Rabu, 31 Januari 2024

Nggak Usah Khawatir Saat Berkiprah di Taman Bacaan

Hari ini ada yang khawatir tidak dapat rezeki. Khawatir tidak disukai orang lain. Bahkan khawatir bila berkiprah sosial, terus bagaimana hidup besok? Ada pula yang takut bisa makan atau tidak besok, lalu kerja siang malam hingga melalaikan ibadah dan kewajiban sebagai hamba. Banyak orang terlalu khawatir, hidupnya penuh kecemasan.

 

Terlalu khawatir, terlalu cemas. Segala rupa dikhawatirkan. Pekerjaan, uang, hingga cuaca pun dikhawatirkan. Hujan khawatir kehujanan, panas khawatir kepanasan. Biaya sekolah anak dikhawatirkan. Makan dicemaskan. Apalagi sedekah, pasti sangat dikhawatirkan. Tidak mau bersedekah karena takut uangnya habis dan tidak ada sisa lagi untuk keperluannya.

 

Banyak orang lupa. Khawatir itu tidak membawa kita ke mana-mana. Cemas itu tidak membuat apapun bisa jadi bergerak. Pekerjaan, rezeki bahkan uang terus-menerus dikhawartirkan. Pantas jadi lelah, stress, dan tidak berdaya. Lelah itu bukan karena pekerjaan, lemas itu bukan karena tidak punya uang. Tapi karena terlalu khawatir. Pikiran dan perasaan yang berlebihan. Mungkin terlalu banyak marah, benci, dan dendam. Berhentilah mengkhawatirkan apapun. Bangkitlah dari tempat duduk, dan bergeraklah ke mana-mana.

 

Apapun, jangan khawatir. Tidak usah cemas. Apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Semua sudah ada yang mengatur. Karena ”Sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pemberi rizki, Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (QS. Adz-Dzariyat: 58). Maka apapun, tidak perlu khawatir. Tugas kita hanya menyempurnakan ikhtiar dan terus beramal soleh. Selalu mau dan berani berbuat baik dan menebar manfaat kepada siapapun. Rezeki setiap manusia sudah Allah tetapkan. Bahkan terkadang datang dari arah yang tidak disangka-sangak. Jangan khawatir.

 

Khawatir itu tidak akan membawa ke mana-mana. Khawatiran hanya membangkrutkan semangat, membuang energi positif. Kerjakan saja apapun yang baik dan tebarkan terus manfaat di mana pun berada. Seperti pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Hanya ikhtiar membimbing anak-anak yang membaca, mengajar baca tulis kaum buta huruf, mengajar calistung anak-anak kelas prasekolah, hingga menjalankan motor baca keliling ke kampung-kampung. Untuk sediakan akses bacaan ke anak-anak usia sekolah. Tidak pernah khawatir cuaca, mau hujan atau panas tetap bergerak. Karena sekecil apapun kebaikan yang ditebarkan pasti akan kembali kepada yang melakukannya.

 


Hidup itu tenang dan senang. Bila mau berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain. Asal seutas senyum bisa hadir dari bibir mereka yang membutuhkan, semuanya sudah cukup. Bergerak saja, dan bebaskan diri dari kekhawatiran dari kecemasan. Jangan biarkan khawatir mengungkung diri, sehingga tidak mampu berbuat apa-apa, tidak melakukan apa-apa.

 

Terkadang, ada benarnya. Bahwa hidup ini terlalu singkat untuk mengkhawatirkan hal-hal bodoh. Karena kahwatir itu tidak akan membawa ke mana-mana. Selain hanya berdiam diri. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Beda Uang dan Waktu Hanya Tipis, Soal yang Tersisa

Dikarenakan rumahnya sedang direnovasi, suatu kali saudara saya menitipkan ikan koi seakuarium. Ikan koi yang mahal-mahal katanya, karena dia hobi ikan koi. Maka ikan-ikan koi itu pun dititipkan di rumah saya. “Jangan lupa kasih makan tiap pagi dan sore” katanya.

 

Maka tiap pagi dan sore sepulang kerja, saya pun memberi makanan ikan-ikan koi itu. Mengatur temperatur panas, sinar dan deras air. Kadang sesekali menguras akuarium sesuai info saudara saya. Semua itu saya lakukan selama kurang lebih tiga bulan, sejak ikan-ikan koi itu dititipkan. Tadinya tidak tahu merawat ikan koi, akhirnya jadi tahu. Menyenangkan juga sih.

 

Hingga suatu hari, akhirnya renovasi rumah saudara saya pun selesai. Dia menghubungi saya untuk mengambil ikan-ikan koi yang dititipkan. Esok harinya pun betul, dia datang dan membawa kembali ikan koi dan akuarium yang dititipkan tiga bulan lamanya. Saya pun ada rasa kehilangan yang menyusup ke dalam hatim Maklum, sudah terbiasa merawat ikan koi selama tiga bulan.

 

Setelah ikan koi diambil dari rumah saya, sejak itu tidak ada lagi aktivitas memberi makanan ikan koi tiap pagi dan sore. Tidak ada lagi pandangan akuarium, dan tidak pula ada menguras akuarium. Karena ikan-ikan koi itu punya saudara saya. Hanya dititipi selama tiga bulan, untuk dirawat dan dijaga. Dan saudara saya sebagai pemiliknya, dia bebas mau mengambilnya kapan saja.

 

Begitulah hidup di dunia. Hikmahnya, mau sesenang apapun kita, ternyata semuanya hanya titipan Allah SWT. Segala yang kita miliki: pekerjaan, rumah, harta, mobil, motor, taman bacaan, anak dan pasangan sekalipun sejatinya hanya titipan. Itu semua milik Allah. Dan sebagai yang dititipi, tugas kita adalah menjaga dan merawatnya. Ketika Sang Pemilik ingin mengambilnya maka kita pun harus ikhlas menyerahkannya kembali. Kepada sang pemilik. Begitulah hidup di dunia ini.

 

Maka pantas Baginda Nabi Muhammad SAW sangat khawatir saat masih memiliki uang 7 dinar di tengah sakit dan menjelang ajalnya. Takut bila meninggal dunia, uang tersebut masih di tangannya. Maka Nabi SAW pun menyuruh menyedekahkan seluruh uangnya kepada fakir miskin. Bukti, bahwa semua hanya titipan.

 


Ada baiknya siapapun, untuk tidak merasa memiliki segalanya selagi masih di dunia. Jangan pernah menyombongkan apapun yang dipunya. Karena semua itu hanya titipan, seperti ikan koi yang dititipkan ke saya. Sungguh, mencoba menjadi pemilik atas apa yang Allah titipkan kepada kita hanya akan membuat hidup kita menderita. Setiap hari dihantui rasa khawatir takut kehilangan. Bahkan semakin sakit bila kehilangan benar-benar dialami. Ternyata, apapun dan semuanya hanya titipan.

 

Mumpung masih ada waktu. Perbaiki niat dan baguskan ikhtiar ke depan. Bahwa dunia hanya titipan. Manfaatkanlah sebagian dari harta yang ada untuk kebaikan, sebelum kita menjadi miskin. Saat Allah memberi tambahan nikmat dan rezeki, jangan tingkatkan standar dan gaya hidup. Tapi justru tingkatkan standar sedekah kita. Begitulah seharusnya.

 

Memang benar, kita harus lebih hati-hati. Ternyata uang dan waktu bedanya tipis. Soal uang, kita selalu tahu berapa yang tersisa. Tapi soal waktu, kita tidak pernah tahu berapa lama yang tersisa? Jadilah literat! Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Selasa, 30 Januari 2024

Tidak Ada Manusia yang Sempurna

Ini hanya sebuah refleksi seorang pegiat literasi. Tentang kita, manusia yang tidak punya apa-apa dan bukan siapa-siapa. Agar selalu eling dan waspada. Sesuai porsinya, sesuai takarannya untuk apapun. Jangan berlebihan soal urusan dunia. Karena sekali lagi, kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.

 

Patut disadari selalu. Jika kita tergolong orang yang mencintai sesuatu karena rasa kagum, ketahuilah bahwa yang patut kita kagumi adalah Allah Yang Maha Pencipta. Jika pun kita tergolong orang yang mencintai karena mendapat perhatian dari orang lain. Maka, sadarilah segala kebaikan ada karena perhatian-Nya terhadap kita selama di dunia.

 

Jika kita tergolong orang yang lebih mempedulikan keberadaan orang lain. Lalu bagaimana dengan-Nya yang tudak pernah lelah memperhatikan dan melindungi kita. Meski kita sering mengacuhkan-Nya

 

Bahkan jika kita tergolong orang yang gemar berkeluh kesah kepada orang lain. Patut disadari, sebaik-baik tempat berkeluh kesah yang paling menenangkan hati adalah berdoa kepada-Nya.

 


Suatu kali, bisa jadi orang lain atau kawan dekat pergi meninggalkan kita karena satu kesalahan. Tapi ketahuilah, bahwa Allah SWT tidak akan pernah pergi meninggalkan kita. Meskipun kita memiliki berjuta-juta kesalahan yang melanda. Dan di saat orang lain berlomba-lomba, mencari-cari dan mengungkit kesalahan kita yang telah lalu.
Ketahuilah, bahwa Allah SWT akan selalu menutupi aib kita meskipun telah terulang kembali. Sungguh, maha besar kuasa-Nya.

 

Refleksi ini membuktikan bahwa Allah SWT selalu bersama dan memberi pertolongan kepada hamba-Nya. Di saat pertolongan manusia tidak lagi diharapkan. Asal kita mau mendekat dan berdialog dengan-Nya.

 

Maka, jangan bersandar kepada selain-Nya. Karena tidak pernah ada manusia sempurna yang absolut. Benar atau tidak di dunia ini, hanya soal persepsi dan sudut pandang setiap orang yang berbeda-beda. Cerita kita akan selalu berbeda di tiap orang. Karena mereka punya cerita sendiri. Tetaplah bersandar kepada-Nya sambil tetap berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Begitulah renungan seorang pegiat literasi. alam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Senin, 29 Januari 2024

Cara Berpikir Pegiat Literasi Seperti Apa?

Selalu bersyukur dan tetap berbuat baik dalam kondisi apapun adalah refleksi dari cara berpikir positif. Cara berpikir yang orientasinya menebar manfaat. Soal apapun dilihat dari sisi baiknya. Di manapun selalu peduli untuk memberi kontribusi yang positif. Tetap optimis dalam segala keadaan. Maka di zaman begini, bertahan dengan cara berpikir yang positif sangat penting. Karena dapat membantu kita menjadi lebih produktif, lebih bijak dalam menyikapi realitas kehidupan.

 

Tapi sayangnya, berpikir positif sama sekali tidak mudah. Sangat butuh perjuangan untuk menjadi orang yang berpikir positif. Apalgi ketika sedang tertimpa suatu masalah. Tidak sedikit orang yang cenderung berpikiran negatif. Akibatnya, berpotensi membuat orangnya dilanda cemas, khawatir, dan stres. Maka ada baiknya, untuk selalu waspada dan bergaul dengan orang-orang yang berpikir positif. Karena sejatinya, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, Apalagi bila Allah SWT sudah berkehendak.

 

Biasanya, orang yang tidak nyaman dengan dirinya mencoba mengerdilkan orang lain. Sementara orang berpikir positif selalu senang melihat orang lain maju dan berkembang. Jika disadari, soal apapun, tidak ada gunanya menyalahkan orang lain. Apalagi membenci atau berprasangka buruk. Sehingga menbuat diri jadi cemas dan gelisah. Jika berlarut-larut, bukan tidak mungkin berdampak terhadap kesehatan mental. Lalu sehari-harinya jadi toxic people. Niat, pikiran, dan perbuatannya hanya untuk merugikan orang lain.

 

Berangkat dari realitas itu, salah satu cara mempertahankan berpikir positif adalah berkiprah di taman bacaan masyarakat. Seperti yang dilakukan pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Berkiprah dengan sepenuh hati untuk membimbing anak-anak yang membaca buku, mengajar kaum buta huruf, mengajar calistung anak kelas prasekolah, memfasilitasi computer untuk literasi digital, hingga menjalankan aktivitas motor baca keliling untuk sediakan akses bacaan ke kampung-kampung. Melalui aktivitas literasi di taman bacaan, siapapun setidaknya dapat membiasakan untuk berpikir positif, mau berbuat baik dan menebar manfaat, serta selalu bersyukur di setiap keadaan. Sisi positif dari berkiprah secara sosial di taman bacaan adalah mentradisikan berpikir positif untuk siapapun.

 


“Allah senantiasa menolong hambanya selama ia menolong saudaranya” (HR. Muslim: 4867). Membantu sesama dan berpikir positif adalah prinsip hidup yang patut dijunjung tinggi. Karena hal itu terbukti efektif untuk membangun sikap optimis dan melihat sisi baik dari setiap peristiwa atau masalah. Tanpa pikiran yang positif dan semangat untuk membantu sesama, bukan tidak mungkin masalah demi masalah justru akan menghampiri. Semakin cemas, gelisah, dan tertekan pikirannya.

 

Maka spirit sehari-hari yang harus dibangun. Adalah senantiasa berpikir positif. Selalu berani mengubah niat baik jadi aksi nyata. Melalkukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak. Tanpa pedulikan cibiran atau penilaian orang lain. Karena apapun yang baik pasti akan kembali kepada yang melakukannya.

 

Literat itu berani berpikir positif. Dan saat berpikir positif tanpa tapi …. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Sekilas Tentang DPPK dan DPLK Untuk Diketahui

Sesuai UU No. 4/2023 disebutkan Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dalam realitasnya, saat ini dana pensiun terdiri dari 1) Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) yaitu Dana Pensiun yang dibentuk oleh pendiri bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban   terhadap pemberi kerja dan 2) Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yaitu Dana Pensiun yang  dibentuk oleh lembaga jasa keuangan tertentu, selaku pendiri, yang ditujukan bagi karyawan yang diikutsertakan oleh pemberi kerjanya dan/atau perorangan secara mandiri. Lembaga keuangan tertentu yang dimaksud dapat mendirikan DPLK adalah bank umum, bank umum syariah, perusahaan asuransi jiwa, perusahaan asuransi jiwa syariah, manajer investasi, manajer investasi syariah, atau lembaga lain yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan setelah dikoordinasikan dengan Menteri. Sebagai badan hukum yang terpisah dari pendirinya, pembentukan DPPK atau DPLK diatur dan atas persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

 

Pada praktiknya, DPPK maupun DPLK didirikan untuk mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Yaitu manfaat yang diterima oleh peserta baik secara berkala dan/atau sekaligus sebagai penghasilan hari tua yang dikaitkan dengan usia pensiun, masa kerja, dan/atau masa mengiur. Artinya, dana pensiun selalu dikaitkan dengan usia pensiun, masa kerja, dan atau lamanya menjadi peserta. Segala sesuatu yang dijalankan dana pensiun, tentunya diatur dalam Peraturan Dana Pensiun (PDP )  sebagai peraturan yang berisi ketentuan yang menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun bagi suatu Dana Pensiun.

 

Jika ditelaah lebih lanjut, DPPK dan DPLK memiliki perbedaan. Beberapa perbedaaan yang patut diketahui antara DPPK dan DPLK adalah sebagai berikut:

1.     Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)

-        Didirikan oleh pemberi kerja (Perusahaan) untuk kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban   terhadap pemberi kerja.

-        Peserta: karyawan dari pemberi kerja sebagai pendiri atau mitra pendiri.

-        Program pensiun yang dijalankan: a) Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan atau b) Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP).

-        Pembayar iuran: 1) pemberi kerja/Perusahaan dan 2) karyawan.

-        Arahan investasi ditentukan oleh Pengurus.

 

2.     Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)

-        Didirikan oleh lembaga jasa keuangan tertentu (bank umum, bank umum syariah, perusahaan asuransi jiwa, perusahaan asuransi jiwa syariah, manajer investasi, manajer investasi syariah, atau lembaga lain yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan setelah dikoordinasikan dengan Menteri).

-        Peserta: karyawan yang dikutsertakan pemberi kerja atau pekerja mandiri secara perorangan.

-        Program pensiun yang dijalankan: Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)

-        Pembayar iuran: 1) pekerja mandiri, 2) karyawan, dan atau 3) pemberi kerja/Perusahaan.

-        Arahan investasi ditentukan oleh Peserta.

 

Secara prinsip, DPPK maupun DPLK merupakan penyelenggara program pensiun. Yaitu setiap program yang mengupayakan Manfaat Pensiun bagi peserta. Nah yang penting diketahui adalah skema program pensiun yang dijalankan, yang terdiri dari 1) Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) yaitu Program Pensiun yang iurannya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun dan 2) Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah Program Pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun atau Program Pensiun lain yang bukan merupakan Program Pensiun Iuran Pasti. Jadi, orientasi skema program pensiun sangat menentukan cara kerja dan operasional program pensiun, iuran pasti atau manfaat pasti. Untuk mencapai kesinambungan finansial di masa pensiun, didasarkan pada iurannya atau manfaatnya yang ditentukan?

 


Khusus bagi pemberi kerja atau perusahaan yang memiliki kewajiban pembayaran kompensasi pascakerja (uang pesangon), skema program pensiun menjadi penting dicermati. UU No. 6/2023 tentang Perppu Cipta Kerja Menjadi Undang-undang ditegaskan pada pasal 156 ayat 1) Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha wajib membayar uang pesangon (UP) dan/atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang penggantian hak (UPH) yang seharusnya diterima. Maka ada kewajiban pemberi kerja atau Perusahaan untuk mendanai program pensiun, dengan menyetor iuran ke dana pensiun. Sebagai kompensasi pascakerja terkait uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan atau uang penggantian hak karyawan yang berhenti bekerja, baik akibat pensiun, meninggal dunia atau di-PHK.

 

Maka sebagai pendanaan untuk kompensasi pascakerja, sejatinya skema PPIP menjadi lebih cocok. Karena berapapun iuran yang disetorkan ditambah hasil pengembangan selama menjadi peserta program pensiun akan terkumpul “akumulasi dana” yang dapat dikompensasikan sebagai uang pesangon atau uang pensiun karyawan. Jika akumulasi dana di PPIP kurang dari yang seharusnya (sesuai UU Cipta Kerja pasal 156), maka pemberi kerja atau perusahaan tinggal “membayarkan” kekurangannya. Sebaliknya jika skema yang dipilih di PPMP, maka pemberi kerja bertindak sebagai operator sekaligus memiliki risiko untuk memenuhi “manfaat pasti” yang dijanjikan kepada karyawan. Artinya di PPMP melekat risiko seperti 1) potensi penurunan hasil investasi yang terjadi, 2) kewajiban solvabilitas menyangkut kecukupan dana untuk membayar uang pesangon/pensiun, dan 3) kewajiban perhitungan aktuaria untuk menghitung ”nilai sekarang” untuk membayar “manfaat pensiun yang akan datang” sesuai manfaat yang dijanjikan. Sekalipun di PPIP hasil investasi “belum pasti” dan risiko ditanggung peserta, namun dapat disesuaikan dengan dinamika yang terjadi. Sementara di PPMP, pengurus dana pensiun harus mengejar hasil investasi yang optimal dan apapun hasilnya, risiko ditanggung pemberi kerja. Karena sifatnya “manfaat pasti”, selalu ada potensi surplus atau defisit.

 

Patut diketahui, tujuan pengaturan Dana Pensiun sesuai UU No. 4/2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK) adalah 1) meningkatkan pelindungan hari tua bagi masyarakat, khususnya para pekerja, 2) meningkatkan literasi dana pensiun, 3) mendorong kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan program pensiun, dan 4) mempercepat akumulasi sumber dana jangka panjang sebagai sumber utama pembiayaan Pembangunan. Maka pada dasarnya, program pensiun harus memperhatikan spirit pengelolaan dana pensiun yang 1) melindungi kepentingan peserta, 2) menerapkan tata kelola yang baik, dan 3) menerapkan manajemen risiko yang efektif. Untuk itu, pengelola Program Pensiun merupakan profesional yang wajib memiliki kompetensi dan pengalaman yang memadai. Kompetensi dan pengalaman tersebut dapat dibuktikan melalui pendidikan, pengalaman kerja, sertifikasi, training, dan sebagainya.

 

Dalam konteks program pensiun, bisa jadi ke depan. Bahwa “masa depan” skema program pensiun di Indonesia seharusnya ada di Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), tidak lagi Program Pensiun Manfaat pasti (PPMP). Agar ratusan juta pekerja di Indonesia lebih punya akses untuk merencanakan masa pensiun yang nyaman dan sejahtera sesuai kemampuan keuangannya atau kondisi perusahaannya. Tentu, diimbani edukasi dana pensiun yang memadai. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #ProgramPensiun

Minggu, 28 Januari 2024

Liputan DAAI TV di TBM Lentera Pustaka, Kisahkan Perjuangan Anak Membaca Buku

Anak yang sadar akan pentingnya membaca buku kian langka di era digital. Sepulang sekolah, masih mau datang ke taman bacaan dan membaca 1 buku secara rutin bukan pekerjaan yang mudah. Tapi lain halnya dengan Putri Sakira, siswa kelas V yang selalu konsisten membaca buku di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Karena itu, crew program “Cerita Sahabat” DAAI TV meliput khusus kisah perjuangan Putri Sakira untuk membaca buku di TBM Lentera Pustaka. Untuk lebih dekat dengan buku bacaan, di samping tetap menjalankan aktivitas sekolah sehari-hari.

 

Di Tengah guyuran hujan, shooting perdana dilakukan pada Minggu (28/1/2024) di TBM Lentera Pustaka. Putri mengisahkan cintanya terhadap buku melalui taman bacaan. Sekalipun lokasi jauh dari rumah, Putri selalu datang ke taman bacaan. Entah naik angkot atau diantaa ayahnya. Saking getolnya membaca buku. Perjuangan Putri membaca buku pun pernah dinobatkan sebagai “pembaca terbaik” di TBM Lentera Pustaka.  Shooting kisah Putri membaca buku ini akan dilakukan selama 4 hari hingga Minggu, 4 Februari 2024.

 

Sebagai televisi yang mengusung nilai-nilai cinbta kasih, DAAI TV konsisten menanamkan nilai-nilai kemanusiaan melalui program acaranya, termasuk program Cerita Sahabat. Liputan kisah Putri membaca buku di TBM Lentera Pustaka sekaligus bertujuan untuk mengembangkan toleransi dan cinta kasih untuk sesama. Untuk menyebarkab nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Karena di tengah arus informasi yang semakin deras, kadang banyak orang tidak bisa lagi membedakan mana yang baik atau buruk, mana yang benar atau salah.

 


“Saya apresiasi liputan program Cerita Sahabat DAAI TV di TBM Lentera Pustaka. Putri Sakira adalah salah satu anak pembaca aktif yang patut dibanggakan. Ada banyak nilai dan kebiasaan yang bisa dicontoh dari Putri sebagai sisa SD kelas V. Ini potret anak Indonesia yang positif dan bermanfaat bagi masa depannya. Akibat gemar membaca dan rajin ke taman bacaan” ujar Syaraifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka yag menerima langsung crew DAAI TV di Bogor.

 

Melalui liputan DAAI TV, TBM Lentera Pustaka kian menegaskan fokusnya terhadap praktik baik di gerakan literasi dan taman bacaan. Setelah 6 tahun berdiri, TBM Lentera Pustaka kini menjalankan 15 program literasi seperti TABA (Taman Bacaan) dengan 100 anak usia sekolah, GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 40 anak usia prasekolah, YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, Koperasi SImpan Pinjam dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, DonBuk (Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), Literasi Digital, Literasi Finansial, dan MOBAKE (MOtor BAca KEliling). Tidak kurang 200 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka yang didukung oleh 12 wali baca dan relawan, di samping koleksinya mencapai lebih dari 10.000 buku. Berkiprah di taman bacaan, dulu berat sekarang ringan.

 

Prinsipnya, taman bacaan bukan hanya tempat membaca buku. Tapi juga menjadi ladang amal semua orang dan sentra meningkatkan kegemaran membaca anak danmasyarakat. Bagaimana kisah Putri Sakira berjuang membaca buku, nantikan di program Cerita Sahabat DAAI TV. Salam literasi #DAAITV #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

 

Sabtu, 27 Januari 2024

Doa Literasi, Munajatnya Orang-orang Taman Bacaan Saat Membaca Buku

Jangan abaikan kekuatan sebuah doa, di mana pun dan kapan pun. Karena doa dapat mengubah yang tidak mungkin jadi kenyataan. Doa bisa membuat kuat orang yang lemah, membuat orang yang tidak percaya jadi percaya, dan menjadikan berani orang yang ketakutan. Bahkan doa pula yang dapat mengubah kehidupan seseorang. Hanya doa yang mampu menyatukan seorang hamba dengan Tuhannya.

 

Selain ikhtiar, siapapun diperintahkan untuk berdoa. Karena doa adalah sarana untuk memohon sepenuh hati kepada Allah SWT, mengharap kebaikan-Nya agar dikabullkan sesuatu yang kita kehendaki. Selain menjadi tuntunan agama, doa pun menjadi sarana komunikasi langsung antara hamba dan Sang Pencipta. Sikap optimis, berpikir positif, dan tidankan yang baik tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya doa. Doa bisa membuat siapapun lebih semangat dalam menatap masa depan. Doa sangat penting, sulit dibantah!

 

Saat dizolimi orang, jangan dibalas. Cukup berdoa saja. Saat berjihad dan berbuat baik sempurnakan dengan berdoa. Bahkan saat menebar manfaat di taman bacaan pun, perbanyaklah doa. Agar diberikan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani segala keadaan. Apapun yang dihadapi, jalani dengan ikhtiar baik dan sempurnakan dengan doa.

 

Saking pentingnya doa, disebutkan dalam berbagai literatur. "Tiga macam doa yang dikabulkan Allah dan tidak ada keraguan untuk dikabulkan doa tersebut; yaitu doa orang tua, orang yang sedang berpergian dan orang yang teraniaya." (HR Ahmad, At Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah). Doa pemimpin yang adil, doa oarng yang sakit, doa orang yang sedang bepergian, dan doa orang sedang berpuasa pun disebut tidak tertolak. Bahkan siapapun yang ingin lembut hatinya dan terpenuhi segala kebutuhannya, berdoalah bersama anak-anak yatim. “Kasihanilah anak yatim, usaplah wajahnya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” (HR. Ath-Thabrani). Jadi jelas, betapa dahsyatnya kekuatan sebuah doa. Banyak kesusahan diangkat, penyakit disembuhkan, kesuksesan diraih, dan berbagai prahara kehidupan dapat diselesaikan dengan doa dan pertolongan Allah SWT. 

 




Hanya doa yang dapat mengubah yang mustahil menjadi nyata. Itulah yang dialami Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Selain ber-ikhtiar atas dasar komitmen dan konsistensi, TBM Lentera Pustaka mentradisikan doa tiap kali melakukan aktivitas literasi. Mulai dari doa literasi, sholawatan, dan pengajian bulanan bersama anak-anak yatim dan jompo binaan. Alhasil, alhamdulillah segala kebutuhan fisik maupun keuangan terpenuhi. Aktivitasnya berkembang dari 1 program tadinya hanya taman bacaan, kini menjadi 15 program literasi seperti gerakan berantas buta aksara, kelas prasekolh, koperasi simpan pinjam, literasi digital, literasi finansial, dan motor baca keliling. Bahkan dalam 3 tahun terakhir selalu mendapat bantuan untuk rooftop baca, Revitalisasi kebun baca, hingga mengoptimalkan fasilitas membaca yang nyaman. Dan seluruh biayanya dari mitra CSR korporasi TBM Lentera Pustaka. Semua terjadi berkat doa-doa yang dilantunkan tiap kali aktivitas di taman bacaan.

 

Sehebat apapun secerdas apapun manusia pasti ada batasnya. Ikhtiar pun tidak selamanya mulus, selalu ada kendala dan hambatan. Maka doa sangat diperlukan. Karena apapun aktivitas kita sehari-hari, pasti akan lebih mudah bila melibatkan Allah SWT. Di situlah kekuatan doa, dapat mengubah yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Doa adalah kunci pagi dan malam hari.

 

Apapun aktivitasnya, jangan lupa berdoa. Taman bacaan pun tetap berdoa. Yakinlah Allah sangat mencintai orang-orang yang banyak bermunajat kepada-Nya. Karena Allah ingin mendengarkan dan mendengarkan apa yang diminta hamba-Nya. Seperti anak pun harus berbicara kepada orang tuanya, apa yang diperlukan. Setelah tahu, baru akan ditimbang baik buruknya. Bila baik dan tepat waktunya pasti akan dikabulkan. Bahkan lebih dari itu, doa pun mampu jadi obat bagi jiwa yang hampa, pikiran yang bimbang, dan hati yang terluka. 


Ya Allah, tambahkanlah ilmuku mudahkanlah urusanku, lancarkan TBMku. Begitulah doa literasi di TBM Lentera Pustaka. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacan #TBMLenteraPustaka

 

Taman Bacaan Selalu Ngaji Bareng Anak Yatim dan Jompo, Untuk Apa?

Salah satu tradisi yang selalu dipelihara di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Sakak Bogro adalah mengaji bersama anak-anak yatim dan kaum jompo binaan sebulan sekali. Saat ini TBM Lentera Pustaka memiliki 14 anak yatim dan 12 jompo binaan yang setiap bulannya disantuni. Seperti yang terjadi pada Sabtu (27/1/2024) digelar Pengajian Bulanan Yatim dan Jompo Binaan yang dipimpin langsung Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka.

 

Tradisi ngaji bareng anak yatim dan kaum jompo sudah berlanhgsung sejak TBM Lentera Pustaka berdiri di tahun 2017. Selain mengaji dan tahlil, anak-anak yatim dan kaum jompo berdoa bersama untuk orang tua atau kakek nenek yang telah berpulang ke rahmatullah. Sambil mendapat nasihat dari Pendiri TBM Lentera Pustaka akan pentingnya membaca buku dan pendidikan lanjut. Ngaji bareng anak yatim dan jompo di TBM Lentera Pustaka ini sudah menjadi tradisi. Selain menjadikan taman bacaan sebagai ladang amal, sekaligus menggapai berkah Allah SWT melalui perbuatan baik yang ditebarkan.

 

Terlepas dari kegiatan membaca buku, TBM Lentera Pustaka memiliki komitmen besar untuk teta[ peduli dan perhatian terhadap anak-anak yatim dan kaum jompo. Sebuah perhatian terhadap anak-anak yang ditinggal ayahnya, termasuk kaum jompo yang mungkin sudah tidak diperhatikan lagi. Hanya untuk menyenangkan hati anak-anak yatim dan kaum jompo. Rasulullah SAW mengajarkan,"Usaplah kepala anak yatim..." (HR Ahmad) sebagai salah satu wujud dari memuliakan mereka.



Melalui pengajian bulanan yatim binaan dan kaum jompo, Pendiri TBM Lentera Pustaka bersama kawan-kawan baiknya selalu menyisihkan sebagian rezeki sebagai sedekah yang diberikan kepada anak-anak yatim dan kaum jompo secara rutin. Dan alhamdulillah, tradisi ini terus berjalan dan tergolong dimudahkan Allah SWT. Sebagai cara sederhana untuk memuliakan anak yati dan kaum jompo sambil bercengkrama untuk menghibur mereka. "Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang maka Allah akan menuliskan kebaikan pada setiap helai rambut yang disentuh tangannya." (HR Ahmad, ath-Thabrani, Ibnu Hibban)

 

Ngaji bareng anak yatim dan jompo adalah perbuatan baik. Insya Allah mampu menjadi cara jitu untuk memudahkan kesulitan atau cobaan sekalipun. Mampu mengganti pikiran negatif menjadi kebiasaan yang positif. Karena kebiasaan baik, Insya Allah menjadi kunci dari keberkahan hidup dan kemudahan dalam segala urusan. Karena sejatinya tiap orang pasti sama, yang membedakan adalah kebiasaannya. Kebiasaan atau tradisi itulah yang menjadi pembeda tempat hidup, karier, berkah, dan kesehatan.


Hingga akhirnya kebiasaan baik akan berubah menjadi karakter. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 


Jumat, 26 Januari 2024

Bersyukur Ada di Taman Bacaan

Ini hanya renungan untuk diri sendiri. Tentang sikap aneh seoranag anak manusia. Membingungkan. Hari-harinya sholat sering ditunda. Sedekah sedikit, bila tidak mau dibilang pelit. Al-Qur'an jarang dibaca, hanya jadi pajangan. Zikir pagi-petamg sering ditinggalkan. Berbuat baik pun dipilih-pilih, bahkan terlalu gampang iri dan benci pada orang lain.

 

Anehnya, saat punya masalah maunya segera dibantu Allah. Bantuan Allah lama datang langsung mengeluh. Diuji satu hari saja marah-marah. Melihat salah orang lain serta merta dendam. Lalu, membolehkan segala cara yang buruk ditempun. Tapi saat berdiskusi dengan teman-temannya, seolah-olah jadi manusia paling benar sedunia. Aneh dan aneh, orang-orang yang tidak bersyukur.

 

Orang-orang yang tidak bersyukur. Pasti ada di sekililing kita, di dekat kita. Perangainya bisa saja baik. Tapi moral dan tindakannya bertentangan. Tidak bersyukur, karena suka membandingkan diri dengan orang lain. Selalu iri atas pa yang orang lain miliki. Kurang bersyukur, jadi gagal melihat dan menikmati apa dimiliki. Stres, berkeluh-kesah, dan gampang menyalahkan orang lain. Mentalitasnya “korban”, bukan militan. Orang yang tidak bersyukur, pasti tdak pernah puas dengan yang dimiliki. Selalu merasa kurang, dan menginginkan harta seperti orang lain. Mungkin, agar dibilang unggul dan mentereng. Akibat salah bergaul atau gaya hidup hedonis.

 

Kita sering lupa. Allah itu maha baik. Bahkan selalu memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya. Nikmat sehat, bernafas, hingga masih bisa beraktivitas sehari-hari adalah karunia yang tidak ternilai harganya. Hari gini masih banyak mengeluh, membenci, bahkan iri kepada orang lain. Bertanyalah, “nikmat Tuhan mana lagi yang kita dustakan?”. Tidak punya bukannya bekerja malah mengambil hak dan milik orang lain. Punya uang bukannya dipakai sedekah malah untuk gaya hidup dan pergaulan yang tidak jelas. Ehh, giliran punya masalah langsung mengeluh. Bilangnya Allah tidak membantu, apalagi orang lain.

 


Maka patut direnungkan, mulailah memperbaiki diri. Untuk lebih taat kepada Allah. Utamakan Allah dalam urusan apapun. Bila hajat kita mau dikabulkan. Senangkan Allah bila mau disenangkan-Nya. Cukup melihat ke bawah untuk urusan dunia. Bersyukur atas semua keadaan lalu bersabar saat ditimpa uiian. Jalani perintah-Nya, jauhi larangan-Nya. Teruslah berbuat baik dan tebarkan manfaat di mana pun. Mulai jauhi hal-hal yang tidak bermanfaat dalam pergaulan. Karena sebaik-baik manusia itu adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Spirit itulah yang mendasari saya berkiprah di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Membimbing anak-anak yang membaca, mengajar kaum buta huruf, bermain dengan anak difabel, bahkan bergaul dengan anak-ank yatim dan kaum jompo yang dibina. Taman bacaan sebagai ladang amal, tempat menyiapkan bekal untuk hari esok. Dan menjauh dari urusan duniawi, urusan yang sementara.

 

Literat itu bukan kalau ada masalah maunya segera dibantu Allah. Tapi kerjakan dulu apa yang Allah senangi, perbaiki akhlak dan tindakan sehari-hari. Dan niatkan semua yang baik karena Allah, bukan malah menjauhi-Nya. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Jalan Taman Bacaan Menang Berat, Apalagi Bila Dicuekin

Kawan saya bilang, hidup gue lagi berat! Memang benar, hidup itu berat tapi juga jangan dibikin berat. Tidak ada yang bilang hidup itu gampang. Tapi seberat-beratnya hidup, bila dijalani dan tetap berpikir positif pasti mudah. Selalu ada cara untuk bisa menikmati setiap perjalanan hidup. Kata orang Jepang, hidup itu boleh jatuh tujuh kali, tapi berdiri mampu delapan kali.

 

Jangankan hidup. Kerja dari pagi hingga petang pun berat. Tetap sabar di jalan walau macet juga berat. Nongkrong di kafe berlama-lama cuma ngobrol saja berat, apalagi ngomongin orang yang tidak ada habis-habisnya pasti sangat berat. Bangun di sepertiga malam itu berat, maka Allah akan mengabulkan doa dan pinta di waktu itu. Bersedekah di saat kesempitan pun berat, maka Allah berjanji akan mengganti berlipat ganda. Tatap sabar dan tidak mengeluh saat ditimpa ujian hidup itu berat, maka pertolongan akan segera dihadirkan-Nya. Dibenci dan dighibahi orang tapi tetap diam saja pun berat maka Allah akan sehat dan tenangkan hidupnya. Semua berat bila dihadapi sendiri. Tapi bila berserah kepada Allah SWT, sama sekali tidak ada yang berat.

 

The show must go on. Apapun kondisinya, hidup itu terus berjalan. Sesuai kehendak-Nya. Maka mulailah untuk tidak hanya fokus pada masalah. Tapi harus berani bersikap untuk membangun pundi-pundi kebaikan. Berbiuat baik dan menebar manfaat di mana pun. Bukan hanya kerja cari uang, apalagi hanya bergaul yang juntrungannya tidak jelas. Baik itu perbuatan, bermanfaat itu perilaku. Mulailah untuk seimbangkan hidup, dengan mengejar dunia sambil beribadah-beramal. Memang berat pada awalnya. Tapi setelahnya, Insya Allah akan terasa ringan dan menjadi kebiasaan.


Praktik itulah yang saya jalani di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Awalnya berat banget. Anak-anak yang membaca hanya 14 orang, koleksinya hanya 600 buku. Segala-galanya dikerjakan sendiri. Banyak orang tidak tahu, ap aitu TBM? Apalagi berada di daerah yang selama ini tidak punya akses bacaan. Membaca buku memang berat dan sesuatu yang langka. Tapi setelah 6 tahun berjalan, TBM Lentera Pustaka sudah menjalankan 15 program literasi seperti TABA (Taman Bacaan) dengan 100 anak usia sekolah, GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 40 anak usia prasekolah, YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, Koperasi SImpan Pinjam dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, DonBuk (Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), Literasi Digital, Literasi Finansial, dan MOBAKE (MOtor BAca KEliling). Tidak kurang 200 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka yang didukung oleh 12 wali baca dan relawan, di samping koleksinya mencapai lebih dari 10.000 buku. Berkiprah di taman bacaan, dulu berat sekarang ringan. Jalan hidup di taman bacaan memang berat, apalagi bila dicuekin.

 


Asal baik dan bermanfaat, jalani saja sekalipun berat. Mungkin itu bagian dari jalan hidup. Karena di saat-saat merasa berat itulah kita dapat menemukan kekuatan sejati. Hingga bisa menemukan cahaya cemerlang di kegelapan yang mungkin tidak akan pernah bisa diredupkan lagi. Selain mencari jalan untuk menang, terkadang kita harus berani untuk mencoba dan gagal. Itu sudah biasa dan lazim, Maka “berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan.” (QS Al Baqarah: 58).

 

Mulailah mempersiapkan pundi-pundi kebaikan sejak dini. Mumpung masih ada waktu.

Jangan berlenggang dengan amal soleh yang alakadarnya. Karena apapun yang indah esok, hanya bisa diraih dengan kesungguhan hamba-Nya. Terkadang, perbedaan antara batu sandungan dan batu loncatan hanya terletak pada cara kita menggunakannya..

 

Tetap semangat dan berjuanglah sekalipun berat. Karena permata tidak dapat dipoles tanpa gesekan, dan manusia susah menjadi kuat tanpa cobaan. Ibaratnya, hidup itu boleh jatuh tujuh kali tapi berdiri harus mampu delapan kali. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka