Rabu, 05 Februari 2020

Imah Baca di Kaki Gunung Salak dan Kisah Anak Kampung


Sebut saja, Agil namanya. Siswa kelas 4 SD di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu, di Kaki Gunung Salak Bogor. Bukan hanya terancam putus sekolah akibat ekonomi keluarga yang tergolong prasejahtera. Agil pun terus berjuang keras agar tetap bisa sekolah. Masihkah ada harapan bagi anak-anak usia sekolah seperti Agil untuk menatap masa depan?


Maka salah satu cara yang bisa ditempuh adalah mendekatkan anak-anak usia sekolah dengan buku bacaan. Harus ada kemudahan akses untuk menyentuh buku bacaan. Apalagi di tengah gempuran era digital seperti sekarang. Upaya membangun tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah menjadi sangat penting.


Berangkat dari realitas itulah, “Imah Baca” Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor mengambil peran dan tanggung jawab sosial. Agar anak-anak usia sekolah di kampung-kampung yang tergolong prasejahtera bisa mendapatkan akses bacaan. Dari membaca buku, diharapkan bisa jadi cara untuk mengubah mind set anak akan pentingnya sekolah. Agar jangan ada lagi anak yang putus sekolah.

Karena faktanya, di lokasi “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak, rata-rata tingkat pendidikan masyarakat-nya 81% hanya SD dan 9% SMP. Alhamdulillah, sejak didirikan “Imah Baca” pada 5 November 2017 di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari di Kaki Gunung Salak Bogor. Tradisi baca dan budaya literasi anak-anak kampung pun terpelihara hingga kini. Setidaknya, saat ini ada 60-an anak-anak pembaca aktif yang "bergelut" dengan buku di luar jam sekolah. Seminggu 3 kali, pada Rabu sore, Jumat sore dan Minggu pagi, anak-anak yang selalu berada di taman bacaan untuk membaca. Kini, tiap anak rata-rata mampu "menghabiskan" 5-10 buku per minggu.

“Imah Baca” di Kaki Gunung Salak Bogor bertekad untuk "membiasakan anak-anak membaca bukan bermain, mengakrabkan anak-anak dengan buku". Mengusung motto #BacaBukanMaen, “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka berharap dapat konsisten dalam membangun tradisi baca dan budaya literasi anak-anak kampung.


Adalah Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka sekaligus pegiat literasi yang telah mengubah garasi mobil yang "disulap" menjadi rak-rak buku bacaan dan tempat membaca. “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka namanya. Bahkan dengan konsep tata kelola dan penerapan "TBM Edutainment", Imah Baca TBM Lentera Pustaka mengedepankan konsep pengembangan taman bacaan berbasis edukasi dan entertainment. Taman bacaan yang dikelola dengan cara unik dan menarik, sebagai solusi terhadap “kebosanan kultural” pengelolaan taman bacaan di banyak tempat di Indonesia.

Hanya di “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka, anak-anak kampung memiliki “prosesi kultural” yang sengaja dibentuk sebelum melakukan aktivitas membaca. Mulai dari 1) salam literasi, 2) doa literasi, 3) senam literasi, 4) membaca dengan bersuara, 5) laboratorium baca untuk pemahaman isi bacaan, 6) menggelar event bulanan dengan mendatangkan “tamu dari luar”, dan 7) tersedia jajanan kampung gratis setiap bulan. Semua itu dilakukan untuk memotivasi anak-anak agar tetap semangat dalam membaca.

"Imah Baca TBM Lentera Pustaka kini telah menjadi sentra kegiatan masyarakat. Anak-anak usia sekolah yang membaca dan ibu-ibu buta aksara yang rutin belajar baca dan tulis. Spiritnya sederhana, agar tradisi baca dan budaya literasi bisa hadir di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor ini " ujar Syarifudin Yunus yang berprofesi sebagai Dosen Unindra dan tengah menyelesaikan studi S3-Program Doktor Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak.

Kini “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka pun terus berproses. Aktivitas membaca dan budaya literasi harus terus dikobarkan. Karena itu pula, “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka telah menjadi pilihan narasumber kegiatan literasi dan tradisi baca di Indonesia, seperti narasumber DAAI TV, interview budaya literasi di TV Parlemen, VoI RRI, Harian Jawa Pos, Majalah Kartini, dan media lainnya. 


Menjalankan aktivitas membaca di masyarat pun sepertinya tidak bisa ditawar lagi. Agar anak-anak tetap dekat dengan buku, sekaligus menjadikan taman bacaan sebagai gerakan sosial yang harus didukung semua pihak. Karena itu, di tahun 2020, “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka pun menggandeng Asuransi Jiwa Tugu Mandiri dan Asosiasi DPLK sebagai sponsor CSR Korporasi yang ikut berdonasi untuk memastikan keberlangsungan aktivitas membaca di “Imah Baca” di Kaki Gunung Salak ini.

“Rendahnya tingkat literasi di Indonesia sangat membutuhkan kontribusi dan sinergi banyak pihak, baik individu maupun korporasi. Harus ada ruang baca dan akses buku bacaan yang lebih luas dan dekat dengan anak-anak Indonesia. Apalagi anak-anak kampung yang terancam putus sekolah akibat himpitan ekonomi” ujar Syarifudin Yunus, pegiat literasi yang sedang mempersiapkan disertasi tentang taman bacaan di Kabupaten Bogor.

Maka ke depan, “Imah Baca” TBM Lentera Pustaka hanya berharap. Anak-anak kampung punya hak untuk mendapat akses bacaan. Agar peradaban zaman now tidak lagi menyingkirkan buku dari kehidupan anak-anak. Biarkan anak-anak tetap bergelut dengan buku, semaju apapun zamannya. Karena tanpa baca, anak-anak akan merana.

Dan setiap orang, bisa jadi guru untuk orang lain. Seperti setiap “imah” bisa menjadi sekolah bagi anak-anak yang ada di dalamnya … #ImahBacaLenteraPustaka #TBMLentera Pustaka #BacaBukanMaen #BudayaLiterasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar