Tanpa disadari, terkadang ada perkataan atau perilaku orang lain yang
membuat sakit hati. Apalagi untuk hal-hal yang tidak kita ketahui, apa salah
kita? Tiba-tiba, orang lain membenci, memusuhi bahkan bertindak yang
menyakitkan hati. Lalu kita marah,
kesal, dan seperti ingin melabrak orang-orang itu. Kenapa? Selalu ada seribu
alasan untuk marah.
Jangan ikut emosi, dan nggak usah marah. Cuma urusan politik saja
kok emosi. Cuma soal pilpres, untuk apa bertengkar? Nggak usah banyak omong,
tinggal coblos saja nanti bisa sudah waktunya. Tapi bila ada yang intimidasi
atau provokasi ya sudah biarkan saja. Nggak usah digubris. Toh, nggak ada
untungnya juga. Siapapun presidennya nggak akan ngasih makan, nggak akan
biayain sekolah anak kita.
Di mana-mana, sakit hati, dibenci atau difitnah selalu jadi alasan
untuk marah. Dendam atas perbuatan zolim atau semena-mena orang lain. Sangat
wajar marah itu terjadi. Tapi tidak banyak orang yang mampu memaafkan perkataan
atau perbuatan orang lain atas diri kita. Sebagian besar orang mungkin tidak
bisa memaafkan kesalahan orang yang telah menyakiti hatinya. Karena memaafkan, adalah
jalan tersulit untuk dilakukan. Apalagi dalam kondisi emosi dan marah.
Banyak orang lupa. Memaafkan adalah kunci untuk merasa bebas dari
hal-hal negatif. Jalannya kepuasan batin dan nothing to lose itu ya memaafkan.
Untuk membiarkan diri dan melepaskan tekanan akibat rasa marah, dendam atau
emosi sesaat. Maka maafkanlah
orang-orang yang pernah bersalah, sebagaimana kita juga ingin dimaafkan orang
lain. Lupakanlah kesalahan orang-orang yang pernah zolim kepada kita. Seperti
kita ingin juga dilupakan kesalahan yang pernah kita perbuat. Agar perasaan kita menjadi lebih baik, lebih sehat. Di samping memberi
waktu orang-orang yang melakukan kesalahan kepada kita untuk menyesali
perbuatannya. Untuk berubah menjalani kehidupan lebih baik yang tidak menyakiti
orang lain. Mumpung masih ada waktu dan umur.
Memaafkan, itulah akhlak yang dijunjung tinggi di Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Sekalipun difitnah, digibahi, bahkan ada beberapa
oknum yang memusuhi. Yah, dibiarkan saja, dan cukup dimaafkan. Karena taman
bacaan itu, ladang amal bagi yang mengerti. Bila tidak mengerti berarti tidak
pernah membaca buku. Atau selalu ada kepentingan di balik taman bacaan dan
buku-buku. Tugas taman bacaan adalah memaafkan, sementara tugas orang lain
membencinya. Sederhana sekali kan.
Berani memaafkan,
berarti kita mau belajar menyelami perasaan orang lain. Sekaligus berani
menyembuhkan luka hati dalam diri sendiri. Bahwa seberapa kecil kesalahan yang
diperbuat itu pasti menyakitkan. Maka untuk menyembuhkannya, hanya butuh
memaafkan dan berlapang dada untuk orang-orang yang salah.
Memaafkan
adalah pilihan. Karena kita tidak bisa memilih untuk memiliki hidup yang bebas dari rasa
sakit, bebas dari rasa benci orang lain. Tapi kita dapat memilih untuk bebas
dari hawa nafsu yang buruk, bebas dari marah dan dendam sekecil apapun. Memang
tidak mudah, tapi harus terus diperjuangkan untuk bisa dan mampu memaafkan
siapapun.
Jadi, maafkanlah mereka yang telah menyakiti. Apapun alasannya.
Toh nantinya, segala perbuatan baik
atau buruk yang kita lakukan kepada orang lain, maka itu akan kembali kepada
kita juga. Percayalah. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar