Pertemuan kakek dengan cucu-cucunya di momen Idul Fitri mungkin sudah biasa. Bahkan bukan hanya di lebaran pun lazim terjadi. Tapi apa yang dibicarakan antara kakek dan cucunya, itulah yang jarang dituliskan orang. Lalu apa yang dibicarakan seiarang kakek berusia 76 tahun saat berjumpa dengan ketiga cucunya. Menarik untuk disimak.
Sang cucu yang dulu masih kecil, kini beranjak dewasa
dan sudah bekerja. Lalu bertanya, “Kek, kenapa sih kita harus hidup sederhana?”
Sang Kakek pun tersenyum. Lalu
dengan suara parau menjelaskan. Begini cucuku. Sederhana itu sikap, bukan
keadaan. Maka siapapun boleh kok bekerja keras untuk jadi kaya. Boleh kok hidup
mewah. Punya ini, punya itu. Asal tetap bersikap sederhana. Nafsu meraih kekayaan
dan kemewahan itu seringkali diikuti denfan cara yang salah untuk mendapatkannya. Jadi cucuku, tidak ada yang salah
bila apa yang kamu peroleh hari ini itu sesuai kemampuanmu. Tapi
sangat salah bila diraih dengan cara yang tidak baik.
“Kenapa begitu Kek?” tanya sang cucu penasaran.
Iya, pasti semua orang ingin hidup serba ada, serba berkecukupan
tanpa kekurangan.
Ingin banyak harta, ingin banyak ilmu, ingin punya jabatan. Bahkan ingin banyak temaa. Atau berpengaruh kepada lingkungan atau orang banyak.
Itu sah-sah saja bila mampu melakukannya.
Tapi itu semua sangat salah dan
tidak ada guna. Bila keinginan itu diraih dengan cara mengganggu kenyamanan
orang lain atau menyakitinya. Apalagi harus memfitnah dan ngin menyingkirkan orang
lain. Hari ini banyak orang sudah lupa, apa arti menekan, mengancam, menakuti
orang lain? Berkata-kata seolah-olah benar. Tapi bertabur kebencian, bahkan
kemunafikan di belakangnya.
Istilahnya, apapun berani dilakukan. Asal obsesinya
tercapai, asal tujuan hidupnya terpenuhi. Itulah orang-orang yang lupa akan
Tuhannya. Seolah dia hidup tidak akan mati. Maka cucuku, berhati-hatilah di
zaman sekarang. Karena banyak yang salah mengaku benar. Tapi jelas ada yang
benar tapi disalahkan beramai-ramai.
“Jadi, gimana seharusnya hidup kita kek?” tanya si
cucu lagi.
Begini cucuku. Kata Kanjeng Sunan Kalijaga, “Aja ketungkul marang kalungguhan,
kadonyan, lan kemareman." Itu artinya, jangan terkukung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan, dan
kepuasan duniawi semata. Karena
hidup bukan hanya tentang memiliki harta, jabatan
atau pangkat. Agar dipuji dan disegani orang
lain. Bukan pula tentang kekayaan sebagai tolak ukur tingginya martabat diri.
Semua itu hanya soal kepuasan duniawi. Lalu kita lupa. Bahwa kita punya jiwa dan hati nurani yang mungkun terasa berat menyangga harta,
pangkat dan kepuasan duniawi itu.
Hati-hati cucuku. Di depan mata kita hari ini, itu
semua hanya nafsu yang menikmatinya.
Maka jangan libatkan hati nurani hingga ternodai pula.
Sudah ya cucuku. Segitu saja. Tetaplah
kalian hidup untuk selalu merasa cukup, banyak bersyukur terhadap apa yang didapat. Silakan hidup berlebih, silakan raih apa yang bisa kamu raih. Asalkan baik dan benar cara mendapatkannya.
Dan setelah Kakek cerita begini.
Jangan hanya bilang paham tapi praktikkan ya cucuku. Salam
literasi #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi #Tamanbacaan #KampanyeLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar