Mungkin Hati Kita Tidak Sedang di Taman Bacaan
Mungkin hati kita tidak sedang di taman bacaan. Itu hanya
kalimat introspeksi. Manakala kita membahas soal-soal literasi dan taman
bacaan. Tapi sayang, hati dan tubuh kita tidak berada di taman bacaan. Literasi
dan taman bacaan yang lebih banyak dibahas di hotel, di kafe, di tempat keren.
Tapi tidak menyentuh substansi dan praktik di lapangan. Maka jadilah, kita
lebih banyak membicarakan ‘tentang’ literasi. Ketimbang berbicara ‘dengan’ literasi
itu sendiri.
Bagaimana ceritanya? Ya itu tadi. Kita lebih sering berbicara
literasi dan taman bacaan. Tapi kita sendiri tidak sedang di literasi dan tman
bacaan. Kita jarang ada di praktik literasi dan taman bacaan ketika lisan kita
justru sering membicarakannya. Ada yang “hilang”, ada yang tidak nyambung
pastinya. Akhirnya, literasi dan taman bacaan hanya “indah” di ruang diskusi.
Tanpa ada sentuhan nyata di lapangan. Bagaimana sebenarnya praktik dan perilaku
nyata literasi di lapangan?
Di kalangan professional, ada istilah “The right man on the right place”. Sesuatu akan berhasil bila orang yang tepat berada
pada tempat yang tepat. Sesuai kompetensi dan pengalamannya di lapangan. Seseorang yang
mampu dan ahli (bila perlu) akan efektif bila berada di “tempat” yang tepat. Jadi,
tempat atau “place” menjadi sangat penting. Agar narasi atau diskusinya dekat dengan
realitas di lapangan. Maka mungkin, hati kita tidak sedang di taman bacaan.
Tapi pikiran dan angan-anagn kita tentang taman bacaan sangat “membabi-buta” di
alam fiksi.
Sebagai introspeksi. Bisa jadi, literasi dan taman
bacaan sebenarnya dikecewakan oleh harapan, keinginan dan angan-angan kita
sendiri. Kita begitu menggebu-gebu membahas literasi dan taman bacaan. Tapi di
saat yag sama, hati dan tubuh kita masih jauh dari literasi dan taman bacaan
itu sendiri, Literasi dan taman bacaan hanya Berjaya di pikiran, di ruang
diskusi, dan di tempat yang tidak pas. Inilah “PR” terbesar literasi dan taman
bacaan di bumi khatulistiwa, seantero Nusantara yang gemah ripah loh jinawi.
Bila sepakat, literasi dan taman bacaan adalah
perbuatan. Maka mau tidak mau, realitas lapangan menjadi penting dikedepankan.
Agar masalah utama literasi dan taman bacaan lebih tersentuh secara konkret. Sederhanya,
kita tidak bisa menyebut “buku-buku di rak harus tertata rapi”. Tanpa ada orang
yang ikhlas dan mau “merapikan buku-buku di rak”. Maka literasi dan taman
bacaan adalah perbuatan. Sebuah keberanian untuk berbuat dan bertindak. Agar
literasi dan taman bacaan mampu menjadi motivasi yang 1) bermanfaat bagi
pengguna layanannya, 2) bergairah di kalangan pengelolanya, dan 3) eksis di tengah
masyarakatnya.
Jujur saja, spirit itulah yang dijaga dan dipelihara
di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Segala
sesuatu yang jadi masalah di taman bacaan selalu dibahas oleh pendiri, wali
baca, dan relawan di TBM Lentera Pustaka. Agar terlihat hati, pikiran, sikap,
dan perbuatan konkret di taman bacaan. Apa masalah taman bacaan, apa masalah
anak-anak, ada apa dengan buku-buku, dan sebagainya. Semuanya harus berawal dan
berakhir di taman bacaan. Nongkrong di kafe-kafe, jalan-jalan dilakukan sebagai
refreshing setelah semuanya berjibaku secara nyata di taman bacaan. Karena
sejatinya, taman bacaan adalah perbuatan. Karena itu, taman bacaan pun butuh
keteladanan. Agar anak-anak yang membaca dan Masyarakat sekitar paham bahwa TBM
Lentera Pustaka diurus sepenuh hati. Ada komitmen dan konsistensi dalam menjalankan
aktivitas literasi dan taman bacaan itu sendiri.
Mungkin hati kita tidak sedang di taman bacaan. Sama
halnya dengan “mungkin hati kita sedang tidak menuju Allah”. Karena kita lebih
banyak membicarakan ‘tentang’ Allah ketimbang berbicara konkret ‘dengan’ Allah.
Kita jadi jarang berbicara dengan Allah tatkala lisan kita justru sering
membicarakan Allah. Berbicaralah dengan Allah, agar masalah atau hajat segera terselesaikan.
Jangan hanya membicarakan tentang Allah tanpa mau berbicara langsung pada
Allah. Senangkan Allah, maka Allah pun akan senangkan kita.
Maka saat berliterasi. Pastikan hati, pikiran, dan
perbuatan dekat dengan literasi itu sendiri. Agar lebih efektif dan lebih realistis.
Kan katanya ”the right man on the right place”. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar