Minggu, 27 Oktober 2024

Bertempat di Curug Nangka, TBM Lentera Pustaka Kukuhkan Grading Relawan Taman Baca

Sebagai bentuk apresiasi dan upaya membangun komitmen relawan, TBM Lentera Pustaka hari ini mengukuhkan sistem “grading – penilaian” terhadap relawan yang berkiprah di taman bacaan, di samping melantik Mustopa Alwi sebagai Koordinator Relawan TBM lentera Pustaka (27/10/2024). Relawan taman bacaan sebagai orang yang telah menyumbangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengabdi sepenuh hati, dipandang perlu untuk dioptimalkan komitmennya. Agar tidak hanya dianggap “aktivitas sampingan” smata.

 

Setelah hiking melalui jalur “kali mati” dan bertempat di Curug Nangka Gunung Salak Bogor, Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka mengukuhkan secara langsung “grading relawan” tepat di air terjun curug Nangka yang ditandai dengan pembacaan komitmen relawan untuk pengabdian sepenuh hari di taman bacaan.     

 

Setelah dilantik setiap relawan dipakaikan “rompi” sebagai bukti komitmen dan konsistensi berada di taman bacaan, sesuai waktu yang ditentukan. Sitem grading realwan ini mengacu pada tingkat kehadiran dan komitmen dalam membimbing dan melayani anak-anak taman bacaan. Dengan sistem “grading”, relawan TBM Lentera Pustaka dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Relawan Tanpa Bintang: Bila mengabdi di taman bacaan belum mencapai 2 tahun.

2. Relawann Bintang 1: Bila sudah mengabdi antara 2-4 tahun di TBM Lentera Pustaka.

3. Relawan Bintang 2: Bila sudah mengabdi antara 4-6 tahun di TBM Lentera Pustsaka.

4. Relawan Bintang 3: bila sudah mengabdi lebih dari 6 tahun di TBM Lentera Pustaka.

Saat ini di TBM Lentera Pustaka, terdapat 1 orang bintang tiga, 2 orang bintang dua,4 orang  bintang satu, dan yang lainnya belum berbintang. Dengan kriteria di atas, setiaprelawan nantinya berhak membordir "logo bintang" pada rompinya masing-masing.

 


Patut diketahui, saat ini TBM Lentera Pustaka memiliki 6 wali baca dan lebih dari 30 relawan. Namun relawan yang aktif 12 orang, sedangkan 18 orang tergolong relawan tidak aktif. Di TBM Lentera Pustaka, istilah relawan tidak ada yang “berhenti atau pensiun” namun atas kesibukannya berubah dari relawan aktif menjadi tidak aktif. Artinya datang ke TBM Lentera Pustaka sesuai dengan waktu yang tersedia dan tidak memegang tanggung jawab khusus. Sementara relwan aktif, pasti memiliki tugas dan tanggung jawab di taman bacaan. Grading relawan pun hanya berlaku bagi relawan aktif. Dala kesempatan ini,Mustopa Alwi dilantik sebagai Koordinator Relawan yang akan menata kelola tgas dan fungsi kerelawanan, termasuk secara rutin mengumpulkan relawan yang tidak aktif. Termasuk “healing relawan” TBM Lentera Pustaka pada Desember 2024 ke Pulau Harapan Kepulauan Seribu.

 

Relawan adalah jiwa dan jati diri, bukan sekadar perilaku. Karenanya, sesibuk apapun

urusannya, siapapun yang tercatat sebagai relawan diimbau untuk tetap mengabdi bagi orang banyak. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya.

 

Harus dipahami, relawan taman bacaan adalah orang yang melakukan aktivitas dan mengabdi secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan. Dan karena relawan, taman bacaan dapat berbuat lebih baik dan lebih bermanfaat untuk masyarakat.

Relawan yangbekerja dari hati, bukan hanya tentang apa yang dikatakan tapi apa yang dilakukan. Salam literasi #RelawanTBM #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan




Sabtu, 26 Oktober 2024

Event ke-7 Banpem Literasi, TBM Lentera Pustaka Gelar Workshop Media Sosial Taman Bacaan

Sebagai bagian aktivitas Banpem Komunitas Literasi 2024 dari Badan Bahasa, TBM Lentera Pustaka hari ini menggelar “Workshop Media Sosial untukTBM” yang diikuti 30 relawan dan karang taruna untuk mengoptimalkan pengelolaan media sosial sebagai sentra informasi dan promosi aktivitas taman bacaan (26/10/2024). Bertempat di Rooftop Baca TBM Lentera Pustaka, kegiatan penguatan komunitas literasi ini menghadirkan narasumber: Fasha Albogori (Content Creator dan Trainer) dengan moderator Kak Susilawati (Guru dan Wali Baca).

 

Dibuka oleh Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka, workshop media sosial untuk TBM ini diharapkan dapat memacu relawan dan karang taruna untuk berani posting aktivitas taman bacaan. Bila di taman bacaan isinya perbuatan baik, kenapa tidak berani dipromosikan? Karena itu, media sosial yang dimiliki relawan maupun TBM harus dioptimalkan. Agar lebh dikenal masyarakat, dan publik tahu apa aktivitas?

 

“Saya senang banget bisa sharing di TBM Lentera Pustaka. Tempatnya asyik dan misinya membangun tradisi baca anak-anak patu diacungi jempol. Tinggal media sosialnya saja dikelola dan dioptimalkan.. Biar masyarakat tahu aktivitasnya.Bila kegiatannya positif, kenapa tidak dipromosikan di medsos?” ujar Fasha Albogori di sela acara.

 

Keberadaan media sosial sulit untuk dihindari di era digital seperti sekarang. Karenanya TBB Lentera Pustaka harus optimalkan media sosial yang dimiliki. Selain untuk memberikan infomasi terkini, media sosial pun dapat menjadi sumber inspirasi dan kepedulian masyarakat terhadap aktivitas taman bacaan. Hanya di media sosial, kreativitas relawan dipacu dan jejaringnya dapat terus bertambah. Melalui media sosial pula, taman bacaan bisa mendapatkan donasi buku atau kegiatan CSR dari lembaga.

 


Di workshop media sosial ini, peserta pun mempraktikkan langsung pembuatan video untuk medsos dan di-posting di media sosial masing-masing. Peserta workshop pun sangat antusias, terlihat dari pertanyaan yang diajukan. Di sampig untuk mengoptimalkan informasi 15 program literasi yangdijalankan TBM Lentera pUstaka, selama 6 hari dalam seminggu.

 

“Workshop media sosial ini menjadi bagian dari Banpem Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024 dari Badan Bahasa Kemdikbud RI. Harapannya, relawan dan karang taruna punya keterampilan yang cukup dalam mengelola media sosial. Agar aktivitas taman bacaan bisa diketahui orang banyak” kata Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka dalam penutupnya.  

 

Seperti diketahui, TBM Lentera Pustaka selama sebulan penuh menyelenggarakan Festival Literasi BACA EUY sebagai implementasi Banpem Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024 dari Badan Bahasa Kemdikbud RI yang melibatkan 400 warga dan anak-anak usia sekolah. Festival Literasi BACA EUY berlangsung dari 6 - 27 Oktober 2024 yang meliputi program: 1) penguatan literasi masyarakat dan 2) penguatan komunitas literasi.

 

Festival Literasi BACA EUY, TBM Lentera Pustaka menghadirkan 8 (delapan) program andalan dengan narasumber dari berbagai kalangan untuk memperkuat literasi masyarakat dan komunitas penggerak literasi. Workshop Media Sosial merupakan event ke-7 Festival Literasi BACA EUY dan besok event terakhir ke-8 yaitu “Motor Baca Keliling – Adventure Books” sebagai penutup rangkaian Banpem Literasi pada 27 Oktober 2024. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #BanpemLiterasi #KomunitasPenggerakLiterasi




Jumat, 25 Oktober 2024

Kenapa Kita di Taman Bacaan?

Ini hanya skeadar catatan literasi. Bahwa banyak orang sudah lupa. Bahwa kita tidak akan ditanya tentang amalan orang lain. Yang akan ditanya ialah tentang amalan kita sendiri.

 

Masih banyak orang lupa. Kita itu tidak akan menanggung balasan amalan yang dikerjakan orang lain. Kita itu hanya akan menanggung akibat dan balasan amalan diri sendiri.

 

Maka tidak usah membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Jangan pula kebanyakan menilai orang lain tanpa mau menilai diri sendiri. Apalagi mampu menunjuk orang lain tanpa mau menunjuk diri sendiri.

 

Apapun, cukup kerjakan yang baik. Cukup lakukan yang bermanfaat untuk orang lain. Seperti berkiprah di taman bacaan. Walau hanya membimbing dan melayani anak-anak yang membaca. Sambil bernasihat yang baik-baik. Tanpa keluh-kesah, tanpa ingin dipuji.

 

Karena saat berkiprah di taman bacaan. Setidaknya, kita sudah menjaga pancaindera untuk sesuai yang baik dan manfaat. Menjaga karunia Allah untuk yang bermanfaat. Tanpa diminta tanpa dipaksa, mau dan berani menjauh dari perbuatan sia-sia.

 


​Kita itu buat kita.

Mata yang digunakan untuk membaca buku, dan memandang hal-hal yang baik.

Telinga yang digunakan untuk mendengar bacaan anak-anak. Bukan telinga untuk mendengar cacian atau keluhan.

Mulut yang dipakai untuk bernasihat, berkata,-kata yang punya manfaat. Bukan mulut untuk ghibah atau gosip.

Tangan yang dipakai untuk membuka halaman buku atau memegang pundak anak-anak yang membaca sambil memotivasi.

Bahkan kaki yang dipakai untuk melangkah ke taman bacaan, ke tempat yang bertabur pahala.

 

Kita buat kita, bukan untuk orang lain. Maka ikhtiar terus yang baik untuk kita. Jangan pernah mau tahu dan jangan cari tahu tentang orang lain. Apa pun, diri kita yang mengawal diri kita sendiri, bukan orang lain. Maka jagalah diri kita, hingga kapan pun dan di mana pun.

Kita itu buat kita, bukan buat orang lain. Tergantung apa yang kita kerjakan, bukan apa yang orang lain katakan. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

 

Selalu Merasa Cukup

Suatu kali ibuku, pernah membisikkan sesuatu di telingaku. Pelan dan begitu menyentuh. Katanya, “Nak, bila air yang sedikit bisa menyelamatkanmu dari rasa haus. Maka tidak perlu meminta yang lebih banyak bila akhirnya akan membuatmu tenggelam”.

 

Maka lebih baik selalu merasa cukup dari apa yang kamu miliki. Ya, selalu merasa cukup. Begitulah kata Ibu membisik di telingaku. Hingga kini masih terngiang dan membekas.

 

Namanya juga manusia, kata ibu, pasti tidak terlepas dari masalah, dari cobaan. Jangan lupa, hanya ada dua hal yang datang silih berganti dalam kehidupan manusia. Yaitu kesenangan dan kesedihan. Selagi masih di dunia, hanya dua kemungkinan, suka atau duka. Itulah kodrat hidup untuk selalu diambil hikmahnya.

 

Tapi apapun alasannya, tidak ada orang yang selamanya senang atau susah terus menerus. Tidak pula ada yang suka atau duka melulu. Silih berganti dan itu pasti. Maka penting, sikap untuk merasa cukup. Agar selalu bersyukur di kala senang, dan bersabar di kala sedih.

 

Ingatlah kalimat bisikan Ibu. Saat senang, kamu harus bersyukur. Ketika sedih, kamu harus bersabar. Sebab ketika mampu bersyukur, semuanya akan baik-baik saja. Tapi sebaliknya, ketika lebih banyak mengeluh maka jiwa dan hati selalu terpuruk.

 

Selalu merasa cukup itu penting. Daripada membandingkan diri dengan orang lain. Bersikap untuk apa adanya, rela menerima dan merasa cukup atas apa yang dimiliki. Bah semuanya sudah pantas untuk kita, dan segalanya atas kehendak Allah. Untuk merasa cukup, siapapun dituntut untuk selalu bersyukur bukan mengeluh.

Sementara sikap rakus hingga jumawa,  adalah sikap yang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Selalu ingin lebih dan pasti lupa untuk membantu orang lain. Enggan berbuat baik dan mengabaikan manfaat bagi orang lain. Hingga lupa, untuk merasa cukup dalam hidup.

 


Ibu yang selalu membisikkan di telingaku. Jangan banyak mengeluh. Bila belum mampu bersyukur, hindari mengeluh sana-sini. Terkadang, hidup yang kita keluhkan justru hidup yang sangat didambakan oleh orang lain. Gampang mengeluh dan tidak mau bersyukur, di situ sudah dekat dengan kejahatan.

 

Merasa cukup, itulah spiritku berada di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Hanya sediakan tempat membaca, membimbing dan memotivasi anak-anak kampung untuk membaca buku. Atas dasar komitmen sepenuh hati, konsisten sepenuh waktu. Untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Cukup, cukup, dan cukup. Sambil menjaga ikhlas dalam setiap tindakan.

 

Dan kini, aku kini membisikkan kepada diriku sendiri. Untuk selalu merasa cukup dalam hidup. Untuk tidak usah khawatir dengan penilaian orang lain. Karena sejatinya, aku  tidak disuruh untuk lebih baik dari orang lain. Melainkan hanya hanya berusaha lebih baik dari diriku sebelumnya.

 

Bersikaplah merasa cukup. Itulah pelajaran literasi paling penting. Maka apapun tentang orang lain, jangan tahu dan jangan pula cari tahu. Tapi carilah lebih banyak tahu tentang ide, gagasan dan pemikiran baik dan bermanfaat. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

 

SMP Negeri 216 Gelar HARTA dan Membaca Bersama di Bulan Bahasa 2024

Memperingati Bulan Bahasa tahun 2024, SMP Negeri 216 Jakarta menggelar acara workshop literasi sekolah bertajuk “HARTA (HARmony TAlenta)” sebagai ikhtiar untuk mengoptimalkan kompetensi membaca dan menulis, di samping menyediakna ajang ekspresi siswa (25/10/2024). Menghadirkan narasumber tunggal, Syarifudin Yunus, pegiat literasi TBM Lentera Pustaka dan Dosen FBS Unindra yang diikuti 1.000-an siswa SMPN 216 dan para guru.

 

Bertempat di halaman sekolah sambil lesehan, para siswa sangat antusias mengikuti literasi kegiatan literasi sekolah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia dan berkomunikasi yang dilandasi membaca dan menulis. Untuk itu, semua siswa diberikan tips membaca yang efektif dengan orientasi 1) membaca dari sekarang, 2) membaca yang banyak, 3) membaca sebagai kebiasaan, 4) membaca dengan tujuan, dan 5) membaca hingga tuntas.  Di samping sebagai implementasi gerakan literasi sekolah, workshop ini sekaligus mengajak siswa SMPN 216 Jakarta menjadi lebih literat melalui aktivitas membaca dan menulis di sekolah.

 

"Kami di SMPN 216 Jakarta sangat peduli terhadap kemampuan literasi siswa. Karena literasi menjadi bagian Asessmen Kompetensi Minimal (AKM) yang harus dilakukan, siswa pun diajarkan untuk menulis artikel. Untuk itu, kompetensi siswa dalam baca-tulis harus diperkuat. Alhamdulillah, motivasi literasi dari Pak Syarif sangat menggelegar” ujar M. Zain Syairin, S. Pd., Wakasek SMPN 216 bidang Kurikulum didampingi Sumiarsih, S. Pd. (Wakil Sasprashum) dan Nurdina, S. Pd. (Wakil Kesiswaan) dan para guru Bahasa Indonesia di sela acara.

 

Syarifudin Yunus, sebagai narasumber yangsekaligus alumni SMPN 216 tahun 1986 menekankan pentingnya siswa SMP untuk memperkuat kemampuan literasi, khususnya aktivitas membaca dan menulis di Tengah era digital. Karena itu, semua siswa diajak praktik membaca bersuara secara bersama-sama. Setelah itu untuk bisa menulis, siswa pun diajarkan menulis berdasarkan apa yang sudah dibaca sebagai cara menuangkan ide dan gagasan. Selebihnya, para siswa diberi tahu sumber ide menulis dari 1) pengetahuan, 2) pengalaman, dan 3) perasaan.

 


"Luar biasa, sebagai alumni saya bangga bisa berbagi motivasi literasi di SMPN 216 Jakarta. Terbukti adik-adik saya di SMPN 216 punya antusiasme tinggi dalam berliterasi. Mau membaca, harus jadi modal penting mereka untuk membangun gerakan literasi di sekolah sekaligus menatap masa depan dengan optimis. Literasi adalah cara penting untuk mengajak siswa dalam membaca dan menulis atas dasar pengetahuan, pengalaman atau perasaannya sendiri " kata Syarifudin Yunus di atas panggung.

 

Syarif pun mengajak siswa SMPN 216 Jakarta untuk bersikap literat dalam segala keadaan. Mau menerima realitas yang terjadi dalam kehidupan. Perilaku membaca harus terus digalakkan di sekolah. Prinsipnya, siswa SMP harus dilatih untuk membaca dari sekarang hingga membaca jadi kebiasaan.

 

Kegiatan Bulan Bahasa tahun 2024 yang bertajuk “HARTA (HARmoni TAlenta)” SMPAN 216 Jakarta juga disemarakkan dengan aktivitas seperti lomba fashion show pahlawan, lomba musikalisasi puisi, lomba cipta pantun, lomba kording, lomba mendongeng, dan peampilan band siswa. Agar nantinya, literasi sekolah menjadi lebh kuat dan bermanfaat. Karena sejatinya, literasi adalah perbuatan sadar untuk menjadikan keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Lebih berprestasi dari sebelumnya, karena literasi selalu dilatih dan dibiasakan di sekolah. Salam literasi #SMPN216Jakarta #WorkshopLiterasi #GerakanLiterasiSekolah #BulanBahasaSMPN216

 




Selasa, 22 Oktober 2024

Siapkan Disertasi tentang Taman Bacaan, Pendiri TBM Lentera Pustaka Tuntaskan Ujian Tertutup

Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak) siap lahirkan doktor manajemen pendidikan bidang taman bacaan, setelah hari ini menggelar ujian tertutup disertasi promovendus Syarifudin Yunus NPM 073118037 yang dinyatakan lulus dan akan masuk “babak final” sidang terbuka promosi doktor. Di hadapan dewan penguji yang terdiri dari: Prof. Dr. Sri Setyaningsih, M.Si. (Ketua merangkap Ketua Prodi S3 Manajemen Pendidikan SPs Unpak), Prof. Dr. rer. pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc., IPU, ASEAN. Eng, APEC. Eng. (Promotor dan Rektor Unpak), Prof. Dr-Ing. Soewarto Hardhienata (Dekan Sekolah Pascasarjan Unpak), Dr. Martinus Tukiran, M.T. (Kopromotor), dan penguji eksternal Prof. Dr. H. Sumaryoto (Rektor Universitas Indraprasta PGRI), promovendus mempertahankann disertasi berjudul “Strategi Peningkatan Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan Berbasis Model CIPP Pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kabupaten Bogor.

 

Bertempat di Kampus Pascasarjana Unpak Bogor, disertasi ditulis berangkat dari kegelisahan tentang pentingnya mengukur efektifitas tata kelola taman bacaan. Di samping belum adanya evaluasi secara kualitatif tentang tata kelola taman bacana untuk meningkatkan peran taman bacaan di masyarakat. Taman bacaan sebagai bagian pendidikan nonformal masih dihadapkan pada kendala dan tantangan yang tidak kecil, khususnya untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca masyarakat. Untuk itu, diperlukan evaluasi secara komprehensif tentang tata kelola taman bacaan sebagai strategi untuk meningkatkan efektivitas tata kelola ke depannya. Hal ini sesuai dengan amanat UU No. 43/2007 tentang Perpustakaan, yang menegaskan taman bacaan masyarakat sebagai salah satu bagian dari program pendidikan nonformal yang ikut mencerdaskan kehidupan bangsa serta usaha melestarikan program pendidikan melalui pengembangan gerakan literasi serta pengembangan budaya baca pada masyarakat.

 

Adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, promovendus melakukan penelitian terhadap tata kelola taman bacaan. Sebagai mahasiswa Program Studi Doktor (S3) Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana Unpak, promovendus menggunakan pendekatan evaluasi dengan Model CIPP (Context, Input, Process, Product) untuk menyajikan paparan hasil penelitian tentang strategi peningkatan tata kelola taman bacaan. Melalui pengumpulan data dengan studi dokumen, wawancara, focus group discussion, dan observasi ke taman bacaan, penelitian disertasi ini bertumpu pada kebaruan penelitian (state of the art) yaitu 1) ditemukannya faktor-faktor baru untuk mengetahui startegi peningkatan efektivitas pengelolaan taman bacaan masyarakat, 2) ditemukannya metode atau cara baru dalam mengukur efektivitas tata kelola taman bacaan masyarakat, dan 3) ditemukannya unit analisis secara kualitatif tentang stratgei peningkatan efektivitas tata kelola taman bacaan masyarakat yang selama ini belum pernah dievaluasi secara mendalam.

 


Berbagai masukan untuk memperkaya analisis dan hasil penelitian disertasi ini disampaikan para penguji. Mulai dari narasi dampak, penguatan narasi strategi, peran teknologi dalam kegiatan membaca, penguatan prosedur penelitian yang dijalankan akan direvisi dan dioptimalkan sehingga hasil penelitian disertasi menjadi lebih bermanfaat dan dapat menjadi acuan bagi tata kelola taman bacaan masyarakat di berbagai daerah. Penelitian disertasi yang berlangsung pada April-Juli 2024, menyimpulkan stratgei peningkatan efektivitas tata kelola taman bacaan berbasis model CIPP adalah sebagai berikut:

 

1. Strategi peningkatan efektivitas tata kelola taman bacaan berbasis CIPP pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kabupaten Bogor ditinjau dari seluruh komponen model CIPP (Context, Input, Process, Product) dapat dikategorikan tergolong “cukup” (belum efektif tapi di atas kurang efektif) dengan skor rata-rata 3,56. Oleh karena itu, taman bacaan masih perlu meningkatkan tata kelolanya agar dapat memberikan dampak nyata dalam meningkatkan minat dan kegemaran baca masyarakat.

2. Strategi peningkatan efektivitas tata kelola taman bacaan berbasis model CIPP dapat dilakukan dengan bertumpu pada: a) meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca buku, b) memperkuat komitmen sumber daya manusia atau relawan yang berkiprah di taman bacaan, c) melengkapi fasilitas pendukung taman bacaan, d) mengatasi masalah pendanaan atau biaya operasional, dan e) berkoordinasi untuk mendapatkan ukungan pemerintah daerah.

3. Maka untuk memperkuat strategi peningkatan efektuvitas tata kelola taman bacaan, beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah: a) kebijakan/regulasi yang mendukung dari pusat, daerah, kecamatan dan desa, b) memiliki tujuan yang jelas dalam pendirian taman bacaan, c) berorientasi pada sasaran yang jelas, d) didukung SDM dan struktur organisasi yang terkoordinasi dengan baik, e) didukung sarana dan prasarana yang memadai, f) berusaha mencapai anggaran atau pendanaan yang memadai, g) melakukan perencanaan program literasi tahunan, h) membuat laporan dan aktivitas secara rutin yang dipublikasi di media sosial atau website, i) mau dan berani melakukan sosialisasi ke masyarakat, j) melakukan kegiatan evaluasi secara rutin, k) mencapai hasil yang berdampak konkret di masyarakat, dan l) membangun reputasi secara terukur dan efektif secara berkelanjutan.

 

“Disertasi ini unik dan menarik, untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca di Indonesia. Selain evaluasi, strategi peningkatan efektivitas tata kelola taman bacaannya harus diperkuat. Agar memberi dampak dan manfaat besar bagi dunia literasi dan taman bacaan. Perlu diungkap juga peran teknologi dalam kegiatan membaca” ujar Prof. Dr. H. Sumaryoto, penguji eksternal sata memberikan tanggapan.

 

Setelah ujian tertutup disertasi ini, promovendus akan melalukan perbaikan dokumen disertasi sesuai masukan tim penguji dan melanjutkan ke sidang terbuka promosi doktor. Dengan begitu, Pascasarjana Unpak segera melahirkan doktor manajemen pendidikan bidang taman bacaan. Promovendus merupakan pelaku taman bacaan dengan mendirikan TBM Lentera Pustaka pada tahun 2017 sekaligus menjadi akademisi yang meneliti taman bacaan. Sebuah penelitian dan analisis yang tidak banyak dilakukan di dunia pendidikan, sekalipun taman bacaan menjadi bagian dari pendidikan nonformal. Hasil peneitian ini sekaligus menjadi sumbangsih Unpak terhadap gerakan literasi dan taman bacaan di Indonesia. Agar minat dan kegemaran membaca masyarakat semakin meningkat di era revolusi industri. Salam literasi #DisertasiTamanBacaan #TBMLenteraPustaka #PenelitianTamanBacaan




Minggu, 20 Oktober 2024

Diskusi Banpem Literasi di TBM Lentera Pustaka, Bagaimana Relawan Seharusnya?

Sebagai bagian aktivitas Banpem Komunitas Literasi 2024 dari Badan Bahasa, TBM Lentera Pustaka hari ini menggelar “Diskusi Semangat Kerelawanan TBM” yang diikuti 30 relawan, mahasiswa, dan karang taruna untuk memperkuat semangat kerelawanan praktik baik di taman bacaan (20/10/2024). Bertempat di Rooftop Baca TBM Lentera Pustaka, kegiatan penguatan komunitas literasi ini menghadirkan narasumber: Ipul Saepulloh (Pengurus Forum TBM Jawa Barat) dengan moderator Syarifudin Yunus (Pendiri TBM Lentera Pustaka).

 

Bertajuk “Terus Bergerak, Perbanyak Jejak”, Kang Ipul dalam pemaparannya menegaskan pentingnya menjaga semangat kerelawanan di taman bacaan. Caranya, dengan membuka mata, telinga dan hati untuk membantu orang lain, khususnya demi tegaknya kegemaran membaca di taman bacaan masyarakat. Karena sejatinya, menadi relawan adalah latihan kebajikan, yang memungkinkan seseorang menjadi versi terbaik dari dirinya dengan terus menerus berbuat baik bagi orang lain.

 

“Saya senang bisa diskusi dengan teman-teman relawan di TBM Lentera Pustaka. Menjadi relawan adalah tugas moral untuk membantu sesama tanpa harapan imbalan. Yuk sama-sama kita perkuat semangat kerelawana di taman bacaan” ujar Ipul Saepulloh dalam paparannya.

 

Relawan, harus diakui, menjadi elemen penting dalam menjalankan aktivitas dan program taman bacaan. Karenanya, semangat kerelawanan menjadi penting untuk membangun keterampilan sosial, di samping membangun jaringan dan kepekaan dalam minat dan pengabdian yang sama. Melalui kerja kerelawanan, harapannya dapat meningkatkan kualitas hidup melalui perbuatan baik dan menebar manfaat ke sesama. Karena relawan adalah seseorang yang secara sukarela menyanggupi untuk melakukan suatu layanan secara cuma-cuma, di samping untuk membantu menjawab permasalahan yang ada di masyarakat.

 


Antusiasme peserta diskusi pun terlihat dari pertanyaan yang diajukan, untuk mendalami spirit menjadi relawan di taman bacaan. Dalam suasana rileks, peserta diskusi juga menyampaikan pengalamannya selama menjadi relawan di TBM Lentera Pustaka. Saat ini TBM Lentera Pustaka memiliki 6 wali baca dan 12 relawan aktif yang menjalankan 15 program literasi, selama 6 hari dalam seminggu. Menjadi relawan taman bacaan harus terus ditumbuhkan pada setiap pribadi, sebagai bagian dari pengabdian sosial.

 

“Terus terang, relawan itu soal penting di taman bacaan. Karenanya event ini harapannya bisa jadi spirit baru untuk relawan TBM Lentera Pustaka. Untuk memperkuat tekad dan komitmennya mengabdi di taman bacaan. Aktivitas di luar TBM tetapbisa berjalan tapi pengabdian di literasi tetap diusahakan sebisa mungkin” kata Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka dalam penutupnya.  

 

Seperti diketahui, TBM Lentera Pustaka selama sebulan penuh menyelenggarakan Festival Literasi BACA EUY sebagai implementasi Banpem Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024 dari Badan Bahasa Kemdikbud RI yang melibatkan 400 warga dan anak-anak usia sekolah. Festival Literasi BACA EUY berlangsung dari 6 - 27 Oktober 2024 yang meliputi program: 1) penguatan literasi masyarakat dan 2) penguatan komunitas literasi.

 

Festival Literasi BACA EUY, TBM Lentera Pustaka menghadirkan 8 (delapan) program andalan dengan narasumber dari berbagai kalangan untuk memperkuat literasi masyarakat dan komunitas penggerak literasi. Event ke-7 Festival Literasi BACA EUY, yaitu “Pelatihan Media Sosial TBM” pada 26 Oktober dan event ke-8 “Motor Baca Keliling – Adventure Boooks” sebagai penutup rangkaian Banpem Literasi pada 27 Oktober 2024. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #BanpemLiterasi #KomunitasPenggerakLiterasi

 



Sabtu, 19 Oktober 2024

Jangan Merasa Spesial di Taman Bacaan, Teruslah Memperbaiki Diri

Jangan pernah merasa istimewa di taman bacaan. Karena begitu merasa istimewa, maka ekspektasi jadi berlebihan. Pikirannya jadi mengawang-awang, harapannya jadi selangit. Akhirnya kehilangan fokus, tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan? Karena merasa istimewa di taman bacaan, inginnya mendapatkan pengakuan bahkan pujian.

 

Jangan pernah merasa kecewa di taman bacaan. Agar siapapun, bisa terus berjuang dan ikhtiar. Untuk menegakkan kegemaran membaca dan budaya literasi masyarakat. Jangan merasa Istimewa atau diistimewakan, bila tidak ingin kecewa. Karena taman bacaan, hanya tempat membaca buku, tempat melayani umat, dan jadi ladang amal bagi siapapun. Seperti ungkapan, tidak ada teori yang paing benar di taman bacaan. Maka tidak ada pula orang paling penting di taman bacaan. Semuanya berjalan sesuai kehendak-Nya, sesuai ikhtiar yang dilakukan di tamann bacaan.

 

Jangan merasa Istimewa di taman bacaan. Agar tetap mau memperbaiki diri, agar tetap ikhtiar yang baik lagi bermanfaat. Di taman bacaan, tidak usah Istimewa tapi cukup jadi orang biasa. Biarkan orang lain merasa lebih baik dari yang lainnya. Tapi di taman bacaan, cukup jadi tempat pengabdian dan aktualisasi diri. Karena faktanya, tidak ada orang yang bisa hebat dan luar biasa dalam segala hal.

 

Bila di luar sana, ada orang yang tidak lagi mau belajar. Cara beripikirnya salah, perilakunya keliru. Pandangannya terbatas sehingga tidak lagi mau memperbaiki diri. Itu semua terjadi karena merasa dirinya istimewa. Tidak tahu kekuarangan yang ada di dalam diri sendiri. Jangan lagi fokus pada kelebihan yang dimiliki saat ini, teruslah memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan. Agar tetap mau belajar dan meningkatkan kualitas diri. Sambil bertanya, apa pantas kita merasa Istimewa?

 


Jangan pernah merasa Istimewa bila tidak mau kecewa. Karena sejatinya, tidak semua orang mengerti kondisi kita. Maka jangan terlalu banyak berharap kepada orang lain. Cukup kerjakan yang baik dan tebarkan terus manfaat di taman bacaan. Atas nama kemanusiaan dengan penuh komitmen dan konsistensi. Selebihnya, mintalah pertolongan kepada-Nya, yang tidak akan pernah mengecewakan hamba-Nya. “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan” (Hud:115).

 

Jangan pernah merasa Istimewa. Agar kepercayaan diri itu tidak berlebihan. Hingga merasuk dalam delusi dan halusinasi. Saat merasa Istimewa, di situ sifat sombong bermukim. Jumawa pada keadaan sehingga bila hal yang buku terjadi selalu akan menyalahkan orang lain. Hingga lupa bahwa tiap orang pasti punya kekurangan.

 

Berkiprah di taman bacaan memang sulit. Butuh komitmen dan konsistensi sepenuh hati. Selalu ada banyak tantangan menghadang. Maka jangan pernah merasa Istimewa, jangan pula berharap pada manusia.Agar tidak mudah kecewa. Cukup berharaplah kepada Allah saja balasannya. “Barangsiapa berharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Al Kahfi:107-110).

 

Jangan pernah merasa Istimewa di taman bacaan, di mana pun. Cukup perbaiki niat, baguskan ikhtiar dan perbanyak doa. Sambil tetap ikhlas berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama tanpa meminta balasan dari manusia. Hingga waktunya tiba … Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen






Apa Iya Jadi Kuliah Doktor Itu Gampang Banget?

Sementara banyak orang meributkan "doktor seorang menteri - Dr. Bahlil" yang dianggap instan. Akhirnya alumni kampus terkemuka itu pun protes ke rektornya. Apa pasalnya? Mungkin, di situlah pentingnya transparansi dan proses. Biar nggak ada prasangka. Transparansi dan proses itu penting banget, apalagi di dunia literasi dan akademik - ilmiah.

 

Terus terang, saya sih nggak malu jadi mahasiswa S3 sudah jalan 6 tahun (asal nggak DO). Masuk di Prodi S3 Manajemen Pendidikan tahun 2018 atas beasiswa dari kampus tempat saya mengajar, Universitas Indraprasta PGRI. Sekarang sudah tahun ke-6, toh saya tetap berproses menulis disertasi. Semuanya, saya nikmati saja prosesnya.

 

Kenapa proses itu penting? Ya iyalah, biar nggak ujug-ujug jadi doctor. Kan saya bukan ketua partasi, bukan menteri, bukan pula selebriti yang bisa meraih gelar “doctor honoris causa” seketika. Asal saya tetap berproses untuk menuntaskan studi S3. Kalau boleh berbagi, ya beginilah prosesnya:

      

1.     Sejak Agustus 2018, setelah kuliah selama 3 semester, pada Juli 2019 saya jadi mahasiswa pertama di kelas yang bisa ujian judul disertasi duluan.

2.     Tapi setelah itu menghilang dan malas mengerjakan sisertasi, akhirnya baru bisa ujian proposal dan instrumen penelitian pada 27 Maret 2024 lalu.

3.     Kemudian setelah penelitian ke lapangan di Bogor, akhirnya ujian hasil penelitian disertasi pada 4 Oktober 2024 kemarin.

4.     Lalu 10 Oktober 2024, berhasil ujian seminar action plan yang dihadiri 262 peserta dari berbagai unsur: pegiat literasi, pengelola TBM, guru, dosen dan mahasiswa.

5.     Dan alhamdulillah, insya Allah Selasa depan 22 Oktober 2024 akan ujian tertutup di hadapan 5 penguji, termasuk penguji eksternal yang kebetulan Prof. Dr. Sumaryoto, Rektor Universitas Indraprasta PGRI.  

6.     Bila berjalan lancar, saya pun meniatkan - merencanakan bisa ujian terbuka doktor pada awal November 2024 nanti.

 

Itu semua proses. Tulisan ini pun sebagai bagian transparansi perjuangan seoarang mahasiswa S3 yang masih berjibaku untuk menyelesaikan studinya. Saya harus ujian 6 kali untuk mejadi doktor manajemen pendidikan. Sekalipun saya sudah mengajar di kampus Unindra selama 30 tahun. Begitulah proses dan fakta yang saya jalani saat menempuh S3. Biar nggak ada orang yang menyangka instan atau apalah. Ternyata, urusan studi lanjut S3 cuma soal "kerajinan", kalau malas menulis disertasi sudah pasti bablas bahkan bisa DO.

 


Sebagai pendiri TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor pun, disertasi saya pilih "Efektivitas tata kelola taman bacaan pada TBM di Kab. Bogor". Banyak orang bilang unik dan menarik, karena tidak banyak orang yang meneliti taman bacaan. Apalagi penelitinya seorang pelaku TBM sekaligus akademisi. Selama ini banyak yang meneliti taman bacaan tapi dia seorang akademisi, bukan pelaku TBM. Disertasi yang tergolong langka, membahas taman bacaan masyarakat.

 

Selain memformulasikan tentang cara mengukur efektif atau tidak efektifnya tata kelola taman bacaan, disertasi saya juga berangkat dari kegundahan tentang dunia literasi dan taman bacaan itu sendiri. Kok bisa taman bacaannya tidak dikelola dengan optimal mengaku pegiat literasi? Kok bisa menyamakan TBM yang baru seumur jagung dengan yang lama? Kok bisa mendiskusikan baik tidaknya pengelolaan taman bacaan tapi taman bacaannya sendiri tidak diurus. Jadi, apa ukurannya taman bacaan masyarakat yang efektif dan tidak efektif? Gelisah karena tidak ada pakem yang jelas untuk mengukur efektivitas taman bacaan. Maka saya teliti soal taman bacaan.

 

Maka besok, disertasi saya pasti "tidak laku" di mata pegiat literasi yang nggak masuk kriteria ilmiah. Ada 13 rekomendasi saya tentang tata kelola taman bacaan yang efektif. Bukan sekadar literasi dan taman bacaan yang dipandang hanya sebatas "sejarah" tanpa rekam jejak, tanpa diurus dengan baik dan benar. Maka lagi-lagi penting, adanya proses dan transparansi. Karena rekam jejaknya bisa dilacak. Bukan ujug-ujug sehingga menimbulkan prasangka dan pertanyaan. Mohon maaf, hari ini ngobrol bareng di warung kopi soal buku dan literasi pun sudah bisa mengaku pegiat literasi. Apa iya begitu?

 

Kita sering lupa, proses dan transparansi itu penting banget. Karena siapapun yang berproses pasti akan memakan waktu yang lebih lama. Siapapun yang transparan pun bisa dilihat rekam jejaknya. Proses dan transparansi adalah kunci untuk memajukan apapun, karena tidak ada yang gelap, tidak ada yang sembunyi-sembunyi ataupun remang-remang.

 

Jadi, dunia akademis dan taman bacaan memang penuh dengan prasangka. Karena mengabaikan proses dan transparansi. Begitulah tentang Doktor Bahlil yang hari ini banyak dibicarakan. Sebenarnya sederhana, nggak usah takut "dicurigai" jadi doktor di mana pun bila proses dan transparasinya terjadi. Silakan cek ke lapangan, cek ke kampus, cek ke tempat penelitiannya. Semuanya bisa jadi bukti …. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Senin, 14 Oktober 2024

Pentingnya Digitalisasi Dana Pensiun

Buku “Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Dana Pensiun Indonesia 2024-2028” dari OJK sudah menegaskan salah satu arah pengembangan dana pensiun di Indonesia adalah “digitalisasi dana pensiun”. Karena dengan digitalisasi, dana pensiun dipastikan dapat memberikan layanan yang optimal kepada setiap peserta. Di samping dapat menjangkau peserta baru pada sektor informal dan individu. Maka ke depan, digitalisasi dana pensiun menjadi keharusan.

 

Tanpa mau men-generalisasi, ada pertanyaan publik atau peserta DPLK. Bagaimana cara mengecek saldo DPLK-nya, seperti di aplikasi JKM BPJS TK? Bagaimana bila ingin melakukan pengkinian data? Bagaimana bila ingin melaporkan bila kartu peserta DPLK hilang? Dan bagaimana mengetahui syarat-syarat pencairan manfaat pensiun? Dan bagaimana-bagaimana yang lainnya. Agar peserta lebih mudah dan publik bisa tahu, tentu digitalisasi dana pensiun memiliki peran penting untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara otomatis atau melalui chat layanan digital yang tersedia. Untuk mengecek konsen publik atau peserta DPLK, silakan diceka di https://www.youtube.com/watch?v=WnFWsjr_7lQ

 

Kita tahu bersama, saat ini OJK sedang melakukan kajian pendalaman pasar dana pensiun melalui “digitalisasi dana pensiun”. Selain menjadi prioritas pengembangan industri dana pensiun ke depan, digitalisasi dana pensiun penting untuk menggarap peserta individu baru dan mengoptimalkan layanan peserta dana pensiun. Untuk itu, inisiatif digitalisasi dana pensiun menjadi prioritas. Harus dikawan progress-nya dari waktu ke waktu. Agar industri dana pensiun terus berproses digital dan memastikan inisiatif digitalisasi berjalan sesuai rencana.

 

Untuk memulai digitalisasi dana pensiun, mungkin pertanyaan-pertanyaan di bawah ini bisa menjadi alat ukur tentang digitalisasi dana pensiun:

1.       Apakah layanan DPLK sudah bisa dilakukan melalui digital, seperti pendaftaran peserat baru, perubahan arahan investasi, pengecekean saldo DPLK, dan pencairan manfaat DPLK ketika usia pensiun tiba?

2.       Apakah peserta bila mau menambah iuran sukarela DPLK bisa dilakukan secara sukarela?

3.       Atas sebab apaun, apakah peserta DPLK dimudahkan bila mau mengalihkan dananya ke DPLK lain?

4.       Apa saja informasi kepesertaan atau edukasi yang diberikan kepada peserta DPLK yang sudah menjadi peserta tahunan secara rutin?

5.       Bagaimana cara peserta DPLK eksisting tahu adanya layanan manfaat pensiun lain seperti dana pendidikan, dana perumahan, dana ibadah keagamaan atau dana kesehatan?

6.       Bagaimana solusi layanan digital dalam 5 tahun terakhir yang diberikan kepada peserta DPLK? Sebagai bagian untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi pengelolaan dana pensiun bagi peserta individu dan korporasi?

7.       Bagaimana kondisi keamanan data dan privasi data peserta DPLK yang ada saat ini?




Diskursus tentang digitalisasi dana pensiun, suka tidak suka, akan tiba pada waktunya. Karena rata-rata industru jasa keuangan sudah berada pada “orinetasi digital” bahkan “super apps”. Karena dengan digitalisasi dana pensiun maka: 1) dibutuhkan komitmen pendiri DPLK sebagai bagian revitalisasi bisnis DPLK pasca UU No. 4/2023 tentang PPSK dan POJK 27/2023 tentang Penyelengaraan Usaha Dana Pensiun, 2) sebagai bagian inisitiaf baru di DPLK untuk memebrikan layanan yang optimal, speerti iuran sukarela, manfaat lain, atau manfaat berkala, 3) sebagai bagian edukasi publik melalui digitalisasi khususnya kepada pekerja infomal dan individu, 4) menjadi bagian dari stratgei pemasaran baru dan menyediakan kemudahan akses membeli DPLK, dan 5) meningkatkan layanan peserta DPLK berbasis digital, utamanya untuk perubahan arahan investasi dan pencairan manfaat pensiun.

 

Memang benar, digitalisasi dana pensiun membutuhkan biaya yang besar. Tapi mungkin, sudah waktunya dana pensiun memprioritaskan digitalisasi dana pensiun. Selain untuk memastikan dana pensiun berjalan sesuai dengan regulasi terbarukan, pendiri dana pensiun pasti menginginkan dana pensiunnya terus bertumbuh dan bisa menjadi pilihan masyarakat ke depannya. Digitalisasi, adalah “jembatan” yang bisa menghubungkan pengelola dana pensiun dengan peserta. Sebuah konversi proses dari manual ke digital, dari berkas – dokumen ke online. Karena dengan digitalisasi, banyak hal yang bisa dioptimalkan dari proses bisnis dan layanan dana pensiun, termasuk informasi dan edukasi dana pensiun itu sendiri. Apalagi saat ini hampir semua bisnis sudah memprioritaskan digitalisasi. Sebuah pengembangan bisnis dengan menggunakan basis data dan layanan digital.

 

Melalui digitalisasi dana pensiun, tentunya beberapa bisnis proses dan pelayanan dana pensiun yang lebih berkualitas dan kompetitif dapat diraih. Mulai dari 1) pendaftaran peserta, 2) perubahan arahan investasi, 3) pengajuan pembayaran manfaat pensiun, 4) pengecekan dan informasi saldo, 5) laporan akumulasi dana peserta (login member), 6) pemetaan profil risiko peserta, 7) e-card kepesertaan, 8) penyediaan informasi investasi secara berkala, 9) edukasi dana pensiun, 10) progress pemasaran, dan 11) berbagai layanan administrasi kepesertaan dana pensiun lainnya. Sekalipun di awal berbiaya mahal, digitalisasi dana pensiun spiritnya adalah untuk menjadikan tata kelola dana pensiun lebih efisien dan efektif, di samping meningkatkan standar pelayanan (service level).

 

Semoga suatu saat nanti, dana pensiun atau DPLK punya layanan aplikasi agregator DPLK, di mana publik secara bebas bisa mebeli dan memilih DPLK yang diinginkannya. Karena melalui digitalisasi dana pensiun, tiap pemangku kepentingan di dana pensiun pasti akan lebih terlayani dan menjadi mudah untuk memiliki akses ke dana pensiun. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #DanaPensiun