Sulit dibantah. Bahwa jatuh bangun proses pembelajaran memang ada di tangan guru. Kualitas pendidikan pun berada di pundak guru. Maka guru dianggap jadi sosok sentral dalam pendidikan. Guru lagi, guru terus dan guru melulu.
Obrolan tentang guru di
Indonesia, bisa jadi tidak akan ada habisnya. Berhasil atau tidaknya
pendidikan, katanya ada di tangan guru. Kadang banyak orang lupa, guru juga
manusia biasa. Guru itu hanya salah satu bagian dari ekosistem pendidikan.
Selain negara sebagai pembuat kebijakan pendidikan, orang tua, kurikulum bahkan
lingkungan sosial. Pendidikan, bukan semuanya tergantung guru.
Memang ada benarnya,
guru harus mampu menerjemahkan kurikulum ke dalam satuan pembelajaran. Belajar
yang menyenangkan lagi berkualitas. Sehingga siswa jadi betah di kelas di
sekolah. Karena kurikulum sebagus apapun, menteri sehebat apapun akan sia-sia
bila guru gagal men-deliver pembelajaran ke siswa di ruang kelas. Maka guru
jadi sosok penting di balik kualitas pendidikan. Keberhasilan siswa di kelas
katanya tanggung jawab guru. Maka wajar, ekspektasi orang tua dan masyarakat
sangat tinggi kepada guru. Guru lagi, guru terus, dan guru melulu.
Sejatinya, guru dituntut
mampu mengembangkan potensi dan kreativitas siswa. Tapi sayang, faktanya masih
ada guru yang tidak lancar menggunakan komputer. Metode mengajarnya
begitu-begitu saja alias ceramah. Sering gagal menerapkan pengajaran yang aktif
dan menyenangkan. Belum mampu memanfaatkan dan mengolah informasi dari
internet, belajar jadi tidak kontekstual. Pengajaran yang kurang matching
dengan realitas "dunia luar". Itulah problematika masa kini, di era
digital. Alhasil, profesi guru terjebak pada rutinitas dan kurang termotivasi.
Kreativitas pun terbelenggu.
Dalam buku Achieving
Competence, Success and Excellence in Teaching yang ditulis Mark
Brundrett dan Peter Silcock (2002) disebutkan “profesionalisme guru dipengaruhi
oleh regulasi, ruang kelas, komunitas sekolah, dan proses pembelajaran di
fakultas keguruan”. Itu berarti, guru yang profesional harus didukung kompetensi
yang memadai, baik secara pedagogik, akademik, kepribadian, dan sosial.
Guru hari ini. Harus
memiliki kualifikasi akademik keguruan yang tidak bisa ditawar lagi. Guru yang
berani melibatkan diri dalam program peningkatan kompetensi pembelajaran (PKP).
Dan yang terpenting, guru yang punya kesadaran belajar berkelanjutan untuk
meningkatkan kompetensi, khususnya kompetensi pedagodik dan inovasi
pembelajaran berbasis digital. Bukan guru yang aktif di media sosial tanpa mau
berbenah diri. Agar tidak gagal mengelola kelas.
Setidaknya ada 5 (lima)
kompetensi guru yang harus ditingkatkan di era digital seperti sekarang, yaitu:
1. Inovasi pembelajaran berbasis digital. Agar
belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena didukung perangkat
teknologi.
2. Kompetensi akademik guru harus sesuai dengan
bidang ajar. Agar tidak terjadi miss-match dalam pengajaran. Jangan sampai guru
di sekolah mengajar mata pelajaran yang bukan disiplin ilmubyang dipelajarinya
di kampus.
3. Kualifikasi guru harus sarjana - S1. Agar
standar keilmuan yang dimiliki guru sesuai dengan bidang studi yang menjadi
tugasnya.
4. Aktif dalam program peningkatan keprofesian
berkelanjutan (PKB). Guru dilarang terlalu enak mengajar hingga lupa pengembangan
diri dan peningkatan kompetensi. Guru seharusnya mampu membaca yang baik dan
menulis yang rajin. Agar dapat diterapkan ke dalam kegiatan belajar.
5. Rekrutmen guru harus efektif. Bukan sebatas
memenuhi formasi kebutuhan guru tapi direkrut melalui mekanisme seleksi yang
profesional. Karena ini menyangkut masa depan bangsa.
Maka di momen Hari Guru yang penting ini, ikhtiar peningkatan kompetensi guru harus terus digaungkan. Apalagi ada tuntutan Merdeka Belajar, agar mampu diterjemahkan ke dalam ruang kelas secara berkualitas. Guru dan praktisi pendidikan di mana pun harus berani mengubah mind set. Bahwa guru adalah kreator di dalam kelas. Tanpa perlu mengajar secara text book terhadap kurikulum. Guru adalah fasilitator siswa dalam menemukan potensi dirinya. Maka guru tidak boleh nyaman dengan cara belajar yang satu arah.
Begitulah guru di mata pegiat literasi TBM Lentera Pustaka. Selamat Hari Guru!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar