Kamis, 30 September 2021

Om, Kenapa Harus Membaca Buku di Taman Bacaan?

Kenapa kamu harus baca?

Itu pertanyaan sederhana. Tapi sulit untuk menjawabnya. Mau dijawab sudah baca, tapi nyatanya belum. Bila dijawab belum baca, jadi nggak enak dan malu. Urusan membaca buku dan membaca realitas hidup, memang tidak nggak sesederhana yang diucapkan atau yang dipikirkan.

 

Membaca buku sangat penting. Semua pasti sepakat dan tidak ada yang membantah. Karena membacaadalah sumber informasi apapun. Bertambah wawasan dan pengetahuan karena membaca. Bahkan kata orang bijak, membaca buku tdapat mengubah masa depan dan menambah kecerdasan. Cara berpikir pun bisa berubah karena membaca. Setuju dong.

 

Makanya membaca buku sering disebut membuka jendela dunia. Entah, karena jendela itu tertutp jadi terbuka. Atau karena jendela itu jadi sebab bisa melihat dunia. Ya begitulah. Intinya, membaca buku.Jangan sampai diabaikan. Membaca buku sudah tersingkirkan. Entah di sengaja atau nggak sengaja? Buktinya, banyak orang malah ramai main gawai. Bukan membaca buku.

 

Hebatnya, membaca buku pun tidak kenal usia. Lanjut usia, dewasa, remaja atau anak-anak boleh membaca. Tidak ada batasan apapun. Membaca bisa di mana saja dan kapan saja. Lalu kata oran pintar, membaca buku itu lebih bermanfaat daripada sekadar main gawai atau ngobrol. Tapi, kenyataannya bagaimana?

 

Kenapa kamu harus baca?

Ini terjadi di Taman Bacaan Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Ada 160-an anak usia sekolah yang sudah terbiasa membaca buku. Seminggu 3 kali dan rata-rata per anak bisa “melahap” 5-8 buku per minggu. Makanya, mereka disebut sebagai “anak pembaca aktif”. Bukan anak yang sekadar datang ke taman bacaan tapi nggak membaca.

 

Hanya kemarin saat jam sekolah, sebagian dari mereka request khusus mau minta akses WiFi. Asal tahu saja, WiFi di TBM Lentera Pustaka hanya bisa di akses hanya hari Sabtu dan Minggu saja. Di luar hari itu nggaak diperkenankan. Mungkin karena ada tugas sekolah, mereka harus pakai WiFi. Nah akhirnya, mereka pun diberi akses WiFi dengan syarat "membaca dulu 3 buku". Membaca buku dulu sebelum dapat akses WiFi. Itulah cara Taman Bacaan Lentera Pustaka mendidik anak-anaknya. Kenapa harus baca? Karena membaca adalah perbuatan, bukan pelajaran.

 

Tapi sayang, di zaman begini. Membaca buku sudah jadi kegiatan langka. Jarang dilakukan banyak orang. Drai dewasa hingga anak-anak. Karena terbuai dengan era digital. Gawai selalu di genggaman. Jadi malas membaca. Atau membaca dianggap membosankan dan tidak menghibur. Lebih keren lagi, membaca katanya online. Entah, benar atau nggak-nya?

 


Jadi, kenapa kamu harus baca?

Sekadar mengingatkan saja. Membaca itu perbuatan baik. Apalagi dibandingkan ngobrol ngalor-ngidul atau gosip. Ya mendingan membaca buku. Setidaknya, ada enam manfaat membaca buku di zaman begini, seperti:

1.      Dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Dari yang tadinya nggak tahu jadi tahu dan paham.

2.      Dapat memperluas pemikiran. Sehingga memacu kreativitas berpikir dan pengambilan keputusan yang tepat.

3.      Dapat meningkatkan hubungan sosial. Dari bacaan bisa paham realitas sosial dan cara adaptasi-nya. Apalagi membaca di taman bacaan.

4.      Dapat memacu keterampilan menulis jadi lebih baik. Karena kosakata bertambah dan kemampuan berbahasa pun luas.

5.      Dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi. Jadi sarana melatih lebih fokus dalam melalukan rutinitas keseharian.

6.      Dapat menstimulasi Kesehatan mental. Sehat itu bukan hanya fisik. Tapi mentalitas pun harus sehat. Agar imunitas tubuh kokoh, apalagi di masa pandemic Covid-19. Riset sudah membuktikan. Bahwa membaca buku dapat merangsang kesehata mental seseorang.

 

Hari ini, kesehatan mental sangat penting untuk siapapun. Dan salah satu cara yang dapat ditempuh, tentu dengan membaca buku. Apalagi membaca di taman bacaan. Akan terjadi interaksi sosial, di samping bertabur kebaikan di dalamnya. jadi, membaca buku-lah. Karena membaca buku adalah perbuatan baik. Kan katanya, siapa yang menabur maka dia akan menuai hasilnya? Begitu pula saat membaca buku.

 

Kenapa kamu harus membaca buku?

Maka jawabnya adalah karena membaca buku. Kamu sedang berbaik hati untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Menyehatkan fisik dan mental. Lalu kenapa lebih banyak omong daripada membaca buku? Salam literasi. #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu



Rabu, 29 September 2021

Apa Kata Taman Bacaan Tentang Literasi?

Saat ditanya, apa itu literasi? Agak bingung juga, dari mana mulai menjawabnya. Apa literasi sebatas membaca dan menulis. Apalagi data Litbang Kemdikbud (2019) menyebut angka rata-rata Indeks Alibaca Nasional Indonesia berada di angka 37,32. Tergolong masih rendah alias belum memadai. Sehingga dibutuhkan aktivitas literasi seperti di taman bacaan.

 

Belum lagi bila dikaitkan hasil riset We Are Social bertajuk “Global Digital Reports 2020” yang menyebut 64% penduduk Indonesia sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Bahkan angka rata-rata orang Indonesia berselancar di dunia maya tercatat 7 jam 59 menit per hari. Melebihi angka rata-rata global yang hanya 6 jam 43 menit di internet per harinya. Angka 64% dari jumlah penduduk yang mencapai 272 juta orang, tentu sangat besar. Makanya,ada istilah orang Indonesia dikenal “malas baca tapi cerewet di media sosial”.

 

Jadi, apa itu literasi?

Istilah literasi mulanya berasal dari bahasa latin “literatus”, yang berarti orang yang belajar. Itu berarti, literasi dapat dikatakan adanya kesadaran belajar seseorang untuk memahami realitas yang ada dalam kehidupan. Lalu mampu mentransformasikannya ke dalam perilaku sehari-hari. Literasi itu sikap dalam memahami realitas kehidupan. Makanya orang yang mampu bersikap seperti itu disebut orang yang literat. Sebagai contoh, pandemi Covid-19 adalah sebuah realitas. Maka seseorang yang literat sudah pasti mau divaksin. Selain patuh kepada protokol kesehatan 3M (memakai masker – mencuci tangan – menjaga jarak). Bukan sebaliknya, malah menebar hoaks tentang vaksin atau tidak patuh terhadap protocol Kesehatan.

 

Memang, literasi dulu dipahami sebatas kemampuan membaca dan menulis. Lebih merujuk pada kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung. Tapi hari ini in, literasi harus dimaknakan sebagai kemampuan memecahkan masalah. Sebuah kemampuan untuk adaptasi, kontribusi, dan mencari solusi. Maka literasi, sangat membutuhkan kemampuan berbahasa dan berpikir yang mumpuni.

 


Seiring dinamika peradaban manusia. Literasi pun ber-evolusi sesuai dengan tantangan zaman. Literasi sudah mengalami perluasan makna yang penting. Yaitu menyangkut “kompetensi dan kecakapan hidup” dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Literasi yang merasuk pada praktik pendidikan, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi. Karenanya, Education Development Center (EDC) menyebut literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skills yang dimiliki dalam hidupnya, lebih dari sekadar kemampuan baca tulis.

 

Saya pun meng-iya-kan. Bahwa literasi punya dua kata kunci: 1) kesadaran belajar dan 2) memahami realitas. Maka basis dari gerakan literasi adalah adanya kesadaran belajar dan kemampuan memahami realitas kehidupan. Dna berujung pada keberanian mentransformasikan ke dalam perilaku nyata yang lebih baik. Untuk itu, seseorang dapat dikatakan literat bila memiliki 5 (lima) perilaku nyata yang kompeten yaitu: 1) memahami, 2) melibatkan, 3) menggunakan, 4) menganalisis, dan 5) mentransformasi. Sehingga literat adalah sebuah proses, untuk kompeten dan cakap.

 

Jadi, literasi adalah sebuah kompetensi dan kecakapan seseorang dalam menyeimbangkan pikiran dan perilaku, mampu adaptasi terhadap perubahan, dan yang terpenting mampu memecahkan masalah sesuai realitas yang ada. Salam literasi. #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu




Selasa, 28 September 2021

Taman Bacaan Jadi Ujung Tombak Membentuk Manusia Literat, Benarkah?

Hari ini, banyak orang ikut seminar literasi. Aktivitas literasi atau terjun ke gerakan literasi. Agar tercipta budaya literasi. Sehingga terwujud masyarakat yang literat. Terbentuknya orang-orang yang literat. Lalu, siapa sih orang yang disebut literat?

 

Ketahuilah, seseorang dapat disebut literat. Apabila memiliki kompetensi dan kecakapan dalam hidup. Orang yang berdaya dan mamu memberdayakan keadaan atas dasar kesadaran belajar, kemampuan memahami realitas, dan mampu mentransformasikan pikiran ke dalam perilaku sehari-hari. Karena itu, orang yang disebut literat pasti memiliki 3 (tiga) ciri yang menonjol, yaitu: 1) hidupnya selalu adaptif, 2) kontibusinya selalu positif, dan 3) manfaatnya pasti solutif. Tanpa ciri-ciri itu, maka belum bisa disebut literat.

 

Bangsa yang literat pasti dibentuk dari masyarakat yang literat. Sedangkan masyarakat yang literat, tentu dibangun dari individu-individu yang literat. Di era digital dan revolusi industri seperti sekarang, individu yang literat pastinya memiliki focus pada 3 (tiga) diskursus literasi yang penting, yaitu: 1) kemampuan literasi dasar, 2) memiliki kompetensi, dan 3) mempunyai karakter yang berkualita.

 

Rinciannya begini. Literasi dasar bertumpu pada 6 (enam) kemampuan, yaitu; 1) literasi baca-tulis, 2) literasi numerasi, 3) literasi sains, 4) literasi digital, 5) literasi finansial, dan 6) literasi budaya dan kewargaan. Dengan berbekal literasi dasar itulah diharapkan seseorang mampu mencapai 4 (empat) kompetensi penting yaitu: 1) kemampuan berpikir kritis, 2) kreativitas, 3) komunikasi, dan 4) kolaborasi. Sehingga dampak besar dari budaya literasi adalah meningkatnya kualitas karakter manusia menjadi lebih: 1) religius, 2) nasionalis, 3) mandiri, 4) gotong royong, dan 5) integritas.

 

Bila mekanisme literasi di atas terjadi pada diri seseorang. Maka dapat disebut literat. Manusia yang literat. Jika demikian, maka bukan omong kosong peradaban suatu bangsa akan memuncak pada budaya literasi. Tanda lahirnya tatanan masyarakat yang literat. Masyarakat yang mampu memahami realitas. Literat terjadi bila tidak ada lagi hoaks, ujaran kebencian, perilaku koruptif, dan bersiasat untuk keuntungan dirinya sendiri.

 


Tapi sayang, tingkat literasi di Indonesia memang belum memuaskan. Bukti paling sederhana, Litbang Kemdikbud (2019) menyebut angka rata-rata Indeks Alibaca Nasional berada di angka 37,32 yang tergolong masih rendah. Apalagi di era digital, aktivitas giat membaca dan literasi kian tergerus. Karena itu, literasi tidak dapat digenjot hanya sebatas ruang seminar atau diskusi. Literasi adalah perilaku atau perbuatan. Bukan sekadar wacana. Literasi membutuhkan aksi nyata, butuh kesadaran, bahkan butuh kolaborasi. Literasi pada akhrinya harus mampu memberdayakan setiap manusia dan lingkungannya.

 

Literasi, tentu tidak dapat terwujud bila berjalan sendirian. Semua pihak, di manapun, bertanggung jawab atas tercipta atau tidaknya budaya literasi di masyarakat. Itulah yang disebut “literasi untuk semua”. Bukan semua untuk literasi. Karena sejatinya, tujuan besar dari literasi adalah “mengubah JENDELA menjadi PINTU”. Agar terwujud masyarakat yang memiliki pengetahuan yang luas, di samping memiliki cakrawala berpikir yang lebih baik. Lebih bermanfaat bagi orang banyak. Kulit dari literasi itu memang pahit. Namun buahnya sangatlah manis dan aromanya wangi.

 

Jadi siapa sih orang yang literat? Dengan tegas dapat dikatakan. Orang yang literat pastinya merujuk pada “kompetensi dan kecakapan” seseorang dalam menyeimbangkan pikiran dan perilaku. Orang yang mampu adaptasi terhadap perubahan. Dan yang terpenting, mampu memecahkan masalah atas realitas kehidupan sehari-hari. Salam literasi. #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu

Pejuang Bravo Lima Imbau Warga Vaksin untuk Percepat Herd Community

Bertajuk "Gerakan 1000 Vaksin  Covid 19 Legenda Wisata", Komunitas Pejuang Bravo Lima (PBL) Jawa Barat bekerjasama dengan VGMC (Van Gogh Motor Community) dan Satgas se-Legenda Wisata menggelar kegiatan vaksinasi untuk masyarakat umum, mahasiswa dan pelajar di Legena Wisata (25/09/2021). Dibuka oleh Letjen TNI (Purn) Sumadi selaku Wakil Ketua Umum DPP PBL dan dihadiri Letjen TNI (Purn)  Suaedy Marasabessy (Sekjen DPP PBL), Laksda TNI (Purn) Ign Dadiek Surarto (Wasekjen), Brigjen TNI (Purn) Edy Kustiwa (Korwil Jawa 1), dan Marsma TNI (Purn) Heryanto Rachman, acara ini bertujuan untuk mempercepat herd immunity  di lingkungan perumahan.

 

Tovi Singgih, Ketua DPD PBL Jawa Barat sebagai pelaksana menegaskan vaksinasi massal Covid-19 ini sebagai bagian dari ikhtiar untuk mengurangi penularan Covid-19 di masyarakat, di samping untuk mempercepat pemulihan kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih baik. Alhadil, vaksinasi ini pun disambut dengan antusias dan semangat oleh warga masyarakat.

“Gerakan 1.000 vaksin ini digelar untuk mempercepat herd immunity di lingkungan perumahan dan memastikan semua orang di Legenda Wisata sudah divaksin. Agar tidak ada klaster perumahan yang tertular. Bagusnya, aksinasi ini menerapkan sistem pendaftaran yang cepat dan akurat” ujar Tovi Singgih dalam sambutannya.

 

Gerakan 1.000 vaksin ini pun diapresiasi Didin Wahidin selaku Camat Gunung Putri. Sebagai upaya mempercepat proses vaksinasi warga di wilayahnya. “Kami sangat mendukung percepatan vaksinasi di Kecamatan Gunung putri. Kami terus gencar melakukan vaksinasi. Agar kekebalan komunal segera terwujud” kata Camat Gunung Putri.

 

Letjen TNI (Purn) Sumardi, Wakil Ketua Umum DPP Pejuang Bravo Lima dalam sambutannya menyatakan pentingnya upaya membantu pemerintah vaksinasi. Jangan terpengaruh dengan isu-isu negatif atau hoaks tentang vaksin Covid-19. “Kita harus bantu agar vaksin segera merata ke semua daerah dan lapisan masyarakat. Sehingga kondisi Kesehatan yang kokoh pada diri kita. Agar terhindar dari virus Covid-19” ujarnya.

 


Ketua Satgas Klaster se-Legenda Wisata pun menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan Pejuang Bravo Lima Jawa Barat sehingga vaksinasi massal dapat terselenggara. Di samping bisa mempercepat kekebalan komunitas di Perumahan Legenda Wisata. Agar tidak terjadi lagi serangan Covid-19 yang sangat memprihatinkan seperti di gelombang kedua yang lalu. Maka acara vaksinasi ini sangat penting.

 

Suksesnya vaksinasi ini pun berkat dukungan Komunitas Motor Van Gogh Motor Community. Ditya Ferianto dan Manurung dari VGMC menyatakan “Kami bertugas all out untuk menjaring anak-anak muda 12 tahun, pekerja, perawat taman, pedagang, pengantar minuman galon dan gas yang sehari hari beroperasi di lingkungan perumahan. Kami jemput bola, secara manual membuka pendaftaran dan memastikan semua orang sudah divaksin. Agar lebih sehat dan aman dari serangan Covid-19” katanya di sela acara.

 

Karena itu, PBL dan VGMC mengimbau agar semua perumahan pun dapat melakukan gerakan vaksinasi di lingkungannya. Sebagai upaya untuk menekan laju penularan Covid-19 di masyarakat. Sehingga dapat mencapai kekebalan komunitas, minimal segera mencapai 70 persen dari jumlah penduduk di Indonesia.

Literasi Pensiunan, Kok Bisa Pensiunan Jadi Manusia Silver?

Tiba-tiba viral. Saat seorang pensiunan polisi jadi manusia silver. Untuk meminta-minta dan sayangnya terjaring razia Satpol PP di Semarang Barat. Dia telah mengabdi dan bertugas selama 19 tahun dengan pangkat terakhir Aipda. Akibat impitan ekonomi, terpaksa mengemis menjadi manusia silver. Itu berarti, uang pensiunnya tidak cukup?

 

Adalah fakta, 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalami masalah keuangan. Maka riset membuktikan bahwa 9 dari 10 pekerja Indonesia saat ini sama sekali tidak siap untuk pensiun. Masa pensiun, masa tidak bekerja lagi di hari tua akhirnya jadi momok yang menakutkan. Saat bekerja jaya tapi saat pensiun merana.

 

Hari ini, mungkin masih banyak pensiunan yang jadi manusia silver di daerah lain. Terpaksa jadi ojek online atau berdagang warung kecil. Itu semua dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Uang pensiun dianggap tidak cukup. Lalu, bagaimana dengan mereka yang hari ini masih bekerja?

 

Pensiunan jadi manusia silver. Apa artinya?

Bila disadari intinya, tidak ada satu orang pun di dunia ini yang akan bekerja terus. Cepat atau lambat,masa pensiun itu pasti tiba. Oleh karena itu, masa pensiun harus disiapkan. Purnawirawan dan ASN yang mendapat uang pensiun dari negara saja tidak cukup. Apalagi yang pekerja swasta bila tidak mempersiapkannya? Apa mau jadi "manusia silver" di hari tua?

 

Masa pensiun itu bukan gimana nanti. Tapi nanti gimana? Setidaknya ada 5 alasan kenapa seorang pekerja harus menyiapkan masa pensiunnya sendiri:

1.   Biaya hidup yang tinggi dari tahun ke tahun seiring laju inflasi. Sederhananya begini, hari ini harga sepiring nasi di warteg bisa jadi akan dua atau tiga kali lipat dari sekarang saat masa pensiun. Semakin naik terus ke depannya.

2.   Panjangnya masa pensiun yang dijalani seseorang. Maka butuh biaya yang besar. Apalagi angka harapan hidup orang Indonesia saat ini mencapai 72 tahun. Bila pensiun di usia 55 tahun, maka masih ada 17 tahun masa kehidupan. Lalu, dari mana biaya hidupnya selama itu?

3.   Tidak pastinya kondisi keuangan seseorang di masa pensiun. Saat bekerja kaya tapi tidak menjaminan di masa pensiun tetap sejahtera. Bahkan tidak sedikit pensiunan justru jadi miskin. Atau pensiunan yang mengalami masalah keuangan. Asetnya habis dan dijual. Hanya untuk biaya hidup saat pensiun.

4.   Masalah kesehatan butuh biaya besar. Semakin tua seseorang lazimnya makin berpotensi mengidap penyakit. Lalu, dari mana uang untuk membeli obat dan membayar RS bila sakit di masa pensiun?

5.   Ingin mempertahankan gaya hidup dan nafsu konsumtif. Bila terjadi pada saat bekerja tentu tidak masalah. Tapi bila di masa pensiun dari mana sumber dananya?

Maka atas 5 alasan di atas, setiap pekerja harus mulai mempersiapkan masa pensiunnya sendiri.  Jangan sampai saat pensiun jadi "manusia silver" akibat masalah keuangan di masa pensiun. Agar tidak bergantung pula kepada orang lain di hari tua.

Pensiunan jadi manusia silver. Artinya, siapa pun yang hari ini masih bekerja harus berani mempersiapkan masa pensiun. Mulai mengikuti program pensiun, dengan menyisihkan sebagian gaji untuk masa pensiun. Menabung sejumlah dana untuk masa pensiunnya sendiri. 

 


Lalu, bagaimana cara mempersiapkan masa pensiun?

Tentu ada banyak cara, asal spiritnya untuk ketersediaan dana di masa pensiun. Dan salah satu caranya adalah mengikuti program pensiun DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) yang ada di pasaran. Selain menyisihkan dana secara rutin ditambah hasil investasi selama jadi peserta DPLK. Maka uang pensiun yang diperoleh saat pensiun jadi lebih besar. Hingga masa pensiun pun jadi lebih sejahtera. Tidak mengalami masalah keuangan di hari tua. 

 

Sekali lagi, siapa pun pasti akan pensiun. Tidak ada orang bekerja seumur hidup. Maka jangan sampai jaya saat bekerja. Tapi merana di saat pensiun. Agar tidak jadi manusia silver di masa pensiun. Maka jangan remehkan masa pensiun. Karena masa pensiun bukan soal sepele. Tapi harus dipersiapkan sejak dini. Mumpung masih ada waktu, mumpung masih bekerja. Jangan sampai tidak sejahtera di masa pensiun. 

 

Karena pensiun bukan soal waktu. Tapi soal keadaan. Mau seperti apa di masa pensiun? Sejahtera atau tidak, hanya itu pilihannya. #LiterasiDanaPensiun #EdukasiPensiun #EdukatorDanaPensiun #DanaPensiun #DPLK #YukSiapkanPensiun