Lagi viral nih, pungutan liar (pungli) di rutan KPK nilainya mencapai Rp. 4 milyar. Kok bisa ya? Katanya lembaga KPK bersih dan memberantas korupsi, ternyata ya korupsi juga. Ada pula viral lagi tentang mimpi yang di-cuit, berkisah tentang mantan presiden naik kereta segerbong sambil ngopi. Bila niatnya baik ya semoga saja terwujudu. Yang jelas, apapun yang viral. Pasti ada hikmah dan pelajaran yang harus dipetik.
Tapi ada yang nggak
bakal viral. Yaitu aktivitas taman bacaan dalam menegakkan tradisi baca dan budaya
literasi masyarakat. Karena membaca sudah (relatif) di tinggal banyak orang. Taman
bacaan pun sulit viral karena bukan “panggung” untuk popularitas. Aktivitas
membaca dan pegiat literasi hanya urusan sosial. Berkiprah di tama bacaan
memang bukan untuk dipuji atau hanya sebatas seremoni.
Maka di era digital penting
taman bacaan di manapun terus berjuang, Untuk mengajak anak-anak Indonesia
membaca. Bukan hanya untuk menambah ilmu pengetahuan dan akhlak. Tapi lebih
dari itu, untuk menyeimbangkan aktivitas sehari-hari yang kurang manfaat seperti
bermain gawai, nongkrong atau menonton TV. Tetap menebar virus membaca, meng-eksekusi
kebaikan sekaligus menebar manfaat melalui buku-buku bacaan.
Komitmen itulah yang
masih dipelihara Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung
Salak Bogor. Membiasakan anak-anak usia sekolah untuk tetap membaca. Bermain
dan tertawa dekat buku bacaan. Sekalipun tidak ada rapor tidak ada presensi,
taman bacaan tetap berkiprah di tengah “jalan sunyi” pengabdian. Taman bacaan
yang konsisten dan sepenuh hati menyediakan akses bacaan anak-anak di kampung
yang selama ini tidak punya tempat membaca.
Setelah 6 tahun berjalan dan koleksi lebih dari
10.000 buku bacaan, TBM Lentera Pustaka kini melayani aktivitas TAman BAcaan
(TABA) dengan 100-an anak pembaca aktif yang berasal dari 3 desa, GERakan
BERantas BUta aksaRA (GEBEBURA) dengan 9 ibu warga belajar, KElas PRAsekolah
(KEPRA) dengan 26 anak, TBM Ramah Difabel, YAtim BInaan (YABI) dengan 14 anak
yatim, JOMpo BInaan (JOMBI) dengan 12 kaum jompo, Koperasi Lentera dengan 25
anggota, dan MOtor BAca KEliling (MOBAKE) atau motor pustaka yang giat keliling
kampung menyediakan akses bacaan. Dengan dukungan 5 wali baca dan 12 relawankini
TBM Lentera Pustaka melayani tidak kurang dari 200 orang sebagai pengguna
layanan setiap minggunya, beroperasi 6 hari dalam seminggu.
Maka pesannya, taman
bacaan di mana pun harus cari jalan bukan cari alasan. Taman bacaan yang fokus
mengurus tata kelolanya dan mencari kreasi berliterasi. Agar tetap eksis dan bertahan
di tengah gempuran era digital. Taman bacaan yang tetap ikhlas berkiprah untuk
gerakan literasi dan perilaku membaca anak. Memang sulit dan tidak mudah bertahan
di taman bacaan. Tapi pada akhirnya, taman bacaan memang harus cari jalan bukan
cari alasan.
Gimana caranya taman
bacaan bisa tetap eksis? Tentu, taman bacaan harus berproses sambil istikomah
untuk jangan berharap kepada orang lain. Jangan bergantung
kepada siapapun tapi selalu ikhtiar baik atas nama kemanusiaan. Jangan terlalu percaya, jangan terlalu berharap di
taman bacaan. Tapi cukup berkiprah sepenuh hati saat berada di taman bacaan.
Karena perbuatan baik pasti akan kembali ke pemiliknya. Apa yang ditanam pun pasti akan
tumbuh. Maka taman bacaan, cukup menggantungkan harapan kepada Allah SWT setelah
niat dan ikhtiar yang baik sebagai praktik baik.
Siapapun
yang ada di taman bacaan, harus terus memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Jangan sampai hubungan dengan
Allah seperti mobil ambulans, hanya menghubunginya saat darurat saja. Akan
tetapi, pegiat literasi dan aktivis taman bacaan harus selalu bergantung kepada
Allah SWT, baik saat darurat maupun saat lapang. Karena sejatinya, apa
dilakukan di dunia hanya untuk Allah SWT bukan untuk mendapat pujian dari orang
lain.
Ketahuilah, siapapun dan
taman bacaan di mana pun. Sangat sulit menggapai berkah pada setiap
aktivitasnya bila menggantungkan harapan kepada orang lain. Kenapa tidak
bergantung kepada Alllah SWT? Karena apapun yang terjadi dan dialami taman
bacaan, sudah pasti atas kehendak-Nya. Optimis dan berpikir positif terhadap
Allah SWT, itulah syarat utama eksistensi taman bacaan.
Taman bacaan itu jalan
dakwah. Dakwah itu mencintai-Nya. Maka taman bacaan cukup fokus cari jalan,
bukan cari alasan. Seperti firman-Nya, “Katakanlah: jika kalian mencintai
Allah, maka ikutilah, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni
dosa-dosa kalian” (Al-Imran: 31). Salam literasi #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi
#TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar