Jumat, 20 Mei 2022

Cara TBM Lentera Pustaka Menjaga Eksistensi Kegiatan Literasi

Saat beberapa kawan bertanya, apa syarat taman bacaan tetap bisa eksis dan bertahan?

Maka sesuai pengalaman yang dilakukan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak, syarat taman bacaan bertahan sangatlah sederhana. Yaitu 1) ada anak-anak yang membaca, 2) ada buku-buku yang dibaca, dan 3) ada komitmen dan konsistensi dari pengelola taman bacaan itu sendiri. Hanya itulah 3 syarat yang harus dipenuhi taman bacaan, bila ingin tetap eksis dan bertahan.

 

Oleh karena itu, taman bacaan di mana pun, harus terus berjuang dan berkreasi untuk mampu memenuhi ketiga syarat itu: ada anak, ada buku, dan ada komitmen. Tanpa ketiganya atau salah satunya diabaikan, maka taman bacaan pun “pincang”. Adanya anak-anak yang membaca, buku-buku bacaan, dan komitmen pengelola adalah anugerah yang luar biasa di taman bacaan. Bisa disebut sebagai “rezeki taman bacaan”. Karena tiga hal itulah, korporasi jadi mau ber-CSR, komunitas mau berbakti sosial, dan donator buku jadi banyak. Sehingga taman bacaan jadi lebih bersemangat menjalankan aktivitas literasi dan membangun kegemaran membaca di tengah era digital begini.

 

Mau tidak mau, taman bacaan harus ikhtiar untuk mencapai ketiga syarat tersebut. Kreativitas dan terobosan pun harus dilakukan. Sebagai contoh, anak-anak yang membaca itu silih berganti, Karena sifatnya yang nonformal. Ada yang masuk dan ada yang keluar. Maka TBM Lentera Pustaka pun melakukan sosialisasi taman bacaan ke kampung-kampung lain yang jumlah anak-anak usia sekolahnya banyak. Alhamdulillah, akhirnya ada anak-anak baru yang mau membaca di taman bacaan. Begitu pula dalam hal koleksi buku, pasti ada donatur yang menyumbang buku bila tata kelola taman bacaannya optimal. Dan tata kelola taman bacaan yang baik itu sangat bergantung pada komitmen dan konsisten pengelola taman bacaannya.  Begitulah kira-kira.

 


Ketahuilah, taman bacaan yang bertahan di era digital itu harus di-ikhtiarkan bukan hanya didiamkan. Seperti rezeki pun harus dicari bukan ditunggu. Maka proses dan aktivitas taman bacaan menjadi kata kuncinya. Harus ada kegiatan yang dibikin di taman bacaan, apa pun bentuknya. Taman bacaan tidak boleh berdiam diri apalagi pasrah. Karena memang, membangun kegemaran membaca di kalangan anak-anak dan masyarakat itu tidak mudah seperti membalik telapak tangan.

 

Rezeki di taman bacaan itu ibarat “buah yang ada di pohon”. Hanya ada dua sifat, yaitu: 1) ada yang berjatuhan dan 2) ada yang bergelantungan. Rezeki yang berjatuhan itu pasti datang atas izin Allah SWT. Taman bacaan yang baik atau tidak baik pasti ada rezekinya karena sifatnya mutlak. Tapi rezeki yang bergelantungan, tentu harus diikhtiarkan dan butuh perjuangan untuk menggapainya. Rezeki yang harus dipanjat, digapai dengan ilmu pengetahuan dan kerja keras karena sifatnya ikhtiar.

 

Nah di taman bacaan, yang bikin bed aitu “berkahnya”. Taman bacaan yang berkah pada akhirnya akan memberikan manfaat dan pasti bertahan sekalipun dihadang berbagai tantangan. Bila sebaliknya, maka taman bacan pun “stag” begitu-begitu saja bahkan sulit untuk bisa bertahan. Sebagai tempat perbuatan baik, maka taman bacaan harus dikelola dengan sepenuh hati bukan setengah hati. Harus didukung oleh komitmen dan konsistens yang kokoh. Maklum, hambatan di taman bacaan itu tidak kecil.

 

Dan yang tidak kalah penting di taman bacaan. Perbaiki terus niat, ikhtiar dan doa yang baik. Selalu bersyukur dan bersabar dalam segala keadaan. Berlapang hati dalam menjalankannya. Karena taman bacaan bukanlah tujuan tapi jalan. Bila segala hal yang baik sudah dijalankan di taman bacaan, maka selebihnya serahkan kepada Allah SWT. Itulah prinsip literasi, syarat taman bacaan untuk tetap bertahan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar