Dikarenakan rumahnya sedang direnovasi, suatu kali saudara saya menitipkan ikan koi seakuarium. Ikan koi yang mahal-mahal katanya, karena dia hobi ikan koi. Maka ikan-ikan koi itu pun dititipkan di rumah saya. “Jangan lupa kasih makan tiap pagi dan sore” katanya.
Maka tiap pagi dan sore
sepulang kerja, saya pun memberi makanan ikan-ikan koi itu. Mengatur temperatur
panas, sinar dan deras air. Kadang sesekali menguras akuarium sesuai info
saudara saya. Semua itu saya lakukan selama kurang lebih tiga bulan, sejak ikan-ikan
koi itu dititipkan. Tadinya tidak tahu merawat ikan koi, akhirnya jadi tahu.
Menyenangkan juga sih.
Hingga suatu hari, akhirnya
renovasi rumah saudara saya pun selesai. Dia menghubungi saya untuk mengambil
ikan-ikan koi yang dititipkan. Esok harinya pun betul, dia datang dan membawa
kembali ikan koi dan akuarium yang dititipkan tiga bulan lamanya. Saya pun ada
rasa kehilangan yang menyusup ke dalam hatim Maklum, sudah terbiasa merawat
ikan koi selama tiga bulan.
Setelah ikan koi diambil dari
rumah saya, sejak itu tidak ada lagi aktivitas memberi makanan ikan koi tiap
pagi dan sore. Tidak ada lagi pandangan akuarium, dan tidak pula ada menguras
akuarium. Karena ikan-ikan koi itu punya saudara saya. Hanya dititipi selama
tiga bulan, untuk dirawat dan dijaga. Dan saudara saya sebagai pemiliknya, dia
bebas mau mengambilnya kapan saja.
Begitulah hidup di dunia.
Hikmahnya, mau sesenang apapun kita, ternyata semuanya hanya titipan Allah SWT.
Segala yang kita miliki: pekerjaan, rumah, harta, mobil, motor, taman bacaan,
anak dan pasangan sekalipun sejatinya hanya titipan. Itu semua milik Allah. Dan
sebagai yang dititipi, tugas kita adalah menjaga dan merawatnya. Ketika Sang
Pemilik ingin mengambilnya maka kita pun harus ikhlas menyerahkannya kembali.
Kepada sang pemilik. Begitulah hidup di dunia ini.
Maka pantas Baginda Nabi
Muhammad SAW sangat khawatir saat masih memiliki uang 7 dinar di tengah sakit
dan menjelang ajalnya. Takut bila meninggal dunia, uang tersebut masih di
tangannya. Maka Nabi SAW pun menyuruh menyedekahkan seluruh uangnya kepada fakir
miskin. Bukti, bahwa semua hanya titipan.
Ada baiknya siapapun, untuk
tidak merasa memiliki segalanya selagi masih di dunia. Jangan pernah
menyombongkan apapun yang dipunya. Karena semua itu hanya titipan, seperti ikan
koi yang dititipkan ke saya. Sungguh, mencoba menjadi pemilik atas apa yang Allah
titipkan kepada kita hanya akan membuat hidup kita menderita. Setiap hari
dihantui rasa khawatir takut kehilangan. Bahkan semakin sakit bila kehilangan
benar-benar dialami. Ternyata, apapun dan semuanya hanya titipan.
Mumpung masih ada waktu.
Perbaiki niat dan baguskan ikhtiar ke depan. Bahwa dunia hanya titipan.
Manfaatkanlah sebagian dari harta yang ada untuk kebaikan, sebelum kita menjadi
miskin. Saat Allah memberi tambahan nikmat dan rezeki, jangan tingkatkan standar
dan gaya hidup. Tapi justru tingkatkan standar sedekah kita. Begitulah
seharusnya.
Memang benar, kita harus
lebih hati-hati. Ternyata uang dan waktu bedanya tipis. Soal uang, kita selalu
tahu berapa yang tersisa. Tapi soal waktu, kita tidak pernah tahu berapa lama
yang tersisa? Jadilah literat! Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar