Sabtu, 29 Februari 2020

Pendiri TBM Lentera Pustaka Siapkan Buku "Lelaki Lima Puluh Tahun; Di Bilik Kopi"

Jelang ulang tahun ke-50, Pendiri dan Kepala Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor menyiapkan buku antologi puisi dan autobiografi tentang dirinya berjudul "Lelaki Lima Puluh Tahun; Di Bilik Kopi". Buku yang berisikan 50 puisi sebagai simbol perjalanan hidupnya dan sejarah hidupnya dari kecil, sekolah, bekerja, hingga menjadi pengabdi sosial di taman bacaan. Seorang konsultan profesional, dosen Unindra, dan edukator dana pensiun Asosiasi DPLK yang memilih "mengabdi pada masyarakat" khususnya anak-anak usia sekolah demi tegaknya tradsi baca dan budaya literasi di kampung.

Apa sih artinya usia 50 tahun?
Banyak yang belum tahu, generasi 50 tahun itu justru hidupnya lebih praktis dan seimbang. Karena prinsip hidupnya, filosofinya bahkan gaya hidupnya sederhana alias SIMPEL. Generasi 50 tahun itu enggak neko-neko, enggak banyak yang dipengen apalagi yang dimimpikan. Karena generasi 50 itu sadar berada di antara dua kutub; kutub tradisional dan kutub modern. Selalu tetap ikut dinamika zaman tapi menjaga tradisi baik yang dijunjung tinggi.

Jadi keliru, bila yang hidupnya praktis dianggap generasi milenial. Justru hidup yang simpel ada di generasi 50 tahunan.

Konon, generasi 50 tahun itu lebih matang dan lebih memikat. Sebab hidupnya SIMPEL, yang berarti:
S  = Sesuai kebutuhan, bukan keinginan
I   = Intelek lagi melek sebab literaturnya cukup
M = Mapan lagi seimbang
P  = Padat inovasi dan kreasi
E  = Enggak malu miskin, enggak sombong kaya
L  = Lebih matang dalam ibadah
Karena itu, seorang pegiat literasi di Kaki Gunung Salak memanfaatkan momentumnya. Saat usia 5o tahun di Maret 2020 ini, ia mempersembahkan sebuah buku Antologi Puisi dan Autobiografi "LELAKI LIMA PULUH TAHUN; DI BILIKI KOPI" karya Syarifudin Yunus.
Nantikanlah tanggal mainnya buku "Lelaki Lima Puluh Tahun; Di Bilik Kopi" by #TGS

Kamis, 27 Februari 2020

Cara Sederhana TBM Lentera Pustaka Peduli Tradisi Baca; Fakta Bukan Cerita


Fakta Bukan Cerita, Baik Itu Dibikin Bukan Dipikirin


PEDULI ITU DIBIKIN, BUKAN DIPIKIRIN
Ibarat minum kopi, kadang rasa pahit itu justru membuat mata kian terbuka. Bahwa hidup itu berproses. Semua pun ada prosesnya, tidak ada yang langsung jadi. Maka tidak perlu mengagumi yang instan. Karena biasanya tidak langgeng. Maka berproseslah. Agar terasa nikmatnya, terasa manfaatnya...

Begitu pula Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kampung warung Loa Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor. Tiga tahun lalu didirikan. Dari garasi yang disulap jadi rak buku. Dinding tembok yang diberi gambar mural. Hingga papan penanda, bahwa tempat itu bukan lagi rumah tapi taman bacaan. Semuanya berproses; orang-orang baik "tanpa bayaran" mengabdi di sana. Berbuat untuk sesama demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.

Kini di taman bacaan Lentera Pustaka ini. Tidak kurang dari 60 anak-anak usia sekolah selalu membaca seminggu 3 kali. Padahal sebelumnya mereka tidak punya akses bacaan sama sekali bahkan terancam putus sekolah akibat keadaan ekonomi.  Ada pula 10 ibu-ibu buta huruf yang belajar rutin agar bisa baca-tulis. Bahkan ada 10 anak yatim binaan yang diperhatikan agar tetap sekolah. Sekali lagi taman bacaan di kampung ini, telah menjadi bagian dari pengabdian untuk sesama.

Tiap hari Minggu, selalu saja ada tamu, relawan atau orang baik berkunjung ke taman bacaan Lentera Pustaka. Hanya untuk mengabdi dan berbakti pada mereka. Semuanya berproses dan dijalani dengan hati bukan narasi.


Ratusan mungkin ribuan, orang baik sudah ke taman bacaan ini; di event bulanan, festival literasi, launching buku, riset,  mengajak anak membaca, diskusi budaya literasi hingga bakti sosial bertema taman bacaan. Beragam komunitas, sekolah, bahkan teman sepergaulan suka berkunjung ke taman bacaan ini. Bahkan program CSR korporasi pun ada di taman bacaan ini, seperti Asuranis Jiwa Tugu Mandiri dan Asosiasi DPLK di tahun 2020 ini yang menjadi sponsor. Sebuah kepedulian perusahaan terhadap tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. CSR korporasi yang langka.

TBM Lentera Pustaka, bukan hanya tempat baca. Tapi sudah menjadi tempat untuk "merendahkan hati". Bahwa perbuatan baik itu tetap di atas pikiran baik. Tempat mengubah "niat baik jadi aksi nyata". Baik itu tidak cukup diniatkan. Peduli pun tidak cukup diomongkan. Tapi harus dilakukan dengan penuh komitmen dan konsistensi.

Di taman bacaan ini pun, saya belajar banyak. Bahwa tiap proses kebaikan dan kepedulian pun ada risikonya. Selalu saja ada orang yang tidak suka. Orang-orang yang tidak ingin orang lain maju. Sehingga saya tahu. Bahwa musuh terbesar "orang yang berbuat" adalah "orang yang terus ngomong" tanpa berbuat.

Insya Allah, TBM Lentera Pustaka akan terus berbuat. Menebar kebaikan, membumikan kepedulian. Karena kelak, taman bacaan ini akan menjadi legacy atau warisan semua orang-orang baik yang pernah berkiprah dan mengabdi untuk kaum yang membutuhkan.

Maka tetaplah berproses. Karena setelah gelapnya malam pasti ada esok pagi yang terang. Dan yang terpenting, kebodohan kemiskikan bahwakn kezaliman akan terus ada di sekitar kita. Bukan karena banyaknya orang-orang jahat. Tapi karena diamnya orang-orang baik.

Sekali lagi, berproseslah untuk sebuat kebaikan atau kepedulian. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat, seperti yang dilakukan TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor.  

Jadilah FAKTA bukan CERITA. Karena baik itu harus dibikin bukan dipikirin ... #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #BudayaLiterasi

Rabu, 26 Februari 2020

Pendiri TBM Lentera Pustaka Perkenalkan Teknik "BeYOUtiful Writing", Cara Gampang Menulis Ilmiah


          Menulis bukan hanya pelajaran. Tapi harus mampu menjadi perilaku dan kebiasaan. Apalagi di kalangan akademisi, kemampuan menulis mutlak diperlukan. Karena menulis, beragam ide dan gagasan dapat diekspresikan. Sekaligus berbagi pengetahuan kepada pembaca.
          Berangkat dari semangat itulah, Politeknik LP3I Jakarta menggelar workshop penulisan berkelanjutan sesi-3 bertajuk "BeYOUtiful Writing" di Kampus LP3I Jakarta pada Rabu, 26 Februari 2020.  Dibuka oleh Drs. Jaenudin Akhmad, S.E, MM, MPd, , Direktur LP3I, workshop penulisan ilmiah ini diikuti 22 peserta dari unsur dosen, mahasiswa S3 UNJ, dan siswa SMA. Tampil sebagai narasumber Syarifudin Yunus, M.Pd., penulis 30 buku dan Dosen Universitas Indraprasta PGRI yang sekaligus Pendiri TBM Lentera Pustaka dan dimoderatori Bakri Tanjung, M.Pd., dosen LP3I Jakarta.
          Workshop menulis "Be-YOU-tiful Writing" merupakan cara gampang menulis ilmiah yang mengandalkam 2 teknik yang dimiliki peserta, yaitu 1) argumentasi dan 2) data. Dengan teknik ini, peserta menjadi lebih mudah dalam menuangkan ide dan gagasan secara ilmiah.

          Kenapa argumentasi dan data dalam menulis?
          Karena argumentasi dalam menulis ilmiah sangat penting. Sebagai bagian untuk memperkuat penjelasan, pembuktian, alasan, maupun ulasan secara objektif (apalagi dilengkapi dengan contoh, analogi, atau sebab akibat). Agar ide dan gagasan dalam tulisan jadi benar dan terbukti. Begitu pun data, peserta dipacu untuk membuat tulisan berbasis data. Karena data merupakan kumpulan fakta sebagai dasar membuat pernyataan yang dapat diterima secara apa adanya. Data yang diolah bisa dicari persamaan, perbedaan dan disimpulkan.
          "Menulis ilmiah dengan teknik BeYOUtiful Writing ini saya kembangkan agar mereka yang merasa susah menulis jadi gampang. Segala bentuk tulisan ilmiah bisa diterapkan, baik artikel, makalah, skripsi, dan disertasi sekalipun. Karena basisnya argumen dan data. Praktiknya gampang asal mau dilakukan" ujar Syarifudin Yunus sebagai narasumber.
          Jadi "Be-YOU-tiful Writing", tiap peserta "dipaksa" menulis sesuai kemampuan dan potensinya sendiri. Menulis dengan menguraikan "Apa yang Ada di dalam yang PENTING". Maka dalam warkshop penulisan ini, tiap peserta diminta untuk memilih tema dan topik yang spesifik. Setelah itu, dikembangkan dengan membuat 4 argumen dan 4 data.  Lalu dituangkan menjadi 16 paragraf. Itulah "Be-YOU-tiful Writing". 
          "Teknik BeYOUtiful Writing ini cocok untuk menulis ilmiah. Jadi lebih mudah dan cepat dalam menunggu gagasan secara tertulis. Dalam waktu tidak lama, saya bisa buat 4 paragraf. Luar biasa" kata Prio, salah satu peserta workshop.

          Menulis ilmiah memang tidak mudah. Tapi harus dimulai dan ditulis. Agar penulis tahu, apakah idenya sudah memenuhi sifat ilmiah seperti: faktual, logis, objektif, dan sistematis. Maka menulis ilmiah adalah proses yang harus dilakukan. Tanpa menulis tentu tidak akan ada tulisan.
          Workshop penulisan berkelanjutan LP3I Jakarta sesi 3 ini melengkapi dua sesi sebelumnya yaitu 1) hasrat menulis dan 2) mulai menulis jurnal ilmiah. Dan akan diikuti dengan workshop sesi 4 pada Maret 2020 nanti.
          Sungguh, karena menulis, ide siapapun jadi ada dan abadi #LP3IMenulis #BeYOUtifulWriting


Sabtu, 15 Februari 2020

4 Cara Gampang Sumbang Buku ke Taman Bacaan Lentera Pustaka


Saya tidak tahu namanya. Seseorang hanya mengirim WA dan bertanya "Apakah ini TBM Lentera Pustaka?". Saya jawab iya. Lalu beliau minta alamat Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang saya dirikan di Kampung Warung Loa di Kaki Gn. Salak Bogor. Maka alamat pun saya berikan.

Tidak disangka dan tidak diduga. Ternyata, beliau pagi ini mengantar "5 dus donasi buku cerita" untuk 60 anak-anak pembaca aktif di TBM Lentera Pustaka. Tentu, demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak kampung usia sekolah. Itu hanya cara sederhana untuk menyumbang buku k taman bacaan.

Memang sejak 3 tahun lalu, tepatnya 5 November 2017, saya mendirikan Taman Bacaan Masyarakat Lentera Pustaka. Tujuan utamanya adalah untuk meredam angka putus sekolah di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor yang tergolong tinggi, mencapai 81% hanya di level SD. Maka saya menempuhnya dengan mendirikan taman bacaan di garasi rumah yang tadinya saya gunakan untik istiraha tiap week end. Namun karena anak-anak saya sudah besar dan jarang dikunjungi, di situlah niatan membangun TBM Lentera Pustaka berlangsung. Hanya ingin mengubah “mind set” anak-anak melalui buku bacaan. Agar tetap sekolah, sekaligus membangun tradisi baca.

Karena di mata anak-anak, semakin rajin baca maka anak akan semakin semangat belajar. Sehingga terhindar dari putus sekolah. Dan Alhamdulillah, hingga kini mereka tetap sekolah dan hebatnya mampu membaca 5-8 buku per minggu. Seminggu 3 kali, tiap rabu sore – Jumat sore – Minggu pagi, anak-anak di kampung itu selalu membaca. Padahal sebelumnya ad ataman bacaan, sama sekali mereka tidak punya tradisi baca.


Seiring waktu berjalan, sungguh saya terus bersyukur. Selalu saja ada orang-orang yang peduli dan baik hati di lingkaran taman bacaan ini. Seperti Asuransi Jiwa Tugu Mandiri (AJTM) dan Asosiasi DPLK (ADPLK) yang pada tahun 2020 ini menjadi sponsor CSR Korporasi untuk membantu program membaca anak-anak, program literasi keuangan, dan membantu biaya operasional taman bacaan Lentera Pustaka. Karena di TBM Lentera Pustaka, ada 4 tenaga honor (2 petugas baca dan 2 petugas pendukung). Saya berharap, taman bacaan Lentera Pustaka bisa jadi ladang amal dan berkah buat semua pihak yang peduli.

Lalu, bagaimana cara menyumbang buku ke taman bacaan?
Mudah saja. Karena buku adalah jendela ilmua pengetahuan. Maka buku baru atau buku bekas asal masih layak baca, tentu dapat disumbangkan oleh siapapun. Maka cara menyumbang buku ke taman bacaan adalah sebagai berikut:
1.      Kumpulkan saja buku baru atau buku bekas layak baca yang ada di rumah atau di komunitas Anda.
2.      Jangan lupa, buku yang dikumpulkan adalah buku-buku a) buku cerita sejarah atau dongeng, b) buku bacaan anak-anak usia sekolah, c) buku ensiklopedia, d) buku umum sperti motivasi, sejarah, agama, dan sebagainya. Asal jangan buku pelajaran sekolah.
3.      Setelah buku terkumpul silakan cari taman bacaan di sekitar tempat tinggal Anda, lalu hubungi pengurus-nya dan buatlah jadwal penyerahan sumbangan buku.
4.      Terakhir, penyerahan buku di taman bacaan sambil foto-foto dan bertanya lebih jauh tentang taman bacaan tersebut.
Jadi mudah kan untuk menyumbang buku ke taman bacaan? Asal punya kepedulian, punya kepekaan sosial. Siapapun bisa menyumbang buku ke taman bacaan.

Nah, salah satu taman bacaan yang menerima sumbang buku adalah Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Ini taman bacaan yang dikenal unik dan kreatif karena menerapkan model “TBM Edutainment” seperti ada senam siletasi, salam literasi, doa literasi, membaca bersuara, laboratorium baca tiap minggu, event bulanan, dan jajanan keliling gratis.

Lokasi TBM Lentera Pustaka berada Jl. Masjid Nurul Iman No. 77 RT 02/12 Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab Bogor 16610. Taman bacaan ini didirikan oleh Syarifudin Yunus, seorang pegiat literasi dan Dosen Universitas Indraprasta PGRI Jakarta yang kini tengah menyelesaikan studi S3-Program Doktor Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor.

Silakan googling TBM Lentera Pustaka, banyak aktivitas menarik di taman bacaan ini. Bahkan TBM Lentera Pustaka sering menjadi narasumber di DAAI TV dan TV Parlemen untuk topik “gerakan literasi”. Jadi, menyumbang buku ke TBM Lentera Pustaka pun tidak masalah. Silakan menyumbang buku bacaan. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah. Apalagi di tengah gempuran era digital seperti sekarang.

Intinya, siapapun boleh jadi apapun. Siapapun boleh jadi apa saja yang hebat-hebat. Punya pangkat, punya jabatan. Bahkan punya gaya hidup dan status sosial yang keren. Tapi tanpa rasa peduli dan sikap mau berbagi, itu hanya sia-sia belaka. Karena manusia, bukan atas apa yang dimiliki tapi atas apa yang diberikan buat orang lain.

Percayalah, orang-orang peduli itu kian banyak. Bahkan mulai tahun 2020 ini, saya tadinya setiap Minggu ada dan ke TBM Lentera Pustaka untuk membimbing anak-anak laboratorium baca dan mengajar ibu-ibu buta aksara dalam program GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA). Tapi sekarang, cukup 2 minggu sekali saja. Karena tiap 2 minggu pula ada relawan dari para mahasiswa yang tergabung dalam BEM Faperta IPB yang akan hadir untuk  membimbing anak-anak baca dan mengajar ibu-ibu buta aksara. Saling bergantian, antara saya dan mahasiswa BEM Faperta IPB. Mereka anak-anak muda yang peduli.

Hari gini, jangan lagi sumbangan hanya sebatas pikiran atau niatan. Ubah niat baik jadi aksi nyata. Sekalipun hanya menyumbang buku bacan ke taman bacaan.

Terima kasih kepada hamba Allah yang saya tidak kenal di foto ini dan seluruh pihak yang telah peduli pada TBM Lentera Pustaka selama ini. Ini warisan kita semua, saat nanti "pulang" ke hadirat-Nya ... Wallahu a'lam. Jadilah orang peduli #OrangPeduli #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen


Minggu, 09 Februari 2020

Ngariung Sareng TBM Lentera Pustaka


Zaman now, semua orang ingin bahagia. Itu pasti. Anak orok juga mau bahagia bila bisa bicara. Tapi zaman now suka lupa, bahagia itu ada saat "ngariung", ketika bisa kumpul bersama dalam balutan aksi sosial. Ngariung untuk berbuat yang manfaat bagi sesama.
Jadi, bila mau hidup lebih bahagia. Ngariung-lah dalam hidup. Karena ngariung itu menyehatkan.

Kata pepatah Sunda "Bengkung ngariung bongok ngaronyok”. Tidak ada yang sulit bila dihadapi bersama-sama.

Spirit "ngariung" inilah yang jadi salah satu budaya di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak. Ngariung sambil menikmati hidangan nasi liwet khas taman bacaan, plus ikan asin cuek, tahu dan tempe goreng, lalapan daun singkong dan sedikit sambal. "Ngariung Sareng TBM Lentera Pustaka". Ngariung bukan terletak pada kemewahan menu atau tempatnya. Tapi suasana dan kelapangan hati untuk mengabdi kepada masyarakat. Ngariung kepedulian sosial, istilahnya.

Ngariung itu bukan orang banyak yang kumpul di tempat mewah, lalu membahas negara. Bukan pula kongkow-kongkow untuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Bahkan ngariung bukan pula, ketika dua hati bercampur dan saling sibuk mencari kesalahan orang lain. Tapi ngariung adalah menelan ego lalu rela bersama mengabdi secara sosial. Tanpa pandang status, pangkat, jabatan apalagi tampang.


Ngariung itu berkumpul. Orang-orang yang berkumpul sambil ditemani "kulubkuluban” atau rebus-rebusan atau nasi liwet serta teman-temannya. Dalam tradisi Sunda, ngariung bukan duduk bareng. Tapi ada silaturahmi, ada obrolan, ada yang berbicara dan ada yang mendengarkan. Dam yang terpenting, ada hidangan yang bisavdinikmati. Lagi-lagi bukan karena mewahnya. Tapi kerelaan hati untuk berbuat baik sambil meredam edo. Ngariung.

Ngariung Sareng TBM Lentera Pustaka.
Seperti itulah yang dilakukan 90-an mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia saat meluncurka. buku kumpulan jurnalisme data "50% Anak Muda Pilih Jelek Tapi Kaya..." sambil aksi sosial kepada 50-an anak pembaca aktif yang terancam putus sekolah di Taman Bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gn. Salak Bogor. Anak-anak muda yang memberi motivasi akan pentingnya membaca, bermain games, sedekah kepada anak-anak yatim, berdonasi buku bacaan, sedekah uang, bahkan berbagi makanan bersama anak-anak TBM Lentera Pustaka.

Ngariung yang tetap tersambung. Tanpa perlu menyinggung apalagi terselubung. Karena ngariung tidak bisa terbendung. Untuk bergabung agar gelembung rundung segera rampung. Hayu ngariung.

Ngariung sareng TBM Lentera Pustaka.
Karena hakikatnya, manusia adalah makhluk ngariung. "Sateuacan masihan naséhat dina cariosan salira, pasihan maranehanana naséhat ku sikep salira." Maka sebelum memberi nasehat dengan ucapan, berilah mereka nasehat dengan perbuatan. Salam ngariung sareng TBM Lentera Pustaka  #FilosofiNgariung #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka



Aksi Sosial Mahasiswa Unindra di TBM Lentera Pustaka Sambil Peluncuran Buku Jurnalisme Data


Maraknya orang bicara tanpa data, mengusik mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI meluncurkan buku jurnalisme data berjudul “50% Anak Muda Pilih Jelek Tapi Kaya Daripada Kaya Tapi Miskin”. Bertepatan dengan Haris Pers Nasional, buku ini berpesan agar masyarakat dan para politisi untuk bicara pakai data, bukan asal cerita. Sekitar 90 mahasiswa peserta mata kuliah Jurnalistik melakukan liputan berbasis data dan menuliskan menjadi berita di bawah arahan dosen Syarifudin Yunus, M.Pd.

“Buku 50% Anak Mudah Pilih Jelek Tapi Kaya ini sebagai cara mahasiswa Unindra melawan hoaks. Bicara harus pakai data, jangan asal cerita. Di samping membiasakan tradisi menulis mahasiswa pun menyajikan analisis data dan memahami konteks berita. Ini bagian dari data science” ujar Syarifudin Yunus saat peluncuran buku hari ini (9/02).


Peluncuran buku jurnalisme data ini pun dilakukan dengan cara beda. Bertempat di Taman Bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor, 100-an mahasiswa pun melakukan bakti sosial ke 50 anak-anak pembaca aktif dari keluarga prasejahtera. Bertajuk “Di Kampus Bernyali, Di Kampung Peduli” mahasiswa Semester 5 Pendidikan Bahasa Indonesia Unindra pun berdialog sambil memberi motivasi anak-anak kampung untuk rajin membaca. Hal ini sebagai bukti pengabdian masyarakat mahasiswa sebagai insan akademis yang peduli sosial. 

“Selain meluncurkan buku jurnalisme data sebagai bukti kami menulis saat kuliah, aksi peduli social ini pun jadi cermin tanggung jawab sosial kami sebagai mahasiswa. Karena ilmu yang kami miliki pada akhirnya harus disumbangkan kepada masyarakat. Ilmu yang bermanfaat untuk orang lain” kata Rahmat, mahasiswa Unindra yang hadir. 

Buku jurnalisme data ini menyajikan 122 hasil liputan berbasiswa data. Sebagai reaksi atas banyaknya komentar dan argumen yang disajikan tanpa fakta di tengah masyarakat. Adalah salah bila teori diciptakan tanpa memiliki data.


Selama kuliah Jurnalistik, mahasiswa belajar data harus dicari, lalu diolah dan dijadikan berita. Data yang ada disaring untuk ditulis jadi berita. Karena data hakikatnya telah menjadi bagian dari keterbukaan informasi di era digital. Tidak ada data yang bisa disembunyikan. Melalui jurnalisme data, mahasiswa berproses untuk mengumpulkan, membersihkan, menganalisis, dan memvisualisasikan data menjadi karya jurnalistik.

Data adalah fakta. Mahasiswa Unindra dilatih untuk kenal cara kerja jurnalistik. Belajar jurnalistik sambil menuliskan dan mempublikasikan beritanya melalui data yang diperoleh saat liputan. Ternyata, 50% anak muda memilih jelek tapi kaya daripada cakap tapi miskin. Bahkan ada data tentang perilaku berkunjung ke perpustakaan, jajanan di kampus, dan gaya hidup mahasiswa di era digital. Buku jurnalisme data ini menegaskan bahwa siapapun bisa menggunakan data untuk memberitakan atau mengambil keputusan.

“Buku jurnalisme data mahasiswa Unindra ini luar biasa. Ada banyak data yang disajikan sebagai bukti nyata mahasiswa bisa menulis jurnalistik, dengan mengandalkan perilaku konkret dan sikap kritis dalam reportase” tambah Syarifudin Yunus, Dosen Unindra yang sekaligus Pendiri Taman Bacaan Lentera Pustaka.

Maka, bicaralah pakai data, bukan asal cerita #KuliahJurnalistik #UnindraKeren


Jumat, 07 Februari 2020

Kampanye Baca "Hidangan Tuhan" Ala Taman Bacaan Lentera Pustaka


Selalu ada cara beda untuk ajak anak-anak membaca di taman bacaan. Tentu, bukan dengan menasehati akan pentingnya membaca. Apalagi memaksa anak-anak untuk membaca. Maka sentuhlah hati anak-anak dengan lembut. Bahkan dekati orang tuanya agar mau mengajak anak untuk membaca.

Cara beda inilah yang ditempuh Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Bogor. Taman bacaan yang telah beroperasi 3 tahun ini, menerapkan kampanye “Ayo Baca via Hidangan Tuhan”, dengan cara membagikan hidangan makan siang kepada jamaah sholat Jumat di Masjid Nurul Iman Desa Sukaluyu. Tujuannya sederhana, agar anak-anak yang belum mau membaca di taman bacaan bisa tergerak hatinya untuk dating ke taman bacaan. Termasuk para orang tua agar mau mengajak anak-anaknya untuk membaca. Berbagi hidangan makan siang sebagai kampanye ayo baca (maidaturrahman).

Kampanye “Ayo Baca via Hidangan Tuhan” ini hanya cara yang dipilih TBM Lentera Pustaka untuk mengajak anak-anak kampung agar mau membaca. Untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah. Tiap hari Jumat di minggu ke-1 setiap bulan, TBM Lentera Pustaka mengeluarkan kocek untuk membuat 100 hidangan makana siang yang siap dibagikan kepada jamaah seusai sholat Jumat. Hidangan pun dibagikan oleh anak-anak perempuan TBM Lentera Pustaka dan hidangan dimasak oleh ibu-ibu yang peduli terhadap taman bacaan.


“Kampanye Ayo Baca via hidangan Tuhan intinya cara beda untuk mengajak anak-anak kampung agar mau datang ke taman bacaan dan ikut membaca secara rutin 3 kali seminggu. Selain sedekah, cara ini ditempuh agar lebih menyentuh hati anak-anak dan orang tuanya. Akses bacaan sudah tersedia di taman bacaan. Kini tinggal mengajak anak-anak yang belum mau baca agar ikut bergabung. Maka kam I pilih untuk kenyangkan perut mereka. Agar dapat berpikir pentingnya tradisi membaca” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka.

Untuk diketahui, saat ini TBM Lentera Pustaka memiliki 60 anak pembaca aktif yang rutim 3 kali seminggu membaca. Dengan koleksi bukua lebih dari 3.400 bacaan, saat ini anak-anak TBM Lentera Pustaka rata-rata mampu membaca 5-10 buku per minggu. Bahkan dengan menerapkan konsep “TBM Edutainment”, taman bacaan berbasis edukasi dan entertainment, TBM Lentera Pustaka dikenal sebagai taman bacaan yang unik dan kreatif. Karena selalu menerapkan 1) salam literasi, 2) doa literasi, 3) senam literasi, 4) membaca bersuara, 5) laboratorium baca “metaformar”, 6) event bulanan, dan 7) jajanan kamung gratis. Agar anak-anak usia sekolah tetap semangat dan termotivasi untuk membaca di taman bacaan.


Maka melalui kampanye “Ayo Baca via Hidangan Tuhan” alias berbagi makan siang, diharapkan anak-anak yang selama ini hanya main atau nongkrong mau bergabung dengan taman bacaan. Atau orang tua yang memiliki anak mau mengajak anaknya ke taman bacaan. Tujuannya, agar anak-anak terbiasa dengan buku bacaan dan gemar membaca. Apalagi di tengah gempuran era digital seperti sekarang, maka harus ada cara tersendiri untuk mengajak anak-anak membaca.

Makanan adalah teman bacaan. Maka melalui kampanye “Ayo Baca via Hidangan Tuhan”, TBM Lentera Pustaka bertekad dapat mengajak anak-anak yang selama ini lebih banyak main atau nongkrong untuk berkunjung ke taman bacaan. Sehingga terbentuk tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak usia sekolah.

Karena dengan membaca, anak-anak itu akan tahu bahwa mereka tidak sendirian… #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #BudayaLiterasi #HidanganTuhanAlaTamanBacaan

Rabu, 05 Februari 2020

Imah Baca di Kaki Gunung Salak dan Kisah Anak Kampung


Sebut saja, Agil namanya. Siswa kelas 4 SD di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu, di Kaki Gunung Salak Bogor. Bukan hanya terancam putus sekolah akibat ekonomi keluarga yang tergolong prasejahtera. Agil pun terus berjuang keras agar tetap bisa sekolah. Masihkah ada harapan bagi anak-anak usia sekolah seperti Agil untuk menatap masa depan?


Maka salah satu cara yang bisa ditempuh adalah mendekatkan anak-anak usia sekolah dengan buku bacaan. Harus ada kemudahan akses untuk menyentuh buku bacaan. Apalagi di tengah gempuran era digital seperti sekarang. Upaya membangun tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah menjadi sangat penting.


Berangkat dari realitas itulah, “Imah Baca” Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor mengambil peran dan tanggung jawab sosial. Agar anak-anak usia sekolah di kampung-kampung yang tergolong prasejahtera bisa mendapatkan akses bacaan. Dari membaca buku, diharapkan bisa jadi cara untuk mengubah mind set anak akan pentingnya sekolah. Agar jangan ada lagi anak yang putus sekolah.

Karena faktanya, di lokasi “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak, rata-rata tingkat pendidikan masyarakat-nya 81% hanya SD dan 9% SMP. Alhamdulillah, sejak didirikan “Imah Baca” pada 5 November 2017 di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari di Kaki Gunung Salak Bogor. Tradisi baca dan budaya literasi anak-anak kampung pun terpelihara hingga kini. Setidaknya, saat ini ada 60-an anak-anak pembaca aktif yang "bergelut" dengan buku di luar jam sekolah. Seminggu 3 kali, pada Rabu sore, Jumat sore dan Minggu pagi, anak-anak yang selalu berada di taman bacaan untuk membaca. Kini, tiap anak rata-rata mampu "menghabiskan" 5-10 buku per minggu.

“Imah Baca” di Kaki Gunung Salak Bogor bertekad untuk "membiasakan anak-anak membaca bukan bermain, mengakrabkan anak-anak dengan buku". Mengusung motto #BacaBukanMaen, “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka berharap dapat konsisten dalam membangun tradisi baca dan budaya literasi anak-anak kampung.


Adalah Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka sekaligus pegiat literasi yang telah mengubah garasi mobil yang "disulap" menjadi rak-rak buku bacaan dan tempat membaca. “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka namanya. Bahkan dengan konsep tata kelola dan penerapan "TBM Edutainment", Imah Baca TBM Lentera Pustaka mengedepankan konsep pengembangan taman bacaan berbasis edukasi dan entertainment. Taman bacaan yang dikelola dengan cara unik dan menarik, sebagai solusi terhadap “kebosanan kultural” pengelolaan taman bacaan di banyak tempat di Indonesia.

Hanya di “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka, anak-anak kampung memiliki “prosesi kultural” yang sengaja dibentuk sebelum melakukan aktivitas membaca. Mulai dari 1) salam literasi, 2) doa literasi, 3) senam literasi, 4) membaca dengan bersuara, 5) laboratorium baca untuk pemahaman isi bacaan, 6) menggelar event bulanan dengan mendatangkan “tamu dari luar”, dan 7) tersedia jajanan kampung gratis setiap bulan. Semua itu dilakukan untuk memotivasi anak-anak agar tetap semangat dalam membaca.

"Imah Baca TBM Lentera Pustaka kini telah menjadi sentra kegiatan masyarakat. Anak-anak usia sekolah yang membaca dan ibu-ibu buta aksara yang rutin belajar baca dan tulis. Spiritnya sederhana, agar tradisi baca dan budaya literasi bisa hadir di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor ini " ujar Syarifudin Yunus yang berprofesi sebagai Dosen Unindra dan tengah menyelesaikan studi S3-Program Doktor Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak.

Kini “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka pun terus berproses. Aktivitas membaca dan budaya literasi harus terus dikobarkan. Karena itu pula, “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka telah menjadi pilihan narasumber kegiatan literasi dan tradisi baca di Indonesia, seperti narasumber DAAI TV, interview budaya literasi di TV Parlemen, VoI RRI, Harian Jawa Pos, Majalah Kartini, dan media lainnya. 


Menjalankan aktivitas membaca di masyarat pun sepertinya tidak bisa ditawar lagi. Agar anak-anak tetap dekat dengan buku, sekaligus menjadikan taman bacaan sebagai gerakan sosial yang harus didukung semua pihak. Karena itu, di tahun 2020, “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka pun menggandeng Asuransi Jiwa Tugu Mandiri dan Asosiasi DPLK sebagai sponsor CSR Korporasi yang ikut berdonasi untuk memastikan keberlangsungan aktivitas membaca di “Imah Baca” di Kaki Gunung Salak ini.

“Rendahnya tingkat literasi di Indonesia sangat membutuhkan kontribusi dan sinergi banyak pihak, baik individu maupun korporasi. Harus ada ruang baca dan akses buku bacaan yang lebih luas dan dekat dengan anak-anak Indonesia. Apalagi anak-anak kampung yang terancam putus sekolah akibat himpitan ekonomi” ujar Syarifudin Yunus, pegiat literasi yang sedang mempersiapkan disertasi tentang taman bacaan di Kabupaten Bogor.

Maka ke depan, “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka hanya berharap. Anak-anak kampung punya hak untuk mendapat akses bacaan. Agar peradaban zaman now tidak lagi menyingkirkan buku dari kehidupan anak-anak. Biarkan anak-anak tetap bergelut dengan buku, semaju apapun zamannya. Karena tanpa baca, anak-anak akan merana.

Dan setiap orang, bisa jadi guru untuk orang lain. Seperti setiap “imah” bisa menjadi sekolah bagi anak-anak yang ada di dalamnya … #ImahBacaLenteraPustaka #TBMLentera Pustaka #BacaBukanMaen #BudayaLiterasi


Sabtu, 01 Februari 2020

BEM Faperta IPB Wujudkan Kiprah Sosial di TBM Lentera Pustaka


Pernahkah ada orang yang menanyaimu tentang pengabdian sosial yang dilakukan?
Tentu jarang sekali jawabnya. Karena bagi sebagian orang, aktivitas mengabdi secara sosial dianggap kegiatan yang tidak berguna. Bahkan tidak menarik karena tidak mendapat perhatian dari banyak orang. Apalagi mengabdi sosial dengan terjun langsung ke masyarakat. Seringkali orang merasa rugi. Karena harus berkorban begitu banyak hal, mulai dari uang, tenaga, pikiran, hingga waktu yang banyak tersita. Maka wajar, orang-orang yang mau mengabdi secara sosial tidak banyak.

Tapi di tengah gempuran era digital dan gaya hidup modern, masiah saja ada orang-orang yang mau mengabdi secara sosial. Termasuk para mahasiswa dan generasi muda yang peduli sosial. Sebut saja diantaranya BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Faperta IPB yang hari ini berkekuatan 24 mahasiswa menyambangi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Bogor, di Kaki Gunung Salak Bogor.

BEM Faperta IPB yang dipimpin Tanu merealisasikan program pengabdian masyarakat dengan fasilitasi dari Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka hari ini. Para mahasiswa yang mulai aktif membimbing aktivitas membaca 40 anak-anak Taman Bacaan Lentera Pustaka yang hadir di pagi hari, di samping membimbing 10 ibu-ibu warga belajar dalam GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) pada siang hari.


Ke depan, mahasiswa BEM Faperta IPB akan bekerjasama menjadi relawan TBM Lentera Pustaka untuk mengajar membaca anak-anak TBM Lentera Pustaka dan ibu-ibu buta aksara tiap 2 minggu sekali. Bergantian dengan Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka yang pada tahun 2020 ini akan fokus menuntaskan disertasi dalam menyelesaikan Program Doktor – S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor.

Sebagai wujud realisasi program pengabdian sosial dan pemberdayaan masyarakat, mahasiswa BEM Faperta IPB akan melakukan beberapa program kerja sebagai berikut:
1.        Mahasiswa Lansekap akan melakukan penataan lansekap kebun baca Lentera Pustaka dan kawasan Sungai Ciherang sebagai tempat yang nyaman untuk membaca. Termasuk kegiatan mural tembok di sepanjang jalan ke taman bacaan.
2.        Mahasiswa Agronomi akan membuat laboratoriun budi daya tanaman produktif di lahan-lahan dalam kelolaan TBM Lentera Pustaka untuk menanamkan rasa cinta lingkungan dana lam kepada anak-anak dan masyarakat.
3.        Mahasiswa Proteksi Tanaman akan mulai praktik cara bercocok tanam yang terhindar dari hama dan serangan penyakit tumbuhan bersama anak-anak dan ibu-ibu kampung.

Melalui kiprah mahasiswa BEM Faperta IPB diharapkan percepatan program pemberdayaan masyarakat prasejahtera ini bisa lebih cepat terwujudu. Inilah kolaborasi yang diperlukan dalam mengabdi pada masyarakat, seperti BEM Faperta IPB dan TBM Lentera Pustaka.

“Kolaborasi untuk mengabdi secara sosial inilah yang diperlukan. Agar budaya literasi anak-anak kampung yang terancam putus sekolah bisa ditasai dan gerakan pemberantasa buta aksara bisa tuntas. Saya salut dan bangga terhadap mahasiswa BEM Faperta IPB yang bersedia menjadi relawan di TBM Lentera Pustaka” ujar Syarifuidn Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka siang ini.

Sungguh, pengabdian sosial adalah sebuah sikap. Karena intinya, tidak ada orang-orang hebat kecuali mereka yang memiliki pengabdian besar pada kemanusiaan… #TBMLenteraPustaka #BEMFapertaIPB #BudayaLiterasi