Innaalillaahi
wa innaa ilaihi roojiuun. Hari ini, 24 Juli 2022, telah berpulang ke
rahmatullah guru saya yang terhormat, Bapak Drs. H. Soenarko, mantan Kajur Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FPBS IKIP Jakarta (kini: FBS UNJ) di tahun
1990-an. Beliau memang sudah terbaring sakit cukup lama. Kepergian beliau
menyusul guru saya lainnya yang telah mendahului pula, Ibu Hj. Zulfahnur Zakaria pada 20 Juni 2021 di RS Persahabatan
Jakarta. Untuk almarhum Pak Soenarko dan almarhumah Ibu Zulfahnur, teriring doa
semoga
Allah SWT menerima semua amalnya, mengampuni dosanya dan mendapat tempat
terbaik di sisi-Nya, amiin.
Selamat
jalan Pak Narko dan Ibu Zulfah, begitu saya memanggilnya.
Sengaja
saya menuliskan ini, in memoriam Pak Soenarko dan Ibu Zulfahnur. Mengenang
sosok sang guru di masa kuliah. Karena buat saya, beliau-beliau adalah guru
sekaligus orang tua yang saya hormati. Saat saya kuliah di PBSI FPBS IKIP
Jakarta, Pak Narko adalah ketua jurusan dan Ibu Zulfah sebagai sekretaris jurusan
(1989-1992). Setelah itu, Ibu Zulfah menjabat ketua jurusan di era 1992-1994-an
saat saya menyelesaikan studi S-1. Jadi di masa itu, Pak Narko dan Ibu Zulfah
adalah guru yang spesial buat saya. Karena tanpa tanda tangan beliau berdua,
apalah arti KRS (Kartu Rencana Studi) mahasiswa di setiap semester-nya.
Pak
Narko, dari sosok beliau saya belajar tentang kesederhanaan. Sebagai Kajur,
beliau berkantor di Lt. 2 Gedung D Kampus IKIP Rawamangun (mungkin gedungnya
sudah tidak ada sekarang). Kajur yang sederhana dan kalem. Bicara secukupnya
saja. Berkemeja lengan pendek, beliau sering memanggil saya untuk berkoordinasi
terkait kegiatan kemahasiswaan di PBSI. Kebetulan di era beliau pula, saya menjadi
ketua HIMA (Himpunan Mahasiswa) jurusan PBSI. Mengajar mata kuliah Linguistik
Umum, Pak Narko memang dikenal sosok dosen yang bersahaja lagi ramah. Sikap
ramah yang paling kentara, bila beliau ingin pulang di sore hari, saat melewati
mahasiswa yang nongkrong di depan pintu Gedung D selalu berucap, “ayo pulang ..”.
Sambil bergegas menuju mobilnya carry warna biru muda yang terparkir di depan.
Seingat
saya, Pak Narko juga pernah mengikuti perjalanan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ke
Universitas Mataram di Lombok dan ke IKIP Surabaya dan IKIP Malang (kala itu).
Ngobrol sepanjang perjalanan di dalam bus, semakin terlihat sikap sederhana dan
kelembutan beliau sebagai seorang ayah. Sayangnya setelah lulus kuliah, saya
tidak lagi mendapat update terkait beliau. Kapan pensiun dan bagaimana
keadaannya. Hingga suatu kali di tahun 2014, ada kabar beliau mengalami stroke.
Dan bersyukur saya bersama Ibu Zulfah, Ibu Sabarti, Pak Bustaman, Ibu Sinto dan
Ibu Lia sempat menjenguk ke rumahnya di daerah Jatinegara. Beliau terkulai di
tempat tidur, kami pun berdialog untuk menyemangati beliau sambil tetap berdoa
untuk kesembuhannya. Tapi apa mau dikata, Allah SWT telah memilihkan jalan
terbaik untuk Pak Narko. Pada Minggu, 24
Juli 2022 ini, beliau telah berpulang ke rahmatullah. Guru yang saya hormati dan
tempat belajar tentang kesederhanaan yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.
Begitu
pula sosok Ibu Zulfah. Saya mengenal beliau saat masih jadi sekjur PBSI lalu
jadi Kajur PBSI saat Gedung kuliah berpindah ke Unit 3 di belakang. Beliau mengajar
Teori Sastra dan Kajian Prosa Fiksi. Dari Ibu Zulfah, saya merasakan aroma keibuan
yang kental pada pribadinya. Selalu bertegur sapa sambil bertanya tentang
keadaan mahasiswa. Bahkan tidak jarang beliau pun memberi nasihat. Pernah suatu
pagi pukul 06.00 WIB, maklum karena saya dan sahabat saya Alm Eman Sulaeman memang
tinggal dan menginap di kampus (tepatnya di Ruang Senat Mahasiswa FPBS) seusai
mandi di lantai bawah berpapasan dengan Ibu Zulfah (yang selalu datang pagi
banget dengan mobil sedan berwrana merah maroon). Langsung beliau menegur dan menasihati,
katanya, “Kalau mandi harus sudah beres sebelum Ibu datang ya…”. Saking malu dan
patuh, saya pun menjawab lantang, “Iyaa Bu, maaf”.
Saat
saya lulus kuliah tahun 1994, Ibu Zulfah seingat saya masih menjadi Kajur PBSI.
Lagi-lagi sayang, setelah lulus kuliah pun saya tidak mendapat lagi update
beliau. Namun sejak IKA BINDO (Ikatan Alumni Pendidikann Bahasa dan Sastra
Indoensia) FBS UNJ terbentuk di tahun 2009, Ibu Zulfah tergolong rajin hadir bila
ada acara IKA BINDO. Mulai dari OBSOR (Obrolan Sore), Reuni, dan Halal Bihalal.
Bahkan hingga tahun 2020 lalu pun, kontak dan silaturahim dengan Ibu Zulfah
tetap berlangsung. Termasuk saat menjenguk Pak Narko ke rumahnya. Tapi apa mau
dikata, bak petir di siang bolong, tiba-tiba pada 20 Juni 2021, saya pun mendapat kabar Ibu Zulfa
wafat. Dari sosok Ibu Zulfah, saya belajar tentang sikap keibuan yang tulus dan
selalu rajin bertegur sapa walau sekadar menanyakan keadaan.
In Memoriam Pak Soenarko dan Ibu Zulfahnur,
dengan tegas saya ingin menyatakan beliau berdua adalah orang-orang yang baik.
Sosok guru yang sangat dihormati dan sangat mengayomi mahasiswanya. Pak Narko
dan Ibu Zulfah adalah bagian dari saksi perjalanan masa kuliah saya di IKIP
Jakarta (UNJ). Dari keduanya, saya bukan hanya mendapat ilmu. Tapi belajar
tentang “kehormatan adalah jalan dua arah; siapa pun yang ingin mendapatkannya
maka harus memberikannya”. Selamat jalan Pak Narko dan Ibu Zulfah.
Sekali lagi, in momeriam Pak Narko dan Ibu Zulfah ini saya buat. Bila suatu
kali saya ditanya anak, tentang diapa guru saya saat kuliah? Maka saya akan
sebutkan diantaranya adlaah Pak Narko dan Ibu Zulfa dan tinggal saya search di “mbah
google” sebagai rekam jejak tulisan seorang murid untuk mengenang gurunya.
Tentu, kawan-kawan saya di era 90-an, baik adik kelas maupun kakak kelas
punya kenangan tersendiri dengan Pak Narko dan Ibu Zulfah. Tulisan ini hanya
pemantik untuk sedikti mengenang guru-guru kita yang bergitu berjasa di masa
belajar, di masa kuliah. Untuk itu, para alumni dan siapa pun yang membaca
tulisan ini, mari kita kirimkan doa dan surat Al Fatihah untuk Alm Pak Soenarko
dan Alhm Ibu Zulfahnur. Agar ilmu yang telah beliau ajarkan menjadi amal ibadah
dan segala kesalahannya diampuni Allah SWT. Teriring doa agar beliau berdua
mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.
Beginilah cara sederhana, seoarang murid menghormati gurunya. Menuliskan
tentang kebaikan sang guru di masa-masa belajar dengannya. Maka saya bersaksi,
bahwa Alm Pak Soenarko dan Almh Ibu Zulfahnur adalah orang baik. Dengan penuh
ikhlas, saya berucap “Selamat Jalan Pak Narko dan Ibu Zulfah, kami bersyukur
pernah menjadi murid Bapak dan Ibu. Hanya Allah SWT yang akan membalas kebaikan
Pak Narko dan Ibu Zulfah”. Alfatihah … #IKABINDOUNJ #SelamatJalanPakNarko
#SelamatJalanIbuZulfah