Kawan saya kemarin tanya. “Kok itu istri Ridwan Kamil sudah 2 kali vaksin masih positif Covid-19?”. Agak bingung juga jawabnya ya.
Tapi
begini. Saya sendiri pun sudah 2 kali vaksin Covid-19. Dan niatnya, vaksin sebagai
ikhtiar sehat. Usaha untuk tetap bisa sehat di tengah wabah Covid-19 yang belum
mereda. Protokol Kesehatan, bahkan larangan mudik juga bagian dari ikhtiar
sehat. Jadi, vaksin itu jalan ikhtiar bukan penentu kesehatan seseorang.
Rumusnya sederhana, hak sehat dan sakit seseorang itu murni urusan Allah SWT.
Lalu, apa vaksin sudah 2 kali pasti sehat? Ya jawabnya belum tentu.
Karena vaksin itu hanya ikhtiar. Bukan jaminan pasti sehat. Bukan jaminan
tidak sakit. Katanya hidup sehat itu pilihan. Maka vaksin pun bisa jadi
pilihan. Vaksin, hanya ikhtiar memilih jalan untuk sehat. Apalagi manusia kan
serba terbatas. Mudah capek, mudah sakit, bahkan mudah pula marah-marah atau
sombong. Maka siapa pun juga butuh ikhtiar untuk menetralisir. Sambil tetap
waspada dan berjaga-jaga.
Ikhtiar
itu hak manusia. Tapi hasil itu hak Allah. Jangan dicampur aduk.
Anak
sekolah belajar setiap malam kan bukan untuk juara kelas. Membaca buku setiap
hari pun tidak harus pintar. Atau pasangan suami istri pun tiap hari berhubungan
kan bukan harus selalu jadi anak. Itu semua ikhtiar untuk menjalankan hak
manusia. Kalau hasil yang serahkan kepada Yang Maha Kuasa. Siapapun boleh punya
ilmu tinggi. Boleh punya profesi mentereng. Atau punya kekayaan tiada batas. Tapi
itu bukan jaminan untuk jadi manusia baik atau sehat. Ilmu tinggi, profesi
mentereng, kekayaan banyak itu tidak berguna bila salah pakai atau tidak
bermanfaat untuk orang lain.
Maka sederhana. Jadikan ikhtiar kita sebagai senjata kesehatan, ikhtiar
sebagai peluru kebaikan. Karena ikhtiar berarti berusaha. Mau bergerak untuk menggapai sesuatu, menuju ke keadaan yang lebih baik,
lebih sehat. Termasuk urusan vaksin Covid-19 pun hanya ikhtiar. Harus tetap
diikuti doa. Dan selebihnya biarkan Allah SWT yang bekerja untuk hamba-Nya.
Seperti kisah
Nabi Ya’qub. Salah
satu Nabi teladan bagi umatnya dalam kehidupan berkeluarga. Namun
keteladanan Nabi Ya’qub pun tidak lantas menjadikan anak-anaknyatumbuh menjadi
anak-anak yang soleh. Dari 12 anak yang ada, hanya
2 orang
yang soleh serta menjalankan perintah dan keteladanan ayahnya. Jadi, kebaikan
dan keteladanan pun sejatinya
tidak cukup bikin anak-anak soleh. Karena hak kesolehan pun datangnya
dari Allah. Maka ikhtiar
baik, lagi-lagi diperlukan dalam hidup manusia.
Maka
tetaplah ikhtiar baik sambil menjaga pikiran baik pula. Jangan sampai terkecoh.
Lalu besok lagi bertanya, kok tidak punya sakit apa-apa meninggal dunia? Wallahu
a’lam bishowab. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi #PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar