Saat beberapa kawan bertanya, apa syarat taman bacaan tetap bisa eksis dan bertahan?
Maka
sesuai pengalaman yang dilakukan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak, syarat
taman bacaan bertahan sangatlah sederhana. Yaitu 1) ada anak-anak yang membaca,
2) ada buku-buku yang dibaca, dan 3) ada komitmen dan konsistensi dari
pengelola taman bacaan itu sendiri. Hanya itulah 3 syarat yang harus dipenuhi
taman bacaan, bila ingin tetap eksis dan bertahan.
Oleh
karena itu, taman bacaan di mana pun, harus terus berjuang dan berkreasi untuk
mampu memenuhi ketiga syarat itu: ada anak, ada buku, dan ada komitmen. Tanpa
ketiganya atau salah satunya diabaikan, maka taman bacaan pun “pincang”. Adanya
anak-anak yang membaca, buku-buku bacaan, dan komitmen pengelola adalah
anugerah yang luar biasa di taman bacaan. Bisa disebut sebagai “rezeki taman
bacaan”. Karena tiga hal itulah, korporasi jadi mau ber-CSR, komunitas mau
berbakti sosial, dan donator buku jadi banyak. Sehingga taman bacaan jadi lebih
bersemangat menjalankan aktivitas literasi dan membangun kegemaran membaca di tengah
era digital begini.
Mau
tidak mau, taman bacaan harus ikhtiar untuk mencapai ketiga syarat tersebut. Kreativitas
dan terobosan pun harus dilakukan. Sebagai contoh, anak-anak yang membaca itu
silih berganti, Karena sifatnya yang nonformal. Ada yang masuk dan ada yang
keluar. Maka TBM Lentera Pustaka pun melakukan sosialisasi taman bacaan ke
kampung-kampung lain yang jumlah anak-anak usia sekolahnya banyak. Alhamdulillah,
akhirnya ada anak-anak baru yang mau membaca di taman bacaan. Begitu pula dalam
hal koleksi buku, pasti ada donatur yang menyumbang buku bila tata kelola taman
bacaannya optimal. Dan tata kelola taman bacaan yang baik itu sangat bergantung
pada komitmen dan konsisten pengelola taman bacaannya. Begitulah kira-kira.
Ketahuilah,
taman bacaan yang bertahan di era digital itu harus di-ikhtiarkan bukan hanya
didiamkan. Seperti rezeki pun harus dicari bukan ditunggu. Maka proses dan
aktivitas taman bacaan menjadi kata kuncinya. Harus ada kegiatan yang dibikin
di taman bacaan, apa pun bentuknya. Taman bacaan tidak boleh berdiam diri
apalagi pasrah. Karena memang, membangun kegemaran membaca di kalangan
anak-anak dan masyarakat itu tidak mudah seperti membalik telapak tangan.
Rezeki
di taman bacaan itu ibarat “buah yang ada di pohon”. Hanya ada dua sifat,
yaitu: 1) ada yang berjatuhan dan 2) ada yang bergelantungan. Rezeki yang
berjatuhan itu pasti datang atas izin Allah SWT. Taman bacaan yang baik atau
tidak baik pasti ada rezekinya karena sifatnya mutlak. Tapi rezeki yang
bergelantungan, tentu harus diikhtiarkan dan butuh perjuangan untuk
menggapainya. Rezeki yang harus dipanjat, digapai dengan ilmu pengetahuan dan kerja
keras karena sifatnya ikhtiar.
Nah
di taman bacaan, yang bikin bed aitu “berkahnya”. Taman bacaan yang berkah pada
akhirnya akan memberikan manfaat dan pasti bertahan sekalipun dihadang berbagai
tantangan. Bila sebaliknya, maka taman bacan pun “stag” begitu-begitu saja
bahkan sulit untuk bisa bertahan. Sebagai tempat perbuatan baik, maka taman
bacaan harus dikelola dengan sepenuh hati bukan setengah hati. Harus didukung
oleh komitmen dan konsistens yang kokoh. Maklum, hambatan di taman bacaan itu tidak
kecil.
Dan yang tidak kalah penting di taman
bacaan. Perbaiki terus niat, ikhtiar dan doa yang baik. Selalu bersyukur dan
bersabar dalam segala keadaan. Berlapang hati dalam menjalankannya. Karena
taman bacaan bukanlah tujuan tapi jalan. Bila segala hal yang baik sudah
dijalankan di taman bacaan, maka selebihnya serahkan kepada Allah SWT. Itulah
prinsip literasi, syarat taman bacaan untuk tetap bertahan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar