Tanggal 25 November selalu diperingati sebagai Hari Guru. Tapi diskursus tentang guru tidak pernah ada akhir untuk dibahas. Karena guru adalah agen pembelajaran yang harus menjadi fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Hari ini, guru bukanlah satu-satunya sumber pengetahuan. Maka penting dipahami, guru harus steril dari watak mendominasi peserta didik.
Pesan untuk guru di hari guru. Guru jangan egois dan
arogan. Jangan karena guru mau rapat di sekolah, siswa dipulangkan. Jangan
karena guru mau urus “borang” tunjangan fungsional, siswa ditinggal tanpa ada
tugas di kelas. Guru tidak boleh arogan. Apalagi di era media sosial sekarang.
Jangan biar bagaimana pun, guru masih tetap digugu dan ditiru. Guru jangan egois
dan arogan. Agar guru tetap punya kesadaran belajar untuk memperbaiki diri, di
samping mau berempati kepada siswanya.
Kasus-kasus
siswa yang mengenaskan sudah terjadi. Siswa yang “terjun” di sekolah, pemukulan
dan penganiyaan siswa, bahkan kemarahan guru yang berlebihan adalah bukti guru
terlalu enak dengan dirinya sendiri. Sehingga tidak peduli lagi kepada
siswanya. Tidak dekat dengan siswa, tidak tahu apa yang dialami siswa. Karena
guru, terlalu egois dan arogan. Sayangnya hari ini, bisa jadi, banyak guru
tidak menyadari sikap egois dan arogannya sendiri.
Jangan
ada lagi, guru yang egois dan arogan di sekolah. Guru yang terlalu asyik dengan
urusannya sendiri. Guru yang tidak lagi mau bekerja ekstra untuk siswa-siswanya.
Guru yang terlalu mendominasi ruang kelas sehingga siswa tidak berani untuk
berkata sejujurnya. Guru-guru yang selalu defensif, terlalu cuek dengan keadaan
siswanya. Di zaman begini, guru-guru yang sering memaksa akan sulit berkembang.
Akibat guru terlalu egois dan arogan.
Persoalan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, tentu tidak
bisa pula dijawab dengan cara mengubah kurikulum. Apalagi hanya mengganti
menteri atau dirjen. Sejatinya, kualitas pendidikan hanya bisa dijawab oleh
kualitas guru. Guru yang profesional, guru yang kompeten dan berkualitas. Agar kualitas
pendidikan tidak "jauh panggang dari api". Karenanya, guru tidak
boleh egois dan arogan dalam menjalani profesinya.
Semua paham, persoalan guru memang tidak sederhana. Tapi juga
tidak terlalu kompleks. Isu penting guru di era digital atau media sosial
seperti sekarang, sejatinya hanya bertumpu pada 3 (tiga) aspek penting. Yaitu 1)
guru harus terus-menerus meningkatkan pengetahuan yang terbarukan, sesuai disiplin
ilmunya, 2) guru harus semakin terampil dalam mengelola siswa dan kelas, dan 3)
guru yang punya “good attitude”, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Sehingga guru tetap mampu menjaga kompetensi personal yang memadai, di
samping kualitas pembelajaran yang sesuai tuntutan zaman.
Guru, jangan asyik dengan dirinya sendiri. Hari ini, masih
banyak guru yang "tidak mau" mengembangkan diri untuk menambah
pengetahuan dan kompetensinya dalam mengajar. Keterampilan pedagogik-nya masih
begitu-begitu saja. Guru-guru yang belum mau menulis, belum mau membuat artikel
ilmiah yang dipublikasikan, sehingga tidak inovatif dalam kegiatan belajar.
Guru yang merasa hanya cukup mengisi jam belajar.
Maka
agenda besar guru di hari guru. Adalah menyadari bahwa guru jangan lagi egois
dan arogan. Agar guru tetap digugu dan ditiru. Dan mampu menghasilkan peserta
didik yang unggul dan kompetitif di masa datang. Selamat Hari Guru!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar