Ada benarnya ya sahabat. Bahwa kehidupan tanpa para teman itu seperti kematian tanpa para saksi. Coba deh renungi kalimat itu. Apa sih artinya teman dan untuk apa kita membutuhkan teman? Mungkin jawabnya sederhana. Karena teman-teman itulah yang menemani kita sama-sama berjuang, dalam situasi dan keadaan apa pun. Maka sering disebut “teman seperjuangan” saat di kampus atau di sekolah.
Agak sulit dibantah siapa pun. Hari ini
atau esok, teman pasti diperlukan. Pertemanan pun
pasti dibutuhkan. Karena sejatinya, manusia dilahirkan
sebagai makhluk sosial. Hamba Allah yang harus bersosialisasi. Berteman karena
adanya ikatan emosional. Teman seperjuangan yang tahu kita apa adanya, tidak
jaim. Bahkan mampu menyingkirkan egoisme. Bukan berteman atas kepentingan
sesaat apalagi karena subjektivitas. Teman itu jiwa bukan raga.
Seperti hari ini (21/05/2022) di TBM
Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, saya pun bersilaturahim bersama
teman-teman sekelas masa kuliah di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(Angkatan 1989-B) FPBS IKIP Jakarta (Sekarang FBS UNJ). Ada Faizin, Dyah, Sri
Mulyani, Umi, Ina, dan Wini yang semuanya berkiprah di dunia pendidikan. Teman-teman
di era 1989-1994 yang berjibaku sehari-hari ikut kuliah, menjalani UTS dan UAS
hingga patungan untuk fotokopi buku kuliah. Ikut kuliah Pak Parera, Pak Abdul Chaer,
Ibu Zulfahnur dan dosen lainnya, entah paham atau tidak? Tanpa peduli mengejar
IPK (Indeks Prestasi Kumulatif). Prinsipnya, asal bersama dalam suka duka di kampus.
Sebut saja, 3 jam bersama teman-teman sekelas semasa di kampus IKIP Jakarta.
Tentu ada banyak kenangan dan memori yang
sulit diperlukan. Apalagi saat-saat ujian kuliah Sanggar Bahasa yang harus
bermain drama alias teater. Latihan teater, makan alakadarnya, hingga
mempersiapkan pementasan. Berat tapi semua dijalani dengan senang hati, Akhirnya
ujian dan tuntas semuanya. Dan hari ini, kami berjumpa dalam canda tawa
berkisah masa-masa di kelas dulu. Sambil silaturahim dan diskusi ringan tentang
kenangan masa lalu. Ahh, selalu ada banyak cerita saat masa0sama di kampus
pastinya.
Memang benar, bahwa teman lama itu bak
pohon yang meneduhkan. Karena saat bersama teman, siapa pun berani melepaskan
jaket ego-nya. Untuk mengambil hikmah dari masa lalu, Seburuk atau sebaik apa
pun. Karena semuanya bagian dari sejarah hidup manusia. Sambil menyadari bahwa pangkat, jabatan, atau status sosial itu hanya
aksesori hari ini. Sedangkan pertemanan berlangsung dari masa lalu hingga kini.
Untuk menyebut “kita bukan aku atau kamu”.
Teman, suka tidak
suka, telah mengingatkan siapa pun. Untuk tahu dari mana kita berasal dan ke
mana kita akan menuju? Karena tetap menjalin silaturahim jadi kata kuncinya. Sebagai simbol pertemanan yang abadi, di mana pun
dan hingga kapan pun. Karena kumpulan para teman, pasti “dibesarkan’ pada era
yang tidak mungkin terulang lagi. Era jadi mahasiswa di kampus, 28 tahun lalu.
Sambil menyadari, bahwa 10 atau 20 tahun lagi, teman-teman seperjuangan pun kian
menua dan mulai merasakan “kesepian”. Lalu hanya bisa tersenyum saat mengenang
teman-teman dengan berbagi lakon dan karakternya.
Siapa pun saat bersama teman. Pasti tahu bahwa dirinya
bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Itulah hakikat memelihara pertemanan. Karena
manusia di mana pun, sejatinya adalah “homo homini socius”, tipa manusia adalah kawan
bagi sesamanya. Semoga tetap sehat teman …. Salam literasi #IKABINDOUNJ
#TBMLenteraPustaka #IKIPJakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar