Saat ngopi bareng di Kopi Lentera, seorang kawan bertanya tentang dua keadaan manusia. Mana yang lebih baik, katanya. Satu, orang yang rajin ibadahnya namun sombong, angkuh dan selalu merasa suci. Atau kedua, orang yang jarang ibadah tapi akhlaknya begitu mulia, rendah hati, santun, dan cinta dengan sesama? Mana yang lebih baik, yang rajin ibadah tapi sombong atau yang jarang ibadah tapi rendah hati?
Saya pun menjawab, ya mungkin
kedua-duanya baik. Yang pertama, boleh jadi si yang rajin ibadah tapi sombong
bisa menemukan kesadaran tentang akhlaknya yang kurang buruk. Sehingga melalui
ibadahnya, dia ditunjukkan jalan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lahir
dan batinnya. Yang kedua pun baik, karena bisa jadi sebab rendah hatinya kelak
mendapat petunjuk untuk lebih rajin ibadah. Kan kita tidak tahu, jalan hidup orang.
Tapi kita harus percaya, setiap orang pasti dikaruniai sifat baik.
Kawan saya pun bertanya
lagi, lalu siapa yang tidak baik kalau begitu?
Wah itu mah gampang
jawabnya. Justru yang tidak baik itu kita sebagai orang ketiga. Karena kita ini,
hanya bisa menilai orang lain tapi lalai menilai diri sendiri. Kita ini sibuk
menilai orang lain, yang satu rajin ibadah yang satu lagi jarang ibadah. Tapi
kita sendiri gagal menilai diri sendiri. Ap akita sudah baik? Kadang aneh, kita
ini hanya bisa ngomongin orang dan menilai orang lain. Tapi gagal menunjuk diri
sendiri untuk segera memperbaiki diri.
Jadi, sebelum kita menilai
orang lain lebih baik kita menilai diri sendiri saja dulu. Jangan menuding
orang tidak baik tapi kita pun belum tentu baik. Semua orang pasti punya niat
dan ikhtiar yang baik, hanya soal waktunya belum pas atau petunjuknya belum
datang. Karenanya, lebih baik fokus pada diri sendiri bukan pada orang lain.
Teruslah berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama.
Kita sering lupa. Allah
itu tidak pernah menjanjikan bahwa langit senantiasa berwarna biru cerah. Bunga
senantiasa mekar tidak pernah layu dan mentari senantiasa bersinar terang
terus. Tapi Allah ada kalanya memberi langit mendung, ada pelangi di setiap
badai. Selalu ada kebaikan di baik ketidak-baikan itu sendiri. Seperti selalu
ada senyum bahagia di balik tetesan air mata. Manusia tidak ada yang sempurna, selalu
ada salahnya itu pasti. Tinggal bagaimana menyadarinya untuk segera memperbaiki
diri.
Literasi yang tidak literat. Sibuk menilai orang lain tapi lupa menuding diri sendiri. Jangan terlalu gampang
menilai orang lain, lalu lupa untuk menilai diri sendiri. Jangan sibuk hanya menuding
orang lain, tidak ada gunanya. Lebih baik tuding diri sendiri, kita sudah
berbuat baik apa sehari-hari di tengah kesibukan kita sendiri mengejar dunia?
Jadilah literat, salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar