Senin, 31 Mei 2021

Harap Tenang, Pesan Dari Taman Bacaan di Hari Lahir Pancasila

Tanggal 1 Juni diperingati Hari lahir Pancasila. Sebuah peringatan terhadap pedoman Indonesia dalam berbangsa dan bernegara dirumuskan. Lahirnya lima dasar negara sebagai nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi karakter bangsa dan senantiasa dijunjung tinggi. Bangsa Indonesia yang ber-ketuhanan, berperi-kemanusiaan, menjaga persatuan, mengusung musyarakat dan mufakat dalam demokrasi, dan ber-keadilan. Dan dibungkus dalam slogan “sekalipun berbeda-beda tetap satu jua”.

 
Lalu, apa hikmah di Hari Lahir Pancasila?
Di mata saya, sederhana saja. Mungkin bangsa Indonesia, siapa pun, perlu “lebih banyak berbuat dan bersikap tenang, jangan banyak gaduh yang tidak produktif”. Musisi dan pemain band jadi komisaris saja gaduh. Pegawai KPK gaduh. Apa saja dibuat gaduh tapi tanpa solusi. Bangsa Indonesia harusnya lebih bersikap “tenang”. Jangan banyak gaduh, berisik. Tidak produktif. Apa ada hal atau masalah yang bisa diselesaikan dengan kegaduhan?
  
Hai Bangsa Indonesia, harap tenang,

Bila sudah berbeda tidak perlu dipersoalkan. Bila ada yang salah ya dibenarkan. Bila masih banyak masalah, silakan dibantu untuk diselesaikan. Tidak perlu membenci apalagi mencaci-maki perbuatan orang lain. Apalagi kerjanya hanya mencari-cari kesalahan orang. Berisik di grup WA, ramai di media sosial. Tapi semua atas tendensi ketidak-senangan. Terlalu subjektif dan kian menjauh dar hati nurani.

 

Bangsa ini mungkin perlu belajar untuk lebih tenang.

Karena makin banyak saja orang-orang yang tidak tenang. Terlau daduh, berisik lalu gelisah. Hingga gemar mencari kesalahan, mengoyak kelemahan lawan. Mengumbar celotehan da ocehan sebagai ekspresi kegundahan. Bela sana bela sini. Kayak prajurit pangkat kopral. Tapi sayang, takut mati. Mau sampai kapan? Gaduh, kok tidak ada habis-habisnya. Maka wajar, sikap tenang jadi makin susah dicari, sulit ditemukan. Hai bangsa Indonesia, harap tenang.

 

Di Hari Lahir Pancasila. Belajarlah untuk tenang.

Karena tenang itu sikap penting. Untuk berani membuang emosi dan egoisme. Tenang untuk lebih jernih melihat masalah dan tetap objektif.  Tenang juga bukan berarti lamban. Tenang untuk tetap gesit dan bekerja, selalu ikhtiar yang baik. Karena tenang itu lebih hebat dari cuma sekadar kata-kata, dari sekadar celotehan yang malah bikin gaduh.

 

Tenang itu soal sikap. Tenang pun tidak ada hubungan dengan menang atau kalah. Siapa yang bilang orang yang berisik itu menang. Siapa pula yang katakan orang tenang itu kalah?

Masih ingatkah kita? Tentang kisah Perang Bubat. Patih Gajah Mada itu menang. Tapi pasca kemenangan itu, Gajah Mada malah jadi orang yang terkucil. Hayam Wuruk pun ditinggal oleh Puteri Sunda Dyah Pitaloka, yang ternyata sangat dia cintai dan kagumi. Sejak itu, kerajaan Majapahit justru makin hancur bahkan runtuh. Ini bukti, bahwa kemenangan tidak selalu bikin orang hebat dan bahagia.

 


Hai bangsa Indonesia. Harap tenang. Karena hidup bukan soal menang kalah. Apalagi membenci atau tidak membenci. Hidup itu “wadah” agar siapa pun bisa lebih bertanggung jawab dan mampu bertahan dalam segala kondisi. Selalu ikhtiar baik dalam segala keadaan, suka atau tidak suka. Memang sangat manusiawi punya sikap benci atau marah itu manusiawi. Tapi di saat yang sama, sikap tenang dan mau menerima realitas juga perlu. Maka, tenanglah.


Harap tenang, pesan dari taman bacaan di Hari Lahir Pancasila. 

Karena hari ini masih banyak Indonesia yang tidak punya akses bacaan. Makin banyak orang yang makin menjauh dari buku bacaan. Hingga kepedulian sosial pun sebentar lagi tinggal jadi cerita kebaikan tanpa eksekusi. Maka bacalah buku. Agar lebih tenang, lebih produktif dalam berbuat untuk bangsanya.

 

Mungkin ada baiknya. Pancasila sebagai ideologi dan nilai-nilai lihur bangsa Indonesia. Patut dijunjung tinggi. Setidaknya untuk bisa bersikap lebih tenang. Tenang dalam pikiran, sikap, dan tindakan. Tidak perlu gadu, berisik apalahi gerabak-gerubuk.

 

Kenapa? Karena sejatinya, semua yang terjadi sudah dalam scenario-Nya. Dan Allah SWT sudah tahu kok “siapa kita sebenanarnya”. Tenang itu memang tidak cukup ditulis dengan kata-kata. Tapi harus bisa dirasakan dan dilakukan. Oleh siapapun.

 

Tenang. Agar kita tidak lupa. Bahwa semua yang ada di dunia ini hanya titipan dan “hanya sandiwara” belaka. Hingga cerita sandiwara itu pun menunggu waktu akan berakhir. Hai bangsa Indonesia, harap tenang. Salam literasi. #HariLahirPancasila #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Jumat, 28 Mei 2021

30 TBM dan PKBM Siap Eksekusi Program Kampung Literasi Direktorat PMPK

Sebagai wujud komitmen terhadap peningkatan minat baca dan budaya literasi masyarakat, Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK)  Dirjen PAUD dam Dikdasmen Kemdikbud RI tetapkan 30 TBM/PKBM dari seluruh Indonesia sebagai pengelola program “Kampung Literasi (KL)” tahun 2021. KL  merupakan kawasan kampung/desa yang digunakan untuk meningkatkan minat baca dan pengetahuan masyarakat, mewujudkan masyarakat yang memiliki 6 komponen literasi dasar, yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial dan kewarganegaraan.

Nantinya, KL memiliki aktivitas diantaranya 1) sosialisasi dan publikasi terkait tradisi baca dna budaya literasi, 2) pengadaan bahan bacaan dan pojok baca, 3) pengadaan sarana pendukung KL, dan 4) kegiatan literasi yang lebih masif dan bersifat inklusig.

 

KL dikoordinasikan oleh TBM (Taman Bacaan Masyarakat) atau PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang berdasarkan seleksi dan telah mengikuti bimbingan teknis dari PMPK pada 27-29 Mei 2021.  Disamping mendapat rekomendasi dari kepala desa dna Dinas Pendidikan kabupaten/kota.  Pemilihan lembaga pengelola KL didasari pada kajian data sesuai dengan kriteria dan syarat-syarat yang ditentukan. KL pun bisa mengembangkan model pembelajaran non-formal yang komprehensif, khususnya di masa pendemi Covid-19.

 

Saat Focus Grouo Duscussion Kampung Literasi sore ini, Dr. Untung, M.Pd. dari PMPK menegaskan KL yang dikelola TBM/PKBM menjadi bagian dari upaya mendorong dan memfasilitasi masyarakat dalam peningkatan kualitas SDM khususnya untuk pengembangan literasi masyarakat. Untuk itu, pengelola KL ini akan menjadi program percontohan dalam gerakan literasi di masyarakat.

 


Selama setahun penuh, TBM/PKBM pengelola KL akan menggelar kegiatan literasi berbasis kawasan/wilayah seperti kegiatan literasi dasar, lomba menulis, aksi budaya, pojok baca, dna aktivitas literasi yang melibatkan pemda, mitar, dan masyarakat. Sinergi dan kolaborasi pada akhirnya kana menjadi kata kuci pelaksanaan KL.

 

Pegiat literasi dari TB</PKBM pun menyambut baik program KL sebagai momentum untuk mengoptimalkan peran taman bacaan masyarakat (TBM) sebagai agen perubahan. Di samping untuk memperkuat awareness tentang pentingnya tradisi membaca buku di era digital.

“Program Kampung Literasi ini sangat baik dan patut diapresiasi. Sebagai upaya membangun masyarakat literat di era digital. Program yang dijalnkan nantinya bukan hanya minat baca tapi harus giat baca. Kami para pegiat literasi siap untuk menggelar kampung literasi di daerah kami” tutur Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka Bogor sebagai peserta bimtek.

 

Patut diketahui, pegiat literasi pengelola KL ini sejatinya telah melakukan kegiatan literasi secara sadar dan ikhlas. Sebagai bagian tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Maka KL ini akan menjadi penegas akan pentingnya kepedulian semua pihak terhadap tradisi baca dan budaya literasi. Agar bangsa Indonesia memiliki kualitas SDM yang makin berkualitas dan mampu mengahdapi dinamika peradanaban dan zaman. Salam literasi. #KampungLiterasi #TamanBacaanMasyarakat #TamanBacaan

Kamis, 27 Mei 2021

Bimtek Kampung Literasi: Tegal "Succes Story" Gerakan Literasi Berbasis Kota

Gerakan literasi bukan hanya aktivitas membaca. Justru tantangan terbesar gerakan literasi di Indonesia dalah “mengubah mind set” atau cara pandang masyarakat. Hal itu pula jadi sebab gerakan literasi seperti “jauh panggang dari api”, menjadi tidak inklusif. Maka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di era digital sekarang ditantang untuk memposisikan diri yang sama dengan orang lain atau masyarakat di samping mampu melibatkan semua elemen masyarakat dan pemerintah. Cara pandang untuk lebih inklusif dan kolaboratif itulah yang dibutuhkan gerakan literasi.

 

M. Jumadi, Wakil Walikota Tegal sebagai narasumber menegaskan pentingnya pegiat literasi di mana pun untuk terus bergerak membangun tradisi baca dan budaya literasi.  Untuk itu, literasi harus dilakukan secara kreatif dan disesuaikan dengan realitas sosial dan budaya di wilayah masing-masing. Maka untuk lebih inklusif, gerakan literasi harus libatkan semua pihak dan lakukan bersama-sama.

 

“Di Tegal, terminal bis pun ada  taman bacaan. Bahkan setiap desa ada taman bacaan. Karena membaca buku itu terbukti menjadikan manusia dan daerah lebih baik. Maka ubah cara pandang kita sebelum mengubah cara pandang masyarakat’ ujar M. Jumadi saat Bimtek Peningkatan Minat Baca tahun 2021 yang diselenggarakan Direktorat PMPK Kemdikbud RI hari ini (28/5) di Bekasi.

 

Dalam konteks itu pula, Direktorat PMPK Kemdikbud RI melakukan inisiasi program Kampung Literasi (KL) Tahun 2021”. Nantinya, KL dapat menjadi poros pengembangan literasi masyarakat, termasuk dalam meningkatkan kemampuan 6 literasi dasar, seperti: literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial serta budaya dan kewargaan. Program KL sebagai momentum untuk mengoptimalkan taman bacaan masyarakat (TBM) sebagai agen perubahan di masyarakat, di samping  sarana penguatan TBM untuk bisa berkiprah lebih optimal di masyaraat.

 


Dihadiri 80 pegiat literasi Indonesia dari 45 kabupaten/kota, bimtek program Kampung Literasi sangat memberi pencerahan untuk revitalisasi gerakan literasi di Indonesia. Selain Wakil Walikota Tegal, ikut pula jadi narasumber: 1) Johar Winarni, 2) Mulya dari Itjen Kemdikbud, Hendry Biro Umum, dan Kantor Pajak. Kampung Literasi yang dijalankan TBM nantinya menjadi bagian dari upaya mendorong dan memfasilitasi masyarakat dalam peningkatan kualitas SDM khususnya untuk pengembangan literasi masyarakat.

 

Maka poin penting dalam gerakan literasi adalah jangan berpikir sempit tentang literasi. Ada banyak hal yang dapat disinergikan melalui aktivitas literasi. Hanya untuk menggiatkan tradisi baca dan buaya literasi masyarakat. Lebih dari sekedar meningkatkan minat baca.

 

“Selain pegiat literasi harus terus bergerak. Mungkin saatnya dunia literasi mulai merangkul leader atau tokoh masyarakat untuk ikut peduli dan bersinergi. Literasi itu tidak hanya membangun fisik. Tapi juga membangun pikiran dan masa depan anak-anak serta masyarakat ke depan yang lebih literat” kata Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka Bogor sebagai peserta bimtek Kampung Literasi PMPK Kemendikbud. Salam literasi #KampungLiterasi #TamanBacaanMasyarakat #TamanBacaan



Bimtek Peningkatan Minat Baca, Kampung Literasi Jadi Program Unggulan Literasi Berbasis Kawasan

Sebagai bagian mengembangkan model pembelajaran non-formal yang komprehensif, Kemendikbud RI melalui Direktoran Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) siap menggelar program Kampung Literasi (KL)”. Program ini nantinya diharapkan dapat menjadi poros pengembangan literasi masyarakat yang tidak hanya meningkatkan keberaksaraan masyarakat, namun bisa mendorong tercapainya pengembangan 6 literasi dasar abad-21, yang meliputi literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial serta budaya dan kewargaan.

 

Pegiat literasi pun menyambut baik program KL sebagai momentum untuk mengoptimalkan taman bacaan masyarakat (TBM) sebagai agen perubahan yang straegis dan efektif dalam membentuk masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Antusiasame pegiat literasi tercermin dalam acara Bimbingan Teknis Penerima Dana Bantuan Peningkatan Minat Baca Tahun 2021 pada 27 – 29 Mei 2021 di Bekasi.

 

Dibuka oleh Dr. Samto, Direktur PMPK Kemendikbud dan 80 pegiat literasi Indonesia dari 45 kabupaten/kota, program Kampung Literasi  bertujuan untuk membangun komunitas literasi berbasis kawasan/wilayah, di sampung menyediakan fasilitas layanan informasi dan layanan kegiatan pustaka berupa buku bacaan dan non-buku yang disediakan di TBM, pojok baca atau sejenisnya. Poin besarnya, Kampung Literasi dipacu untuk mengembangkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mengacu pada 6 (enam) literasi dasar abad 21.

 

Pada diskusi panel, Dr. Cecep Suryana, M.M. (Koordinator Fungsi Keaksaraan PMPK) didampingi Dr. Untung, M.Pd. menegaskan Kampung Literasi yang dikelola TBM dan penguatan SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) menjadi bagian dari upaya mendorong dan memfasilitasi masyarakat dalam peningkatan kualitas SDM khususnya untuk pengembangan literasi masyarakat.

 


Harus diakui, di tengah pandemi Covid-19, taman bacaan masyarakat memiliki peran penting dalam memelihara tradisi baca dan belajar anak-anak. Karea itu, melalui Kampung Literasi, taman bacaan diharapkan mampu menjadi inisiator program pemberdayaaan masyarakat yang lebih luas lagi dan berdaya guna. Sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang literat, di samping meningkatkan kualitas keaksaraan masyarakat yang lebih inklusif.

 

Bimtek peningkatan minat baca tahun 2021 ini pun dihadiri mitra PMKP dan Pengurus Forum TBM Indonesia. Melalui program Kampung Literasi, penyelenggara TBM Mandiri dan TBM di Satuan Pendidikan NonFormal (PKBM/SKB) pun mengusulkan bantuan pemerintah dalam menyelenggarakan aktivitas KL, di samping menilai kelayakan dan menentukan calon penerima bantuan KL. Agar geliat minat baca lebih berbasis inklusi sosial. #KampungLiterasi #TamanBacaanMasyarakat #TamanBacaan



Rabu, 26 Mei 2021

Obrolan Literasi Antara Kakek dan Tiga Cucunya

Pertemuan kakek dengan cucu-cucunya di momen Idul Fitri mungkin sudah biasa. Bahkan bukan hanya di lebaran pun lazim terjadi. Tapi apa yang dibicarakan antara kakek dan cucunya, itulah yang jarang dituliskan orang. Lalu apa yang dibicarakan seiarang kakek berusia 76 tahun saat berjumpa dengan ketiga cucunya. Menarik untuk disimak.

 

Sang cucu yang dulu masih kecil, kini beranjak dewasa dan sudah bekerja. Lalu bertanya, “Kek, kenapa sih kita harus hidup sederhana?”

 

Sang Kakek pun tersenyum. Lalu dengan suara parau menjelaskan. Begini cucuku. Sederhana itu sikap, bukan keadaan. Maka siapapun boleh kok bekerja keras untuk jadi kaya. Boleh kok hidup mewah. Punya ini, punya itu. Asal tetap bersikap sederhana. Nafsu meraih kekayaan dan kemewahan itu seringkali diikuti denfan cara yang salah untuk mendapatkannya. Jadi cucuku, tidak ada yang salah bila apa yang kamu peroleh hari ini itu sesuai kemampuanmu. Tapi sangat salah bila diraih dengan cara yang tidak baik.

 

“Kenapa begitu Kek?” tanya sang cucu penasaran.

Iya, pasti semua orang ingin hidup serba ada, serba berkecukupan tanpa kekurangan.

Ingin banyak harta, ingin banyak ilmu, ingin punya jabatan. Bahkan ingin banyak temaa. Atau berpengaruh kepada lingkungan atau orang banyak. Itu sah-sah saja bila mampu melakukannya.

 

Tapi itu semua sangat salah dan tidak ada guna. Bila keinginan itu diraih dengan cara mengganggu kenyamanan orang lain atau menyakitinya. Apalagi harus memfitnah dan ngin menyingkirkan orang lain. Hari ini banyak orang sudah lupa, apa arti menekan, mengancam, menakuti orang lain? Berkata-kata seolah-olah benar. Tapi bertabur kebencian, bahkan kemunafikan di belakangnya.

 

Istilahnya, apapun berani dilakukan. Asal obsesinya tercapai, asal tujuan hidupnya terpenuhi. Itulah orang-orang yang lupa akan Tuhannya. Seolah dia hidup tidak akan mati. Maka cucuku, berhati-hatilah di zaman sekarang. Karena banyak yang salah mengaku benar. Tapi jelas ada yang benar tapi disalahkan beramai-ramai.


 

“Jadi, gimana seharusnya hidup kita kek?” tanya si cucu lagi.

Begini cucuku. Kata Kanjeng Sunan Kalijaga, “Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman." Itu artinya, jangan terkukung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan, dan kepuasan duniawi semata. Karena hidup bukan hanya tentang memiliki harta, jabatan atau pangkat. Agar dipuji dan disegani orang lain. Bukan pula tentang kekayaan sebagai tolak ukur tingginya martabat diri.

Semua itu hanya soal kepuasan duniawi. Lalu kita lupa. Bahwa kita punya jiwa dan hati nurani yang mungkun terasa berat menyangga harta, pangkat dan kepuasan duniawi itu.

 

Hati-hati cucuku. Di depan mata kita hari ini, itu semua hanya nafsu yang menikmatinya. Maka jangan libatkan hati nurani hingga ternodai pula.

 

Sudah ya cucuku. Segitu saja. Tetaplah kalian hidup untuk selalu merasa cukup, banyak bersyukur terhadap apa yang didapat. Silakan hidup berlebih, silakan raih apa yang bisa kamu raih. Asalkan baik dan benar cara mendapatkannya.

 

Dan setelah Kakek cerita begini. Jangan hanya bilang paham tapi praktikkan ya cucuku. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi #Tamanbacaan #KampanyeLiterasi

Selasa, 25 Mei 2021

Anak Harusnya Membaca Buku atau Candu Gawai?

Maunya orang dewasa untuk anak-anak. Agar membaca buku bisa hidup berdampingan dengan gawai. Itu sangat ideal. Tapi nyatanya seperti apa? Lebih banyak mana, anak yang membaca buku atau candu gawai?

 

Sekarang sudah eranya digital. Anak-anak pun tergempur candu gawai. Itu fakta yang sulit dibantah. Di Indonesia, jutaan anak malah pandai memainkan gawai alias ponsel pintar. Uswitch.com melansir hasil penelitian bahwa “lebih dari seperempat anak-anak di seluruh dunia memiliki akses ponsel genggam sebelum usia 8 tahun”. Kemendikbud dalam survei bertajuk Indonesia Millennial Report 2019 menyebut 94,4% milenial Indonesia pun telah terkoneksi dengan internet.

 

Lalu, bagaimana dengan tempat membaca buku? Silakan cek, di kampung-kampung. Apakah ada fasilitas untuk membaca buku untuk anak-anak? Entah itu taman bacaan, perpustakaan, atau pojok baca. Asal tahu saja, di kampung-kampung itu, perpustakaan sekolah saja tidak ada. Bila ada pun, sama sekali tidak dirawat bahkan buku-bukunya sudah usang. Sementara sekolah di kota-kota besar, ada banyak pojok-pojok baca yang diciptakan. Hanya untuk estetika, sekadar pemandangan indah di kawasan sekolah.

 

Apa kita harus bangga dengan anak-anak yang jago bermain gawai?

Sama sekali tidak. Anak-anak yang addicted atau kecanduan gawai tidak bisa dibanggakan. Sama seperti orang tua yang kerjanya main gawai. Tapi hebatnya,  justru hari ini tidak sedikit orang tua yang bangga bila mampu membelikan ponsel pintar untuk anaknya. Alasannya, agar anak-anaknya tidak menangis atau biar melek teknologi. Sementara si anak, hari-harinya makin asyik main gim online. Kian gencar eksis di media sosial. Atau chat tentang gaya hidup bersama teman-temannya. Apa yang terjadi? Datanya, rumah sakit di Indonesia hari ini. Ada 25% dari total pasien anak akibat kecanduan gawai. Butuh konsultasi dan berobat. Itulah kondisi anak-anak yang akrab dengan gawai, bukan buku bacaan.

 

Katanya, membaca itu hak semua anak, di kota atau di kampung. Kaya atau miskin; tanpa terkecuali. Tapi sayangnya, tidak semua anak punya akses untuk membaca buku. Anehnya, angka partisipasi pendidikan anak usia sekolah di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya. Tapi di sisi lain, masih ada jutaan anak yang mengalami putus sekolah. Menurut Bappenas (2019), total jumlah anak putus sekolah di 34 provinsi mencapai 4,3 juta anak. Ini belum ditambah putus sekolah akibat pandemi Covid-19 yan terus meningkat.

 

Kenapa bisa putus sekolah? Ada 2 sebab, yaitu 1) kemiskinan dan 2) pernikahan dini. Alasan yang klasik. Karena miskin maka tidak ada biaya untuk sekolah. Atau daripada sekolah lebih baik dinikahkan. Mau sampai kapan, realitas itu menghantui anak-anak Indonesia?

 


Dari baca buku ke candu gawai.

Sangat jelas, membaca buku adalah “musuh” dari anak yang putus sekolah. Musuh dari anak-anak kecanduan gawai. Maka tidak ada alasan, taman bacaan atau pegiat literasi di manapun. Selain terus berkampanye dan menebarkan virus membaca buku di kalangan anak-anak usia sekolah. Menjadikan mebaca buku atau taman bacaan sebagai alat “perlawanan” terhadap gaya hidup anak-anak yang tidak produktif. Candu gawai atau gim online.

  

Itulah yang dilakukan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Kini ada 170 anak usia sekolah dari keluarga miskin yang tercatat sebagai pembaca aktif. Agar mereka “terbebas” dari ancaman putus sekolah. Taman bacaan hanya salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mendekatkan anak-anak dengan buku bacaan. Memberi kemudahan akses menyentuh buku bacaan. Agar tidak ada lagi anak putus sekolah, di samping memperkecil porsi anak-anak bermain gawai alias ponsel pintar.

 

Kini saatnya orang dewasa peduli. Terhadap aktivitas membaca anak-anak. Apalagi di kampung-kampung. Sudah terlalu lama anak-anak “tidak mampu menikmati” indahnya membaca buku. Akibat aksesnya terbatas, buku-bukunya langka. Baca buku agar mereka bisa menatap masa depan lebih optimis, bukan pesimis.

 

Membaca buku, sejatinya dapat mencairkan lautan kebekuan kemiskinan dan kebodohan yang tidak berujung. Dan jangan bilang cinta pada anak, bila tidak mengajak mereka untuk membaca buku. Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen



Minggu, 23 Mei 2021

Taman Bacaan Lentera Pustaka Menggeliat Pasca Lebaran, Dari Halal Bihalal Hingga Donasi Buku

Sepuluh hari setelah Idul Fitri 1442 H, aktivitas di taman bacaan mulai menggeliat. Tak terkecuali TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor yang menggelar Halal Bihalal, laboratorium baca, dan menerima donasi buku pada hari ini (23/5/2021) sebagai ikhtiar meningkatkan tradisi baca anak-anak usia sekolah di tengah pendemi Covid-19.

 

Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka dalam sambutannya saat halal bihalal menegaskan pentingnya pengakuan terhadap kekurangan diri sebagai manusia dan bersedia untuk saling memaafkan di momen idul fitri. Agar semuanya Kembali ke titik “nol” dan memulai kemvali aktivitas yang baik dan positif di masa datang, termasuk untuk membaca buku di taman bacaan.

 

Selain itu, TBM Lentera Pustaka pun menyediakan “jajanan kampung gratis” kepada 100 anak pembaca aktif yang hadir dalam halal bihalal. Lalu dilanjutkan dengan aktivitas belajar Gerakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) yang diikuti 6 warga belajar sebagai upaya pemberantasan buta huruf bagi kaum ibu. Dihadiri lengkap oleh para wali baca dan relawan (Susi, Ayi, Ilham, Gina, Salwa, Dilla, Zia, Zikra, Kayla), TBM Lentera Pustaka berkomitmen untuk terus memperkuat tradisi baca anak-anak secara lebih optimal pasca lebaran.

 


Dalam kesempatan ini, TBM Lentera Pustaka pun menerima kedatangan Dr. Ismarita (Wakil Rektor 1 STBA LIA) yang datang khusus untuk menyerahkan donasi buku dan pakaian layak pakai sebagai wujud kepedulian sosial ke taman bacaan. Sebelumya, SisBudiyarso dari Bintaro Jakarta pun mengirimkan 2 boks donasi buku. Agar anak-anak TBM Lentera Pustaka lebih semangat dalam membaca buku, di samping dapat menatap masa depan secara lebih optimis. Di saat yang sama hari ini, TBM Lentera Pustaka pun menerima mahasiswa IPB yang akan melakukan KKN-Tematik pada Juni-Agustus 2021 sebagai realisasi kontriusi nyata mahasiswa kepada masyarakat di kampung.

 

Sebagai taman bacaan resmi satu-satunya di Kec. Tamansari Kab. Bogor, TBM Lentera Pustaka saat ini memiliki 8 program yang terdiri dari: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 170 anak pembaca aktif usia sekolah, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar buta hurif, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) yang diikuti 11 anak balita, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 16 anak yang mendapat santunan bulanan dan beasiswa, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 7 lansia yang disantuni, 6) DONBUK (DONasi BUKu), 7) RABU (RAjin MenaBUng) sebagai bagian literasi finansial, dan 8) KOPERASI LENTERA sebagai upaya untuk mengatasi rentenir dan menjauhkan warga dari beban utang berbunga tinggi. Hal ini sekaligus menegaskan pentingnya peran taman bacaan sebagai sentra pemberdayaan masyarakat, baik aktivitas literasi maupun pemberdayaan ekonomi.

 

Dengan menerapkan prorokol kesehatan di tengah pandemic Covid-19, geliat taman bacaan harus terus ditegakkan sebagai upaya mendekatkan anak-anak dengan buku bacaan dan mengimbangi laju era digital seperti gawai yang kian menggempur keseharian anak-anak. Karena aktivitas literasi, sejatinya dijalankan untuk membangun masyarakt yang literat, yang mampu memahami realitas kehidupan secara bijak. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi