Memaafkan memang hanya kata sederhana. Tapi sulit untuk dilakukan.
Apalagi bagi mereka yang bertabur rasa benci, iri, dan dengki dalam hidupnya. Kaum
pemarah dan pemilik sikap arogan. Sungguh, memaafkan itu tidak gampang. Sekalipun
terkadang, orang lain pun tidak tahu kesalahannya apa?
Memaafkan, sering dikatakan banyak orang. Lagi-lagi tidak
mudah untuk dilakukan. Karena membutuhkan hati yang seluas Samudra. Memaafkan harus
punya ketulusan hati untuk melakukannya. Berlapang hati. Tapi siapapun yang
mau memaafkan, pasti hidupnya sehat. Karena terhindar dari sifat-sifat
dendam dan benci. Terhindar dari penyakit mental yang dapat merusak dirinya.
Memaafkan berarti mengampuni kesalahan orang lain. Memberi maaf
berarti membebaskan orang lain dari hukuman atas
suatu kesalahan. Memaafkan bermanfaat
untuk menjaga hati lebih tenang dan lebih damai. Tanpa memendam amarah, benci,
dan dendam. Di samping dapat menjadi tanda seseorang jadi lebih bijak dan realistis.
Itulah kenapa saat Idul Fitri, kata-kata “mohon maaf lahir batin” begitu
dominan. Banyak orang memohon maaf lahir dan batin. Agar lebih sehat, lebih
tenang, dan damai.
Memberi
maaf, tentu bukan berarti kalah. Memaafkan justru sengaja mengalah. Sebagai cara
terbaik untuk membahagiakan orang lain. Tidak ada yang menang atau pun kalah.
Yang ada hanya memudahkan orang yang “terpisah” untuk bertegur sapa. Maka,
memaafkan harus dilakukan secara langsung dan face to face. Dari orang
yang memaafkan kepada orang yang mau dimaafkan.
Memaafkan,
sejatinya belajar. Belajar menerima walau tidak suka. Belajar untuk berpuas
hati meski tidak cukup. Belajar memahami walau tidak sehati. Dan belajar ikhlas
meski belum rela. Maka untuk mampu memaafkan butuh proses secara mental dan
pikiran. Butuh kelapangan hati yang luar biasa, di samping pikiran yang maha jernih.
Sama seperti melatih hati, perlu banyak ujian agar sabarnya meluas, syukurnya
melangit, dan maafnya mudah untuk diberi.
Maka
untuk yang sedang marah, beranilah memaafkan. Untuk memperbaiki hubungan meski
harus terlebih dahulu mengucap maaf dan mengulurkan tangan. Karena memaafkan hanya
butuh berani dan mau. Memang benar, dibutuhkan orang yang kuat untuk mengatakan
maaf, dan orang yang makin kuat untuk memaafkan.
Sebenarnya, memaafkan atau meminta
maaf tidak hanya saat Idul Fitri atau lebaran. Tapi bisa kapan saja, utamanya
saat sadar telah berbuat salah atau khilaf. Tapi momen Idul Fitri dianggap
lebih sakral, maka ucapan yang paling lazim adalah mohon maaf lahir batin.
Sejatinya,
memaafkan bukanlah melupakan tapi melepaskan rasa sakit. Memaafkan itu baik,
dan lebih baik lagi bisa saling memaafkan. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar