Jumat, 31 Desember 2021

TBM Lentera Pustaka Siapkan 7 Gebrakan Literasi Tahun 2022, Apa Saja?

Malam tahun baru, biasanya dirayakan dengan bakar jagung, bakar ikan dan lainnya. Tapi berbeda di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Justri di malam tahun baru, TBM Lentera Pustaka menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) dan Evaluasi tahun 2021 (31/12/2021) yang dihadiri pendiri, wali baca, dan relawan taman bacaan. Sejak seusai Maghrib hingga pukul 22.00 WIB. Sebagai evaluasi atas aktivitas yang dijalankan selama satu tahun, di samping rencana program literasi di tahun 2022. Tujuannya, agar ke depan taman bacaan bisa lebih baik melayani dan lebih komit dalam melakukan aktivitas literasi.

 

Apa yang telah dicapai taman bacaan?

Alhamdulillah, sepanjang tahun 2021 lalu, TBM Lentera Pustaka pun menorehkan kinerja yang luar biasa. Taman bacaan yang menerapkan model “TBM Edutainment” ini berhasil mencatat berbagai prestasi dan kinerja antara lain:

1.      Event yang digelar mencapai 40 event setahun. Artinya rata-rata 3,3 event sebulan yang tergolong sangat produktif.

2.      Donasi buku atau barang yang diterima mencapai 77 donasi atau 6,4 donasi yang diterima dalam sebulan, baik berupa buku atau barang.

3.      Jumlah donasi buku yang diterima mencapai 4.331 buku atau mencapai 360 buku per bulan yang datang. Dengan total valuasi setara Rp. 41.879.000,-.

4.      Pengiriman donasi buku ke TBM lain mencapai 5 TBM dengan jumlah 380 buku.

5.      Prestasi yang ditorehkan ada 5 prestasi, seperti: Jagoan 2021 dari RTV, Sosok Inspiratif Spiritual Journela dari PLN, Wonderful People 2021 dari Guardian Indonesia, Ramadhan Heroes dari Tonight Show NET TV, dan Kampung Literasi dari Dit. PMPK Kemdikbud RI.

6.      Sponsor CSR Korporasi dan mitra: Bank Sinarmas, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, dan Pacific Life Insurance serta bermitra dengan Bogor-Kita.com

7.      Didukung sumber daya manusia (SDM) terdiri dari 5 wali baca dan 18 relawan yank aktif berkiprah di taman bacaan.

 

Patut diketahui, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor kini mengelola 12 program literasi yang terdiri dari: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 160 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) dengan waktu baca 3 kali seminggu, kini setiap anak mampu membaca 5-8 buku per minggu, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf agar terbebas dari belenggu buta aksara, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), dan 12) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke anak-anak seperti memberi salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan budaya antre. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.

 


Lalu apa yang akan dilakukan TBM Lentera Pustaka pada tahun 2022?

Berbagai program baru siap dijalankan TBM Lentera Pustaka. Diantaranya 1) English Day tiap Jumat, 2) Wisata Belajar Angklung + Wisata Literasi, 3) Rooftop Area Baca Lt. 2 (donasi dari Bank Sinarmas), 4) Peluncuran Kafe Lentera Pustaka, 5) Motor Baca TBM (donasi dari AJ Tugu Mandiri), 6) Festival Literasi Gunung Salak #5 + peluncuran buku 5th TBM Lentera Pustaka, dan 7) Meningkatkan kualitas anak dan program taman bacaan.

 

TBM Lentera Pustaka bersyukur atas torehan yang diraih. Karena itu, ucapan terima kasih disanpaikan kepada anak-anak, orang tua, kaum buta aksara, sponsor, donatur dan tamu event, serta walibaca/relawan yang telah mendukung TBM Lentera Pustaka dalam menjalankan aktivitas literasi sepanjang tahun 2021 lalu. Ternyata, kolaborasi di taman bacaan memegang peran penting berkembang atau tidaknya aktivitas taman bacaan dan gerakan literasi di bumi Indonesia.

 

Tanpa terasa, TBM Lentera Pustaka memasuki usia ke-5 di tahun 2022 ini. Karena komitmen, konsistensi, dan sikap sepenuh akan terus didenungkan TBM Lentera Pustaka. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Dan tetap jadikan taman bacaan sebagai tempat yang asyik dan menyenangkan.

 

Tahun baru pun telah dipijak. Euforia malam tahun baru telah berlalu. Kini saatnya untuk mengubah niat baik jadi aksi nyata. Menebar kebaikan di taman bacaan sebagai dakwah. Agar terwujud masyarakat Indonesia yang literat. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi

 


Kamis, 30 Desember 2021

TAHUN BARUAN TAMAN BACAAN, JAWAB PERTANYAAN PENTING INI?

GAK USAH TAHUN BARUAN BILA GAK BISA JAWAB INI

Tahun baru 2022 sebentar lagi tiba. Ada yan peengenbegini, pengen begitu. Ada yang mau bakar jagung, bakar ikan atau begadang-an. Lebih dari itu, ada juga yang bikin resolusi. Tahun depan rencana begini, pengen begitu. Momen tahun baru, selalu identik dengan euforia semata.

 

Gak usah tahun baru-an bila gak bisa jawab pertanyaan ini.

Ada 5 orang bersaudara dalam satu rumah. Anak no. 1 sedang mandi, anak no. 2 sedang nonton TV. Anak no. 3 sedang bermain catur, anak no. 4 sedang menyapu rumah. Lalu pertanyaannya, kemana anak no. 5?

 

Sekali lagi, gak usah tahun baruan bila gak bisa jawab pertanyaan itu di atas. Inilah kuis literasi, cara sederhana untuk tahun baruan. Karena literasi itu untuk menjadikan tiap manusia lebih realistis dalam hidup. Tiap tahun tiap waktu, tidak ada manusia yang sempurna. Semuanya pasti punya masalah. Entah besar atau kecil. Masalah itu fakta, tinggal bagaimana cara menyikapinya?

 

Bila ada pertayaan, itu berarti ada masalah. Tahun 2022 lalu bertanya, mau apa? Akan bagaimana di tahun depan? Lalu, untuk apa tujuan hidupnya di tahun baru? Bila berani bertanya, harusnya berani pula menjawabnya sendiri. Bertanya atau masalah itu, sejatinya dijadikan hikmah atau pelajaran. Untuk menjadikan diri sendiri lebih baik di waktu mendatang. Baik dalam pengetahuan, perilaku, sikap, maupun spiritual. Itulah literat.

 


Tahun baru atau tahun lama ya isinya masalah. Isinya pertanyaan.

Lalu kenapa saat ditimpa masalah justru menyalahkan orang lain. Menyerah dan berkeluh-kesah. Tidak sabar bahkan lupa bersyukur. Jadi banyak omong, dan merasa jadi “korban” atas perbuatan orang lain. Belum lagi, bertabur sifat sombong, benci, iri dan dengki. Fitnah dan gibah jadi hobi. Bergaul dengan dosa yang merasuk hingga ke pikiran dan hati tanpa disadari. Selalu merasa benar sendiri, lalu semua orang lain salah.  Berjiwa buruk kok mau tahun baru-an?

 

Tahun baru, mau datang atau tidak. Hadapi dengan cara sederhana. Jadilah literat dan tetap realistis terhadap hiup. Tiap pertanyaan, tiap masalah bukan untuk dikeluhkan. Tapi dicarikan solusinya. Untuk memperbaiki diri sekaligus instropeksi. Punya masalah bukan malah marah lalu bertindak gegabah.

 

Ketahuilah, hidup itu pasti ada masalah, Dan tidak satu pun orang mampu menyenangkan semua orang. Maka tentukan sikap dan bertindaklah. Lalu tebarkan terus manfaat kepada orang lain. Marah itu tidak akan menyelesaikan masalah. Mengalah pun bukan berarti kalah.

 

Jadi di tahun baru. Jalani hidup dengan realistis. Tidak usah bermimpi, pengen ini pengen itu. Jadilah lebih baik di waktu tersisa dan tidak usah berkomentar tentang hidup orang lain. Itulah spirit tahun baru, kapan pun dan di mana pun.

 

Maka, tolong jawab pertanyaan di atas. Ke mana anak no. 5? Gak usah tahun baru-an bla tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Bila takut menjawab tiap masalah. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka



Hidup Itu Perjalanan, Taman Bacaan Itu Masa Depan

Hidup itu ya perjalanan. Ada yang jauh, ada yang dekat. Ada perjalanan berbayar, ada pula yang gratis. Perjalanan pun tidak hanya duniawi. Tapi akhirat pun bagian dari perjalanan. Lalu, bekal apa yang sudah kita siapkan untuk perjalanan?

Berjalan ke mana pun. Tidak hanya butuh fisik dan mental. Tapi sangat butuh spiritual. Karena zaman now, banyak orang fisiknya tegap gagah. Mentalnya kuat. Tapi sayang, spiritualnya kosong melompong. Mungkin karena kurangnya perjalanan. Jarang mau muhasabah diri. Hingga lupa, dari mana berasal dan mau ke mana perginya?

 

Siapapun selagi kuat, selagi mau. Silakan berjalan ke mana saja. Tapi sebaik-baik perjalanan ya spiritual. Perjalanan menuju ke-hamba-an. Untuk merengkuh keseimbangan dunia dan akhirat. Sekaligus berinteraksi dengan pencipta-Nya. Agar tetap eling lan waspada. bahwa manusia, bukanlah apa-apa. Bukan pula siapa-siapa. Kecuali hanya hamba yang diciptakan-Nya.


Masjid Nabawi Madinah Al Munawarrah adalah sebuah perjalanan. Di situ, siapapun yang berkunjung
. Pasti ingin kembali ke pintu Raudhah, tempat yang mulia dan istimewa di mana Nabi Muhammad SAW beribadah, sholat, menerima wahyu, berdakwah dan para sahabat sholat. Sebelum Raudhah, ada mimbar tempat Nabi ber-tausiyah. Hingga di ujungnya, bertemu makam Rasulullah SAW. Ada maka perjalanan spiritual yang luar biasa di Masjid Nabawi. Untuk mengingatkan, betapa penting mengabdi kepada Allah SWT, selalu berbuat kebaikan untuk orang lain sambil mengingat kematian. Karena sejatinya, dunia itu sementara.

 


Lalu, kenapa ada yang menjadikan dunia adalah segalanya? Mungkin karena kurangnya perjalanan. Jarang baca buku, ibadah pun gitu-gitu saja. Berbuat baik hanya sebatas omongan. Anehnya, giliran dipanggil kepala desa langsung meluncur padahal tidak dijanjikan apa-apa. Diminta atasan bekerja keras tapi tidak dijanjikan kariernya maju. Ngobrol ngalor-ngidul pun hanya menebar janji-janji. Semuanya sia-sia dan tidak ada makna.

 

Manusia sering lupa. Bahwa Allah SWT hanya meminta hamba-Nya untuk memperbaiki sholat dan berbuat baik saja. Maka janji Allah SWT akan memperbaiki hidup kita. Segeralah berjalan ke Allah SWT. Jangan ditunda, jangan diabaikan.

 

Sebagai bukti hidup itu perjalanan. Maka berkiprahlah dalam kebaikan. Seperti yang dilakukan taman bacaan. Untuk menyediakan akses buku bacaan. Sebagai harapan anak-anak Indonesia di masa depan. Sehingga nantinya, kita makin tahu. Dari mana berasal dan mau kemana pergi? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Zoleka Donasi Tas ke Taman Bacaan Lentera Pustaka

Alhamdulillah, hari ini TBM Lentera Pustaka menerima "donasi tas" dari Zoleka, sebuah brand sociopreneur asal Jakarta yang berfokus pada meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program kemanusiaan. Insya Allah, tas-tas donasi ini akan dibagikan ke anak-anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka hasil "pendataan ulang" sebagai hadiah tahun baru 2022. Agar anak-anak pembaca aktif di TBM Lentera Pustaka lebih semangat dan rajin membaca buku di taman bacaan.

 

Entah kenapa TBM Lentera Pustaka diberikan donasi?

Terlalu subjektif untuk menjawabnya. Tapi yang pasti, taman bacaan adalah tempat kebaikan. Maka pantas menjadi sasaran donasi apapun. Baik buku bacaan, tas, kaos, mainan, bahkan apapun yang layak didonasikan. Sebagai wujud kepedulian terhadap aktivitas taman bacaan. Karena manusia sebagai makhluk sosial harus saling berbagi, saling membantu.

 

Khoirunnaas anfauhum linnaas. Sebaik-sebaik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Itulah spirit donasi dan kebaikan yang ada di taman bacaan. Hidup itu bukan untuk pintar, apalagi kaya dan sukses. Tapi hidup untuk memberi manfaat untuk orang lain. Maka donasi buku atau tas pun menjadi perilaku terpuji yang sangat disukai Allah SWT.  Lalu, kenapa masih ada yang belum mau berbagi?



 

Donasi itu sedekah. Sebagai amal soleh seseorang. Donasi bisa kapan saja, bisa di mana saja, dan bisa apa saja. Asal bermanfaat untuk orang lain. Maka jangan ragu untuk berdonasi, untuk bersedekah. Apalagi ke taman bacaan, sebagai tempat untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak di tengah gempuran era digital .

 

Donasi ke taman bacaan pun jadi bukti pentingnya sinergi. Antara taman bacaan dengan para donator atau lembaga yang peduli gerakan literasi. Demi tegaknya kegiatan dan program literasi yan dijalankan taman bacaan. Dan yang terpenting, makin banyak donasi makin banyak berkahnya. Karena taman bacaan pun sarana dakwah, untuk siapapun. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

 

Rabu, 29 Desember 2021

Catatan Akhir Tahun Taman Bacaan, Manusia Bukan Apa-apa

Di penghujung tahun ini, bertanyala pada diri sendiri “Siapalah kita?”

Bila kita itu manusia, berarti makhluk yang lemah. Dengan hati terbuka, kita hanyalah makhluk yang berasal dari nutfah atau setetes mani yang membentuk gumpalan darah, daging dan tulang. Makhluk yang menunggu akhirnya sebagai jiifah atau bangkai ketika kematian tiba.

 

Kita itu manusia yang kecil. Tidak berdaya dan bukan apa-apa. Maka kita bukan karena harta, bukan pula pangkat dan jabatan. Tapi kita adalah amal kita, perbuatan kita, tingkah laku kita, dan segala hal  yang kita tinggalkan untuk orang lain. Karena “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada pakaian kalian, juga tidak melihat pada tubuh kalian. Akan tetapi Allah SWT melihat pada perbuatan dan hati kalian (HR. Muslim 2564/33)”.

 

Bila ada di antara kita, merasa berkuasa itu hanya sementara. Bila ada yang merasa kaya tetap bukan apa-apa. Bila angkuh dan bertindak semena-mena kepada orang lain pun jelas bukan siapa-siapa. Kita yang lalai dalam hidup. Lalu lupa mengingat sang pencipta-Nya. Lantar merasa besar, merasa bisa segalanya. Hingga lupa, siapa yang membesarkan kita?

 

Kok tiba-tiba, kita sebagai manusia lupa. Bersikap subjektif mengaku objektif. Berkata benar tapi bertindak salah. Jago mencari kesalahan orang tapi gagal mengenali kekurangan diri sendiri.

 


Kita sering sombong. Kita yang sok mengatur diri sendiri, padahal ada yang membimbingnya. Kita yang merasa mencukupi diri sendiri, padahal ada yang memeliharanya. Kita yang merasa  berkehendak atas diri sendiri, padahal ada yang menundukkannya. Kita yang  sering menyalahkan orang lain lalu ingin meralat hukum-hukum-Nya. Kita sering lupa bersyukur, Lebih gemar bergibah, bergosip dan bertindak sia-sia. Ahh, siapalah kita?

 

Sungguh, kita memang bukan apa-apa. Karena lebih sering mengemis bukan memberi. Bergaya seperti konglomerat agar dibilang maha kaya. Bertindak seperti professor agar dibilang maha pintar. Bersikap seperti raja agar dibilang maha kuasa. Lalu berlaku seperti dewa agar dibilang maha perkasa. Kita lupa lagi, bahwa kita bukan apa-apa. Hanya bergaya dan tampilan semata. Agar tampak dan kesan jadi berbeda.

 

Kita terlalu percaya pada otak semata. Hingga lupa hatinya tertutup dunia. Kita yang lupa punya kekurangan, kelemahan. Lalu lalai untuk memperbaiki diri dan memaksimalkan potensi baik yang ada pada dirinya. Untuk bertindak dan bertumbuh menjadi lebih baik. Baik secara fisik, mental maupun spiritual. Siapalah kita?

 

Siapalah kita? Kita itu bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Kenapa merasa kuasa atas apa-apa? Memang kitab isa apa? Udara yang dihirup pun gratis. Bumi yang dipijak pun cuma-cuma. Sinar mentari yang menerangi pun tidak berbayar. Maka siapalah kita? Selain bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa. Lalu kok bisa takluk pada dunia?

 

Siapalah kita? Bila mudah terbuai janji.

Atasan kita meminta bekerja keras tapi tidak pernah menjanjikan karier kita. Perusahaan meminta datang interview tapi tidak pernah menjanjikan kita diterima. Kawan meminta ngobrol ngalor-ngidul padahal tidak menjadikan apa-apa. Semuanya sia-sia. Lalu kenapa lupa? Bahwa Allah SWT meminta hamba-Nya memperbaiki sholat dan berbuat baik saja. Maka janji Allah SWT pasti akan memperbaiki hidup kita.

 

Siapalah kita, kecuali bukan apa-apa. Hanya kepada Allah SWT kita meminta. Salam literasi #ManusiaBukanApaapa #CatatanAkhirTahun #PegiatLiterasi

 

Pendiri Taman Bacaan Lentera Pustaka Dianugerahi "Jagoan 2021" RTV

Sebagai acara di akhir tahun, RTV di acara Lensa Indonesia Siang (29/12/2021) mengangkat kisah pahlawan literasi dan kirprahnya di taman bacaan, dari nol hingga saat ini memberi dampak nyata kepada masyarakat. Taman bacaan yang eksis di tengah gempuran era digital.

 

Bertajuk “Jagoan 2021”, RTV memilih Syarifudin Yunus, Pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka sebagai "Pahlawan Literasi dari Kaki Gunung Salak Bogor" yang menjadi penerang gulita anak-anak putus sekolah di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Bogor. Sebagai pegiat literasi, Syarif begitu pangglannya, merelakan rumahnya dijadikan taman bacaan masyarakat. Sebagai upaya menekan angka putus sekolah. Akibat tingkat pendidikan masyarakat di wilayahnya 81% sebatas SD, di samping memutus angka pernikahan dini. Melalui taman bacaan, Syarif menyediakan akses buku bacaan untuk anak-anak warga yang tidak mampu. Agar tidak putus sekolah.

 

Awalnya saat didirikan, hanya 14 anak pembaca yang bergabung di TBM Lentera Pustaka dengan koleksi 600 buku bacaan. Tapi kini ada 140-an anak pembaca aktif di TBM Lentera Pustaka yang selalu membaca seminggu 3 kali dan berasal dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya). Anak-anak pun diajarkan angklungan sebagai seni kearifan local, kegiatan menabung di celengan, literasi digital, dan literasi adab untuk melatih moral dan budaya antre anak-anak. Lebih dari itu, TBM Lentera Pustaka menjalankan program berantas buta aksara kaum ibu. Koleksi buku di TBM Lentera Pustaka pun kini lebih dari 6.000 buku dengan 12 program literasi yang dijalankan. Tidak kurang 250 orang tercatat sebagai pengguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.

 


Di tengah kesibukannya sebagai Dosen PBSI FBS Universitas Indraprasta PGRI, Syarif setiap hari Minggu selalu ke Bogor dari rumahnya d Jakarta. Hanya untuk membimbing kegiatan membaca dan aktivitas literasi pada anak-anak. Segala tantangan dan hambatan telah dihadapi Syarif. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat. Tapi perjuangan tiada henti selalu ditunjukkan Syarif dengan sepenuh hati, konsisten, dan penuh komitmen. Kata RTV, Syarif adalah penerang gulita anak putus sekolah. Untuk satu tujuan sosial, yakni mengajak warga menuju peradaban yang lebih baik lagi melalui taman bacaan. (Saksikan kisahnya di: https://www.youtube.com/watch?v=ar0z1RNnYag)

 

Kisah perjuangan Syarif di taman bacaan. Jadi bukti pegiat literasi di mana pun jangan ada kata menyerah untuk berbuat baik. Sesuai dengan kemampuan yang bisa dilakukan dalam membantu masyarakat. Sekali lagi demi tegaknya tradisi baca anak di tengah gempuran era digital. Syarif pun pantas dianugerahi “Jagoan 2021 versi RTV” atas kiprahnya di taman bacaan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #Jagoan2021RTV



Selasa, 28 Desember 2021

Konsep Pendidikan TBM Lentera Pustaka, Anak Bukan Apa yang Ditinggalkan Tapi ....

Namanya KEPRA (KElas PRAsekolah), salah satu dari 12 program literasi yang dijalankan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Saat ini tercatat ada 26 anak usia dini (prasekolah) yang ikut serta. Seminggu 2 kali mereka belajar dibimbing relawan dan wali baca. Tentu, anak-anak Kepra ada di TBM bukan membaca buku. Tapi belajar ber-interaksi, mengenal huruf, nyanyi-nyanyi. Sekaligus melatih keberanian tampil ke depan walau hanya menulis huruf saja. Anak-anak yang ber-ekspresi dan bersuka cita di taman bacaan.  

 

Anak KEPRA TBM Lentera Pustaka, datang tiap Selasa dan Kamis, diantar orang tuanya. Ini jadi bukti. Bahwa belajar itu milik semua orang. Kapanpun dan di manapun. Menariknya, peran ini diambil taman bacaan. Bukan sekolahan. Agar kegiatan belajar dan TBM jadi lebih inklusif. Bukan eksklusif berdasar kelas ekonomi atau status sosial. Literasi untuk semua, begitu istilahnya.

 

Apa yang saya mau bilang dari realitas Kelas PRAsekolah TBM Lentera Pustaka ini?

Bahwa taman bacaan hadir. Untuk memfasilitasi apa yang dibutuhkan orang tua untuk anaknya. Apalagi masyarakat di kampung-kampung. Dengan segala keterbatasannya. Dan di TBM Lentera Pustaka, pada akhirnya proses belajar anak-anak pun bergulir secara sukarela, dengan sepenuh hati. Karena sejatinya, anak-anak harus diberi kesempatan untuk mencoba. Apa itu arti belajar sekalipun belum waktunya? Harus ada akses yang bisa didatangi anak-anak kampung.

 

Maka taman bacaan, memang harus dikelola sepenuh hati. Tidak bisa setengah hati apalagi terpaksa. Karena siapapun yang "terpaksa" berada di taman bacaan. Pasti, pada waktunya akan "tersingkir sendiri" oleh alam, oleh pikirannya sendiri. Bukan oleh taman bacaan.

 

Menariknya, semua program literasi di TBM Lentera Pustaka adalah gratis. Tidak ada biaya. Seragam pun diberikan dari sponsor korporasi. Orang-orang yang mengajar dan membimbing di taman bacaan pun tidak digaji. Sukarela atas nama kemanusiaan, kepedulian.  TBM itu memang bukan sekolah. Tapi semua program dijalankan dengan sepenuh hati. Atas komitmen dan konsistensi yang berlanjut. Belajar gratis, guru pun tanpa dibayar.

 


Untuk diketahui saja. TBM Lentera Pustaka saat didirikan tahun 2017 lalu hanya punya taman bacaan dengan 14 anak pembaca. Tapi kini di usia 5 tahun sudah menjalankan 12 program literasi yang terdiri dari: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 160 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) dengan waktu baca 3 kali seminggu, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar buta huruf agar terbebas dari belenggu buta aksara, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 33 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), dan 12) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke anak-anak seperti memberi salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan budaya antre. Tidak kurang dari 250 orang menjadi pengguna layanan taman bacaan Lentera Pustaka setiap minggunya.

 

Beberapa prestasi pun ditorehkan TBM Lentera Pustaka, antara lain: 1) Diangkat dalam “People of the Year 2021” dari RTV pada Desember 2021, 2) Terpilih 1 dari 30 TBM di Indonesia yang menggelar program “Kampung Literasi Sukaluyu” yang diinisiasi Direktorat PMPK Kemdikbudristek RI dan Forum TBM, 3) Syarifudin Yunus sebagai Pendiri TBM Lentera Pustaka meraih penghargaan "31 Wonderful People tahun 2021" kategori pegiat literasi dan pendiri taman bacaan dari Guardian Indonesia (September 2021), 4) Didapuk sebagai “Ramadhan Heroes” dari Tonight Show NET TV (Mei 2021), %) Terpilih jadi sosok inspiratif dalam “Spiritual Journey” PT PLN, salah satu BUMN di Indonesia pada Oktober 2021 lalu.

 

Maka taman bacaan di mana pun, memang harus bekerja sepenuh hati. Berbuat untuk sesama, atas nama kemanusiaan. Selebihnya, biar Allah SWT yang menentukan. Karena zaman begini, tidak banyak orang yang mau bertindak secara sukarela. Tanya saja ke orang-orang sekolahan, apa mau mengajar dan mengurus anak-anak tanpa bayaran?

 

Akhirnya, taman bacaan memang harus eksis. Dengan segala tantangan dan kendalanya. Untuk anak-anak Indonesia, di mana pun. Karena hakikatnya, apapun bukan tentang apa yang ditinggalkan untuk anak-anak. Melainkan apa yang ditanamkan dalam diri anak-anak. Salam literasi #KelasPrasekolah #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Senin, 27 Desember 2021

Luruskan Niat di Taman Bacaan, Jangan Salah Tujuan Literasi

Akibat kekayaan yang dimilikinya, Abdurrahman bin Auf justru sering menangis. Kok bisa orang kaya harta malah menangis? Iya, karena dia khawatir akan memasuki surga paling terakhir. Sementara banyak orang mengejar kekayaan, Abdurahman bin Auf malah sering bersedih hati saat mendapatkan kenikmatan duniawi. Jangan-jangan nikmat dunia itulah yang melalaikannya. Hingga harta dan kekayaan justru menjadi nestapa akhirat yang disegerakan.

 

Begitu pula manusia pada umumnya. Banyak yang berlomba-lomba mengumpulkan harta. Bekerja untuk kaya. Agar dibilang sukses di dunia. Agar jabatan dan pangkatnya tinggi untuk dihormati orang lain karena urusan dunia. Segala hal dan cara untuk kepentingan dunia dipikirkan. Diskusi dan ngobrol terus-menerus untuk merengkuh kekayaan di dunia. Dan tanpa disadari, akhirnya lupa untuk mengumpulkan bekal ke akhirat?

 

Hari ini, mungkin ada seorang bapak yang memperlakukan sholat Dhuha seperti shalat wajib. Karena khawatir tidak dapat rezeki. Ada lagi pemuda yang rajin sholat Dhuha tiap hari agar mendapat pekerjaan dengan gaji tinggi. Tapi sayang, justru sholat Subuh-nya selalu kesiangan. Di dekat kita pun, ada pula kawan yang mengukur sholat Tahajud dengan kesuksesan dunia. Atau seseorang yang getol sedekah hanya untuk mendapatkan “cash back” rupiah di setiap usahanya.

 

Manusia sering lupa. Bahwa siapa pun yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Allah SWT akan berikan. Percayalah karena tidak ada hamba-Nya yang tidak diberikan anugerah dan rezeki. Tapi ketahuilah, saat kenikmatan dunia memperdaya mereka. Maka “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan."(QS 11:15-16).

 

Maka di penghujung tahun 2021 ini. Patut direnungkan, bikin resolusi tahun 2022 bukan untuk mengejar urusan dunia semata. Tapi urusan akhirat. Resolusi bukan untuk memenuhi keutuhan lahir tanpa batin. Karena dunia bukanlah “tempat tinggal” melainkan “tempat yang pasti ditinggalkan”. Harta bukan segalanya. Kekayaaan pun percuma bila akhirnya melalaikan. Bila akhirnya makin lupa kematian, makin jarang menjalankan ketaatan kepada-Nya. Maka esok, luruskan niat. Perbaiki ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan di dunia. Untuk apa dan mau ke mana?

 

Seperti aktivitas taman bacaan. Tentu diadakan bukan untuk dibilang sosial. Jadi pegiat literasi pun bukan untuk disebut jadi orang baik. Sederhana saja, taman bacaan itu ada untuk memberi akses buku bacaan ke anak-anak dan masyarakat. Bukan untuk menjadikan mereka orang-orang pintar. Apalagi biar masa depan mereka sukses dan kaya. Sama sekali tidak. Taman bacaan untuk memberi variasi kegiatan anak-anak. Ada main, ada gawai, ada mengaji, dan ada membaca di taman bacaan.

 

Khoirunnas anfauhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Jadi spirit taman bacaan adalah ikhtiar untuk terus berusaha bagaimana agar menjadi orang yang bisa memberi manfaat pada orang lain. Tentu sesuai denga napa yang dimiliki dan apa yang mampu dilakukan. Bekerja penting, punya uang pun harus. Tapi sebaik-sebaik makhluk adalah mereka yang tetap taat kepada Allah SWT, menjalankan perintah-Nya. Namun tetap mau bersedkah dan menebarkan manfaat dan kebaikan kepada orang lain. Bukan untuk dirinya sendiri. Karena, apapun perbuatan baik yang dilakukan untuk orang lain. Pasti tidak akan menimbulkan kerugian dan imbasnya akan baik kepada orang yang melakukannya.

 


Sedekah tidak harus uang, tidak harus materi. Bertindak tidak zolim kepada orang lain, tidak gibah, tidak menyakiti sesama dan menutup aib orag lain pun bisa jadi amal ibadah. Seperti di taman bacaan, mau menyediakan akses buku bacaan pun sedekah, Bersedia meluangkan waktu dan membimbing anak-anak yang membaca, mengajari ibu-ibu buta huruf pun jadi amal ibadah. Itulah yang dilakukan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka dikaki Gunung Salak Bogor. Karena itu, pegiat literasi dan aktivitas taman bacana harus tetap komitmen dna konsisten dalam menjalankan program literasi dengan sepenuh hati. Karena “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (QS 41:46).


Maka di momen akir tahun 2021, menyambut tahun 2022. Mari
luruskan lagi niat-niat dan ikhtiar baik kita. Jangan salah niat dalam meraih dan menggapai sesuatu untuk dunia. Sholat Dhuha jangan diukur dengan bertambahnya rezeki. Sholat Tahajud jangan diukur dari kesuksesan dunia. Sedekah jangan diukur dari mewahnya rumah dan kendaraan. Taman bacaan pun bukan untuk jadi orang suci.

 

Tapi jadikan Dhuha untuk menyehatkan akal pikiran dan hati. Tahajud untuk menutupi kekurangan ibadah-ibadah. Sedekah untuk meringankan beban di akhirat. Dan taman bacaan pun diniatkan untuk membebaskan dari penyakit dan musibah yang seharusnya diterima akibat kesalahan yang diperbuat.

 

Tahun 2022 segera tiba. Luruskan niat untuk mengejar akhirat. Insya Allah urusan dunia pun dipermudah.  Jangan terlalu cinta dunia bila akhirnya melalaikan, hingga lupa urusan akhiran dan membenci kematian. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka