Mendirikan taman
bacaan atau rumah baca, di mana pun, memang tidak mudah. Harus cukup mental dan
punya sikap yang jelas. Ibarat kata, mendirikan taman bacaan bagi saya, persis
seperti membuka warung. Harus jelas apa yang mau dijual, siapa sasaran
pembelinya? Dan yang penting, apa tujuannya? Bila gagal menjawabnya, maka taman
bacaan itu akan “punah” di tengah jalan.
Taman bacaan pun tidak bisa didirikan hanya berdasar
idealisme pendirinya. Ingin membangun minat baca. Atau hanya ingin ikut-ikutan
bergerak di dunia literasi atau taman bacaan. Pasti akan sulit dalam
perjalanannya. Karena faktanya, tidak sedikit taman bacaan yang berada di “lingkungan
yang salah”, tidak ada anak-anak yang membaca. Hingga akhirnya, taman bacaan
hanya sekadar nama. Tanpa jadwal yang jelas, aktivitas pun jadi seadanya.
Terserah si pendirinya, mau dibuka atau tidak. Lalu, membangun diskusi dan
seminar tentang literasi dan taman bacaan di luar sana. Jadilah, taman bacaan
yang “jauh panggang dari apa”. Taman
bacaannya ke mana, tujuannya ke mana pula?
Taman bacaan itu sifatnya sosial. Maka ada 2
(dua) hal penting yang harus ada di taman bacaan. Yaitu 1) kreativitas dan 2) kolaborasi
dengan berbagai pihak. Tanpa kreativitas, taman bacaan jadi kosong dan monoton.
Tanpa kolaborasi, taman bacaan pun akan “kelelahan” di tengah jalan. Karena
itu, taman bacaan harus melibatkan banyak pihak. Mulai dari anak-anak dan orang
tua, aparatur masyarakat di level kampung, relawan, komunitas sosial, dan korporasi
untuk ber-CSR. Siapapun mereka, apapun bentuk keterlibatannya, dan sekecil apapun
kontribusinya harus terlibat. Bila tidak, maka taman bacaan pun akan “hidup
segan mati tak mau”.
Itulah simpulan sementara
saya berdasarkan pengalaman mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera
Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Taman bacaan yang saya dirikan dengan cara
saya sendiri. Tempatnay di rumah saya dan program-nya pun saya rancang sendiri.
Alhasil, pengalamam dan praktik baik mengelola taman bacaan itu sudah saya
tuangkan ke dalam buku-44 saya berjudul “Membangun Budaya Literasi dan Taman
Bacaan Berbasis Edukasi dan Hiburan – TBM Edutainment” terbitan Footnote Press
tahun 2022, ISBN 978-623-99780-5-1 (271 halaman) (Peluncuran Buku Membangun Budaya
Literasi dan Taman Bacaan Berbasis Edukasi dan Hiburan - Peristiwa -
www.indonesiana.id)
TBM Edutainment,
adalah sebuah model pengembangan dan tata kelola taman bacaan yang kini sedang
saya tulis sebagai disertasi untuk meraih gelar "Doktor Manajemen
Pendidikan" di S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak)
Bogor. Dari sisi kreativitas, TBM Lentera Pustaka mengembangkan salam literasi,
doa literasi, senam literasi, laboratorium baca tiap Minggu, event bulanan dengan
mendatangkan "tamu dari luar", dan jajanan kampung gratis. Agar taman
bacaan tidak membosankan dan bukan hanya tempat membaca buku. Dari sisi kolaborasi,
TBM Lentera Pustaka juga melibatkan korporasi dan komunitas untuk berkiprah
nyata dalam gerakan literasi. Seperti di tahun 2023 ini melibatkan 1) Bank
Sinarmas, 2) Asosiasi DPLK, dan 3) AAI Perancis sebagai sponsor CSR yang ikut
membina TBM Lentera Pustaka, di samping melibatkan komunitas seperti BEM Faperta
IPB, komunitas motor, alumni UNJ, dan mahasiswa Unindra yang ikit berkiprah secara
rutin di taman bacaan. Kata kuncinya di TBM Edutainment, berbasis edukasi dan
hiburan selalu ada di TBM Lentera Pustaka.
Saat didirikan 6
tahun lalu, TBM Lentera Pustaka hanya punya 14 anak pembaca aktif. Tapi kini sudah
ada 130-an anak pembaca aktif. Awalnya
hanya menjalankan 1 program literasi
yaitu taman bacaan namun kini sudah mengelola 15 program literasi, yaitu 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 130 anak
pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya), 2) GEBERBURA
(GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas
PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14
anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo
BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak
difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan
rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin
menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat,
11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13)
MOBAKE (MOtor BAca KEliling), 14) Rooftop Baca, dan 15) Berantas Buta Aksara Al
Quran. Koleksi buku tadinya hanya 600 buku, kini mencapai lebih dari 10.000
buku bacaan. Dengan dukungan 5 wali baca dan 12 relawan, kini TBM Lentera
Pustaka beroperasi 6 hari dalam seminggu dan tidak kurang dari 200 orang menjadi
pengguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.
Sejauh ini, berbagai catatan prestasi pun sudah
ditorehkan TBM Lentera Pustaka dan mendapat apresiasi dari berbagai pihak,
seperti:
1. Terpilih
Ramadhan Heroes dari Tonight Show NET TV (Mei 2021)
2. Terpilih
1 dari 30 TBM di Indonesia sebagai penyelenggara program “Kampung Literasi”
dari Direktorat PMPK Kemdikbudristek RI dan Forum TBM (Juli 2021).
3. Terpilih
"31 Wonderful People tahun 2021" kategori pegiat literasi dan pendiri
taman bacaan dari Guardian Indonesia (September 2021)
4. Sosok
Inspiratif Spiritual Journey PT PLN (Oktober 2021)
5. Terpilih
sebagai “Jagoan 2021” dari RTV (Desember 2021).
6. Terpilih sebagai “Kampung Literasi” dalam
meningkatkan literasi masyarakat Kabupaten Bogor dari Dinas Arsip dan
Perpustakaan (DAP) Kab. Bogor (Oktober 2022).
Pada
tahun 2023 ini, TBM Lentera Pustaka pun mendapat hibah “motor pustaka” dari
Pustaka Bergerak Indonesia (PBI) yang didukung Ditjen Kebudayaan. Dana
Indonesiana, dan LPDP menyusul Revitalisasi kebun baca dari Bank Sinarmas dan CSR
event dari KrispyKreme Indonesia.
Secara
publikasi, TBM Lentera Pustaka pun sering dijadikan narasumber liputan literasi
dan taman bacaan dari berbagai media seperti: CNN TV, NET TV, Berita Satu TV,
RTV, Jawa Pos TV, DAAI TV, TV Parlemen, Republika, Kompas,com., Merdeka,com., BogorKita.com.,
di samping pendiri TBM Lentera Pustaka dikenal aktif menulis untuk gerakan
literasi dan taman bacaan.
Patut diketahui, spirit
TBM Lentera Pustaka bukanlah “membangun minat baca”. Tapi hanya “sediakan akses
bacaan” kepada anak-anak susia sekolah di kampung yang terancam putus sekolah
akibat kemiskinan. Lagi pula, minat baca sudah pasti bakal terjadi bila akses
bacaannya tersedia, Karena itu, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan program “motor
pustaka” atau “motor baca keliling” yang rutin keliling desa atau kampung
seminggu dua kali. Hanya untuk menyediakan akses bacaan. Saat di taman bacaan,
anak-anak pu tidak hanya membaca. Tapi bermain dan berinteraksi serta
dimotivasi oleh relawan. Agar taman bacaan jadi tempat yang “asyik dan
menyenangkan”. Karena selama ini, kelemahann terbesar dari taman bacaan adalah
gagal menjadi tempat yang asyik dan menyenangkan. Terlalu monoton dan
membosankan.
Taman bacaan di manapun
harus ciamik. Mantap dan bagus karena selalu aktif berkegiatan literasi, di
samping fokus mengurus taman bacaannya. Bukan sibuk ber-seremoni atau seminar
tentang literasi dan taman bacaan. Bagi TBM Lentera Pustaka, tidak ada teori
yang paling benar dalam ber-literasi atau taman bacaan. Taman bacaan, sejatinya
akan menemukan jalannya sendiri berdasr praktik baik yang dilakukannya sendiri.
Karena itu, siapapu yang aktif di taman bacaan harus “mengusir” jauh-jauh soal
kendala atau hambatan yang ada. Di samping memperbesar komitmen dan konsistensi
dalam mengurus taman bacaan secara sepenuh hati, bukan setengah hati.
Lalu, apakah saya sudah
puas dengan kondisi TBM Lentera Pustaka sekarang? Maaf, tidak ada kata puas di
taman bacaan atau saat berliterasi. Karena taman bacaan adalah “ladang amal”
sekaligus “legacy – warisan” untuk umat. Maka taman bacaan harus tetap dijaga
dan ditingkatkan eksistensinya. Agar mampu memberikan manfaat yang optimal
kepada pengguna layanannya. Sekalipun Desa Sukaluyu bukan tanah kelahiran saya,
tapi saya sudah menjadikan taman bacaan sebagai “jalan hidup pengabdian”. Insya
Allah hingga akhir hayat nanti. Agar jangan ada anak-anak yang putu sekolah,
jangan ada lagi kaum buta huruf di bumi Indonesia.
Maka, tetaplah
berkiprah di taman bacaan. Jangan mudah menyerah apalagi “baper” di taman
bacaan. Tapi juga jangan paling “sok tahu” dalam berliterasi. Cukup jalani dengan
sepenuh hati. Sekali lagi, tidak ada teori paling benar di taman bacaan. Perbaiki
saja niat, baguskan ikhtira, dan perbanyak doa. Insya Allah, taman bacaan di
mana pun akan indah
pada waktunya.
Karena "khairunnaas
anfauhum linnaass", sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
untuk orang lain. Agar taman bacaan dan literasi lebih ciamik ke depannya. Salam literasi #TamanBacaan
#PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka