Kamis, 29 Maret 2018

Tips Ubah Jago Ngomong Jadi Jago Menulis; Niat TBM Lentera Pustaka


Kalau jago ngomong, kenapa tidak jago menulis?

Wah hebat, kamu udah di depan laptop sekarang. Pasti mau menulis kan? 
Ohh maaf. Tidakkkk, jawabnya si anak muda. Saya hanya ingin update status. Atau main internet, sekalian browsing tugas kuliah.

Lha kok bisa? Di depan laptop, tidak menulis. Sementara sehari-hari, kerjanya ngomong. Atau memberi komentar hal apapun, yagng kadang tidak perlu dikomentari. Boros kata dalam omongan, sementara tidak ada kata yang tertuang dalam menulis. Punya fasilitas laptop, ternyata tidak dipakai menulis. Hanya untuk update status atau browsing internet.

Begitulah zaman now. Lebih banyak ngomong daripada menulis. Banyak orang bilang “gue gak bisa nulis.”

Menulis dianggap pekerjaan yang rumit lagi menakutkan. Merasa tidak ada minta, merasa tidak ada bakat. Di depan laptop berjam-jam pun tidak banyak yang bisa dituliskan. Bahkan ada perasaan, pengatahuan, dan pengalaman yang bisa dijadikan bahan tulisan. Tidak sedikitpun kisah hidup yang bisa dituangkan ke dalam bentuk tulisan.

Tidak bisa menulis, tidak mau menulis. Memang beda tipis. Intinya merasa “gue gak mau nulis”. Belum ditulis, segudang rasa yang “tidak pantas” bertumpuk. Takut tulisannya tidak enak dibaca, takut tulisannya tidak dipahami orang lain. Bahkan takut dikomen yang jelek-jelek oleh orang lain. Gue gak bisa nulis, gue gak bakal bisa nulis…

Gue gak bisa nulis.
Bisa jadi, karena kamu gak mau menulis.Atau kamu, memang tidak pernah berusaha untuk berbagi apapundalam bentuk tulisan.


Banyak orang zaman now lupa. Menulis itu segampang ngomong.
Ya, menulislah seperti berbicara. Menulislah seperti yang dimong. Jika kamu pandai bicara, jago ngomong tentang apa saja. Kenapa omongan itu gak mampu kamu tuliskan? Menulis itu segampang ngomong. Apa yang kamu omong, itu saja yang dituliskan. Jika perliaku ngomong bisa, maka perilaku menulis pun pasti bisa.

Menulis segampang ngomong.
Sungguh, itu cuma soal mengubah kebiasaan. Tadinya biasa ngomong diubah menjadi biasa menulis. Tadinya banyak bicara diubah jadi banyak menulis. Bila “jago bicara” diubah menjadi “jago menulis.” Mengibah kebiasaan dari “ngomong” menjadi “menulis”.

Kamu tahu gak? Menulis itu segampang ngomong.
Dan jangan buru-buru bilang “gue gak bisa nulis”. Sayang banget kalau punya laptop cuma dipakai untuk internetan. Laptop itu canggih, tapi hanya dipakai untuk hal yang tidak produktif. Alat canggih tapi dipakai untuk pekerjaan yang sederhana. Sayang sekali laptop tidak dipakai buat menulis.

Menulis segampang ngomong.
Kita harus sepakat. Kalau “jago ngomong”, harusnya juga “jago menulis”. Itulah resep sederhana menulis. Jika terbiasa ngomong, harusnya terbiasa menulis. Menulislah seperti berkata-kata, menulislah seperti ngomong. Tidak ada alasan “gak bisa nulis” kalo udah biasa ngomong. Ngomong juga mikir, ngomong juga butuh kata-kata. Nah kalo begitu, menulis pun bisa dibuat seperti ngomong. Pikiran, kata-kata yang dipakai persis seperti yang dipakai saat ngomong. Itulah menulis segampang ngomong.

Siapa yang bilang menulis segampang ngomong?
Iya dong, menulis itu segampang ngomong. Karena tulisan ini pun dibuat seperti lagi ngomong. Mengalir saja dan sungguh seperti sedang bicara, sedang ngomong. Tidak pakai draft, gak ada kerangkanya. Persis, seperti lagi ngomong.

Menulis segampang ngomong. 
Caranya sederhana? Do what you write, Write what you do. 
Itu kata orang bule. Dalam menulis, kita hanya diminta untuk “lakukan apa yang ditulis, tulis apa yang dilakukan”. Nah cara mudah untuk menulisnya, lakukan menulis seperti lagi ngomong. Tidak usah takut merangkai kata-kata, tidak usah takut menuangkan kalimat-kalimat. Karena kata dan kalimat punya kita bukan punya orang lain. Semua kata yang keluar dari mulut saat ngomong itu sah-sah saja. Begitu pula ketika menulis. Karena menulis itu bukan soal benar atau salah. Menulis itu cuma soal mau apa gak? Menulis itu soal perilaku, bukan pelajarana. Menulis itu soal keberanian, bukan ketakutan.

Menulis segampang ngomong. 
Iya persis, seperti ngomong. Bila jago ngomong, kenapa tidak jago menulis? Menulis segampang ngomong. Karena orang yang sedang ngomong, orang yang bicara itu punya ciri-ciri yang berguna untuk menulis seperti:
1.      Pakai kalimat pendek-pendek. Maka, tidak usah menulis dengan kalimat-kalimat yang panjang. Tidak perlu njlimet apalagi ruwet.
2.      Pilih kata-kata sederhana. Karena kata yang sederhana mudah dimengerti. Tidak usah pengen memakai kata-kata yang keren tapi bikin orang tidak paham.
3.      Gunakan gaya bahasa informal. Persis seperti ngomong, gaya bahaa menulis yang tidak formal, bersifat rileks saja.
4.      Berikan variasi bahasa atau isi. Sesuaikan dengan gaya bicara atau ngomong sehari-hari lalu tuangkan ke dalam tulisan,, Menulis dengan gaya kita sendiri, tidak usah ingin seperti gaya tulisan orang lain.
5.      Menulislah seperti ngomong. Karena orang yang ngomong itu mengalir saja, tidak usah banyak yang dipikirkan. Menulis seperti apa yang kita rasakan, seperti apa tang kita ketahui, dan seperti apa yang kita alami.

Menulis segampang ngomong.
Harusnya, semua orang pasti bisa menulis. Kalo bisa ngomong, kenapa tidak bisa menusli? Sayang kan, pendidikan tinggi tapi tidak menulis. Ilmu banyak tapi tidak ditulis. Biasa curcol tapi tidak mau ditulis. Pengetahuan segudang tapi tidak mau ditulis. Pengalaman luas tapi tidak ada yang bisa ditulis.


Orang-orang zaman now harus sadar.
Hidup itu bukan dipakai untuk ngomong melulu, bicara terus-menerus. Tapi hidup juga harus ada yang bisa dituliskan. Agar bisa jadi pelajaran buat orang lain. Agar ada dokumen tertulis atas apa yang pernah kita tuliskan. Bangsa ini, peradaban manusia pasti susah maju bila terlalu banyak ngomong, banyak bicara. Sementara tidak ada yang mau dituliskan. Terus kita bekerja, atas dasar apa? Kan tidak mungkkin berdasar omongan. Tapi harus berdasar apa yang tertulis.

Menulis segampang ngomong.
Kata siapa? Kata yang ngomong-lah. Kalau pintar ngomong, kenapa tidak pintar menulis? Jadi buat apa ditunda lagi, cobalah untuk menulis sekarang. Menulislah di hari ini dan esok. Menulislah setiap hari, seperti kita ngomong setiap hari.

Ketahuilah, kita menulis seperti sedang menghirup udara segar. Udara yang bersih, lagi mengasyikkan dan menyenangkan. Karena menulis itu segampang ngomong. #GueGakBisaNulis

TBM Lentera Pustaka, memulainya dengan membangun tradisi membaca. Setelah itu, dikembangkan menjadi tradisi menulis. Itulah budaya literasi, budaya yang mengutamakan membaca dan menulis; bukan bicara atau ngomon. Salam Literasi #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka


Senin, 26 Maret 2018

Anak-anak Mbaca, Kalo Bukan Kita Siapa Lagi?

MBACA
Tahun 1996, Dr. Taufik Ismail pernah meneliti soal kurangnya minat baca di kalangan pelajar Indonesia mulai level SD hingga SMA. Hasilnya, selama 12 tahun pelajar di Indonesia rata-rata tidak pernah membaca buku. Alias 0 buku. Sementara di Jerman lulusan SMA rata-rata membaca 32 buku, anak AS 32 buku, anak Belanda 30 buku, anak Jepang 15 buku, anak Swiss 15 buku, anak Rusia 12 buku, anak Brunei 7 buku anak Singapura 6 buku, anak Malaysia 6 buku.


Mbaca, di zaman now, makin ditinggal. Kalah sama HP, kalah sama TV. Mbaca, boro-boro jadi gaya hidup. Dijadiin hobby juga gak dilirik. Kalo disuruh mbaca, bilangnya gini "elo aja yang baca, ntar ceritain gue"...

Mbaca makin susah hidup di negeri ini. Tergusur dan terpinggirkan. Di sekolah, mbaca cuma jadi tugas buat ringkasan. Di kampus, mbaca cuma jadi bahan buat diskusi atau ngisi waktu dosen yang gak masuk. Mbaca, mbaca ....

Katanya, mbaca itu senjata melawan lupa. Tapi nyatanya, kita sendiri jadi senjata untuk lupa mbaca ... 

Berangkat dari itulah, TBM Lentera Pustaka selalu dan selalu bertekad untuk menebar virus membaca di kalangan anak-anak usia sekolah. Khususnya di daerah Gn. Salak Bogor, agar anak-anak mudah mendapat akses buku bacaan. Siapa lagi yang bisa menebar budaya literasi dan tradisi baca anak-anak, jika bukan taman bacaan masyarakat yang selalu siap melayani anak-anak dalam mbaca.

Mbaca, kalo bukan kita siapa lagi? Ciamikk #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

Selasa, 13 Maret 2018

Minat Baca Anak Rendah, Perlu Terobosan Baru?


Minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak masih sangat rendah. Data dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menunjukkan, persentase minat baca anak Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya, dari 10.000 anak bangsa, hanya satu orang yang senang membaca.

Penyebabnya, bisa jadi karena kesulitan akses untuk mendapatkan buku bacaan. Semangat baca yang tinggi pun menjadi tidak berarti tanpa adanya buku yang bisa dibaca oleh anak-anak. Ketika anak-anak tertarik untuk membaca. Tapi buku bacaan tidak ada, maka tidak mungkin mereka gemar membaca. Akses buku bacaan yang susah jelas menjadi sebab minat baca yang rendah.


Oleh karena itu, diperlukan terobosan baru untuk membagun minat baca anak.
Salah satu dantaranya, adalah memperbanyak akses buku bacaan khususnya melalui Taman bacaan Masyarakat (TBM). TBM yang didirikan di kampung-kampung, di desa-desa yang selama ini kesulitan akses buku bacaan anak atau daerah minus dengan tingkat pendidikan rendah. Dengan adanya TBM diharapkan dapat menjadi “momentum” untuk memutus mata rantai putus sekolah anak-anak di aderah miskin, di daerah minus yang selama ini tidak tersentuh buku bacaan.

Berangkat dari kenyataan itu dan menyadari akan arti penting tradisi baca dan budaya literasi, maka TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) LENTERA PUSTAKA didirikan. Dengan fokus menjalankan  program TAMAN BACAAN bagi anak-anak dan remaja di wilayah Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Bogor (kaki Gunung Salak Bogor) yang selama ini sulit mendapat akses buku bacaan. TBM Lentera Pustaka berani membuat teroosan baru dengan menjadikan TBM Lentera Pustaka sebagai sarana membaca yang menyenangkan dan menghibur anak-anak. Tujuan TBM Lentera Pustaka sangat sederhana, “membiasakan anak-anak untuk membaca bukan bermain, mendekatkan anak-anak dengan buku”


Akankah anak-anak Indonesia semakin mudah mendapat akses buku bacaan?
Sungguh tidak ada yang tahu. Semuanya, terpulang kepada kita. Mau atau tidak membantu kegiatan sosial seperti yang dilakukan TBM Lentera Pustaka. Semua orang tahu, manfaat membaca itu penting sebagai jendela dunia, jendela ilmu pengetahuan. Namun, itu semua tidak dapat berjalan dengan sendirinya …. Harus ada dukungan dan sinergi dari berbagai pihak. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak kita. Salam Literasi #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen


Untuk informasi lebih lanjut dan partisipasi/donasi silakan hubungi:
TBM Lentera Pustaka
Jl. Masjid Jami Kp. Warung Loa No. 77 RK 12 Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Kab. Bogor 16610
Telp:  0818 194172 – 0812 8568 3535 atau Email: lentera.pustaka77@gmail.com
Rekening Bank BNI Cabang Jkt. Sampoerna Strategic (a.n. Syarifudin Yunus)
No. Rek. 028-826-1601


MITOS SUNGAI CIHERANG DI GN. SALAK; ANAK-ANAK DALAM CEKAMAN BACAAN

MITOS SUNGAI CIHERANG

Sungai Ciherang di Desa Sukaluyu menyimpan segudang mitos. Sungai yang berhulu di Gn. Salak Bogor ini, konon dulu, dijadikan tempat mandi para laskar yan menemani Prabu Siliwangi bertapa. Ada banyak mitos juga mistis di sini. Gn. Salak memang menyimpan sejuta misteri.

Misteri yang paling terkenal adalah kisah ngahyang atau moksanya Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yang memutuskan untuk menghilang dari dunia nyata setelah terdesak pengaruh Islam pada masanya. Konon, di belantara Gn. Salak inilah beliau terkepung dan mengapung ke udara.

Kawasan mistis Gn. Salak menyimpan puluhan makam para raja kuno. Selain makam keramat, ada banyak petilasan suci, termasuk petilasan Prabu Siliwangi sendiri. Wajar, gak seorang pun boleh melewati kawasan tersebut. Apalagi dengan rasa angkuh dan sombong.

Di sini, cuaca sering berubah-ubah. Ketika matahari terik, tiba-tiba hujan lebat mendadak turun. Kabut pun bisa muncul tiba-tiba. Kondisi ini menjadi sebab bahaya bagi para pendaki Gn. Salak. Ini pula yang jadi alasan mengapa pesawat komersil jarang melintas di atas Gn. Salak? Semakin angker, karena Gn. Salak juga dikenal sebagai lokasi tempat pernikahan antara manusia dengan jin. Serem.

Mitos itu pula yang kini ingin diubah anak-anak TBM Lentera Pustaka. Sejak adanya TBM Lentera Pustaka, anak-anak di kampung ini sekarang rajin membaca di Sungai Ciherang. Membaca dan membaca, di mana saja dan kapan saja. Termasuk di Sungai Ciherang, anak-anak TBM Lentera Pustaka setiap hari Minggu ada di sini untuk "menghidupkan" tradisi baca dan budaya literasi.

Dalam alunan suara pohon bambu, dan gemericik air yang adem, suasana Sungai Ciherang makin membuat anak-anak bersemangat untuk membaca. Dulu, Sungai Ciherang penuh mitos. Tapi kini, Sungai Ciherang telah berubah menjadi "saran membaca di alam" bagi anak-anak TBM Lentera Pustaka.

Ke depan, Sungai Ciherang akan dijadikan kawasan Wisata Literasi Lentera Pustaka sebagai program pemberdayaan masyarakat. Agar anak-anak dan banyak orang bisa membaca di alam, di sungai yang indah plus punya spot-spot foto yang menakjubkan.

Untuk itu, TBM Lentera Pustaka mengundang dan mengajak donatur pribadi atau korporasi untuk membantu mewujudkan "Wisata Literasi Lentera Pustaka" sebagai alternatif wisata zaman now, berwisata sambil membaca dengan melakukan perjalanan di alam sambil membaca buku. Wisata Literasi model begini belum pernah ada di Indonesia. Tapi entah, berapa lama lagi TBM Lentera Pustaka dapat mewujudkannya .... Semoga saja ada donaturnya.

Di Sungai Ciherang, MEMBACA gak akan jadi MITOS tapi ETOS. Bersama TBM Lentera Pustaka, kita semua bisa terlibat mengubur mitos lama menjadi etos anak-anakk yang gemar membaca ...  Salam Literasi ....  #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

Event Bulanan TBM Lentera Pustaka Maret 2018; GJR Band & Goez Percussion

Apa uniknya TBM Lentera Pustaka?
Karena TBMM Lentera Pustaka setiap bulan selalu mengahdirkan event bulanan. Di Bulan Maret 2018 ini, EVENT BULANAN TBM LENTERA PUSTAKA bertajuk  "Memetik Karakter dari MUSIK" dengan menampilkan "tamu" GJR Band & GOEZ Percussion yang digelar pada Minggu 18 Maret 2018 Pukul 10.00-12.00 WIB di TBM Lentera Pustaka Ds. Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor.

Kenapa memetik karakter dari musik?
Karena di musik ada ritme, melodi, dan harmoni. Sehingga anak-anak TBM Lentera Pustaka diharapkan dapat belajar tentang pentingnya ritme dan melodi dalam kehidupan, dalam membaca buku. Hingga pada akhirnya, anak-anak lebih tahu maknanya dan lebih peka terhadap realitas kehidupan untuk membangun sebuah harmoni bersama yang indah .... Dari musik, anak-anak dapat menikmati keindahan dalam arti yang paling hakiki.

Hebatnya, tamu dari luar seperti GJR Band dan Goez Percussion hadir ke TBM Lentera Pustaka sebagai bagian dari komitmen sosial mereka untuk menghibur anak-anak TBM Lentera Pustaka. Tanpa bayaran dan mau hadir ke gunung yang butuh 2 jam perjalanan untuk bersosial. Sunggu, kalau ada grup band tampil di panggung dan dibayar itu sudah biasa. Tapi kalau ada grup band mau ke kampung dan mengajarkan anak-anak TBM Lentera Pustaka itu luar biasa lagi istimewa... 

Event bulanan TBM Lentera Pustaka Maret ini adalah yang ke-4 kalinya secara berturut-turut. Dengan topik yang berbeda-beda. Sebelumnya di bulan Februari 2018 menampilkan "Musikalisasi Puisi" by Grup Wacana, kemudian di bulan Januari 2018 menampilkan pesulap dan magician kondang, Kak Agus Tortor dengan topik "Storytelling Magician", serta pada Desember 2017 menamping "Dongeng Pancasila" yang dibawakan 46 mahasiswa peserta mata kuliah Pancasila Univ. Negeri Jakarta.
Event bulanan TBM Lentera Pustaka juga menjadi "jembatan" para orang baik yang memiliki keahlian atau keterampilan untuk menghibur serta memotivasi anak-anak kampung TBM Lentera Pustaka. Tujuannya, agar tetap tegak dan berdiri tradisi bacadan budaya literasi di kalangan anak-anak kita.

Semoga menjadi inspirasi bagi pegiat literasi di Indonesia. Dan event bulanan TBM Lentera Pustaka selalu berjalan lancar dan selalu ada orang-orang baik yang mau menghibur anak-anak TBM Lentera Pustaka ... Salam Literasi #TBMLentera Pustaka #BacaBukanMaen