Kamis, 27 Februari 2025

Memprihatinkan, 89 Persen Pekerja Tidak Paham Dana Pensiun

Besarnya pasar angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 152 juta pekerja tidak berbanding lurus dengan tingkat kepesertaan program pensiun wajib dan dana pensiun sukarela yang hanya 18,87% dari total angkatan kerja. Apalagi tingkat kepesertaan dana pensiun yang dikelola swasta (dana pensiun sukarela) relatif sangat kecil, hanya mencapai 3,8 juta orang atau 5% dari total pekerja formal. Rendahnya angka kepesertaan dana pensiun jadi bukti kurangnya edukasi dan kemudahan akses dana pensiun bagi masyarakat. Semakin berat di zaman begini, ketika PHK terjadi di mana-mana. Sayangnya, banyak di antara pekerja yang tidak memiliki program pensiun.

 

Tapi masalahnya, banyak pekerja tidak paham manfaat pensiun. Untuk itu, informasi dan survei terkait paktor penyebab pekerj atidak tahu dana pensiun harus dijabarkan. Atas latar belakang di atas, dibutuhkan informasi dan analisis lebih mendalam tentang faktor penyebab pekerja tidak paham dana pensiun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pekerja tidak paham dana pensiun.

 

Penelitian deskriptif dengan metode survei ini dilakukan oleh Dr. Syarifudin Yunus, M.Pd, seorang dosen Unindra dan edukator dana pensiun dan Asesor LSP Dana Pensiun untuk mengumpulkan data dari sekelompok orang dengan mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk mendapatkan informasi representatif dari populasi berkaitan dengan pemahaman pekerja tentang dana pensiun, di samping mendeskripsikan tingkat literasi daninklusi dana pensiun di kalangan pekerja. Responden penelitian ini terdiri dari 66 pekerja formal dan informal yang ada di Jakarta pada Desember 2024. Adapun karakteristik utama responden adalah orang yang menerima upah atas hasil pekerjaannya tanpa membutuhkan keahlian khusus dan kompetensi yang spesifik, seperti guru, staf kantor, pegawai kontrak, dan pramuniaga, termasuk sektor informal. Pengumpulan data dilakukan dengan google-form dan peneliti melakukan analisis terhadap gejala yang disajikan secara kualitatif..

 

Hasil penelitian menyebutkan  bahwa 89% pekerja di Jakarta menjawab belum punya dana pensiun dan hanya 11% pekerja yang menjawab sudah punya dana pensiun. Responden yang belum dana pensiun dapat disebabkan oleh 1) ketidak-tahuan tentang dana pensiun, 2) ketidaktersediaan daan untuk mengikuti dana pensiunakibat kurangnya edukasi, atau 3) tidak tersedianya akses untuk membeli dana pensiun. Jawaban responden survei dana pensiun di kalangan pekerja ini sepertinya mengkonfirmasi tingkat inklusi dana pensiun sebesar 5,42% berdasarkan SNLIK OJK tahun2022.

 


Survei ini menyiratkan bahwa manfaat dana pensiun belum diketahui para pekerja. Karena tingkat pengetahuan akan manfaat dana pensiun masih terbatas. Pekerja sektor formal saja masih banyak yang belum tahu, apalagi di sektor informal. Sudah pasti, tingkat kepesertaan dana pensiun masih tergolong rendah. Pengetahuan pekerja tentang dana pensiun adalah persoalan mendasar. Karenasebab tahu akan mampu mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk memiliki dana pensiun. Pengetahuan akan pentingnya dana pesniun menjadi faktor penting untuk meningkatkan pengambilan keputusan pekerja untuk merencanakan masa pensiunnya. Maka untuk mengubah dari tidak tahu jadi tahu harus dilakukan edukasi terus-menerus di kalangan pekerja, baik sebagai individu maupun pekerja suatu perusahaan.

 

Mengacu pada penelitian ini, industri dana pensiun di Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untukmeningkatkan kepesertaan dana pensiun dari seluruh pekerja di Indoneisa, baik sektor formal maupun informal. Oleh karena itu, setidaknya ada 5 (lima) prioritas utama pengembangan pasar dana pensiun yaitu: 1) Edukasi pentingnya dana pensiun secara berkelanjutan, 2) Kemudahan akses untuk memiliki dana pensiun, utamanya bagi pekerja sektor informal, 3) Meningkatkan kualitas produk atau layanan dana pensiun yang ada, 4) Memperluas jangkauan pemasaran melalui kolaborasi dengan jasa keuangan lainnya, dan 5) Menyajikan cara baru dalam mempromosikan dana pensiun ke publik. Hasil penelitian lengkap dapat disimak pada: https://manggalajournal.org/index.php/AKSIOMA/article/view/981

 

Simpulan penelitian ini menegaskan bahwa 89% pekerja belum punya dana pensiun dan hanya 11% pekerja yang sudah punya dana pensiun. Bahkan 80% pekerja tidak mengandalkan dana pensiun dari tempatnya bekerja, hanya 20% pekerja yang berharap mendapat dana pensiun dari tempatnya bekerja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh 1) ketidak-tahuan tentang dana pensiun, 2) ketidaktersediaan dana untuk mengikuti dana pensiun, atau 3) tidak tersedianya akses untuk membeli dana pensiun. Ada potensi dana pensiun dikembangkan menyasar pekerja secara individual (bukan semata-mata karena perusahaan). Untuk dapat meningkatkan kepesertaan dana pensiun dikalangan pekerja, maka dua faktor penting yang harus ditingkatkan yaitu 1) edukasisecara berkelanjutandan 2) ketersediaan akses digital untuk memiliki dana pensiun.

Literasi Di Balik Sebuah Toga

Saat wisuda Doktor Manajemen Pendidikan Unpak kemarin, saya berpikir dan bertanya. Setelah ini, untuk apa lagi toga yang saya kenakan?

 

Setelah merenung dan berpikir mendalam. Akhirnya saya menemukan jawabnya. Bahwa toga memberi pesan untuk menyederhanakan semua hal, sambil meringankan hati untuk melakukan apapun yang baik dan bermanfaat. Toga di atas kepala, menyuruh saya untuk memulai segala sesuatunya dengan berpikir positif. Tanpa keluh-kesah, tanpa prasangka buruk. 

 

Maka benar adanya. Pesan bijak yang menyatakan bila kamu ingin bertumbuh dalam lima tahun ke depan, pastikan hal-hal yang masuk ke dalam dirimu adalah hal-hal yang membuatmu bertumbuh. Memilih lingkungan yang positif, menjauh dari orang-orang toxic di mana pun. 

 

Karena gunung tertinggi sekalipun hanya bisa dicapai dengan sebuah langkah kecil yang diikuti dengan langkah-langkah lainnya. Berpikir positif dan meringankan hati membuat semua langkah terus-menerus tergerakkan. Bekerja atas passion, sepenuh hati. Just do it adalah satu-satunya pilihan kita untuk mencapai semua hal. Apa saja. Tentu yang baik-baik dengan cara yang baik pula. Bukan menyangka orang lain tidak baik.

 


Seperti era media sosial sekarang. Pilihlah konten-konten yang baik untuk membentuk pola pikir, yang memberi pemahaman yang baik. Konten yang punya nilai dan memberi pengetahuan, membaguskan mental diri sendiri. Bergaul dengan orang-orang yang punya kebiasaan yang layak dicontoh. Berkegiatan yang memacu untuk bertumbuh jadi lebih baik, seperti berkiprah di taman bacaan. 

 

Ketahuilah, segala hal yang kita konsumsi di media sosial atau dari mulut manusia akan mempengaruhi cara berpikir, akan mempengaruhi cara mengambil keputusan. Tentang apapun dan di manapun. Maka pilihannya, carilah tempat yang baik. Jauhi tempat dan orang yang tidak baik. Lebih baik Berbenah diri untuk menjadi lebih baik daripada mencari popularitas dengan cara merendahkan orang lain. 

 

Ingat, di balik toga dan pendidikan yang diraih. Ada pesan, jangan pernah melempar lumpur kepada orang lain. Sebab belum tentu lumpur itu mengenainya. Namun yang pasti, lumpur itu mengotori tanganmu sendiri. Jadilah literat! 




Relawan Taman Bacaan Dipermudah Akses Buka Rekening Bank

Sebagai bagian dari penguatan literasi finansial, relawan TBM Lentera Pustaka berkunjung ke Bank Sinarmas cabang Ciomas Bogor (26/02/2025). Dikomandoi Susi, Ketua Harian TBM Lentera Pustaka, relawan TBM Lentera Pustaka diterima langsung oleh Maria (Bank Sinarmas) untuk membuka rekening Bank Sinarmas sekaligus penjelasan produk dan manfaat tabungannya.

 

Sebagai korporasi yang membina TBM Lentera Pustaka, berkomitmen untuk terus memberi edukasi keuangan terkait bank. Sebagai sarana menabung dan lebih bijak mengelola keuangan. Selain relawan TBM, saat ini sudah ada 41 anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka yang memiliki rekening tabungan SIMPEL (SIMpenan PELajar) dari Bank Sinarmas, termasuk kartu ATM-nya.

 

Sebagai urang yang telah mendedikasikan diri untuk taman bacaan, relawan merupakan aset penting dan sangat berharga bagi taman bacaan. Berkiprah tanpa pamrih Denga dukungan komitmen dan konsistensi, karena itu sangat diperlukan pihak-pihak yang peduli kepada relawan. Insya Allah dengan pembukaan rekening ini, relawan TBM Lentera Pustaka akan mendapatkan insentif sebagai relawan di bulan puasa atas dedikasi dan loyalitasnya di taman bacaan yang sepenuh hati.

 

“Salut untuk relawan TBM Lentera Pustaka. Selain punya kepedulian sosial tapi tetap sadar akan pentingnya menabung. Inilah kolaborasi yang baik untuk optimalkan Literasi finansial masyarakat “ujar Maria, Perwakilan Bank Sinarmas cabang Ciomas saat memberi penjelasan.

 


Sebagai orang yang mengabdi secara sukarela tanpa mengharapkan imbalan di taman bacaan, tentu relawan sangat diperlukan TBM Lentera Pustaka. Apalagi TBM Lentera Pustaka terus berkembang pesat dari tahun ke tahun. Per Desember 2024 lalu, TBM Lentera Pustaka memiliki jumlah pengguna layanan mencapai 366 orang per minggu, yang terdiri dari 223 anak pembaca aktif (bertambah 74 anak selama tahun 2024), 70 ibu-ibu pengantar anak ke TBM, 6 warga belajar berantas buta aksara, 14 yatim binaan, 13 jompo binaan, dan 40-an anak pembaca motor baca keliling. Dengan dukungan 18 relawan aktif, TBM Lentera Pustaka menjalankan 15 program literasi seperti TABA (TAman BAcaan), GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA), KEPRA (Kelas PRAsekolah), 4) YABI (YAtim BInaan), 5) JOMBI (JOMpo BInaan), RABU (RAjin menaBUng), LITDIG (LITerasi DIGital), LITFIN (LITerasi FINansial), dann MOBAKE (MOtor BAca KEliling). Dengan dukungan lebih dari 12.000 koleksi buku bacaan, TBM Lentera Pustaka beroperasi 6 hari dalam seminggu (kecuali Senin).

 

“Sebagai Pendiri TBM Lentera Pustaka, saya ucapkan terima kasih kepada relawan yang telah membantu mengelola taman bacaan hingga sebesar sekarang. Pesan saya, jadikan TBM sebagai ladang amal dan relawan sebagai jalan hidup untuk berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Insya Allah bila Ikhlas, hidup akan lebih mudah dan berkah” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka dalam arahannya.

 

Semoga insentif untuk relawan TBM dapat menjadi pemicu semangat dalam berkiprah di taman bacaan. Karenanya, menjadi relawan adalah pengalaman yang tidak ada bandingannya di muka bumi ini. Teruslah semangat menjadi relawan taman bacaan, dengan komitmen dan konsistensi sepenuh hati. Selamat berpuasa dan mohon maaf lahir batin. Salam literasi #RelawanTBM #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

 

Rabu, 26 Februari 2025

Sketsa Toga Seorang Doktor Manajemen Pendidikan dari Unpak

Sketsa berarti dibuat secara spontan, Tulisan yang dibuat atas dorongan hati, dengan sedikit logika. Tentang toga seorang doktor manajemen pendidikan dari Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak). Tepat hari ini (26/02/2025), saya mengikuti Wisuda Gelombang I tahun 2025 Unpak di Bogor. Bersyukur banget, akhirnya bisa diwisuda dan melewati “jalan terjal perkuliahan” (walau saya tidak perlu cerita betapa beratnya menuntaskan studi dan disertasi hingga 11 November 2024 lalu). Bukan sebab susahnya kuliah, tapi komitmen waktu dan ikhtiar saya yang gampang kendor di perjalanan. Tapi semuanya terbayar lunas, atas izin Allah, akhirnya saya berhasil menyelesaikan studi S3 selama 6 tahun 2 bulan di Pascasarjana Unpak.

 

Bersyukur lagi, saat wisuda tadi, menyimak sambutan Dr. Lukman, S.T., M.Hum. sebagai Kepala LLDIKTI Wilayah IV Jawa Barat dan Banten, yang menyebut Unpak menjadi salah satu dari 11 perguruan tinggi di wilayah IV yang ber-akreditasi unggul; dari populasi sekitar 489 perguruan tinggi yang ada di LL DIKTI Wilayah IV.  Artinya, saya patut bangga menjadi lulusan S3 Manajemen Pendidikan Unpak karena berkualifikasi “Unggul”. Memang nyata dan sangat apresiasi kepada Unpak yang penuh komitmen dan selalu mendukung penyelesaian studi bagi mahasiswanya. Dekan SPs Unpak, Kaprodi S3 MP, Promotor dan Kopromotor begitu telaten membimbing saya hingga tuntas. Saya pun menyebutnya “Pascasarjana bertangan dingin” untuk mendorong mahasiswa S3 bisa selesaikan studinya, apalagi yang kedodoran soal waktu dalam penulisan disertasi. Terima kasih untuk guru-guru saya yang luar biasa: 1) Prof. Dr. rer.pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc. (Promotor dan Rektor Upnak), 2) Prof. Dr. Ing. Soewarto Hardhienata (Dekan SPs Unpak dan Kopromotor), 3) Prof. Dr. Sri Setyaningsih, M.Si. (Ka.Prodi S3 MP Unpak), 4) Prof. Dr. Sumaryoto (Penguji dan Rektor Unindra) dan Dr. Martinus Tukiran. (Simak: Ujian Sidang Terbuka Program Studi Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan a.n Syarifudin Yunus, NPM 073118037 - Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana | UNPAK)

 

Kelulusan saya memang fakta, namun lebih dari itu, inilah momen penting untuk saya kian mendedikasikan ilmu dan pengetahuan, khususnya untuk gerakan literasi dan taman bacaan di Indonesia. Untuk meningkatkan kegemaran membaca anak-anak Indonesia melalui kiprah saya di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Berbekal disertasi berjudul “Strategi Peningkatan Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan Masyarakat
Penelitian Menggunakan Pendekatan Evaluasi Berbasis Model CIPP (Context, Input, Process, Product) Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Bogor”, saya bertekad untuk menularkan semangat belajar kepada 230-an anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka. Agar tidak ada anak yang putus sekolah, tidak ada lagi kaum buta aksara. Di samping mengenal proses dan beratnya orang belajar, sekolah, kuliah termasuk membaca buku di taman bacaan. Karena belajar dan membaca buku tidak ada yang instan, butuh proses dan perjuangan yang kadang menyakitkan. Terima kasih wali baca, relawan, dan seluruh pengguna layanan TBM Lentera Pustaka.

 

Sketsa toga seorang doktor, saya berucap syukur dan alhamdulillah. Akhrnya bisa menuntaskan studi S3 selama 6 tahun 2 bulan. Tanpa malu-malu, justru waktu selama itu menjadi renungan bersama. Bahwa belajar butuh proses, disertasi pun harus dikerjakan. Saya tidak mengejar predikat cum laude atau cepat kelar. Karena bagi saya, kuliah tidak usah buru-buru, biar merasakan stres dan susahnya kuliah, apalagi menulis disertasi. Sekalipun IPK saya tergolong "sangat memuaskan". Tapi saya justru lebih senang bercerita lamanya lulus doktor di 6 tahun 2 bulan. Karena di balik itu, ada cerita indah tentang nikmatnya bersusah payah merampungkan studi asal tidak drop out. Karena lamanya jadi mahasiswa S3 itulah dan raihan gelar doktor manajemen pendidikan ini, kian menegaskan  bahwa "jalan terjal pendidikan" itu ada. Maka dibutuhkan sikap pantang menyerah dan jiwa spartan untuk menuntaskan studi, di mana pun dan kapan pun.

 


Di balik toga yang saya kenakan, penting harus saya sampaikan. Ucapan terima kasih terima kasih kepada Universitas Indraprasta PGRI (Unindra), kampus tempat saya mengajar dan mengabdi dalam 31 tahun terakhir ini. Atas beasiswa yang diberikan kepada saya untuk studi lanjut S3 di Unpak. Terima kasih Prof. Sumaryoto, Para Wakil Rektor, Pak Dekan, dan rekan-rekan PBSI Unindra, utamanya teman seperjuangan sekelas di KS2 S3 MP Unpak. I love Unindra, kampus yang selalu mengajarkan loyalitas dalam pengabdian.

 

Alhamdulillah ya Allah, terima kasih banget. Didampingi istri, anak-anak, menantu, dan cucu, sepulang wisuda pun saya menuju TPU Munjul Cibubur. Untuk melepaskan toga yang saya kenakan di makam  Almh Ibunda Tati Raenawaty dan Alm. Bapak Ambo Lotang Yunus kedua orang tua saya tercinta. Di atas kuburnya, saya dedikasikan toga sebagai wujud berakhornya “janji” seorang anak kepada orang tuanya. Orang yang paling berjasa dalam hidup saya, bahkan lebih pantas menyandang “doktor kehidupan” untuk anak-anaknya. Gelar doktor saya ini, adalah persembahan seorang anak untuk orang tuanya tercinta. I love you, Ibu dan Bapak. (Simak: https://vt.tiktok.com/ZSMy66XoV/)

 

Akhirnya, cukup sudah. Alhamdulillah, tahapan akhir dari perjalanan studi saya sudah tuntas. Besok, hanya berharap ilmu saya bermanfaat untuk orang banyak. Selalu berdoa agar ilmu saya diberkahi Allah dan menjadi pemicu untuk terus mengabdi, melayani, dan berkontribusi nyata di TBM Lentera Pustaka dan kampus Unindra. Besok dan ke depannya, saya tidak lagi punya obsesi apapun. Cukup menjalani aktivitas hari-hari dengan rileks, mengajar di kampus. Semuanya sudah kelar, termasuk kelar dengan diri sendiri. Itulah prinsip yang selalu saya jaga. Agar selalu bisa berbuat baik dan menebar manfaat. Senantiasa memperbaiki niat, membaguskan ikhtiar, dan selebihnya menyerahkan kepada Allah SWT. Tetap tidak tertarik pada urusan orang lain, dan dengan tegas menjauh dari keluh-kesah. Jadilah literat …!!





Selasa, 25 Februari 2025

Hasil Penelitian: Apa Persepsi Generasi Milenial tentang DPLK?

Upaya mengoptimalkan kepesertaan dana pensiun di kalangan generasi milenial harus ditingkatkan. Karena salah satu manfaat utama dari dana pensiun adalah memberikan kemandirian finansial saat pensiun. Dengan adanya dana pensiun yang cukup, generasi milenial dapat memastikan keberlanjutan penghasilan di hari tua. Saat tidak bekerja lagi dan tidak punya gaji lagi, maka dana pensiun bisa jadi sumber penghasilan utama.

 

Tapi masalahnya, bagaimana kecenderungan generasi milenial dalam mempersipakan masa pensiun tidak ada yang tahu. Untuk itu, informasi dan survei terkait persepsi dan kepemilikan dana pensiun khususnya Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di generasi milenial menjadi penting dilakukan. Persepsi berkaitan erat dengan pemahaman terhadap dana pensiun yang bisa memengaruhi perilaku generasi milenial tentang dana pensiun. Atas latar belakang di atas, dibutuhkan informasi dan analisis lebih mendalam tentang persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap Dana Pensiun Lembaga Keunagan (DPLK) untuk kesejahteraan hari tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara pandang generasi milenial terhadap DPLK dan Tingkat kepesertaannya sebagai upaya memetakan pentingnya edukasi dan kemudahan akses dana pensiun pada generasi milenial di Indonesia.

 

Penelitian deskriptif tentang persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dilakukan Syarifudin Yunus, seorang edukator dana pensiun dan Asesor LSP Dana Pensiun. Dengan menggunakan metode survei dan studi literatur serta melibatkan 80 generasi milenial yang bekerja dengan rentang usia 25-40 tahun di Jakarta pada Desember 2024. Karakteristik utama generasi milenial yang menjadi responden adalah pekerja yang menerima upah atas hasil pekerjaannya, baik di sektor formal maupun informal. Pengumpulan data dilakukan dengan google-form yang disampaikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan, di samping peneliti melakukan analisis terhadap gejala yang disajikan secara kualitatif.

 

Hasil penelitian menyebutkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di Indonsia dihadapkan pada tantangan yang besar untuk terus bertumbuh dan mempu meningkatkan kepesertaaanya. Salah satunya terkait persepsi dan kepemilikian generasi milenial erhadap DPLK sebagai sarana mempersiapkan kesejahteraan di hari tua. Generasi milenial, yang lahir pada kisaran tahun 1980 hingga 2000-an ternyata belum memahami DPLK. Sekalipun bersikap lebih idealis, ambisius, dan punya obsesi bisnis yang tinggi, generasi milenial terbukti belum mempersiapkan dana pensiun secara optimal.

 


Penelitian ini menyebutkan dengan tegas 1) generasi milenial punya “minat” terhadap DPLK sebagai solusi perencanaan masa pensiun dan 2) generasi milenial memiliki konsen soal edukasi dan akses membeli DPLK secara online. Edukasi DPLK sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman generasi milenial tentang dana pensiun. Generasi milenial pun mau membeli DPLK secara individual melalui akses digital. Dengan demikian, tingkat literasi akan berbandung lurus dengan tingkat inklusi DPLK di kalangan generasi milenial. Hasil penelitian lengkap dapat disimak pada:

https://jurnal.aksaraglobal.co.id/index.php/jkpim/article/view/605

 

Simpulan penelitian ini menegaskan bahwa persepsi generasi milenial terkait DPLK masih tergolong rendah, karena 61% milenial tidak tahu tentang DPLK. Akibatnya, 86% generasi milenial yang bekerja belum memiliki program DPLK. Tingkat kepemilikian atau kepesertaan DPLK dari generasi milenial masih tergolong sangat rendah. Hanya 1 dari 10 generasi milenial yang memiliki program DPLK. Sebagai perencanaan hari tua, 78,5% generasi milenial mau membeli program DPLK secara individual, bukan diikutkan kantornya. Persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap DPLK sangat dipengaruhi oleh 1) ketidak-tahuan manfaat DPLK, 2) kurangnya edukasi DPLK kepada generasi milenial, dan 3) tidak tersedianya akses membeli DPLK yang mudah. Agar generasi milenial tetap sejahtera di hari tuanya.

Senin, 24 Februari 2025

ADPI Konsolidasikan Asesor tentang Materi KKNI Bidang Profesi Dana Pensiun

Kompetensi sumber daya manusia menjadi isu penting di tengah era digital, tanpa kecuali untuk industri dana pensiun.  Atas dasar itu, Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) melakukan konsolidasi “Pengenalan Materi KKNI Bidang Profesi Dana Pensiun” dalam nanungann LSP Dana Pensiun sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Bidang Dana Pensiun yang ditetapkan OJK No. Kep-2/D.02/2024 tentang KKNI bidang Dana Pensiun di Jakarta (25-26 Februari 2025).  Acara dibuka oleh Abdul Hadi (Kerua ADPI) dan Sularno (Sekretaris ADPI) dan diikuti 33 asesor dan trainer berkualifikasi BSNP LSP Dana Pensiun dengan fasilitaor Yuni Pratikno.

 

Pengenalan materi pelatihan dalam rangka pelaksanaan sertifikasi KKNI Bidang Dana Pensiun, mencakup 1) Mengelola Pemasaran, 2) Mengelola Layanan Kepesertaan, 3) Mengelola Pelaksanaan Investasi, 4) Merespons Risiko, 5) Melakukan Pencatatan Akuntansi, 6) Mengelola Sistem Informasi Dana Pensiun, dan 7) Melakukan Administrasi Pengupahan. Pengenalan Materi KKNI Bidang Profesi Dana Pensiun sekaligus untuk meningkatkan kompetensi SDM dana pensiun, baik kemampuan teknis maupun nonteknis. 

 

“Kegiatan pengenalan materi KKNI bidang profesi dana pensiun, tujuannya untuk menyamakan persepsi di antara asesor dana pensiun dalam mengajar dan menguji untuk KKNI Dana Pensiun sesuai ketentuan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Bidang Dana Pensiun. Harapannya, SDM dana pensiun makin berkualitas” ujar Abdul Hadi (Ketua ADPI) didampingi Sularno (Sekretaris ADPI) dalam sambutannya hari ini.

 


Kegiatan ini diikuti 33 asesor dana pensiun berlisensi BSNP di LSP Dana Pensiun seperti: Abdul Hadi, Ali Farmadi, Antonius R Tyas Artono, Arif Hartanto, Asep Saepurohman,  Asiwardi Gandhi, A. Inderahadi K, Bambang Herwanto, Bambang Sri Mulyadi, Bambang Wibisono, Budi Ruseno, Budi Sutrisno, Chairi Pitono, Edi Pujiyanto, Edy Rahardja, Faizal Ridwan Zamzany, Ganis Widio Ananto, Junaedi, M. Jihadi, Nurhasan Kurniawan, Ong Sukianto, R. Herna Gunawan, Satino, Suheri, Syarifudin Yunus, Widiyanto Fajar TP, Zain Zainuddin, Ernita Putri, Ni Made Anita Susan, Noesita Indriyani, Purwaningsih, Siti Rakhmawati, dan Vera Lolita

 

Untuk diketahui, sesuai dengan KKNI bidang Dana Pensiun, OJK telah menetapkan jenjang kualifikasi nasional dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Dana Pensiun yang mencakup Jenjang 4, Jenjang 5, Jenjang 6, dan Jenjang 7. Karena itu, jenjang kualifikasi nasional Indonesia didang Dana Pensiun diterapkan untuk a) pelaksanaan pendidikan atau pelatihanm b) pelaksanaan sertifikasi kompetensi, c) pengembangan sumber daya manusia, dan d) pengakuan kesetaraan kualifikasi. Melalui Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang Dana Pensiun diharapkan SDM dana pensiun mampu meningkatkan kompetensinya, sehingga 1) mengetahui ukuran kemampuan yang dimiliki, 2) dapat meningkatkan akses untuk mengembangkan diri, dan 3) menambah produktivitas kerja. Hal ini sejalan dengan perkembangan bisnis dan inovasi teknologi digital pada industri Dana Pensiun yang harus diimbangi dengan penguatan kualitas sumber daya manusia pelaku industri Dana Pensiun sehingga tersedia sumber daya manusia yang berintegritas dan kompeten untuk mewujudkan industri Dana Pensiun yang sehat, stabil, dan tumbuh berkelanjutan.

 

Kegiatan ini juga menjadi respon aktif terhadap POJK No. 34/2024 tentang Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia bagi Perusahaan Perasuransian, Lembaga Penjamin, Dana Pensiun, serta Lembaga Khusus Bidang Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun yang baru dirilis OJK. Sebagai bagian komitmen industri dana pensiun dalam meningkatkan kualitas SDM bidang dana pensiun. Ke depan harapannya, industri dana pensiun memiliki level kompetensi SDM yang memadai sebagai cerminan prinsip perlindungan konsumen yang optimal, tata kelola dana pensiun yang baik, dan penerapan manajemen risiko yang efektif. #LSPDanaPensiun #DanaPensiun #AsesorDanaPensiun




Memprihatrinkan, 86 Persen Milenial yang Bekerja Tidak Punya Dana Pensiun

Survei Persepsi dan Kepemilikan Dana Pensiun di kalangan generasi milenial cukup mengejutkan. Hasilnya, 86 persen generasi milenial tidak punya dana pensiun (DPLK) sehingga hari tuanya terancam bermasalah keuangan. Berpotensi besar, generasi milenial tidak mampu mencukupi biaya hidupnya sendiri di masa pensiun. Survei yang dilakukan edukator dana pensiun ini, Syarifudin Yunus, meilbatkan 80 pekerja milenial di Jakarta pada Desember 2024 lalu.   

 

Generasi milenial, yang lahir pada kisaran tahun 1980 hingga 2000-an ternyata belum memahami manfaat dana pensiun (DPLK). Sekalipun sudah bekerja, masih banyak generasi milenial yang tidak tahu dana pensiun. Milenial yang dikenal bersikap idealis, ambisius, dan punya obsesi bisnis yang tinggi, akan tetap sebagian besar belum mempersiapkan dana pensiunnya sendiri. Dalam survei persepsi dana pensiun di kalangan milenial, terbukti 61% responden generasi milenial tidak tahu tentang dana pensiun, sedangkan yang tahu dana pensiun mencapai 39%. Tingkat pengetahuan dan pemahaman generasi milenial tentang dana pensiun masih sangat rendah.

 

“Padahal banyak pekerja milenial di era sekarang, ternyata 6 dari 10 milenial tidak tahu ap aitu dana pensiun? Karenanya sangat penting dilakukan edukasi dan sosialisasi tentang dana pensiun ke pekerja generasi milenial. Tahu saja belum, apalagi memiliki dana pensiun. Cukup memprihatinkan perencanaan hari tua di kalangan milenial” ujar Syarifudin Yunus, asesor kompetensi BNSP di LSP Dana Pensiun dalam rilisnya (24/02/2025).

 

 

Akibat ketidak-tahuan itulah, 86% generasi milenial yang bekerja belum memiliki dana pensiun seperti DPLK. Hanya 14% pekerja generasi milenial yang sudah memiliki dana pensiun. Hal ini berarti, hanya 1 dari 10 generasi milenial yang memiliki dana pensiun atau DPLK. Di satu sisi, masih ada potensi pasar danapensiun yang besar di di kalangan generasi milenial. Tapi di sisi lain, kondisi ini menunjukkan kurangnya edukasi dana pensiun di kalangan milenial. Menariknya dari penelitian ini, generasi milenial ternyata memiliki ketertarikan untuk memiliki DPLK sebagai perencanaan hari tua. Ada 78,5% generasi milenial mau atau bersedia membeli program DPLK secara mandiri, sekalipun tidak diikutkan dari kantor tempatnya bekerja. Hanya 21,5% generasi milenial yang bekerja menggantungkan dana pensiun kepada kantornya. Berarti, generasi milenial sangat peduli terhadap kemudahan akses secara digital untuk bisa membeli DPLK. Inilah tantangan industri DPLK di Indonesia.  

 

Saat ditanya, apakah generasi milenial mengandalkan dana pensiun dari kantor tempatnya bekerja? Jawabnya, 80% generasi milenial menjawab “tidak”, sementara 25% milenial menjawab “iya”. Hal ini berarti, keputusan untuk memiliki DPLK pada generasi milenial merupakan keputusan personal, yang tidak bergantung kepada kantor tempatnya bekerja. Maka untuk meningkatkan kepemilikan generasi milenial terhadap DPLK sangat dibutuhkan edukasi dan kemudahan akses DPLK.

 

Persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap DPLK sangat dipengaruhi oleh 1) ketidak-tahuan tentang DPLK, 2) kurangnya edukasi DPLK kepada generasi milenial, dan 3) tidak tersedianya akses membeli DPLK yang mudah. Hal ini menjadi penyebab utama kurangnya kepemilikan DPLK di kalangan generasi milenial. Asumsi yang menyatakan dana pensiun sebaiknya disediakan oleh kantor tempat bekerja pun terbantahkan di generasi milenial, karena generasi milenial mau membeli DPLK secara individual atau mandiri.

 


Hasil penelitian tentang persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap DPLK yang tergolong rendah menegaskan pentingnya edukasi dan sosialisaisi DPLK kepada generasi milenial. Tingkat persepsi generasi milenial terhadap DPLK dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti: 1) pemahaman akan pentingnya dana pensiun, 2) budaya dan gaya hidup generasi milenial, 3) edukasi dan sosialisasi DPLK yang tergolong rendah di generasi milenial, 4) tingkat literasi dana pensiun, dan 5) kemudahan akses membeli DPLK. Sebagian besar generasi milenial beranggapan DPLK seperti tabungan biasa, bukan tabungan untuk hari tua. Untuk itu, edukasi yang tepat sangat diperlukan dalam pengembangan kepesertaan DPLK di kalangan generasi milenial. Terbukti di kalangan generasi milenial, pensiun bukanlah soal waktu atau usia melainkan soal kemandirian finansial. Maka DPLK seharusnya diposisikan sebagai kesinambungan penghasilan untuk hari tua, untuk memenuhi kebutuhan finansial di saat tidak bekerja lagi, seperti biaya makan, biaya pendidikan, tagihan bulanan, dan kesehatan.

 

Berdasarkan penelitian ini, dapat dinyatakan 1) generasi milenial punya “minat” terhadap DPLK sebagai solusi perencanaan masa pensiun dan 2) generasi milenial memiliki konsen soal edukasi dan akses membeli DPLK secara online. Edukasi DPLK sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman generasi milenial tentang dana pensiun. Generasi milenial pun mau membeli DPLK secara individual melalui akses digital. Dengan demikian, tingkat literasi akan berbanding lurus dengan tingkat inklusi DPLK di kalangan generasi milenial. Berbagai masukan terhadap pengelola DPLK disampaikan generasi milenial dalam penelitian ini, diantaranya: 1) pengelolaan DPLK harus bertanggung jawab karena menyangkut uang pensiun, 2) membuat promosi DPLK yang sesuai kelompok usia, 3) hasil investasinya harus optimal karena bersifat jangka panjang, 4) pelayanan harus berkualitas, dan 5) mempermudah proses pembayaran manfaat kepada pesertanya. Sosialisasi DPLK yang lebih intensif juga perlu dilakukan kepada generasi milenial. Saat ini tidak ada edukasi atau sosialisasi yang terencana berkaitan dengan DPLK untuk generasi milenial.

 

Sesuai dengan Peta Jalan Dana Pensiun 2024-2028 yang ditetapkan OJK, maka upaya memengaruhi persepsi dan kepemilikan DPLK di kalangan generasi milenial harus dilakukan secara signifikan. Tidak akan pernah ada generasi milenial membeli DPLK bila tidak tahu manfaatnya, tidak tahu caranya. Maka hanya edukasi yang mampu mengubah persepsi generasi milenial akan pentingnya DPLK. Bila sudah paham, maka harus didukung oleh kemudahan akses digital untuk membeli dana pensiun DPLK.

 

Persepsi generasi milenial terkait dana pensiun masih tergolong rendah, karena 61% milenial tidak tahu tentang dana pensiun. Akibatnya, 86% generasi milenial yang bekerja belum memiliki dana pensiun. Tingkat kepemilikan atau kepesertaan dana pensiun di kalangan generasi milenial tergolong sangat rendah. Dapat dikatakann hanya 1 dari 10 generasi milenial yang memiliki dana pensiun. Sebagai perencanaan hari tua, 78,5% generasi milenial mau membeli program dana pensiun secara individual, bukan diikutkan kantornya. Persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap dana pensiun sangat dipengaruhi oleh 1) ketidak-tahuan manfaat dana pensiun, 2) kurangnya edukasi dana pensiun kepada generasi milenial, dan 3) tidak tersedianya akses membeli dana pensiun yang mudah. Agar generasi milenial tetap sejahtera di hari tuanya. Salam #YukSiapkanPensiun





Sabtu, 22 Februari 2025

Zilenial Bergerak Bogor Gelar Aksi Sosial di TBM Lentera Pustaka, Ekspresikan Berdampak untuk Semua

Komunitas Zilenial Bergerak Bogor menggelar aksi sosial bertajuk “JENAKA – Jembatan Kebaikan Jembatan Kecerdasan” di TBM Lentera Pustaka Bogor (23/2/2025). Aksi sosial ini sebagai bentuk kepedulian untuk melakukan perubahan sosial. Dihadiri 60-an anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka dan para ibu, crew Zilenial Bergerak melakukan aktivitas edukasi bahaya gadget dan pergaulan bebas, bermain games, dan berbagi ceria bersama anak-anak taman bacaan.  

 

Diterima oleh Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka dan para relawan, Zilenial Bergerak yang komandoi Reza melakukan aksi sosial secara nyata sebagai bentuk kepedulian sosial. Dengan moto "Bergerak bersama, berdampak untuk semua", bertekad memberikan nilai tambah dan aktivitas sosial yang bermakna untuk masyarakat. Beranggotakan 46 Gen Z, Zilenial Bergerak berkomitmen untuk terus bergerak menebar kebaikan kepada sesama.

 

“Terima kasih kepada TBM Lentera Pustaka yang telah menerima Zilenial Bergerak untuk aksi sosial hari ini. Semoga dengan langkah kecil yang dilakukan Bersama, kita bisa berbuat lebih baik dan bermanfaat untuk masyarakat. Tentu, untuk perubahan sosial yang lebih baik” ujar Reza, Ketua Umum Zilenial Bergerak di TBM Lentera Pustakasiang ini.

 

Sebagai komunitas Gen Z, Zilenial Bergerak mengajak anak-anak TBM Lentera Pustaka bernyanyi dan memacu kreativitas, di samping mengingatkan pentingnya membaca buku untuk meraih cita-cita. Karena itu, Zilenila Bergerak juga mengajak para gen Z dan anak muda Kota Bogor untuk berkolaborasi dalam berbagai aksi kemanusiaan dan Pendidikan secara konkret. Sebagai cara sederhana mewujudkan generasi muda yang aktif, adaptif, dan kolaboratif dalam menebar kebermanfaatan.

 


“Atas nama TBM lentera Pustaka, saya mengucapkan terima kasih kepada komunitas Zilenial Bergerak. Kegaiatnnya sangat bermanfaat untuk anak-anak taman bacaan, bahkan untuk para ibu. Semoga kita dapat bekerja sama lagi dan lebih intensif dalam meningkatkan kuakitas anak-anak Indonesia ke depannya” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka.

 

Di akhir acara, TBM Lentera Pustaka Bersama Zilenial Bergerak melakukan silaturahim dan Salaman saling bermaafan menjelang ibadah puasa. Agar selalu sehat wal afiat dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan. Lalu diakhiri dengan jajanan kampung gratis bersama seluruh pengguna layanan TBM Lentera Pustaka.

 

Pesan pentiingnya, di tengah dinamika zaman, semangat kolaborasi menjadi lebih pentin untuk mencakai kebaikan dan kecerdasan bersama. Karena inovasi dan kemajuan sudah pasti membutuhkan kolaborasi, seperti Zilenial Bergerak dan TBM Lentera Pustaka. Salam literasi! #ZilenialBergerak #TBMLenteraPustaka #KolaborasiDiTBM




Kuman di Seberang Lautan Tampak, Gajah di Pelupuk Mata Tidak Tampak

 

Entah kenapa, hari ini banyak orang yang gemar mencari kesalahan orang lain. Terlalu fokus pada orang lain atau kerjanya hanya mempermasalahkan kesalahan orang lain tanpa mampu introspeksi diri. Ada lagi yang menganggap orang lain sebagai hambatan. Sampai-sampai di organisasi, membuat kebijakan orang lain tiddak boleh ngomong di mana-mana, tidak boleh mewakili organisasinya. Cara pandangnya, orang lain dianggap sebagai penyebab ketidak-mampuannya atau kegagalannya.

 

Karenanya siapapun, harus lebih bijak dalam melihat persoalan. Atas dasar objektivita, mana yang lebih besar manfaatnya mana yang tidak ada manfaatnya. Fokus pada visi dan misi, bukan pada soal yang remeh-temeh. Jangan sampai kita terlalu larut dalam soal-soal kecil yang tidak signifikan, sementara misi besar daqn tujuan organisasi malah diabaikan. Daripada mencari kesalahan orang lain, lebih baik berkolaborasi dengannya untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

 

Istilahnya, jangan hanya pintar melihat noda di pakaian orang lain, sementara sobek di pakaian sendiri tidak bisa kau lihat. Sekarang ini, makin banyak pemimpin yang kerjanya senang melihat dan mencari kesalahan orang lain. Fokusnya orang lain, bukan dirinya sendiri. Terlalu arogan dan subjektif, padahal yang dipikirkan dan disangka belum tentu sepenuhnya benar. Harus diuji public dan layak diperdebatkan.

 

Kata pepatah “kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak". Begitulah nyatanya hari ini, orang-orang yang hanya memvari kesalaha orang lain tanpa bisa melihat kesalahannya sendiri. Manusia yang lebih mementingkan kesalahan orang lain daripada kesalahan diri sendiri. Orang yang jelas-jelas benar dan diam malah tidak dibicarakan. Justru terus-menerus hanya mencari kesalahannya. Sementara misi organisasi dan dirinya sendiri bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Dengan tegas, tinggalkan pemimpin atau manusia yang hanya mampu melihat noda di pakaian orang lain tapi gagal melihat sobek di pakaiannya sendiri.

 


Ternyata dan ternyata, orang yang gampang mencari kesalahan orang lain tapi lupa melihat kesalahannya sendiri bisa ditelusuri. Biasanya orang-orang itu adalah manusia arogan dan subjektif akibta jarang bersosialisasi dan jarang bergaul. Jam terbang kehidupannya monoton. Oragnisasi hanya digunakan untuk kepentingan popularitas dan mencari perhatian. Hidupnya merasa insecure, di samping pikirannya selalu negatif. Perasaanya selalu teranacam sehingga orang lain dilihat sebagai musuh atau lawan.

 

Maka solusinya sederhana. Perbanyaklah bergaul dengan orang-orang yang pikirannya terbuka, objektif dan tidak punya kepentingan terhadap apapun. Bergaul pada orang-orang independen yang bersikap obketif dan tidak arogan. Sekaligus melatih kelembutan hati dan kepedulian sosial yang tinggi. Untuk selalu menebar manfaat kepada orang lain, bukan mencari kesalahan orang lain. Seperti melakukan aktivitas sosial dan berkiprah di taman bacaan. Hanya untuk melayani anak-anak yang membaca, mengajarkan kaum buta aksara, membimbing belajar calistung anak-anak kelas prasekolah dan menjalankan motor baca keliling. Hanya untuk menyediakan akses bacaan ke kampung-kampung, Itulah yang saya jalankan di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, yang kini melayani sekitar 250-an orang sebagai pengguna layanannya dan secara konsisten berkegiatan memasuki tahun ke delapan. Salam literasi!





CSR Bank Sinarmas Optimalkan Kegemaran Membaca dan Kredit UMKM Kaum Ibu di Taman Bacaan

Sebagai bentuk kepedulian sosial (Corporate Social Responsibility) bidang pendidikan dan taman bacaan, Bank Sinarmas menyalurkan Program CSR bertajuk “Bakti Literasi untuk Anak Indonesia” di TBM Lenterqa Pustaka di Bogor, Sabtu (22/2/2024). Penyerahan dilakukan langsung oleh Retno Tri Wulandari, Head of Corporate Secretary Bank Sinarmas dan diterima oleh Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka disaksikan oleh 50 anak pembaca aktif dan 12 ibu penerima kredit UMKM. Ikut hadir dalam event CSR ini: Narita Kusumawardhani, Epul Saepulloh, Carlos, dan Ramdhan (Bank Sinarmas), Maria dan Tim Bank Sinarmas Cabang Ciomas, wali baca, dan relawan TBM Lentera Pustaka.

 

Sebagai bank swasta nasional yang membina TBM Lentera Pustaka memasuki tahun ke-5, Bank Sinarmas menetapkan program CSR di TBM Lentera Pustaka yang terdiri dari: 1) renovasi panggung baca – toilet – musolla, perbaikan plafon ruang komputer, kredit UMKM untuk 12 ibu, pembuatan parkiran pengguna layanan TBM, dan dukungan dana operasional tahun 2025. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kegemaran membaca dan keberlanutan pendidikan anak-anak di taman bacaan, di samping pemberdayaan masyarakat.

 

“Bank Sinarmas senang dapat bekerjasama dengan TBM Lentera Pustaka. Dari tahun ke tahun terus berkembang dan pengguna layanannya semakin banyak. Maka di tahun ke-5 membina TBM, Bank Sinarmas akan aktif memberi literasi finansial tentang bank, anak-anak TBM Lentera Pustaka, di samping pembukaan rekening SIMPEL di Bank Sinarmas yang kini mencapai 41 rekening. Dan akan menyusul para relawannya. Ayo kita wujudkan anak-anak yang gemar membaca” ujar  Retno Tri Wulandari, Corporate Secretary Bank Sinarmas dalam sambutannya.

 

Dalam kesempatan ini, Bank Sinarmas juga menyerahkan bantuan pinjamam UMKM kepada 12 ibu pengantar anak ke TBM untuk membuka usaha rumahan sebagai bagian pemberdayaan ekonomi warga, di samping menyerahkan 19 rekening SIMPEL ke anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka. Diawali dengan senam literasi dan bernyanyi bersama gemar membaca, peresmian panggung baca ditandai dengan penandatanganan dan penarikan benang Logo Bank Sinarmas di panggung baca TBM Lentera Pustaka.

 


Selain ber-CSR, Bank Sinarmas pun menyediakan akses perbankan ke anak-anak usia sekolah secara langsung. Melalui Tabungan SIMPEL, anak-anak pembaca aktif diharapkan mendapat edukasi pentingnya mengelola uang dengan bijak. Ke depannya, Bank Sinarmas akan menjadikan TBM Lentera Pustaka sebagai sentra kegiatan CSR literasi finansial untuk meningkatkan pengetahuan bidang keuangan anak-anak.

 

“Atas nama TBM Lentera Pustaka, saya mengucapkan terima kasih kepada Bank Sinarmas yang telah membina TBM ini. Terus terang, apa yang diberikan Bank Sinarmas sangat bermanfaat untuk 223 anak pembaca aktif kami. Mereka jadi semangat dan termotivasi untuk tetap membaca buku” sambut Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka.

 

Melalui event CSR Bank Sinarmas ini, TBM Lentera Pustaka kian menegaskan fokusnya terhadap praktik baik di gerakan literasi dan taman bacaan. Setelah 7 tahun berdiri, TBM Lentera Pustaka kini menjalankan 15 program literasi seperti TABA (Taman Bacaan) dengan 150 anak usia sekolah, GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 60 anak usia prasekolah, YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, Koperasi SImpan Pinjam dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, DonBuk (Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), Literasi Digital, Literasi Finansial, dan MOBAKE (MOtor BAca KEliling). Tidak kurang 336 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka yang didukung oleh 12 wali baca dan relawan, di samping koleksinya mencapai lebih dari 10.000 buku.

 

Dalam konteks kepedulian sosial dan kerjasama CSR, inisiatif Bank Sinarmas ini patut menjadi teladan bagi industri jasa keuangan, khususnya dalam menggerakkan minat baca dan aktivitas positif anak-anak di tengah gempuran era digital. Acara pun diakhiri dengan ramah Tamah tim Bank Sinarmas dengan relawan TBM Lentera Pustaka. Salam literasi!

 



Jumat, 21 Februari 2025

Menjajal Toga Wisuda Doktor Bersama Anak-anak TBM Lentera Pustaka

Kemarin sebelum ke TBM Lentera Pustaka, saya mampir ke Kampus Universitas Pakuan untuk mengambil toga. Insya Allah, Rabu 26 Februari 2025, saya akan mengkuti wisuda kelulusan dari Program S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak di Bogor. Bersyukur banget akhirnya bisa diwisuda dan melewati “jalan terjal Pendidikan” (walau saya tidak perlu bercerita betapa beratnya menuntaskan studi dan disertasi hingga 11 November 2024 lalu). Bukan susah belajarnya tapi komitmen waktu dan ikhtiar yang gampang kendor di perjalanan. Tapi alhamdulillah, atas izin Allah, akhirnya saya berhasil menyelesaikan studi S3 selama 6 tahun 2 bulan.

 

Lalu setibanya di TBM Lentera Pustaka, saya langsung menjajal toga untuk wisuda nanti. Tnetu, bersama anak-anak TBM Lentera Pustaka yang memang setiap Jumat sore mereka praktik "jam baca". Selain memperkenalkan kepada anak-anak tentang toga, gelar doktor  yang saya raih bisa jadi motivasi untuk anak-anak TBM Lentera Pustaka yang berasaal dari kampung-kampung kecil di kaki Gunung Salak. Agar anak-anak tahu proses dan beratnya orang belajar, sekolah, kuliah termasuk membaca buku di taman bacaan. Belajar dan membaca buku tidak ada yang instan, butuh proses dan perjuangan yang kadang menyakitkan.

 

Bagi saya, anak-anak TBM Lentera Pustaka hari ini ladang amal sekaligus motivator utama. Apalagi disertasi saya berjudul "Strategi Peningkatan Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan Masyarakat; Penelitian Menggunakan Pendekatan Evaluasi Berbasis Model CIPP (Context, Input, Process, Product) Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Bogor", tentu menjadi disertasi langka soal taman bacaan yang diteliti secara kualitatif. Tidak banyak disertasi membahas soal tata Kelola taman bacaan. Karenanya, anak-anak TBM Lentera Pustaka sebagai objek penelitian berhak "tahu" hasil penelitian saya seperti apa? Karena banyak penelitian, hanya survei dan interview responden tapi hasil penelitiannya kayak apa tidak dipahami responden. Saya ingin dari sini, anak-anak TBM Lentera Pustaka punya kebesaran hati untuk meraih cita-citanya. Punya harapan dan impian yang membawa mereka bisa tersenyum besok. Bisa menyenangkan hati kedua orang tuanya, apapun problem ekonomi yang dihadapinya.

 

Saat menjajal toga di hadapan anak-anak, saya lagi-lagi bersyukur banget bisa kelarin studi S3 selama 6 tahun 2 bulan. Tanpa malu-malu, lamanya menuntaskan studi S3 ini akan selalu saya kampanyekan. Agar kuliah di mana pun tidak usah mengejar cum laude atau cepat kelar. Kuliah tidak usah buru-buru, biar ada stress-nya dan merasakan susahnya sampai sampai ke hati, bukan hanya di pikiran dan tindakan. Sekalipun IPK saya tergolong "sangat memuaskan". Tapi saya justru lebih senang bercerita lamanya lulus doctor 6 tahun 2 bulan. Karena saya tidak butuh predikat cum laude. Tapi saya akan suarakan jalani saja lamanya proses kuliah, nikmati kesusahannya asal tidak drop out. Karena lamanya jadi mahasiswa S3 itulah dan raihan gelar doctor ini, kian menegaskan "jalan hidup" saya untuk berada di taman bacaan dan mendukung gerakan literasi di Indonesia, selain tetap mengajar di kampus tentunya.

 


Alhamdulillah ya Allah, terima kasih banget. Insya Allah wisuda nanti, saya didampingi istri, anak-anak, menantu, dan cucu. Sebuah kebahagiaan yang patut disyukuri. Lalu akan mendedikasikan toga yang saya kenakan untuk dilepas di kubur kedua orang tua saya tercinta. Alm Bapak Ambo Lotang Yunus dan Almh Ibunda Tati raenawaty, orang yang paling saya cintai dan seharusnya pantas pula berada di samping saya saat wisuda. Gelar doktor ini, adalah persembahan seorang anak untuk orang tuanya tercinta. I love you, Ibu dan Bapak

 

Tidak lupa pula, saya harus nyatakan dengan tegas. Ucapan terima kasih kepada Universitas Indraprasta PGRI (Unindra), kampus tempat saya mengajar dan mengabdi dalam 31 tahun terakhir ini. Atas beasiswa yang diberikan kepada saya untuk studi lanjut S3 di Unpak. Terima kasih Pak Rektor, Pak Dekan dan rekan-rekan Unindra atas dukungannya kepada saya. I love Unindra, kampus yang selalu mengajarkan loyalitas dalam pengabdian. Terima kasih Unpak sebagai almamater S3 saya dan semua pihak yang membantu penyelesaian studi saya selama 6 tahun 2 bulan.

 

Cukup sudah, alhamdulillah. Gelar doktor ini menjadi tahapan akhir dari perjalanan studi saya. Semuanya sudah tuntas dan hanya berharap ilmu saya bermanfaat untuk orang banyak. Berdia agar ilmu saya diberkahi Allah dan menjadi pemicu untuk terus mengabdi, melayani, dan berkontribusi di TBM Lentera Pustaka dan kampus Unindra. Besok dan ke depannya, saya tidak lagi punya obsesi apapun. Cukup menjalani aktivitas hari-hari dengan rileks, mengajar di kampus, menjalani pekerjaan sebagai konsultan, dan insya Allah sebentar lagi mendapat anugerah “sesuatu yang indah pada waktunya”.

 

Semuanya sudah kelar dan cukup, alhamdulillah. Kelar dengan diri sendiri, itulah prinsip yang paling saya jaga. Agar tidak riweh pada urusan orang lain. Selalu perbaiki niat, ikhtiar yang baik, dan selebihnya menyerahkan kepada Allah SWT. Tinggal menjaga komitmen dan konsistensi dalam pengabdian di taman bacaan dan kampus tercinta. Katakan dengan tegas, alhamdulillah agar tidah ada alasan untuk berkeluh-kesah. Salam literasi!