Maraknya orang
bicara tanpa data, mengusik mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas
Indraprasta (Unindra) PGRI meluncurkan buku jurnalisme data berjudul “50% Anak
Muda Pilih Jelek Tapi Kaya Daripada Kaya Tapi Miskin”. Bertepatan dengan Haris
Pers Nasional, buku ini berpesan agar masyarakat dan para politisi untuk bicara
pakai data, bukan asal cerita. Sekitar 90 mahasiswa peserta mata kuliah
Jurnalistik melakukan liputan berbasis data dan menuliskan menjadi berita di
bawah arahan dosen Syarifudin Yunus, M.Pd.
“Buku 50% Anak Mudah Pilih
Jelek Tapi Kaya ini sebagai cara mahasiswa Unindra melawan hoaks. Bicara harus
pakai data, jangan asal cerita. Di samping membiasakan tradisi menulis mahasiswa
pun menyajikan analisis data dan memahami konteks berita. Ini bagian dari data
science” ujar Syarifudin Yunus saat peluncuran buku hari ini (9/02).
Peluncuran buku jurnalisme data ini pun dilakukan dengan cara beda.
Bertempat di Taman Bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor, 100-an
mahasiswa pun melakukan bakti sosial ke 50 anak-anak pembaca aktif dari
keluarga prasejahtera. Bertajuk “Di Kampus Bernyali, Di Kampung Peduli”
mahasiswa Semester 5 Pendidikan Bahasa Indonesia Unindra pun berdialog sambil
memberi motivasi anak-anak kampung untuk rajin membaca. Hal ini sebagai bukti
pengabdian masyarakat mahasiswa sebagai insan akademis yang peduli sosial.
“Selain meluncurkan
buku jurnalisme data sebagai bukti kami menulis saat kuliah, aksi peduli social
ini pun jadi cermin tanggung jawab sosial kami sebagai mahasiswa. Karena ilmu
yang kami miliki pada akhirnya harus disumbangkan kepada masyarakat. Ilmu yang
bermanfaat untuk orang lain” kata Rahmat, mahasiswa Unindra yang hadir.
Buku
jurnalisme data ini menyajikan 122 hasil liputan berbasiswa data. Sebagai
reaksi atas banyaknya komentar dan argumen yang disajikan tanpa fakta di tengah
masyarakat. Adalah salah bila teori diciptakan tanpa memiliki data.
Selama
kuliah Jurnalistik, mahasiswa belajar data harus dicari, lalu diolah dan dijadikan berita. Data yang ada
disaring untuk ditulis jadi berita. Karena data
hakikatnya telah
menjadi bagian dari keterbukaan informasi di era digital.
Tidak ada data yang bisa disembunyikan. Melalui
jurnalisme data, mahasiswa berproses untuk mengumpulkan,
membersihkan, menganalisis, dan
memvisualisasikan data menjadi karya
jurnalistik.
Data adalah fakta. Mahasiswa Unindra dilatih untuk
kenal cara kerja jurnalistik. Belajar jurnalistik sambil menuliskan dan
mempublikasikan beritanya melalui data yang diperoleh saat liputan. Ternyata,
50% anak muda memilih jelek tapi kaya daripada cakap tapi miskin. Bahkan ada
data tentang perilaku berkunjung ke perpustakaan, jajanan di kampus, dan gaya
hidup mahasiswa di era digital. Buku jurnalisme data ini menegaskan bahwa
siapapun bisa menggunakan data untuk
memberitakan atau mengambil keputusan.
“Buku jurnalisme data mahasiswa Unindra ini luar
biasa. Ada banyak data yang disajikan sebagai bukti nyata mahasiswa bisa menulis jurnalistik,
dengan mengandalkan perilaku konkret dan sikap kritis dalam reportase” tambah
Syarifudin Yunus, Dosen Unindra yang sekaligus Pendiri Taman Bacaan Lentera
Pustaka.
Maka, bicaralah pakai
data, bukan asal cerita #KuliahJurnalistik
#UnindraKeren
Tidak ada komentar:
Posting Komentar