala TBM Lentera Pustaka


TBM Lentera Pustaka sebagai taman bacaan masyarakat satu-satunya yang ada di Kec. Taman Sari Kaki Gunung Salak menggelar open house “Lebaran Di Taman Baca” terkait perayaan Idul Fitri 1439 H. Lebaran Di Taman Baca ini tergolong unik, boleh disebut ala TBM Lentera Pustaka.

Uniknya karena open hous ini terletak pada 1) anak-anak bersama warga TBM Lentera Pustaka tetap membaca sambil menikmati hidangan kue yang tersedia, 2) semua anak yang hadir bernyanyi bersama lagu-lagu Nissa Sabyan yang lagi hits, dan 3) anak-anak pun melatih budaya antre saat menikmati jajanan keliling bakso secara gratis. Dihadiri sekitar 50 anak-anak TBM Lentera Pustaka dan warga, suasana open house “lebaran di taman baca” tergolong meriah dan penuh keceriaan.


“Open house “Lebaran Di Taman Baca” ini baru kali pertama digelar dan akan menjadi tradisi tahunan di kampung warung loa ini. Niat dan tujuannya sederhana, agar anak-anak di sini pun dapatmerasakan suasana lebaran yang menggembirakan. Maklum, kampung ini tergolong kampung yang prassejahtera” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di sela acara.

Open house “lebaran di taman baca” ini pun menjadi bagian dari membangun semangat anak-anak agar tetap rajin membaca di TBM Lentera Pustaka. Di samping untuk menghibur anak-anak yang memang di kesehariannya kurang hiburan. Patut dipahami, membangun tradisi baca dan budaya literasi di kampung seperti di Kaki Gunung Salak tidaklah mudah. Maka, perlu dilakukan berbagai inisiatif dan terobosan agar anak-anak tidak kehilangan semangat membaca setiap harinya. Jangan di kampung, anak-anak kota pun saat ini semakin sulit membangun tradisi baca. Apalahi di tengah gempuran gawai atau gadget yang makin sulit dikontrol.

Dalam kesempatan ini, TBM Lentera Pustaka pun meluncurkan “tradisi baru” berupa DOA LITERASI yang dilakukan anak-anak sebelum membaca. Doa Literasi itu adalah “Bismillahirohmannirohim, ya Allh tambahkanlah ilmuku, mudahkanlah urusanku, lancarkanlah TBMku, amiin”. Sebelumnya anak-anak TBM Lentera Pustaka sudah terbiasa dengan SALAM LITERASI dan SENAM LITERASI.

Ke depan setelah Idul Fitri 1439 H ini, TBM Lentera Pustaka akan melakukan “aksi penghijauan 1.000 polybag”. Setiap anak akan bertanggung jawab terhadap 20 polybag yang akan ditanami bibit cabai, tomat, bunga, dan pohon jalanan. Anak-anak akan mengisinya dengan tanah, menabur bibit, hingga pohonnya tumbuh. Setelah tumbuh, maka pohon-pohon tersebut akan diletakkan di sepanjang jalan menuju TBM Lentera Pustaka. Agar menjadi lingkungan yang asri dan hijau.


TBM Lentera Pustaka pun saat ini sedang mencari investor untuk membuat dan mengembangkan kawasan WISATA LITERASI LENTERA PUSTAKA, yaitu rekerasi sambil membaca buku dengan menyusuri kebun dan sungai. Wisata Literasi ini akan menjadi wisata yang menarik bagi keluarga dan anak-anak, karena selama perjalanan wisata harus membaca dengan buku yang disediakan dari TBM Lentera Pustaka.

Seperti diketahui, saat ini TBM Lentera Pustaka memiliki 60 anak yang aktif membaca dari 120 anak yang menjadi anggota. Dengan 2.500 koleksi buku yang ada, anak-anak TBM Lentera Pustaka melakukan “jam baca” seminggu 3 kali (Rabu-Jumat-Minggu) setiap minggunya didampingi oleh 2 petugas TBM Lentera Pustaka.



Ke depan, TBM Lentera Pustaka bertekad untuk bisa menjadi “lentera” bagi anak-anak kampung yang selama ini jauh dari akses buku-buku bacaan. Melalui buku, TBM Lentera Pustaka berusaha untuk “menerangi” kehidupan seharo-hari anak-anak kampung. Berbeka motto “Baca Bukan Maen”, TBM Lentera Pustaka hanya ingin menyeimbangi antara waktu main dan waktu baca di kalangan anak-anak. Maka untuk “menyalakan api lentera pustaka”, TBM Lentera Pustaka mengundang masyarakat untuk menjadi relawan, pengisi acara bulana, atau bahkan menjadi donator TBM Lentera Pustaka.

Karena ketahuilah, “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. Dan untuk itu, TBM Lentera Pustaka selalu ikhtiar untuk menebar manfaat bagi orang banyak dalam kebaikan, termasuk kebaikan dalam membangun tradisi baca dan budaya literasi anak-anak yang membutuhkan … #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen