Coba deh dicermati. Bila Anda sedang membawa secangkir kopi, tiba-tiba ada orang lewat dan menabrak Anda. Atau tidak sengaja menyentuh lengan Anda. Hingga akhirnya, kopi pun tumpah di mana-mana, berceceran.
Pertanyaannya,
kenapa Anda menumpahkan kopi? Pasti Anda menjawab, karena ada orang yang
menabrak. Jawaban itu, jelas salah. Bukan karena ada yang menabrak. Tapi Anda
menumpahkan
kopi karena cangkir Anda berisi kopi. Seandainya cangkir Anda berisi teh, maka
Anda akan menumpahkan teh. Jadi, apapun yang ada di dalam cangkir, itulah yang
akan tumpah, keluar ke mana-mana.
Cangkir
itu ibarat pikiran. Wadah yang menampun isi pikiran. Ketika keadaan keadaan
tidak baik datang, ada yang menabrak dan mengguncang. Maka apapun yang ada di
dalam pikiran kita itulah yang akan keluar. Bila pikirannya baik, maka kata-kata
baik yang akan keluar. Tapi sebaliknya, bila pikirannya buruk maka kata-kata jahat
yang disajikan. Tergantung apa yang ada di pikiran, maka itulah yang ditumpahkan.
Lalu
sekarang, apa yang ada di dalam cangkir kita? Apalagi setelah di gembleng bulan
puasa untuk menahan diri. Bila ada sesuatu yang mengguncang hidup kita, apa yang
akan kita tumpahkan? Berdiam diri atau berkoar-kora kemana- mana hanya menyalahkan
orang lain?
Apa yang
mengisi cangkir kita, itulah pikiran kita. Rasa cinta atau benci, optimis atau
pesimis, damai atau permusuhan, kesabaran atau kemarahan, kebaikan atau keburukan,
Lembah lembut atau kasar, bersikap tenang atau gegabah. Penuh dendam, cacian
atau bahkan menghakimi orang lain tanpa ujung. Maka itulah yang akan keluar
dari pikiran dan mulut kita. Apapun dan semuanya, kita sendiri yang tentukan. Tergantung
cangkir kita, terserah pikiran kita.
Itulah
pentingnya momen bulan puasa. Untuk introspeksi diri - muhasabah diri. Agar
mampu mengisi cangkir kita dengan kebaikan, melatih pikiran untuk lebih
bersyukur dan sabar. Ketika sesuatu yang tidak baik menabrak dan mengguncang
kita. Maka sikap syukur dan sabar harus lebih dikedepankan. Agar yang keluar
dari pikiran dan mulut kata-kata yang lembut, bukan keluhan atau caci maki.
Mumpung di bulan puasa, jadilah pribadi yang dipenuhi kesabaran dan kesyukuran. Apapun yang terjadi tetapn sabar dan syukur. Bahwa apa yang terjadi dan dimiliki, memang pantas untuk kita. Jangan lagi jadi pribadi yang selalu menyalahkan orang lain atau faktor lain yang tidak baik. Tidak usah cari kambing hitam, lalu berkeluh-kesah dan mencaci maki orang lain. Untuk apa? Cukup perbaiki di saja, perbaiki cangkir kita, Tentang Apa yang seharusnya ada di dalam pikiran kita. Secangkir syukur itulah yang menjadi spirit di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka yang selalu komitmen dan konsisten ber-aktivitas di taman bacaan.
Ketahuilah,
apapun bisa terjadi pada diri kira bila diizinkan-Nya. Saat apapun yang
mengguncang kita bukan orang lain atau faktor dari luar yang menentukan
hari-hari kita. Tapi respon dan reaksi kitalah yang menentukan. Cangkir kita,
pikiran kita yang meresponnya.
Bersyukurlah atas apa yang kita miliki dan hiduplah dengan
penuh rasa syukur. Karena saat bersyukur,
pasti terasa kedamaian hati yang hakiki. Masih belum percaya, hidup itu indah bila kita mampu bersyukur atas segala hal.
Salam literasi #NgabubuRead #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar