Tanggal 1 Juni diperingati Hari lahir Pancasila. Sebuah peringatan terhadap pedoman Indonesia dalam berbangsa dan bernegara dirumuskan. Lahirnya lima dasar negara sebagai nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi karakter bangsa dan senantiasa dijunjung tinggi. Bangsa Indonesia yang ber-ketuhanan, berperi-kemanusiaan, menjaga persatuan, mengusung musyarakat dan mufakat dalam demokrasi, dan ber-keadilan. Dan dibungkus dalam slogan “sekalipun berbeda-beda tetap satu jua”.
Lalu, apa hikmah di Hari Lahir Pancasila?
Di mata saya, sederhana saja. Mungkin bangsa Indonesia, siapa
pun, perlu “lebih banyak berbuat dan bersikap tenang, jangan banyak gaduh yang
tidak produktif”. Musisi dan pemain band jadi komisaris saja gaduh. Pegawai KPK
gaduh. Apa saja dibuat gaduh tapi tanpa solusi. Bangsa Indonesia harusnya lebih
bersikap “tenang”. Jangan banyak gaduh, berisik. Tidak produktif. Apa ada hal
atau masalah yang bisa diselesaikan dengan kegaduhan?
Hai Bangsa Indonesia, harap tenang,
Bila
sudah berbeda tidak perlu dipersoalkan. Bila ada yang salah ya dibenarkan. Bila
masih banyak masalah, silakan dibantu untuk diselesaikan. Tidak perlu membenci
apalagi mencaci-maki perbuatan orang lain. Apalagi kerjanya hanya mencari-cari
kesalahan orang. Berisik di grup WA, ramai di media sosial. Tapi semua atas
tendensi ketidak-senangan. Terlalu subjektif dan kian menjauh dar hati nurani.
Bangsa
ini mungkin perlu belajar untuk lebih tenang.
Karena makin banyak saja
orang-orang yang tidak tenang. Terlau daduh, berisik lalu gelisah. Hingga gemar
mencari kesalahan, mengoyak kelemahan lawan. Mengumbar celotehan da ocehan
sebagai ekspresi kegundahan. Bela sana bela sini. Kayak prajurit pangkat
kopral. Tapi sayang, takut mati. Mau sampai kapan? Gaduh, kok tidak ada habis-habisnya.
Maka wajar, sikap tenang jadi makin susah dicari, sulit ditemukan. Hai bangsa
Indonesia, harap tenang.
Di Hari Lahir Pancasila. Belajarlah
untuk tenang.
Karena tenang itu sikap penting.
Untuk berani membuang emosi dan egoisme. Tenang untuk lebih jernih melihat
masalah dan tetap objektif. Tenang juga
bukan berarti lamban. Tenang untuk tetap gesit dan bekerja, selalu ikhtiar yang
baik. Karena tenang itu lebih hebat dari cuma sekadar kata-kata, dari sekadar
celotehan yang malah bikin gaduh.
Tenang itu soal sikap. Tenang
pun tidak ada hubungan dengan menang atau kalah. Siapa yang bilang orang yang berisik
itu menang. Siapa pula yang katakan orang tenang itu kalah?
Masih ingatkah kita? Tentang kisah
Perang Bubat. Patih Gajah Mada itu menang. Tapi pasca kemenangan itu, Gajah
Mada malah jadi orang yang terkucil. Hayam Wuruk pun ditinggal oleh Puteri
Sunda Dyah Pitaloka, yang ternyata sangat dia cintai dan kagumi. Sejak itu, kerajaan
Majapahit justru makin hancur bahkan runtuh. Ini bukti, bahwa kemenangan tidak
selalu bikin orang hebat dan bahagia.
Hai bangsa Indonesia. Harap tenang. Karena hidup bukan
soal menang kalah. Apalagi membenci atau tidak membenci. Hidup itu “wadah” agar
siapa pun bisa lebih bertanggung jawab dan mampu bertahan dalam segala kondisi.
Selalu ikhtiar baik dalam segala keadaan, suka atau tidak suka. Memang sangat
manusiawi punya sikap benci atau marah itu manusiawi. Tapi di saat yang sama,
sikap tenang dan mau menerima realitas juga perlu. Maka, tenanglah.
Harap tenang, pesan dari taman bacaan di Hari Lahir Pancasila.
Karena hari ini masih banyak Indonesia yang tidak punya akses bacaan. Makin banyak orang yang makin menjauh dari buku bacaan. Hingga kepedulian sosial pun sebentar lagi tinggal jadi cerita kebaikan tanpa eksekusi. Maka bacalah buku. Agar lebih tenang, lebih produktif dalam berbuat untuk bangsanya.
Mungkin
ada baiknya. Pancasila sebagai ideologi dan nilai-nilai lihur bangsa Indonesia.
Patut dijunjung tinggi. Setidaknya untuk bisa bersikap lebih tenang. Tenang
dalam pikiran, sikap, dan tindakan. Tidak perlu gadu, berisik apalahi gerabak-gerubuk.
Kenapa?
Karena sejatinya, semua yang terjadi sudah dalam scenario-Nya. Dan Allah SWT sudah
tahu kok “siapa kita sebenanarnya”. Tenang itu memang tidak cukup ditulis
dengan kata-kata. Tapi harus bisa dirasakan dan dilakukan. Oleh siapapun.
Tenang.
Agar kita tidak lupa. Bahwa semua yang ada di dunia ini hanya titipan dan “hanya
sandiwara” belaka. Hingga cerita sandiwara itu pun menunggu waktu akan
berakhir. Hai bangsa Indonesia, harap tenang. Salam literasi.
#HariLahirPancasila #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar