Entah kenapa, hari
ini banyak orang yang gemar mencari kesalahan orang lain. Terlalu fokus pada orang lain atau kerjanya hanya
mempermasalahkan kesalahan orang lain tanpa mampu introspeksi diri. Ada lagi
yang menganggap orang lain sebagai hambatan. Sampai-sampai di organisasi,
membuat kebijakan orang lain tiddak boleh ngomong di mana-mana, tidak boleh
mewakili organisasinya. Cara pandangnya, orang lain dianggap sebagai penyebab ketidak-mampuannya
atau kegagalannya.
Karenanya siapapun, harus lebih bijak dalam melihat persoalan. Atas
dasar objektivita, mana yang lebih besar manfaatnya mana yang tidak ada
manfaatnya. Fokus pada visi dan misi, bukan pada soal yang remeh-temeh. Jangan
sampai kita terlalu larut dalam soal-soal kecil yang tidak signifikan,
sementara misi besar daqn tujuan organisasi malah diabaikan. Daripada mencari
kesalahan orang lain, lebih baik berkolaborasi dengannya untuk mencapai tujuan
yang lebih besar.
Istilahnya, jangan hanya pintar
melihat noda di pakaian orang lain, sementara sobek di pakaian sendiri tidak bisa kau lihat. Sekarang ini, makin
banyak pemimpin yang kerjanya senang melihat dan mencari kesalahan orang lain. Fokusnya orang
lain, bukan dirinya sendiri. Terlalu arogan dan subjektif, padahal yang dipikirkan
dan disangka belum tentu sepenuhnya benar. Harus diuji public dan layak
diperdebatkan.
Kata pepatah “kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk
mata tidak tampak". Begitulah nyatanya hari ini, orang-orang yang hanya
memvari kesalaha orang lain tanpa bisa melihat kesalahannya sendiri. Manusia yang
lebih mementingkan kesalahan orang lain daripada kesalahan diri sendiri. Orang
yang jelas-jelas benar dan diam malah tidak dibicarakan. Justru terus-menerus
hanya mencari kesalahannya. Sementara misi organisasi dan dirinya sendiri bukan
apa-apa dan bukan siapa-siapa. Dengan tegas, tinggalkan pemimpin atau manusia
yang hanya mampu melihat noda di pakaian orang lain tapi gagal melihat sobek di
pakaiannya sendiri.
Ternyata dan ternyata, orang yang gampang mencari kesalahan orang lain
tapi lupa melihat kesalahannya sendiri bisa ditelusuri. Biasanya orang-orang itu
adalah manusia arogan dan subjektif akibta jarang bersosialisasi dan jarang bergaul.
Jam terbang kehidupannya monoton. Oragnisasi hanya digunakan untuk kepentingan
popularitas dan mencari perhatian. Hidupnya merasa insecure, di samping
pikirannya selalu negatif. Perasaanya selalu teranacam sehingga orang lain
dilihat sebagai musuh atau lawan.
Maka solusinya sederhana. Perbanyaklah bergaul dengan orang-orang yang
pikirannya terbuka, objektif dan tidak punya kepentingan terhadap apapun. Bergaul
pada orang-orang independen yang bersikap obketif dan tidak arogan. Sekaligus
melatih kelembutan hati dan kepedulian sosial yang tinggi. Untuk selalu menebar
manfaat kepada orang lain, bukan mencari kesalahan orang lain. Seperti
melakukan aktivitas sosial dan berkiprah di taman bacaan. Hanya untuk melayani
anak-anak yang membaca, mengajarkan kaum buta aksara, membimbing belajar
calistung anak-anak kelas prasekolah dan menjalankan motor baca keliling. Hanya
untuk menyediakan akses bacaan ke kampung-kampung, Itulah yang saya jalankan di
TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, yang kini melayani sekitar
250-an orang sebagai pengguna layanannya dan secara konsisten berkegiatan
memasuki tahun ke delapan. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar