Baca Bukan Maen, adalah tagline Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tiap kali aktivitas membaca di taman bacaan ini, saat diteriaki “salam literasi”. Maka serentak anak-anak dan siapapun yang ada di taman bacaan akan menjawab “baca bukan maen” sambil menunjukkan posisi jari “L”. Sebagai simbol “literasi”.
Tagline “Baca Bukan Maen”, dipilih TBM
Lentera Pustaka bukan tanpa alasan. Selain menjadi spirit yel-yel yang ada di
taman bacaan, Baca Bukan Maen memiliki filosofi yang terdiri dari dua makna.
Yaitu 1) menjaga keseimbangan antara membaca dan bermain agar anak-anak usia sekolah
sehari-hari tidak hanya main tapia da aktivitas positif untuk membaca buku dan
2) mengubah perilaku anak menjadi membaca bukan bermain agar membaca jadi kebiasaan,
di samping taman bacaan menjadi sentra kegiatan anak-anak usia sekolah.
Di era digital dan media sosial seperti
sekarang, harus disadari keberadaan taman bacaan memiliki peran penting dalam
membentuk perilaku membaca anak. Sekaligus untuk “menghidupkan kembali” kegiatan
membaca anak-anak dan masyarakat. Akibat waktu mereka tersita untuk aktivitas
yang tidak bermanfaat, seperti main gawai atau menonton TV. Maka sebagai wujud
tanggung jawab moral dan sosial, taman bacaan masyarakat hadir untuk menegakkan
tradisi baca dan budaya literasi di masyarakat.
Baca Bukan Maen hanya ingin mengingatkan.
Saat liburan sekolah, ada baiknya anak-anak diajak membaca buku. Orang tua yang
menyarankan anak-anaknya untuk datang ke taman bacaan. Sebagai ikhtiar untuk membentuk
kebiasaan membaca anak-anak. Mengisi liburan sekolah dengan membaca buku di
taman bacaan. Bukan hanya main atau nongkrong semata. Karena membaca buku, sama
sekali tidak ada ruginya.
Memang tidak mudah, untuk mengajak anak-anak
usia sekolah membaca buku. Apalagi di kaki Gunung Salak Bogor, di mana TBM Lentera
Pustaka beroperasi yang selama ini anak-anak dan masyarakatnya tidak memiliki
akses bacaan. Tidak punya kebiasaan membaca. Maka “Baca Bukan Maen” harus
didukung oleh komitmen dan konsistensi dalam berliterasi dan mengelola taman
bacaan. Untuk itu, TBM Lentera Pustaka memilki metode “TBM Edutanment” sebagai
cara beda tata kelola taman bacana. Sebuah metode yang berbasisi edukasi dan
entertainment dalam megelola taman bacaan.
Dan kini, setelah 6 tahunn berjalan, TBM Lentera
Pustaka melalui tagline “Baca Bukan Maen” telah mengelola 15 program literasi.
Dinataranya adalah TAman BAcaan (TABA) dengan 100-an anak pembaca aktif
dari 3 desa, GERakan BERantas BUta aksaRA (GEBEBURA) dengan 9 ibu warga
belajar, KElas PRAsekolah (KEPRA) dengan 26 anak, TBM Ramah Difabel, YAtim
BInaan (YABI) dengan 14 anak yatim, JOMpo BInaan (JOMBI) dengan 12 kaum jompo, Koperasi
Lentera dengan 25 anggota, dan MOtor BAca KEliling (MOBAKE) atau motor pustaka
yang giat keliling kampung menyediakan akses bacaan. Beroperasi 6 hari dalam
seminggu, kini TBM Lentera Pustaka melayani tidak kurang dari 200 orang sebagai
pengguna layanan setiap minggunya dengan dukungan 5 wali baca dan 12 relawan.
Aktif di taman bacaan memang tidak popular
ketimbang nongkrong di kafe-kafe atau komunitas hobi olahraga. Tapi TBM Lentera
Pustaka yakin bahwa taman bacaan bisa jadi jalan hidup untuk menebar kebaikan
dan manfaat kepada sesama. Sebagai aktivitas sosial yang berbasis hati, bukan
hanya logika. Baca Bukan Maen, tanpa membaca kita merana. Salam literasi #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar