Idul fitri sudah, ramadan pun berlalu. Lalu, apa yang membekas dari momen spiritual yang sakral tersebut? Biasa-biasa saja dan normal kembali ya. Tidak ada yang berubah? Atau hanya sebatas seremoni belaka. Semoga tidak demikian ya.
Saatnya tadabbur. Untuk merenungkan
dengan seksama dan mendalam akan pentingnya momen idul fitri dan ramadan yang
telah lewat. Bertadabbur sebagai cara untuk melihat dampak idul fitri dan ibadah
ramadan serta hasil akhirnya seperti apa? Dengan tadabbur, makna idul fitri dan
ramadan jadi terang benderang. Sehingga mampu mengambil manfaat dan hikmah dari
lubuk hati yang paling dalam. Untuk selalu mempraktikkan kesucian lahir batin,
di samping sikap istikomah dari ibadah puasa. Untuk lebih mendekat kepada Allah
SWT. Tadabbur untuk menjadi lebih baik ke
depan.
Tadabbur seperti kisah Nabi Musa. Ketika si bayi Musa ditemukan oleh istri
Firaun, Allah SWT sudah mengatur agar Musa tidak ingin menyusu melainkan hanya
kepada ibunya. Allah SWT menyatakan: “dan Kami cegah baginya menyusui dari
perempuan lain sebelum itu” (Al Qashash: 12). Jadi. Allah SWT “mengharamkan”
semua ASI bagi Musa, dengan tujuan yang amat indah agar ia bisa kembali ke
ibunya. Begitu kira-kira?
Begitulah skenario Allah SWT untuk Musa. Saat
menahan suatu perkara penting baginya (untuk segera menyusu) dengan tujuan agar
ia mendapat susu yang lebih baik, yaitu dari ibunya sendiri.
Hikmahnya, cobaan itu memang seperti itu.
Terlalu mudah bagi Allah SWT untuk menahan atau mengambil sesuatu dari kita, dari
siapapun. Karena Allah sudah menyiapkan sesuatu yang lebih baik dari itu. Syaikh
Thanthawi dalam tafsirnya menyebut, “Jika Allah mengambil sesuatu darimu apa
yang tidak engkau sangka-sangka, maka ketahuilah Allah akan menggantinya dengan
sesuatu yang tidak engkau sangka-sangka pula”.
Allah Maha Besar!
Di antara nama Allah adalah Al-Hakim. Artinya,
tidak ada sedikitpun kesalahan dan luput dari ketentuannya. Al-Hakim yang Maha
Bijaksana dalam ketentuan dan ketetapan-Nya. Allah bisa menurunkan cobaan
berupa kehilangan atau musibah ataupun cobaan lainnya dari hal-hal yang tidak
kita sukai. Karena Allah tahu dan ingin dengan itu kita mendapat kebaikan di
masa yang akan datang. Cobalah ditadabburi. Mungkin, kita pernah mengalaminya.
Saat mendapat musibah yang tidak kita sukai, namun berujung sangat baik bagi
kita di kemudian hari.
Ber-tadabbur-lah. Lebarkan pandangan kita, luaskan perenungan kita. Agar paham, tentang ujian hidup orang lain yang lebih besar dari ujian kepada kita. Kesulitan orang lain yang jauh lebih sulit daripada kesulitan kita. Maka, cukupkan diri dengan tadabbur dan banyak-banyaklah bersyukur. Agar semakin meningkat keimanan kita, di samping mengajak kita untuk selalu menjadi diri sendiri dalam mengabdi kepada Allah SWT.
Tadabbur di taman bacaan, pun bisa terjadi. Untuk merenungkan, sebenarnya kita dari mana berasal dan mau ke mana menuju? Untuk selalu menebar kebaikan dan manfaat kepada orang lain. Melalui penyediaan akses bacaan kepada anak-anak dan masyarakat. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar