Selasa, 23 Januari 2018

Manusia Itu Ibarat Buku

Payah sekali saya ini. Cuma urusan buku doang sampe “diingatkan” penerbit kapan kelar naskahnya? Kayak bumi saja, diingatkan usianya sudah menua lewat gempa. Bersyukur sajalah, karena masih ada yang “mengingatkan”. Karena ngeri sekali hidup ini. Kalo udah gak mau “diingatkan” atawa “mengingatkan” ?

Manusia itu emang seperti buku …
Kita bisa menulis cerita suka di satu halaman. Tapi juga bisa berkisah duka di halaman yang lain. Karena lembar demi lembar halamannya, punya cerita sendiri.    
Ada juga yang suka buku tebal. Tapi gak masalah juga kalo gemar pada buku yang tipis. Bebas-bebas saja sih. Buku juga ada kok yang menarik untuk dibaca. Tapi ada juga buku yang sama sekali gak enak dibaca, apalagi dinikmati.

Tapi satu yang pasti di buku, apapun yang sudah ditulis. Tidak akan pernah bisa di-edit lagi. Maka berhati-hatilah; jangan lengah. Karena tiap lembar halamannya. Akan baik atau buruk, tergantung yang menuliskannya, tergantung orangnya.

Buku memang seperti manusia. Siapapun dan apapun dia.
Dia boleh menulis apapun tiap harinya. Begini begitu, gak ini gak itu. Tulislah terus sesukanya. Hingga nanti tiba di halaman terakhir, hingga selesai semuanya. Lalu bertanya, “apakah kita sudah menjadi pribadi yang pantas di hadapan-Nya?”

Buku, persis “buku cerita” hidup manusia
Cover depannya bak tanggal kelahiran. Cover belakangnya ibarat tanggal kematian.
Maka menullis buku pun pantas untuk “diingatkan”. Seperti yang lainnya pun pantas “diingatkan”. Dari mana dan mau ke mana?

Tapi di buku.

Seburuk dan sejelek apapun halaman sebelumnya. Selalu tersedia beriikutnya, halaman yang baru; halaman yang bersih …. Selalu ada waktu “baru” yang bisa dipakai untuk-Nya … #CintaiBuku #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen