Kepercayaan itu tidak akan pernah ada tanpa rasa hormat. Tidak ada pertemanan tanpa sikap respek. Tidak aka nada artinya pula kekayaan dan kesuksesan tanpa penghormatan kepada orang lain. Keluh=kesah, jengkel, dan marah terjadi karena hilangnya sikap respek. Gibah, fitnah, dan gosip pun terjadi karena tidak ada lagi sikap menghormati. Seolah-olah, semuanya boleh apapun sah walau tidak ada manfaatnya. Di balik semua itu, siapapun diingatkan untuk mengembalikan sikap respek, rasa hormat dalam hidupnya.
Saat membaca buku “Kekuatan Menghormati”
karya Deborah Norville (2015) ditegaskan bahwa sikap menghargai merupakan nilai manusia yang
terbaik di dunia, tidak ternilai harganya. Respek, di manapun dan untuk apapun.
Rasa hormat adalah kualitas utama seorang manusia. Bukan merasa
terhormat tanpa mau menghormati.
Zaman begini, banyak orang duduk
sebelahan. Tapi tidak pernah ngobrol. Duduk berdampaingan tapi masing-masing
asyik main gawai. Terlalu asyik dengan dirinya sendiri. Enjoy dengan
ketidak-pedulian. Mulut omong apa, mata lihatnya ke mana? Tidak lagi saling menghargai,
hilang sudah sikap menghormati. Sikap menghormati, hanya kata yang mudah diucapkan. Tapi sulit
dilakukan. Maka wajar, sulit menerima perbedaaan, saling merendahkan. Lalu, saling
bermusuhan dan saling mencaci-maki. Sebabnya, karena kehilangan rasa Hormat. Tidak
ada lagi sikap respek.
Maka benar, “hormatilah
orang lain, bila mau dihormati”. Uang,
harta, kekayaan, pangkat atau jabatan, sama sekali tidak berguna tanpa sikap
respek. Seperti kata Les Giblin, “Anda tidak akan bisa membuat orang lain
merasa penting di dekat Anda bila diam-diam Anda menganggap dia bukan
siapa-siapa”. Jadi, bangunlah kembali sikap respek, panggil lagi rasa hormat yang
telah hilang.
Membangun sikap respek, itulah yang jadi
spirit aktivitas Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung
Salak Bogor. Menyediakan akses bacaan anak-anak kampung, membimbing kegiatan
membaca, megajar kaum buta huruf, lebih peduli pada anak-anak yatim dan kaum
jompo, hingga mengelola 15 program literasi dengan rasa hormat. Selalu menjaga
komitmen dan konsistensi sepenuh hati dalam melayani aktivitas taman bacaan. Semuanya
dilandasi sikap respek, rasa saling menghormati. Sebagai cara untuk menjaga
kualitas diri kepada pencipta-Nya atau istilahnya ahsani taqwim. Taman
bacana yang berjuang untuk membangun sikap respek. Agar tidak tidak terjerumus
menjadi seburuk-buruk makhluk.
Selalu ada kekuatan dari sikap
menghormati. Untuk tidak membandingkan atau merasa berkompetisi dengan orang
lain. Karena respek selalu membimbing moral, rasa hormat selalu menuntuk
akhlak. Untuk menjadi lebih baik ke depan, berubah menuju kemanfaatan kepada
orang lain.
Membangun rasa hormat, tidak penting menjadi “perfect” namun
cukup lebih “respect”. Untuk selalu belajar menghormati, seperti buku pun tidak
pernah meminta untuk dibaca! Salam literasi
#TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar