Minggu, 31 Januari 2021

Di Taman Bacaan, Jadilah Singa Sehari Bukan Kambing Seumur Hidup

Hari ini, bisa jadi banyak orang takut bertindak. Takut melangkah dalam hal apapun. Kenapa? Karena mereka takut gagal, khawatir tidak mampu. Lalu hari-harinya, hanya bisa menonton laju orang lain. Menyesal, penuh keluh-kesah dan akhirnya merasa Tuhan tidak berpihak padanya. Hidup nestapa, merasa menjadi “korban”.

 

Kita sering lupa. Hari esok pasti sia-sia bila hari ini kita tidak melakukan apapun. Masa depan tidak akan pernah cerah bila tidak dipersiapkan dengan baik. Maka, buatlah Langkah pertama. Lakukan lompatan. Kerjakan apapun yang baik yang bisa dilakukan. Karena sejatinya, kebaikan itu bukan dilahirkan melainkan diciptakan. Oleh siapapun, untuk siapapun. Begitulah seharusnya.

 

Memang benar. Masa depan dan takdir itu sesuatu yang gelap dan tidak diketahui. Tapi masa depan harus dimulai. Takdir butuh ikhtiar, Bukan diam saja dan tidak melakukan apapun. Maka katakan “Aku memang tidak tahu hari esok seperti apa. Tapi aku harus melangkah di hari ini. Karena dengan melangkah, aku jadi tahu dan bisa berhadapan dengan realitas”.

 

Seperti di taman bacaan. Anak yang membaca buku, setidaknya sudah melangkah dan mempersiapkan masa depannya. Melalui ilmu dan pengetahuan yang dibacanya. Mereka jadi “tahu” dari yang sebelumnya “tidak tahu”. Karena buku bacaan, anak-anak ada bayangan mau jadi apa? Dan hendak ke mana?

 


Jadi tetaplah melangkah. Berbuatlah yangbaik. Hiduplah tanpa ketakutan. Karena takut hanya kepada Tuhan. Hiduplah dengan energi positif di mana pun. Bilat ahu itu baik, apapun itu. Tetaplah bersemangat dan gigih mengerjakannya. Hadapi semua risiko dna tantangan yang menghadang. Hingga kita sampai di titik yang lebih kuat, lebih berani, dan lebih tahu kondisi yang sebenarnya.

 

Sekalipun menyakitkan, jangan takut gagal. Karena gagal itu memberi pelajaran akan dua hal, yaitu: 1) jadi trauma agar kita tidak mau berbuat, tidak mau melangkah atau 2) jadi lebih kuat, lebih berani untuk bertindak. Maka, kita tinggal pilih mana pelajaran yang baik?

 

Literasi dan manusia literat itu bukan orang yang takut gagal, takut melangkah. Apalagi khawatir akan masa depan sambil sudah move on dari masa lalu. Tidak ada gunanya itu semuanya. Literasi adalah keberanian untuk melangkah, berani bertindak sekecil apapun seperti singa, bukan kambing. Asal spiritnya untuk kebaikan dan mengubah keadaan jadi lebih baik. Untuk diri sendiri atau untuk banyak orang.

 

Maka “lebih baik jadi singa sehari daripada jadi kambing seumur hidup.  Agar esok lebih baik dari kemarin. Sekali lagi, karena kebaikan tidak dilahirkan kecuali diciptakan. Membacalah di mana pun kita berada.

 

Untuk apa pintar bila tidak melakukan apapun. Untuk apa sukses bila tidak manfaat untuk orang lain. Untuk apa kaya bila tidak peduli pada orang lain. Dan untuk apa baik bila hanya di mulut bukan di tindakan. Untuk apa?


Maka mengaumlah seperti singa. Tunjukkan bahwa kita bisa … Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KampanyeLiterasi




 

Sabtu, 30 Januari 2021

Sederet Poster Kampanye Anti Penipuan Disebar Anak-anak TBM Lentera Pustaka

Penipuan berkedok promo berhadiah via gawai dan media social kian marak. Maka upaya pencegahan harus dilakukan. Bertajuk “Edukasi Anti Penipuan”, Taman Bacaan Lentera Pustaka bekerjasama dengan Yayasan Tunas Cendekia menggelar kampanye dan edukasi anti penipuan yang diikuti 129 anak-anak pembaca aktif taman bacaan pada Minggu (31/01/2021).

 

Dengan membuat 12 poster anti penupuan, anak-anak taman bacaan pun membedah kata-kata promo berhadiah berbau penipuan sebagai studi kasus. Sehingga anak-anak bisa mengenal bentuk-bentuk penipuan. Dibimbing Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka pun dijelaskan upaya pencegahan dan sikap waspada atas segala bentuk penipuan yang marak di gawai dan media sosial.

 

“Edukasi anti penipuan kita ajarkan di anak-anak. Agar mereka tahu dan mampu mendegahnya bila terjadi pada keluarganya. Kampanye ini didukung oleh Yayasan Insan Cendekia sebagai bentuk penyadaran akan bahaya penipuan. Poster-poster yang dibuat pun akan dipampang di kebun baca” ujar Syarifudin Yunus di sela acara hari ini di Bogor.

 


Selain pentingnya edukasi, Yayasan Insan Cendekia menilai pengenalan bentuk-bentuk penipuan kepada anak-anak memang harus dilakukan sejak dini. Agar nantinya anak-anak tidak jadi korban penipuan, bahkan dapayt ikut aktif mencegahnya. Karena itu, masyarakat  diimbau senantiasa waspada saat berselancar di dunia maya. Agar tidak terjebak pada praktik penipuan yang ada, termasuk melalui hacker.

 

“Yayasan Tunas Cendekia berkomitmen untuk mengikis segala bentuk penipuan yang ada di masyarakat, utamanya di gawai dan media sosial. Kami pilih TBM Lentera Pustaka untuk lakukan edukasi kepada anak-anak sejak dini. Agar mereka paham tentang penipuan dan ikut aktif mencegah hingga ke akar-akarnya. Kampanye anti penipuan melalui taman bacaan ini sesuatuyang baru, maka kami komitmen mendukungnya secara regular” tambah Yudhis Juwono, Pengurus Yayasan Tunas Cendekia.

 

Edukasi anti penipuan di TBM Lentera Pustaka, rencananya akan dilakukan setiap bulan sekali. Sebagai tindakan preventif terhadap segala bentuk penipuan di masyarakat. Melalui poster-poster yang dibuat anak-anak taman bacaan, diharapkan dapat menyadarkan masyarakat akan bahaya penipuan. Maka, pengguna dunia maya harus lebih hati-hati menyikapi penipuan undian berhadiah. Agar tidak terburu-buru memenuhi permintaan penipu.dengan berbagai modus.

 

Di era digital seperti sekarang, kampanye anti penipuan harus dilakukan secara intensif dan melibatkan banyak pihak termasuk taman bacaan. Agar masyarakat awam lebih paham tentang praktik penipuan dialaminya. Hal ini sejalan dengan misi TBM Lentera Pustaka untuk menegakkan tradisi baca dan udaya literasi anak-anak usia sekolah dan masyarakat di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Bogor.

 

Kolaborasi TBM Lentera Pustaka dan Yayasan Tunas Cendekia pun menjadi cerminan pentimgnya sinergi dalam mencegah maraknya penipuan yang terjadi di masyarakat. Hacker di media social, hoaks, bahkan informasi yang tidak jelas haru mampu dikenali. Agar siapapun tidak jadi korban penipuan. Ke depan, kampanye anti penipuan perlu dilakukan secara lebih massif di berbagai tempat di Indonesia dan melibatkan banyak organisasi.

 

Agar lambat-laun, penipuan berupa promo berhadiah dan sejenisnya dapat diantisipasi masyarakat. Lebih literat terhadap segala bentuk penipuan. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #YayasanTunasCendekia #TamanBacaan #KampanyeAntiPenipuan



Anyone Can Be Anything di Taman Bacaan

Nak, kata orang bule itu “anyone can be anything”. Siapapun bisa jadi apapun.

Itu betul Nak. Kalian boleh kok jadi apapun, berhak memilih mau seperti apa di masa depan? Asal mau berusaha dan berdoa, termasuk membaca buku di taman bacaan.

 

Kalian tahu kan Nak. Cut Nyak Dien itu dari Aceh. Jenderal Sudirman pun orang kampung di Purbalingga. Bahkan semua presiden di Indonesia tidak ada yang lahir di Jakarta. Mereka itu contoh baik orang yang mau belajar, berusaha, dan berdoa. Hingga bisa mencapai cita-citanya, menapak jalan hidup yang lebih baik.

 

Siapapun bisa jadi apapun Nak.

Kalian mau jadi apa? Presiden, guru, polisi, CEO, atau apapun. Jadi apa saja, asal kalian mau pasti bisa. Tidak penting, kalian berasal dari mana? Dari kampung atau dari kota. Dari keluarga miskin atau kaya, sama sekali tidak peduli. Asal kalian punya semangat dan tekad untuk berhasil. Energi untuk mencapai cita-cita, itu sudah cukup Nak.

 

Nak, kalian itu berhak untuk memilih menjadi apa?

Jangan rendah diri. Karena kita orang kampung di Kaki Gunung Salak. Apalagi karena punya keterbatasan ekonomi. Siapapun bisa jadi apapun, Artinya, siapapun termasuk kalian. Terserah mau dari mana, keadaan seperti apa? Siapapun berhak berhak menjadi apa pun yang diinginkan.


Nak, kalian pun bebas memilih jalan kehidupan mau seperti apa?

Mau baca buku di taman bacaan, silakan. Mau nongkrong dan main doang, silakan. Jalan hidup kalian itu ditentukan kalian sendiri. Mau berhasil atau gagal. Mau terang benderang atau gelap di masa depan. Tapi satu yang pasti, kalian terlahir untuk sukses, untuk berhasil. Itu takdir, Nak. Tapi bila kalian dewasa nanti tetap miskin, itu bukan takdir tapi piliham. Karena kita lali di waktu kecil, di masa muda. Sehingga tidak berdaya di masa dewasa di hari tua. Maka berjuanglah Nak untuk jalan hidup. Dan berjuang untuk sukses itu pasti dari bawah lagi tidak mudah. Membaca buku di taman bacaan pun, tidak mudah karena ada saja godaan dan tantangannya.

 


Nak, di luar sana ada banyak cerita hebat.

Saat anak pemulung bisa jadi dokter. Anak tukang becak berhasil jadi arsitek. Bahkan anka petani bisa jadi presiden di negeri ini. Itu semua nyata Nak. Bahwa siapapun bisa jadi apapun. Anak kampung bisa jadi guru, anak kampung bisa dokter itu luar biasa Nak. Hebat dan patut dibanggakan.

 

Maka, jangan pernah menganggap diri kalian itu “orang bawah” dan lemah. Karena semua manusia itu sama. Terlahir tidak punya apa-apa dan bukan siapa-siapa. Hanya tekad dan kerja keras yang membedakan manusia, bisa sukses atau gagal. Jangan rendah diri untuk menggapai cita-cita kalian. Tapi tetaplah rendah hati dalam keadaan apapun.

 

Maka, teruslah membaca buku di taman bacaan. Tetaplah belajar sepenuh hati. Karena tidak ada cita-cita yang bisa diraih bila kita hanya berdiam diri. Membacalah, belajarlah, dan bertindaklah untuk meraih mimpi kalian, membayar harapan orang tua pada kalian.

 

Nak, mulai sekarang.

Sempurnakan ikhtiar kalian dan lakukan yang terbaik dalam hidup kalian. Sekalipun hanya membaca buku di taman acaan. Dan selebihnya pasrahkan kepada-Nya. Karena Allah akan selalu mendampingi kalian, di mana pun dan kapan pun.

 

Katakan Nak dengan lantang, “anyone can be anything – siapapun bisa jadi apapun”! Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KampanyeLiterasi



 

Jumat, 29 Januari 2021

Hidup Sederhana Itu Ada Di Taman Bacaan

Hidup itu sederhana. Sesederhana siapapun yang ingin baik dan bahagia. Dan sederhana itu tidak ada hubungannya dengan kaya atau miskin. Tapi sederhana terletak pada akhlak, pada karakter manusianya.

Hidup sederhana. Yaitu “URUS SAJA URUSAN DIRI SENDIRI. TANPA PERLU MENGURUS URUSAN ORANG LAIN”. Maka jangan pernah mengukur sepatu orang lain dengan ukuran kaki kita. Jangan pernah mengukur kehidupan orang lain dengan ukuran hidup kita. Sederhana kan.
Tapi, entah kenapa?
Hari ini, makin banyak orang yang terlalu mudah menghakimi orang lain. Terlalu gampang menilai orang lain. Terlalu gemar bergosip lalu percaya perkataan orang lain. Tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka yang gemar berlomba-lomba dalam keburukan.
Maka di taman bacaan, siapapun diingatkan. Bahwa tidak ada perbuatan baik yang sia-sia. Berlomba-lombalah dalam kebaikan, dalam amal saleh. Sekalipun hanya membaca buku atau belajar baca-tulis.
Berhati-hatilah dalam hidup. Jangan terburu-buru menghakimi orang lain. Karena, keadaan buruk itu sering kali datang dari pikiran yang buruk. Literat itu Ketika kita berani berhenti menyalahkan orang lain. Dan mampu melihat kesalahan diri sendiri.
Jadi, hidup itu sederhana. Tapi pikiran kita yang sering bikin jadi rumit dan pelik. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KampanyeLiterasi


Kamis, 28 Januari 2021

Taman Bacaan vs Manusia Kepo

Zaman now. Selain lengket banget sama gadget, salah satu ciri manusia zaman now itu suka “kepo”. Iya kepo, sok mau tahu urusan orang, Kerjanya mengintip laju orang lain. Memata-matai hinga apa saja urusan orang lain pengen tahu. Maka ada sindirannya, “mau tahu aja” atau “mau tahu banget”. Dasar manusia kepo.

 

Manusia kepo itu sbuk banget. Tapi sibuk ngurusin orang lain. Bolehlah disebut sibuk enggak karuan. Dikit-dikit, pengen tahu urusan orang. “Ehh, si anu sekarang kerja di mana?”. Si anu udah nikah apa belum sih? Kok si anu banyak duitnya, dari mana ya?. Begitulah kira-kira manusia kepo saat memulai obrolannya. Tentu, dengan sesame kaum kepo.

 

Apa sampai di situ? Belum. Manusia kepo memang doyan gosip, doyan ngomongin orang.  

Urusan pribadi orang pun pengen tahu aja. "Ehh, si anu rumahnya masih ngontrak apa udah punya sendiri…?" Capek deh. Bergaul sama manusia kepo itu enggak ada selesainya. Ada saja yang pengen diketahuinya. Padahal bukan urusan dia.

 

Jadi manusia kepo. Bukan soal boleh atau tidak boleh. Bila hanya bertanya, tentu tidak masalah, Tapi bila motifnya personal atau mencari kesalahan orang lain, itu dilarang. Si kepo itu rata-rata niat dan motif pengen tahunya buruk. Alias bengkok. Manusia kepo sering lupa. Apa yang dilakukannya (dalam Islam) sudah termasuk “tajassus”. Yaitu mengorek-orek berita atau memata-matai. Makanya tajassus atau kepo itu dilarang. Nah, bila yang dilarang justru dikerjakan ya itulah kualitas manusia kepo.

 


Jadi tidak usah kepo. Karena kepo itu urusan moral.

Emang apa pentingnya sih kita tahu urusan orang? Atau biar dibilang orang peduli? Segala rupa ditanyain. Segala macam pengen tahu. Ini ditanya, itu ditanya. Ujung-ujungnya, berprasangka buruk, mencari kesalahan orang bahka menebar kebencian. Dasar manusia kepo.

 

Aneh memang manusia kepo. Lebih senang “melihat ke luar” daripada “menengon ke dalam” Lebih suka ngurusin orang lain daripada urus dirinya sendiri. Sibuk enggak karuan. Yang bukan urusannya dikerjakan, giliran urusan sendiri belum tentu beres. Terus, bila orang lain salah apa si manusia kepo benar? Belum tentu layauw.

 

Terus, apa salah jadi manusia kepo?

Ya, kepo itu bukan soal salah tidak salah. Kalau salah di kepo sudah pasti masuk penjara. Lagi-lagi, kepo itu cuma soal moral. Bertanya dan pengen tahu, bila niatnya baik ya silakan. Tapi sebaliknya, bertanya dan pengen tahu atas niat tidak baik. Itu berarti moral si manusia kepo bermasalah.

 

Lagi pula, bila orang lain punya sisi buruk dan jelek. Apa artinya, si kepo selalu baik? Si manusia kepo lupa. Manusia hidup itu realitasnya ada baik, ada buruk. Karena harus bisa terima dengan lapang dada. Sambil tetap elin dan waspada.

 

Manusia kepo perlu tahu. Sebuah hadist berkata, "Allah membenci tiga perkara: 1) bergosip (qiila wa qaala), 2) menyia-nyiakan harta, dan 3) banyak bertanya“. Itu artinya, tidak usah jadi manusia kepo.  Lebih baik muhasabah dan selalu introspeksi diri. Anjurannya sederhana, "Janganlah kamu bertanya sesuatu yang menyusahkan kamu". Untuk apa bertanya, bila jadi masalah? Dasar kepo.

 

Maka ketahuilah, kepo itu berasal dari kebiasaan senang bergunjing, bergosip sambil ngomongin orang, mengungkap aib orang lain. Kumpul-kumpul yang lebih banyak mudharat daripada maslahat. Banyak bertanya untuk hal yang tidak ada manfaatnya.

 

Maka manusia kepo itu terjadi. Karena si kepo tidak pernah kelar dengan dirinya sendiri. Sehinga banyak tanya dan mau tahu saja urusan orang lain. Maka enggak usah kepo. Karena dilarang menilai orang lain dengan standar diri kita sendiri. Enggak usah kepo, karena tidak ada manfaatnya sama sekali. Dalam hal apa pun, soal siapa pun. 


Oleh karena itu, taman bacaan di mana pun harus hadir. Selain untuk tegakkan tradisi baca dan budaya masyarakat. Sekaligus jadi "lawan" dari manusia-manusia kepo. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #LiterasiKepo

Kenapa Saya Benci Taman Bacaan?

Pak, apakah ada orang yang benci taman bacaan? Begitu tanya seorang pegiat literasi nun jauh di sana ke saya.

Maka saya jawab, tentu dan pasti ada. Sekalipun taman bacaan bersifat sosial, pasti ada orang yang tidak suka. Karena memang begitu hukumnya. Selalu ada yang suka, ada pula yang benci. Itu biasa terjadi di mana saja, termasuk di taman bacaan. Lagi pula, taman bacaan tidak bisa memilih orang yang benci atau suka. Itu urusan mereka, bukan urusan taman bacaan.

 

Jangankan di taman bacaan, di dekat kita saja. Pasti ada orang yang gemar membenci, bergosip, bahkan berprasangka buruk. Itulah ciri orang-orang yang energi hidupnya negatif. Orang-orang yang merasa dia benar, sementara orang lain salah. Dan itu sah-sah saja.

 

Sebut saja namanya “haters” alias pembenci. Haters itu nyata dan ada. Enggak peduli sebaik apa pun kita, sebaik apa pun taman bacaan. Tetap saja haters enggak bisa disingkirkan. Namanya juga orang benci kan tidak bisa dilarang. Itu urusan mereka, bukan kita.

 

Seperti di media sosial, haters juga ada di taman bacaan. Ya, begitulah! Haters memang sudah jadi bagian dari kehidupan manusia. Pesannya sederhana, bila kita yakin aktivitas taman bacaan itu baik maka kerjakanlah terus. Jangan habiskan waktu untuk menggubris para pembenci atau haters. Apalagi di taman bacaan, siapa pun pegiat literasi harus tetap focus pada tujuan utamanya. Untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi melalui taman bacaan.

 


Nah, sekadar tips. Inilah cara elegan menghadapi orang yang benci atau haters di taman bacaan:

1.  Tetap tenang, jangan terusik dan tidak perlu digubris. Anggap saja haters di taman bacaan sebagai tantangan, pemicu untuk lebih maju lagi. Taman bacaan sebaiknya tetap fokus pada tujuannya.

2. Bersikap elegan dan biasa saja. Biarkan para haters sibuk dengan urusannya dan taman bacaan tetap menebar kebaikan melalui buku bacaan.

3. Jadikan sebagai momen untuk intropeksi diri dna evaluasi. Karena kebaikan di taman bacaan ternyata tetap “dihantui” orang-orang yang membenci. Maka menjadi saat yang tepat untuk memperbaiki diri, di samping tetap sabar dan ikhlas.

4.   Hiraukan dan tidak perlu digubris. Ibarat pepatah, “anjing menggonggong, khafilah berlalu”. Hingga nanti mereka capek sendiri dna doakan saja mendapat petunjuk ke jalan yang baik.

5. Tetap berpikir positif dan buktikan melalui tindakan baik. Tunjukkan aktivitas di taman bacaan tidak terpengaruh ulah para haters. Buktikan justru jadi lebih maju, anak-anak yang membaca lebih banyak dan semua normal-normal saja. Tetap apa adanya.

6. Lebih baik menjauh dari haters, bukan menghindar. Agar taman bacaan bisa menebar kebaikan dan manfaat yang lebih besar. Jadikan taman bacaan sebagai tempat bergaul orang-orang baik yang se-visi menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.

7.  Tetap fokus pada tujuan taman bacaan. Agar lebih bermanfaat dan lebih baik lagi di hari-hari ke depan.

 

Tahukah Anda? Jangankan manusia dan taman bacaan. Hujan dan matahari sebagai anugerah Tuhan saja masih ada yang membencinya. Maka beruntunglah orang-orang yang sulit jadi pembenci atau haters. Karena benci itu hanya menyempitkan hati dan menghilangkan rahmat Tuhan.

 

Maka, jangan ada kebencian sedikitpun pada apapun, pada siapapun. Karena setiap kebencian itu jadi bukti ada masalah pada pemiliknya. Mereka yang bermasalah, bukan taman bacaannya. Teruslah melangkah untuk taman bacaan yang lebih baik, untuk hidup yang lebih baik!

 

Maka bertanyalah, kenapa saya benci taman bacaan? Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #LiterasiPagi