Tiap akhir pekan, banyak orang cari kesibukan. Atau memang sibuk benaran karena segudang agenda sudah menanti. Sibuk itu memang manusiawi. Pasti dialami semua orang. Sibuk dengan caranya masing-masing. Jadi, nggak usah merasa jadi oprang paling sibuk. Atau sebaliknya, merasa paling tidak sibuk. Siapa pun selagi masih hidup di dunia pasti sibuk. Sibuk, memang sulit dihindari.
Sibuk,
iya sibuk. Ada yang sibuk kerja, ada yang sibuk posting apa saja di grup WA, ada
pula yang sibuk di media sosial. Bahkan ada pula yang sibuk tidur atau sibuk
makan. Sibuk pastinya ada banyak yang dikerjakan. Apalagi di jalanan, semua
sibuk lalu-lalang atau antre kemacetan. Ada yang sibuk kasih komentar, sibuk
mencari salahnya negara atau sibuk ngomongin orang lain. Ada juga yang sibuk
menebar kebaikan. Sibuk berbagi kepada sesama atau sibuk di taman bacaan. Sibuk
itu lazim dan biasa-biasa saja. Pasti semua orangg sibuk. Tinggal masalahnya,
sibuknya untuk apa? Sibuk yang positif atau negatif, sibuk yang bermanfaat atau
tidak bermanfaat? Itu saja pilihannya.
Sibuk itu bagus. Sebagai tanda orang masih
hidup dan ada di dunia. Maka selama 24 jam sehari, siapapun ingin sibuk sesibuk-sibuknya.
Asal tetap seimbang. Sibuk urusan dunia jangan lupa akhirat. Sibuk urusan lahir
jangan lupa batin. Sibuk urusan diri sendiri jangan lupa tetap peduli kepada
sesama, apapun bentuknya. Rasa lapar pun sibuk untuk menanti kenyang,
begitu pula sebaliknya. Jadi,
boleh juga berhenti sejenak dari kesibukan. Untuk introspeksi diri, sebenarnya
apa sih yang diharapkan dari sibuk itu?
Kesibukan
pun melanda taman bacaan. Seperti di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera
Pustaka di kaki Gunung Salak. 6 hari dalam seminggu sibuk, selalu ada
aktivitas. Mulai dari menemani 130-an anak yang membaca, mengajar calistung
20-an anak kelas prasekolah, memberantas buta aksara kaum ibu. Menjadi driver
motor baca keliling. Mengatur koperasi simpan pinjam ibu-ibu kampung. Hingga
sibuk menerima kunjungan tamu, sibuk mencatat donasi buku dan sibuk berbenah di
taman bacaan. Tapi menariknya di taman bacaan, tidak pernah ada sibuk ngomongin
negara apalagi orang lain. Sibuk berkegiatan yang baik dan positif. Agar bisa
memberi manfaat lebih kepada banyak orang. Taman bacaan selalu sibuk. Untuk
selalu bersyukur dan memperbaiki diri agar lebih baik dari waktu ke waktu. Prinsip
sibuk itulah yang dipelihara di TBM Lentera Pustaka hingga kini.
Di
taman bacaan, siapapun belajar. Sibuk itu penting untuk hal-hal yang baik. Agar
tidak punya waktu untuk mengeluh, apalahi ngurusin hidup orang lain. Taman
bacaan “dilarang” sibuk untuk mencari salahnya orang lain, apalagi menghakimi
orang lain. Karena selama di dunia, toh tidak ada manusia yang sempurna. Di
taman bacaan, justru sibuk terjadi untuk menebar kebaikan sekaligus untuk mensyukuri
hidup. Karena masih banyak orang yang membutuhkan kepedulian kita.
Sibuk
di taman bacaan, selalu memberi pelajaran. Bahwa sibuk itu tidak perlu dijelaskan.
Cukup dikerjakan sepenuh hati. Karena dalam kesibukan, mereka yang benci tidak akan pernah dan
mereka yang cinta tidak butuh kata-kata. Sibuk di taman bacaan, bukan soal
berpikir untuk membalas dengan lebih pedih. Tapi soal cara bertindak untuk
menjadi lebih baik. Karena di taman bacaan, tidak perlu jadi yang terbaik. Tapi
cukup memulai dan mengakhiri dengan baik. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya
literasi masyarakat.
Dan ketahuilah, tangan
yang sibuk berbuat lebih baik daripada mulut yang sibuk mengoceh. Salam literasi
#BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar