Jumat, 30 September 2022

3 Manfaat Kolecer Literasi di Taman Bacaan, Jadikan Baca Buku Lebih Rileks

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka meluncurkan “Kolecer Literasi” sebagai kotak literasi cerdas untuk jadikan membaca buku lebig rileks (30/9/2022). DIhibahkan dari Dinas Arsip & Perpustakaan (DAP) Kabupaten Bogor, kolecer literasi ini diharapkan jadi “tempat baru” dalam meningkatkan giat membaca anak-anak dan warga di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari. Di samping jadi tempat ngobrol yang lebih literat, ngobrol di sekitar kolecer sambil memegang buku.

 

Berasal dari istilah mainan populer di kalangan masyarakat Sunda, kolecer yang berarti baling-baling memiliki makna filosofi untuk mengajarkan tiap orang harus menjadi manusia yang cerdas lalu berhenti sejenak untuk merenung dan introspeksi diri. Untuk apa kecerdasan atau kesuksesan diraih, ada manfaatnya atau tidak? Kolecer hanya mengingatkan pentingnya “berhenti sejenak” untuk evaluasi diri sebelum melanjutkan melangkah berikutnya ke depan. Seperti buku pun menjadi media introspeksi diri tentang ilmu dan akhlak dalam kehidupan manusia.

 

“Selain menjadi fasilitas membaca buku, kolecer literasi TBM Lentera Pustaka akan dijadikan spot foto baru di taman bacaan. Kami akan lengkapi dengan kursi-kursi baca agar lebih rileks dan menarik. Sebagai cara sederhana untuk jadikan membaca sebagai aktivitas yang asyik dan menyenangkan. Ngobrol sambil baca buku di kolecer pun boleh” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor.

 


Melalui kolecer literasi TBM Lentera Pustaka, setidaknya ada 3 (tiga) manfaat nyata yang diperoleh anak-anak dan masyarakat saat membaca buku di kolecer, yaitu:

1.      Memilih buku bacaan yang sesuai dengan dirinya. Sebagai simbol pentingnya kemampuan mengukur diri dan memilih prioritas dalam hidup. Seperti bermain media sosial pun harus dipilih, untuk apa apa dan apa manfaatnya?

2.      Memahami apa yang tersirat dari yang tersurat. Buku-buku sebagai bacan tersurat harus bermakna untuk hal-hal yang tersirat dalam hidup. Untuk apa cerdas dan sukses bila tidak bermanfaat untuk orang lain?

3.      Mampu menemukan ide dan gagasan baru. Sebagai simbol pentingnya ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan ikhtiar baru yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Sebagai kotal literasi cerdas, kolecer TBM Lentera Pustaka menegasakn bahwa membaca buku adalah proses. Membaca buku tidak harus langsung memahami isinya. Seperti orang-orang yang pandai ngomongin atau menghitung dosa orang lain pun tidak langsung membuatnya menjadi “orang suci”. Maka jadilah manusia literat melalui buku. Salam literasi. #KolecerLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka



Workshop Penguatan Taman Bacaan, Sinergi Dinas Arsip-Perpustakaan dan Forum TBM Kab, Bogor

Bertajuk “Bersama Kita Kuat”, Dinas Arsip dan Perpustakaan (DAP) Kab. Bogor menggelar Workshop Penguatan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) bekerjasama dengan Forum TBM Kab, Bogor (30/9/2022). Dibuka oleh Priyo Eko Wahono, Pustakawan Perpusda Kab, Bogor dan dihadiri 32 pengelola TBM se-Kabupaten Bogor, workshop ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan motivasi pengelola taman bacaan untuk terus berkiprah dalam menegakkan kegemaran membaca dan budaya literasi masyarakat di Kab. Bogor.

 

“Kami sangat mendukung aktivitas taman bacaan yang ada. Maka workshop ini digelar sebagai bagian meningkatkan sinergi antara DAP Kab. Bogor dan Forum TBM Kab. Bogor. Selain untuk memotivasi rekan-rekan pegiat literasi, semoga indeks literasi Kab, Bogor bisa terus ditingkatkan” ujar Priyo Eko Wahono dalam sambutan pembukaan di Aula Perpustakaan Kab. Bogor.

 

 


Dipandu oleh Ansori (MC), Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka & Penasihat Forum TBM Kab. Bogor sebagai narasumber pertama memaparkan pentingnya praktik baik di TBM dalam memperkuat eksistensi di tengah masyarakat. Caranya dengan memperbaiki tata kelola agar menjadi TBM yang aktif dan kreatif, di samping konsisten ber-literasi. Selain itu, TBM pun harus terus bergerak untuk meraih kinerja dan berani promosi sehingga bisa berkolaborasi dengan pihak lain, khususnya dalam CSR dan meraih dana operasional. Sementara Sitta Alia, Pengelola Perpustakaan KAIT Plus dan Ketua Forum TBM Kab. Bogor sebagai narasumber kedua mengupas pentingnya administrasi TBM khususnya dalam pendataan koleksi buku, pengkodean buku, dan profil TBM terkait pembaca dan kunjungan.  

 

Antusiasme peserta workshop pun terlihat melalui pertanyaan yang disampaikan. Ada semangat yang kuat untuk mengembangkan TBM di wilayahnya. Karena itu, workshop penguatan TBM ini dinilai positif dan dapat dilanjutkan di masa yang akan datang. Selain untuk menjadi momen untuk sinergi yang lebih efektif dalam menggerakkan aktivitas membaca dan literasi bagi masyarakat Kabupaten Bogor, workshop ini pun jadi ajang silaturahim pegiat literasi Kab. Bogor dengan DAP Kab. Bogor.

 

Workshop penguatan TBM ini sangat efektif untuk menyamakan persepsi dan inisiasi antar pegiat literasi TBM. Agar dapat memberi manfaat langsung kepada masyarakat dalam peningkatan minat baca, di samping menjadikan literasi bersifat lebih inklusif. Dan sinergi awal dibuktikan melalui workshop penguatan TBM antara DAP Kab. Bogor, Forum TBM Kab. Bogor, dan pegiat literasi TBM di Kab. Bogor. Salam literasi

 

Kamis, 29 September 2022

Siapa Bilang Membaca Buku Harus Paham Isinya? Inilah 4 Manfaat Baca Buku

Saat ditanya, gimana sih caranya membaca buku agar paham isinya?

Pertanyaan sederhana tapi sulit dijawab. Tapi di mata saya, membaca buku itu perilaku. Jadi susah dijelaskan secara kognitif. Maka saya bilang, siapa bilang membaca buku harus paham? Membaca buku itu proses, ya tentu targetnya tidak usah langsung paham. Nikmati saja prosesnya, jalani sebagai perilaku yang dibiasakan.

 

Tiap orang itu, punya cara sendiri dalam membaca buku. Punya tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Motif tiap orang membaca pun berbeda. Jenis buku yang disenangi berbeda. Bahkan konsenterasi saat membaca pun berbeda. Karena itu, keadaan dan tempat seperti apa untuk membaca buku jadi berbeda pula? Jadi, siapa bilang membaca buku harus paham isinya? Selow saja, membaca buku tidak harus paham kok. Membaca buku untuk membentuk kebiasaan baik juga boleh. Mengisi waktu daripada gibah dan gosip pun tidak masalah. Jadi, bebas-bebas saja tujuan membaca buku.

 

Membaca buku itu proses dan perilaku. Prinsip itulah yang dijalankann Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Ada 130-an anak-anak yang membaca buku seminggu 3 kali (Rabu-Jumat-Minggu). Apa mereka ditargetkan bisa paham isi bacaan atau jadi anak yang pengetahuannya luas? Sama sekali tidak. Membaca buku hanya jadi bukti sudah ada akses bacaan di daerah itu, yang tadinya tidak ada sama sekali akses bacaan. TBM Lentera Pustaka sendiri hanya ingin menjadikan taman bacaan sebagai tempat yang asyik dan menyenangkan. Ada anak yang rajin baca dan paham isinya oke. Ada anak yang hanya bermain di taman bacaan sambil memegang buku yang itu-itu saja pun tidak masalah, Bahkan ada orang tua yang mengantar anaknya ke taman bacaan, karena daripada main nggak karuan lebih baik di taman bacaan. Apapun alasan dan motifnya membaca buku, tidak masalah. Asal ada di taman bacaan, dan membaca buku. Paham atau tidak paham itu soal lain.

 

Jangankan anak-anak usia sekolah di kampung. Orang dewassa atau orang pintar sekalipun, apa iya membaca buku pasti paham isinya? Saya sih tidak yakin. Banyak kok, orang yang membaca buku tipis atau tebal, tetap saja tidak bisa mengingat kembali apa yang sudah dibacanya. Bahkan tidak sedikit orang yang membaca buku hanya untuk “gaya-gayaan”. Oke-oke sajalah.

 


Yang jelas, membaca buku itu proses dan perilaku. Idealnya sih, mampu memahami isi bacaan. Tapi bila tidak paham pun tidak masalah sebagai proses. Membaca buku di taman bacaan itu, setidaknya ada 4 (empat) proses seperti: 1) terjadi interaksi yang positif di antara anak-anak yang membaca, 2) ada ikhtiar pembiasaan untuk dekat dengan buku, 3) memperkuat karakter anak melalui pendampingan di taman bacaan, dan 4) mampu memilih buku yang perlu dibaca atau tidak perlu sesuai dengan dirinya. Jadi, membaca buku tidak usah ter-obsesi dengan rekor bisa membaca sekian buku per minggu atau jadi pintar karena paham isinya. Nggak-lah, nggak usah seperti itu tujuan membaca buku.

 

Membaca buku sekadar memilih buku yang layak dibaca atau tidak pun tidak masalah. Seperti di media sosial. Memilih, siapa yang sebaiknya diikuti, apa saja yang pantas dilihat di media sosial. Untuk apa "berteman" dengan semua orang di media sosial, lalu pengen melihat semua postingannya. Saring saja, mana yang bermanfaat? Bila tidak manfaat abaikan, bila perlu hentikan “pertemanan”. Tidak masalah kok.

 

Banyak orang lupa. Bahwa siapapun yang mau membaca buku itu berarti dia sedang membuka diri. Untuk melihat dan berpikir tentang apa yang disajikan penulis dalam buku. Karena membaca buku, siapapun jadi mau introspeksi diri. Minimal meredam ego untuk tidak terlalu banyak bicara bila tidak tahu yang sebenarnya.

 

Oke, jadi siapa bilang membaca buku harus paham? Tidak harus, asal tetap membaca buku. Semua nutuh  proses dan perilaku kok. Toh, orang yang mampu menghitung dosa orang lain pun tidak langsung membuatnya jadi orang suci. Jadilah literat! Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka


Sedih, 78% Taman Bacaan Masyarakat Tidak Punya Akses Internet

Di era digital sekarang, jaringan internet sebagai sarana konektivitas dan komunikasi dianggap penting. Tapi sayangnya, 78% Taman Bacaan di Indonesia hingga saat ini tidak punya internet. Hanya 20% yang sudah punya dan 2% menjawab mungkin punya. Itulah simpulan Survei Tata Kelola Taman Bacaan tahun 2022 yang dilakukan TBM Lentera Pustaka Bogor yang diikuti 172 pegiat literasi dari 97 kabupaten/kota di Indonesia (29/9/2022). Sebagai sentra kegiatan untuk meningkatkan kegemaran membaca di masyarakat, tidak tersedianya internet di taman bacaan berarti sulit untuk bisa meng-akses informasi, pengetahuan, dan melakukan komunikasi terkait dengan aktivitas taman bacaan.

 

Survei ini sekaligus membantah gemabr-gembor tentang kegiatan membaca buku bisa dilakukan secara online atau dengan e-book. Jangankan melalui e-book, akses internet saja tidak tersedia. Maka sangat wajar, bila taman bacaan mengalami keterbatasan dalam mencari Informasi atau menjadi tempat belajar yang menyenangkan anak-anak. Bahkan mungkin, anak-anak di lokasi yang tidak tersedia jaringat internet pun mengalami masalah untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ).

 

Bila internet dianggap memiliki banyak manfaat, maka di taman bacaan belum dirasakan manfaatnya. Karena tidak tersedianya akses internet di taman bacaan, Maka menjadi “pekerjaan rumah” semua pihak ke depan. Untuk bertindak agar semua taman bacaan di Indonesia bisa tersedia internet. Apalagi bila mau mengajarkan membaca  buku secara online atau melalui e-book.

 

“Agak memprihatinkan bila taman bacaan tidak tersedia internet. Karena di era digital begini, akses internet sudah menjadi kebutuhan apalagi untuk pegiat literasi di taman bacaan. Karena itu, pemerintah daerah harus ikut peduli untuk mengatasi soal akses internet di taman bacaan. Yah, hitung-hitung membantu aktivitas taman bacaan dan pegiat literasi,” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka sekaligus pelaksana Survei Tata Kelola Taman Bacaan tahun 2022 ini.

 


Survei tata kelola Taman Bacaan ini dilakukan melalui kuesioner dan diikuti 172 pegiat literasi dari 97 Kabupaten/Kota di 27 provinsi di Indonesia. Ke-27 provinsi tersebut adalah 1) Jatim, 2) Jabar, 3) NTT, 4) Jambi, 5) Jateng, 6) Sumut, 7) Maluku, 8) Papua Barat, 9) Sulsel, 10, Sumbar, 11) Kalbar, 12) Sulbar, 13) Sultra, 14) NTB, 15) Aceh, 16) Banten, 17) Lampung, 18) Sumsel, 19) Riau, 20) Sulteng, 21) DKI Jakarta, 22) Maluku Utara, 23) Bengkulu, 24) Kalteng, 25) Kalut, 26) Yogyakarta, dan 27) Bali. Selain untuk memperoleh infomasi berbasis data, survei ini bertujuan untuk memetakan realitas objektif di taman bacaan di Indonesia.

 

Sebagai ujung tombak meningkatkan kegemaran membaca dan budaya literasi masyarakat, tentu taman bacaan harusnya terfasilitasi akses internet. Apalagi di era digital seperti sekarang. Karena masa depan profesi dan aktivitas apapun tergantung pada internet. Lalu, bagaimana taman bacaan bisa berperan besar di bumi Indonesia tanpa internet? Salam literasi #SurveiTataKelolaTBM #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Rabu, 28 September 2022

Literasi Digital TBM Lentera Pustaka, Kawal Anak-anak Jangan Salah Pakai Internet

Ini realitas yang harus disikapi. Ternyata BPS (2019) mencatat, 90% anak usia 5 tahun ke atas di Indonesia mengakses internet untuk media sosial. Itu berarti, 9 dari 10 anak Indonesia memakai internet untuk medsos. Data lain menyebut, 66% anak usia 5 tahun ke atas mengakses internet untuk mendapat informasi atau berita, sementara untuk hiburan mencapai 63%. Sayangnya, hanya 33% anak usia 5 tahun ke atas yang mengakses internet untuk mengerjakan tugas sekolah. Agak memprihatinkan sih.

 

Atas realitas itu, maka penggunaan internet di kalangan anak-anak harus mendapat perhatian orang tua, bila tidak mau diawasi. Sebab, bukan tidak mungkin nantinya  internet dapat menimbulkan dampak negatif. Seperti terpapar pornografi. cyber bullying, atau mengalami depresi akibat terlalu sering berselancar di dunia maya. Belum lagi dampak medsos yang kian menjauhkan anak-anak dari keluarga dan rentan terhadap pengaruh buruk orang lain.

 

Internet memang sulit dihindari di era digital begini. Tapi seharusnya di level anak-anak, internet dapat dimanfaatkan untuk aktivitas belajar atau sekolah. Atau aktivitas pemanfaatan teknologi yang kreatif. Bukan justru menjadi pengguna internet yang “menghabisakan” biaya, di samping bermain gawai atau ber-medsos ria. Sejatinya, internet untuk memudahkan urusan atau pekerjaan yang positif.

 


Maka atas kepedulian itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor menjalankan program, literasi digital seminggu sekali untuk anak-anak pembaca aktif. Selain untuk mengenalkan cara operasi komputer,  literasi digital pun fokus untuk edukasi dalam hal pemanfaatan internet untuk aktivitas yang positif. Seperti mengerjakan tugas sekolah dan latihan mengetik ringkasan buku-buku yang sudah dibaca. Intinya, jangan sampai anak-anak pembaca aktif salah pakai internet. Harus ada nasihat dalam menggunakan internet dan gawai.

 

Memang internet dan media sosial bisa jadi sulit dihindari. Tapi edukasi untuk menggunakan internet yang positif dan sehat pun harus tetap dilakukan. Agar anak-anak tidak salah pakai internet. Dan yang terpenting, harus ada edukasi dan cara untuk mencegah dampak negative internet di kalangan anak-anak. Salam literasi #LiterasiDigital #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Selasa, 27 September 2022

Check it Out, Pegiat Literasi di Taman Bacaan Itu Optimis atau Pesimis?

Hanya ada dua kemungkinan pegiat literasi di taman bacaan? Yaitu pegiat literasi yang optimis atau yang pesimis. Optimis karena selalu mampu melihat kesempatan di setiap kesulitan. Sebaliknya, pesimis karena selalu melihat kesulitan di setiap kesempatan. Maka orang-orang pesimis, sering kali semangatnya memudar. Hingga jadi sebab komitmen melemah, keyakinan berkurang. Ujungnya, mereka sebentar lagi atau pada waktunya akan menyerah.

 

Lima tahun lalu, saat saya mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka perasaan pesimis pun sangat menghantui. Mengubah garasi mobil jadi rak-rak buku keluar uang “kocek sendiri” Rp. 10 juta. Hanya 14 anak yang bergabung mau membaca buku di TBM. Koleksi buku hanya 600 buku. Semua dikerjakan sendiri. Maka sangat pantas untuk pesimis di taman bacaan. Tapi setelah peresmian taman bacaan semua berubah. CSR korporasi yang bantu biaya operasional datang, terkumpul dana Rp. 40 juta. Anak-anak yang membaca bertambah jadi 30-an anak. Buku bertambah jadi 1.000 buku. Dan akhinrya, tidak lagi dikerjakan sendiri. Bisa membayar 2 wali baca yang membimbing aktivitas taman bacaan. Itu 5 tahun lalu.

 

Jadi, realitas di taman bacaan. Memang hanya dua, optimis atau pesimis. Faktanya, memang sulit mengubah kata “saya tidak bisa” menjadi “saya bisa”. Apalagi di taman bacaan sebagai jalan sunyi pengabdian, banyak orang tidak peduli. Hasil kajian saya di Survei Tata Kelola Taman Bacaan tahun 2022 (Juni-Juli 2022) yang diikuti 172 pegiat literasi dari 97 kabupaten/kota di 27 provinsi di Indonesia menyebutkan 90% taman bacaan hanya punya dana operasional di bawah 50% dari kebutuhan. Hanya 10% taman bacaan yang dana operasionalnya mencukupi 50% ke atas. Itu berarti, taman bacaan bikin frustrasi. Sudah sifatnya sosial, dana operasional pun harus dari “kocek”pegiat literasi sendiri. Jadi, apa alasannya tidak pesimis?

 

Adalah realitas di taman bacaan. Ada pegiat literasi yang optimis, ada yang pesimis. Optimis karena punya komitmen sepenuh hati. Tapi yang pesimis pasti, komitmennya setenagh hati. Itulah sisi psikologis yang harus dibenahi dari pegiat literasi. Bila taman bacaan mau maju dan berkembang, maka hanya optimism yang bisa menuntunnya. Tapi bila pesimis, ya tinggal tunggu waktu untuk “mati suri”. Jadi di taman bacaan, harus dibangun atas dasar optimisme bukan pesimisnya. Perbaiki niat, perbagus ikhtiar, dan perbayak doa. Plus komitmen sepenuh hati. Insya Allah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan berjuang di taman bacaan. Sederhanya, kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak bisa?



 

Komitmen sepenuh hati itulah yang membuat optimis di taman bacaan. Justru kecerdasan malah membuat pesimis. Terlalu banyak berpikir, terlalu takut yang berlebihan. Pegiat literasi yang optimis itu lebih suka menghitung keberhasilan daripada menghitung berapa banyak kegagalan. Semua yang terjadi di taman bacaan, di lihat dari sisi baiknya, sisi positifnya.

 

Orang optimis, berkiprah di taman bacaan bukan dilihat dari untung-ruginya. Tapi sebagai ladang amal dan mengabdi untuk orang banyak secara sosial. Untuk menggapai ridho Allah SWT. Saat di taman bacan, ada “harga yang tidak terbayar” oleh apapun saat mampu menebar manfaat kepada orang lain. Khoirunnaas anfa uhum linnas. Sebaik-baik manusia itu yang paling bermanfaat untuk orang lain. Berbeda dnegan orang pesimis, seolah-olah hidup isinya masalah. Pikirannya negatif, omongannya jelek. Selalu merasa nestapa dan tiap masalah dianggap tidak ada jalan keluar. Keluh-kesah melulu. Seolah Allah SWT tidak kuasa atas segalanya.

 

Berkiprah di taman bacaan, hanya optimism yang mampu menggerakkan kaki untuk melangkah, sekalipun tubuh sudah ingin menyerah. Maka di taman bacaan, jangan pernah berhenti ketika lelah. Tapi berhentilah ketika selesai. Sungguh, tidak ada yang sulit bagi yang ingin, tidak ada yang mudah bagi yang enggan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Semarak Workshop Menulis Siswa SMA TQT Madinatur Quran, Siapkan Buku "Suara Hati Santri"

Bertajuk "Menulis itu Menyenangkan” strategi menulis buku inspiratif, SMA TQT Madinatul Quran Depok menggelar workshop menulis kreatif sebagai ikhtiar penguatan literasi dan kemampuan menulis siswa (27/9/2022). Dibuka oleh Ust. Dr. Yusuf Salmon Lc.Mm (Direktur Pesantren Madinatul Qur'an Depok) dan dihadiri 68 siswa SMA Pesantren calon hafizh ini menghadirkan pembicara Dr. (c) Syarifudin Yunus, M.Pd (Penulis dan Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FBS Unindra). Ikut hadir pula Ust Ayat Bahrul. M.Pd.I (KepSek SMA Tahfizh Al Qur'an Terpadu Madinatul Qur'an  Depok) dan Muhamad Azis S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia).

 

Melalui workshop menulis kreatif diharapkan dapat memotivasi siswa agar berani menulis sehingga mampu menghasilkan karya, dalam bentuk apapun. Selain jadi hafizh, siswa pun punya keterampilan menulis yang memadai. "Ada 2 komptensi siswa yangv dipacu. Yaitu public speaking bagus dan menulis bagu. Workshop menulis ini penting untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa SMA Tahfizh Madinatul Quran” ujar Dr. Yusuf Salmon Lc.Mm saat membuka acara workshop.

 

Setelah mendapat pemaparan cara menulis yang menyenangkan, dibimbing Syarifudin Yunus, siswa SMA Tahfizh Madinatur Quran dilatih praktik menulis secara langsung dengan mudah. Mulai dari mencari ide, Menyusun kalimat, hingga membuat pragraf tulisan. Dari kata sederhana yang kemudian dikembangkan menjadi kalimat hingga jadi satu paragraf. Dengan berbekal pengetahuan-pengalaman-perasaan, tiap siswa diajak mampu mencari bahan tulisan. Jadi menulis itu menyenangkan dan mudah dilakukan.

 


Maka sebagai generasi cerdas dan ber-akhlak Islami, para siswa harus berani menulis dengan menyenangkan. Untuk itu, Syarifudin Yunus berbagi tips dengan cara 1) menulis dari sekarang, 2) menulis yang banyak, 3) menulis sebagai kebiasaan, 4) menulis dengan tujuan, dan 5) menulis hingga tuntas, termasuk cara mengembangkan tulisan.  Dalam workshop ini, para siswa pun diajarkan praktik menulis secara langsung. Agar menulis menjadi lebih mudah untuk dibiasakan.

 

Workshop menulis yang berlangsung selama 2 jam ini, dapat menarik minta siswa untuk menulis. Terbukti antusiasme dan pertanyaan yang dilontarkan para siswa saat tanya jawab.  Maka sebagai output dari workshop menulis, insya Allah saat memperingati Haru Guru November 2022 nanti, para siswa peserta workshop dan guru akan menerbutkan buku antologi “Suara Hati Santri” yang berkisah tentang pengalaman, pengetahuan atau perasaan selama berada di pesantren. Setiap siswa akan menulis dan dikembangkan menjadi 200-300 kata. Syarifudin Yunus pun bersedia menjadi editor-nya.

 

"Menulis secara prinsip harus dijadikan perilaku, bukan hanya pelajaran. Karena itu, siswa SMA Tahfizh Madinatur Quran mulai berani menulis. Agar imajinasinya dapat ditungakan jadi tulisan. Menulis itu lebih penting daripada berbicara " ujar Syarifudin Yunus saat memberi workshop.

 

Scripta manent verba volant, yang tertulis akan abadi dan yang terucap akan hilang. Maka menulis, adalah modal penting tegaknya budaya literasi siswa dan sekolah. Allahu Akbar #SMATahfizhMadinaturQuran #LiterasiSekolah #SyarifYunus

 


Senin, 26 September 2022

Kisah Awan di Langit Taman Bacaan

Ada awan di Rooftop Baca TBM Lentera Pustaka. Kadang menutupi kadang membuka. Terhampar di pelupuk mata manusia. Tapi ternyata, awan tidak pernah jatuh ke bumi. Sebab, langit tak mau ditinggal sendiri.

 

Seperti awan, manusia pun ibarat awan-awan yang saling mengejar dan menarik diri saling menghilang lalu lenyap. Untuk mengingatkan. Tentang apa yang terjadi, dan tentang apa yang datang dan pergi.

 

Awan bukan sekadar menyajikan keindahan. Seperti awan-awan di “negeri di atas awan” di Lolai Tana Toraja, Gn. Luhur Cibeber Lebak atau di B29 Lumajang. Tapi lebih dari itu, awan sebagai tanda kebesaran Allah SWT. Karena tidak ada yang indah, bila bukan Allah yang menciptakannya. Lalu kenapa, manusia masih lalai apalagi ingkar?

 


Awan selalu mengajarkan manusia. Bahwa di bumi ini, penuh misteri. Selalu ada awal, dan ada akhir. Dari ada menjadi tidak ada. Semua berproses menurut aturan-Nya. Awan yang membentuk dirinya sendiri. Hingga hancur menjadi rintik-rintik hujan. Atau luluh lantak diterjang teriknya sinar matahari. Persis seperti manusia; semuanya berawal dari proses. Dari tidak bisa apa-apa, belajar, dan menjadi apa-apa. Tapi akhirnya, tetap akan hancur dan hilang pada waktunya.

 

Persis seperti awan. Manusia pun begitu. Dia boleh mau jadi apa saja. Hingga besar dan berisi. Tapi bila waktunya tiba, semua lenyap dan hilang ditelan bumi. Lalu, nikmat Allah SWT yang nama lagi yang kita dustakan? Belajarlah dari awan.

 

Maka di mana pun, awan akan terus berarak. Meskipun ia belum selesai menangis. Toh sejatinya, di balik awan yang menggelapkan selalu ada matahari yang menerangkan. Awan di rooftop baca, pun Selalu ingin hidup. Bebas dan tenang. Salam literasi #RooftopBaca #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Apa Saja Peran CSR di Taman Bacaan?/

Cara sederhana TBM Lentera Pustaka mengajarkan “budaya antre” ke anak-anak usia sekolah adalah melalui jajanan kampung gratis. Setelah membaca buku, sebulan sekali “event bulanan”, setiap anak diberikan 1 kupon senilai Rp.3.000 untuk jajan sesuai pilihannya. Agar tetap semangat membaca di taman bacaan. Selain menjadi praktik baik, jajanan gratis ini dipilih TBM Lentera Pustaka sebagai cara menghargai anak-anak yang mau membaca buku.

 

Jajanan kampung gratis TBM Lentera Pustaka sudah berjalan 5 tahun. Sebagai cara untuk mengundang daya tarik anak dan warga ke taman bacaan. Karena harus diakui, mengelola taman bacaan tidak mudah. Apalagi untuk memelihara anak-anak yang mau membaca buku. Maka kreativitas dan inovasi harus selalu hadir di taman bacaan. Maka melalui model “TBM Edutainment” yang diterapkan, TBM Lentera Pustaka selalu mencari ide untuk menjadikan taman bacaan sebagai tempat yang asyik dan menyenangkan. Salah satunya melalui pembelajaran antre dengan kupon Rp. 3.000 per anak untuk jajan secara gratis.

 

Ide jajanan kampung gratis digagas langsung oleh Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka sebagai cara sederhana untuk mengajarkan budaya antre. Adapun nilai-nilai positif dari jajanan kampung gratis TBM Lentera Pustaka adalah sebagai berikut:

1.    Melatih budaya antre anak-anak pembaca aktif dan warga sekitar taman bacaan, baik saat ambil kupon Rp. 3.000 dan saat jajan di pedagang.

2.    Membuat taman bacaan jadi tempat asyik dan menyenangkan bagi semua orang.

3.    Menjadi sedekah taman bacaan kepada anak-anak dan warga agar tetap rajin datang dan membaca buku di taman bacaan.

4.    Membantu pedagang kampung yang keliling agar dagangannya laku dan bisa segera pulang ke rumah sambil membawa rezeki. Dengan jumlah kupon yang diperoleh, pedagang tinggal “meng-uang-kan” kupon ke taman bacaan.

5.    Menyenangkan semua pihak yang ada di taman bacaan, seperti pengelola, anak-anak pembaca aktif, orang tua, dann warga.

 


Lalu dari mana uangnya?

Jajanan kampung gratis setiap bulan sekali adalah bagian dari biaya operasional untuk program literasi TBM Lentera Pustaka. Asal dananya, tentu dari sana CSR korporasi yang ada di TBM Lentera Pustaka. Untuk tahun 2022 ini, CSR korporasi TBM Lentera Pustaka bekerja sama dan diperoleh dari 1) Bank Sinarmas, 2) Pertalife Insurance, 3) Pacific Life Insurance, dan 4) Asosiasi DPLK. Karena taman bacaan, sejatinya agak sulit bergerak sendiri. Harus ada sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, khususnya perusahaan swasta untuk CSR di taman bacaan.

 

Jadi, kupon Rp. 3.000 dan jajanan kampung gratis hanya cara melatih “pentingnya budaya antre” ke anak-anak. Bersifat praktik bukan lagi teori atau ceramah. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

 

Minggu, 25 September 2022

Jadi Orang Baik di Taman Bacaan

Siapapun pasti ingin jadi orang baik. Tapi bila berada di lingkungan yang salah, rekan yang buruk. Jadi orang baik, bisa jadi “jauh panggang dari api”. Sulit diwujudkan karena lingkungan dan rekan-rekannya tidak baik. Apalagi di era media sosial, di zaman “gosip” kayak sekarang. Makin sulit jadi orang baik.

 

Ternyata, baik itu memang nggak cukup hanya niat doang. Harus punya keberanian untuk bersikap dan berperilaku. Memilih lingkungan yang bikin jadi baik. Bergaul dengan orang-orang yang baik. Memang, baik itu gampang diucapkan. Tapi sulit banget direalisasikan. Karena nggak cukup dari diri sendiri doang. Harus ada dukungan dari lingkungan, dari rekan sepergaulan.

 

Nah, ini sepenggal kisah nyata. Sejak saya mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor semua berubah. Dulunya, suka nongkrong di kafe-kafe. Ngobrol sama rekan-rekan, tapi setelah dipikir-pikir hanya buang-buang waktu dan tidak ada manfaatnya. Tapi sejak saya mengurus taman bacaan, semua memang berubah. Sekalipun saya tinggal di Jakarta, setiap week end saya ke taman bacaan. Siapapun yang perlu saya di akhir pekan, ya harus ke taman bacaan.

 

Alhamdulillah. Di taman bacaan, bergaul dengan anak-anak yang membaca. Ngajar ibu-ibub buta aksara. Membina anak-anak yatim dan kaum jompo.Bermain dengan anak difabel. Hingga mengurus ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam. Terus terang, semua pikiran, sikap, dan perilaku saya hanya untuk kebaikan umat, kebaikan taman bacaan. Dan jadi orang baik pun nyata. Jadi orang baik di taman bacaan, nggak ada ruginya.

 


Ternyata, jadi orang baik itu gampang. Cukup, berpikir dan bertindak yang baik saja. Seperti di taman bacaan. Sekalipun masih ada orang-orang yang tidak baik. Tapi karena lingkungan terdekat kita baik. Maka daya tahan untuk tetap baik bisa terjaga.  Karena prinsip orang baik itu sederhana. Nggak masalah jika ada orang tidak baik membenci kita. Asal kita tidak mengusik kehidupan orang lain. Tidak minta makan, tidak pula merugikannya. Gampang kan.

 

Maka taman bacaan selalu mengajarkan. Untuk jadi orang baik itu mulai saja dari diri sendiri. Mau berubah untuk menjadi lebih baik. Caranya, bisa dengan berbuat satu kebaikan setiap hari. Menjaga pikiran tetap positif, apapun yang terjadi. Respek kepada orang lain, senyum dan lebih banyak mendengarkan. Bila niatnya baik, ikhtiarnya baik, maka doalah yang baik. Selebihnya perbanyak sabar dan syukur. Itu yang saya dapat dari taman bacaan.

 

Dan yang penting, baik itu jangan ditanyakan atau diomongkan. Tapi dilakukan, jadilah orang baik. Bila mau Latihan dan belajar baik, datang saja ke TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Di sana, semua kegiatannya baik. Orang-orangnya baik. Dan cara-caranya pun baik, insya Allah.

 

Baik, itu seperti pesan Ibu. "Ibu tidak pernah meminta anak untuk meletakkan dunia di tangannya. Tapi buat Ibu, cukup tutur kata yang halus, perangai yang santun, perilaku yang bertanggung jawab seorang anak sudah membuatnya bahagia, dan tersenyum..." Jadilag orang baik, mumpung masih ada waktu dan usia. Salam literasi #TBMlenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

 

Sabtu, 24 September 2022

Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka Terbitkan Buku "100 Kisah di Langit Taman Bacaan"

Dunia literasi dan taman bacaan di Indonesia, sebentar lagi akan kehadiran buku “100 Kisah di Langit Taman Bacaan” karya Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor. Buku dengan 196 halaman ukuran A4 ini, berkisah tentang “saat memilih literasi sebagai jalan hidup dan menjadikan TBM Edutainment sebagai model tata kelola taman bacaan masyarakat.” Pascaperampungan naskah, buku ini akan masuk ke proses penerbitan. Rencananya, buku yang mengupas tuntas kisah nyata dan pemikiran berjuang di gerakan literasi ini akan diluncurkan pada Minggu, 20 November 2022 di acara “Festival Literasi Gunung Salak #5” di TBM Lentera Pustaka Bogor.

 

Taman bacaan sebagai jalan sunyi pengabdian, menegaskan pentingnya daya juang dan sikap spartan untuk menegakkan giat membaca dan budaya literasi masyarakat Indonesia. Dari 100 kisah, komposisi isi buku literasi ini terdiri dari: 30% praktik baik TBM, 15% TBM Edutainment sebagai model tata kelola, 15% kajian dan data TBM, dan 40% tantangan dan tips berjuang di taman bacaan.

 

“Buku 100 Kisah di Langit Taman Bacaan ini adalah karya saya ke-40. Tapi yang pertama tentang literasi dan taman bacaan. Secara subjektif dan dari literatur yang ada, saya kira ini buku literasi yang paling komprehensif. Lengkap mengupas-tuntas, apa dan bagaimana literasi dan taman bacaan” ujar Syarifudin Yunus, penulis buku dan Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor (24/9/2022).

 


Buku ini menegaskan pentingnya gerakan literasi bersifat lebih inklusif. Maka literasi harus dikelola dengan hati, cinta, dan komitmen sepenuh hati. Tidak cukup hanya idealisme pegiat literasi. Penulis juga memperkenalkan model “TBM Edutainment” sebagai model tata kelola taman bacaan masyarakat berbasis edukasi dan entertainment yang dipelopori TBM Lentera Pustaka selama ini. Agar literasi dan taman bacaan jadi tempat yang asyik dan menyenangkan. Untuk diketahui, TBM Edutainment saat ini pun sedang dikaji dalam disertasi S-3 Syarifudin Yunus untuk meraih gelar Doktor Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak) dengan Promotor Prof. Dr. rer. Pol. Ir. H. Didik Notosudjono, M.Sc., yang sekaligus Rektor Unpak 2022-2027.

 

Saat peluncuran nanti, untuk kali pertama buku “100 Kisah di Langit Taman Bacaan” akan didampingi 4 buku seri literasi, yaitu 1) Literasi untuk semua, 2) Literasi Digital – Is itbad or Good Habits?, 3) Literasi Budaya – Mikul Dhuwur Mendhem Jero, dan 4) Literasi Finansial – Biaya Hidup itu Murah, yang Mahal itu Biaya Pamer”. Keempat buku seri literasi tersebut ditulis oleh Syarifudin Yunus bersama para mahasiswanya di PBSI FBS Universitas Indraprasta PGRI (Unindra).

 

Setelah mengabdi 5 tahun di taman bacaan, buku-buku literasi ini diterbitkan sebagai “kado spesial” 5th TBM Lentera Pustaka, di samping didedikasikan untuk para pegiat literasi dan taman bacaan di Indonesia. Agar tetap tegak dan eksis sepanjang zaman, karena sudah jadi “jalan hidup”. Eksekusi dan praktik adalah kata kunci untuk gerakan literasi dan taman bacaan di Indonesia. Sekaligus mengajak pegiat literasi untuk menulis. Karena “verba volant, scripta manent”, apa yang terucap akan hilang dan apa yang tertulis akan abadi. Salam literasi #BukuLiterasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka