Sebut saja, Agil namanya. Siswa kelas 4 SD di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu, di Kaki Gunung Salak Bogor. Bukan hanya terancam putus sekolah akibat ekonomi keluarga yang tergolong prasejahtera. Agil pun terus berjuang keras agar tetap bisa sekolah. Masihkah ada harapan bagi anak-anak usia sekolah seperti Agil untuk menatap masa depan?
Maka salah satu cara yang bisa ditempuh adalah mendekatkan anak-anak usia
sekolah dengan buku bacaan. Harus ada kemudahan akses untuk menyentuh buku
bacaan. Apalagi di tengah gempuran era digital seperti sekarang. Upaya
membangun tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah menjadi
sangat penting.
Berangkat dari realitas itulah, “Imah Baca”
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor
mengambil peran dan tanggung jawab sosial. Agar anak-anak usia sekolah di
kampung-kampung yang tergolong prasejahtera bisa mendapatkan akses bacaan. Dari
membaca buku, diharapkan bisa jadi cara untuk mengubah mind set anak akan pentingnya sekolah. Agar jangan ada lagi anak
yang putus sekolah.
Karena faktanya, di lokasi “Imah Baca” TBM
Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak, rata-rata tingkat pendidikan
masyarakat-nya 81% hanya SD dan 9% SMP. Alhamdulillah, sejak didirikan “Imah
Baca” pada 5 November 2017 di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari di
Kaki Gunung Salak Bogor. Tradisi baca dan budaya literasi anak-anak kampung pun
terpelihara hingga kini. Setidaknya, saat ini ada 60-an anak-anak pembaca aktif
yang "bergelut" dengan buku di luar jam sekolah. Seminggu 3 kali,
pada Rabu sore, Jumat sore dan Minggu pagi, anak-anak yang selalu berada di
taman bacaan untuk membaca. Kini, tiap anak rata-rata mampu "menghabiskan"
5-10 buku per minggu.
“Imah Baca” di Kaki Gunung Salak Bogor
bertekad untuk "membiasakan anak-anak membaca bukan bermain, mengakrabkan
anak-anak dengan buku". Mengusung motto #BacaBukanMaen, “Imah Baca” TBM
Lentera Pustaka berharap dapat konsisten dalam membangun tradisi baca dan
budaya literasi anak-anak kampung.
Adalah Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala
Program TBM Lentera Pustaka sekaligus pegiat literasi yang telah mengubah
garasi mobil yang "disulap" menjadi rak-rak buku bacaan dan tempat
membaca. “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka namanya. Bahkan dengan konsep tata
kelola dan penerapan "TBM Edutainment", Imah Baca TBM Lentera Pustaka
mengedepankan konsep pengembangan taman bacaan berbasis edukasi dan
entertainment. Taman bacaan yang dikelola dengan cara unik dan menarik, sebagai
solusi terhadap “kebosanan kultural” pengelolaan taman bacaan di banyak tempat
di Indonesia.
Hanya
di “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka, anak-anak kampung memiliki “prosesi
kultural” yang sengaja dibentuk sebelum melakukan aktivitas membaca. Mulai dari
1) salam literasi, 2) doa literasi, 3) senam literasi, 4) membaca dengan
bersuara, 5) laboratorium baca untuk pemahaman isi bacaan, 6) menggelar event
bulanan dengan mendatangkan “tamu dari luar”, dan 7) tersedia jajanan kampung
gratis setiap bulan. Semua itu dilakukan untuk memotivasi anak-anak agar tetap
semangat dalam membaca.
"Imah Baca TBM Lentera Pustaka kini telah menjadi sentra kegiatan
masyarakat. Anak-anak usia sekolah yang membaca dan ibu-ibu buta aksara yang
rutin belajar baca dan tulis. Spiritnya sederhana, agar tradisi baca dan budaya
literasi bisa hadir di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor ini " ujar
Syarifudin Yunus yang berprofesi sebagai Dosen Unindra dan tengah menyelesaikan
studi S3-Program Doktor Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak.
Kini “Imah Baca” TBM
Lentera Pustaka pun terus berproses. Aktivitas membaca dan budaya literasi
harus terus dikobarkan. Karena itu pula, “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka telah
menjadi pilihan narasumber kegiatan literasi dan tradisi baca di Indonesia,
seperti narasumber DAAI TV, interview budaya literasi di TV Parlemen, VoI RRI, Harian
Jawa Pos, Majalah Kartini, dan media lainnya.
Menjalankan aktivitas membaca
di masyarat pun sepertinya tidak bisa ditawar lagi. Agar anak-anak tetap dekat
dengan buku, sekaligus menjadikan taman bacaan sebagai gerakan sosial yang
harus didukung semua pihak. Karena itu, di tahun 2020, “Imah Baca” TBM Lentera
Pustaka pun menggandeng Asuransi Jiwa Tugu Mandiri dan Asosiasi DPLK sebagai sponsor
CSR Korporasi yang ikut berdonasi untuk memastikan keberlangsungan aktivitas
membaca di “Imah Baca” di Kaki Gunung Salak ini.
“Rendahnya tingkat literasi di
Indonesia sangat membutuhkan kontribusi dan sinergi banyak pihak, baik individu
maupun korporasi. Harus ada ruang baca dan akses buku bacaan yang lebih luas
dan dekat dengan anak-anak Indonesia. Apalagi anak-anak kampung yang terancam
putus sekolah akibat himpitan ekonomi” ujar Syarifudin Yunus, pegiat literasi
yang sedang mempersiapkan disertasi tentang taman bacaan di Kabupaten Bogor.
Maka ke depan, “Imah Baca” TBM Lentera
Pustaka hanya berharap. Anak-anak kampung punya hak untuk mendapat akses
bacaan. Agar peradaban zaman now tidak lagi menyingkirkan buku dari kehidupan
anak-anak. Biarkan anak-anak tetap bergelut dengan buku, semaju apapun
zamannya. Karena tanpa baca, anak-anak akan merana.
Dan
setiap orang, bisa jadi guru untuk orang lain. Seperti setiap “imah” bisa
menjadi sekolah bagi anak-anak yang ada di dalamnya … #ImahBacaLenteraPustaka #TBMLentera Pustaka
#BacaBukanMaen #BudayaLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar