Upaya mengoptimalkan kepesertaan dana pensiun di kalangan generasi milenial harus ditingkatkan. Karena salah satu manfaat utama dari dana pensiun adalah memberikan kemandirian finansial saat pensiun. Dengan adanya dana pensiun yang cukup, generasi milenial dapat memastikan keberlanjutan penghasilan di hari tua. Saat tidak bekerja lagi dan tidak punya gaji lagi, maka dana pensiun bisa jadi sumber penghasilan utama.
Tapi
masalahnya, bagaimana kecenderungan generasi milenial dalam mempersipakan masa
pensiun tidak ada yang tahu. Untuk itu, informasi dan survei terkait persepsi
dan kepemilikan dana pensiun khususnya Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di
generasi milenial menjadi penting dilakukan. Persepsi berkaitan erat dengan
pemahaman terhadap dana pensiun yang bisa memengaruhi perilaku generasi
milenial tentang dana pensiun. Atas latar belakang di atas, dibutuhkan
informasi dan analisis lebih mendalam tentang persepsi dan kepemilikan generasi
milenial terhadap Dana Pensiun Lembaga Keunagan (DPLK) untuk kesejahteraan hari
tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara pandang generasi milenial
terhadap DPLK dan Tingkat kepesertaannya sebagai upaya memetakan pentingnya
edukasi dan kemudahan akses dana pensiun pada generasi milenial di Indonesia.
Penelitian
deskriptif tentang persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dilakukan Syarifudin Yunus, seorang edukator dana
pensiun dan Asesor LSP Dana Pensiun. Dengan menggunakan metode survei dan studi
literatur serta melibatkan 80 generasi milenial yang bekerja dengan rentang
usia 25-40 tahun di Jakarta pada Desember 2024. Karakteristik utama generasi
milenial yang menjadi responden adalah pekerja yang menerima upah atas hasil
pekerjaannya, baik di sektor formal maupun informal. Pengumpulan data dilakukan
dengan google-form yang disampaikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan,
di samping peneliti melakukan analisis terhadap gejala yang disajikan secara
kualitatif.
Hasil penelitian menyebutkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di Indonsia dihadapkan pada tantangan yang besar untuk terus bertumbuh dan mempu meningkatkan kepesertaaanya. Salah satunya terkait persepsi dan kepemilikian generasi milenial erhadap DPLK sebagai sarana mempersiapkan kesejahteraan di hari tua. Generasi milenial, yang lahir pada kisaran tahun 1980 hingga 2000-an ternyata belum memahami DPLK. Sekalipun bersikap lebih idealis, ambisius, dan punya obsesi bisnis yang tinggi, generasi milenial terbukti belum mempersiapkan dana pensiun secara optimal.
Penelitian
ini menyebutkan dengan tegas 1) generasi milenial punya “minat” terhadap DPLK
sebagai solusi perencanaan masa pensiun dan 2) generasi milenial memiliki
konsen soal edukasi dan akses membeli DPLK secara online. Edukasi DPLK sangat
penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman generasi milenial tentang
dana pensiun. Generasi milenial pun mau membeli DPLK secara individual melalui
akses digital. Dengan demikian, tingkat literasi akan berbandung lurus dengan
tingkat inklusi DPLK di kalangan generasi milenial. Hasil penelitian lengkap
dapat disimak pada:
https://jurnal.aksaraglobal.co.id/index.php/jkpim/article/view/605
Simpulan penelitian
ini menegaskan bahwa persepsi generasi milenial terkait DPLK masih tergolong
rendah, karena 61% milenial tidak tahu tentang DPLK. Akibatnya, 86% generasi
milenial yang bekerja belum memiliki program DPLK. Tingkat kepemilikian atau
kepesertaan DPLK dari generasi milenial masih tergolong sangat rendah. Hanya 1
dari 10 generasi milenial yang memiliki program DPLK. Sebagai perencanaan hari
tua, 78,5% generasi milenial mau membeli program DPLK secara individual, bukan
diikutkan kantornya. Persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap DPLK
sangat dipengaruhi oleh 1) ketidak-tahuan manfaat DPLK, 2) kurangnya edukasi
DPLK kepada generasi milenial, dan 3) tidak tersedianya akses membeli DPLK yang
mudah. Agar generasi milenial tetap sejahtera di hari tuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar